Anda di halaman 1dari 32

BAHAN AJAR

ANALISA SISTEM TENAGA

DISUSUN OLEH:
SYAIFUL BAKHRI, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.

iv
PERTEMUAN 1:
KONSEP DASAR ANALISA SISTEM TENAGA

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Matakuliah
Mata kuliah analisa sistem tenaga membahas tentang konsep-konsep dasar
sistem energi listrik, Model sistem, Diagram segaris, Diagram impedansi,
Diagram reaktans, Matrik jaringan, Satuan p.u. (per unit) dan
implementasinya, Pengaturan aliran beban (iterasi Gauss-Jacobi, Gauss-
Seidel, Newthon-Raphson), Pengenalan komputer dalam perhitungan
aliran beban, Komponen simetris dan analisa gangguan (gangguan 3 fasa
ketanah, satu fase ketanah, dua fasa ketanah, antar fasa), Pengiriman
ekonomis (tanpa rugi-rugi saluran dan batasan pembangkitan, tanpa rugi-
rugi pembangkitan dengan batasan pembangkitan, pemerhitungkan rugi-
rugi saluran, distribusi beban antar pembangkit), Kestabilan sistem energi
listrik (dinamika rotor dan persamaan ayunan, persamaan sudut daya,
stabilisasi keadaan tunak dan transien).

B. Rumusan Pencapaian
Pada pertemuan 1 dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar dalam analisa
sistem tenaga, diharapkan mahasiswa/i mampu:
1) Membedakan konsep sistem 1-fasa dan 3-fasa
2) Membedakan sistem pengasutan 3-fasa  dan Y.

C. Pembahasan
Materi konsep dasar analisa sistem tenaga disampaikan dengan cakupan dan
urutan sebagai berikut:
1) Perbedaan Antara Sistem 1-Fasa dan 3-Fasa
2) Perbedaan Sistem Pengasutan 3-Fasa Y dan ∆
D. Petunjuk Pembelajaran
Untuk dapat memahami materi tentang konsep dasar analisa sistem tenaga
dengan efesien, maka diperlukan langkah pembelajaran berikut.
1) Cermati dengan seksama materi yang disajikan dalam bahan ajar pertemuan
5
1.
2) Diskusikan bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah yang
disajikan.
3) Selesaikan latihan soal.

II. PENYAJIAN MATERI


A. Perbedaan Antara Sistem 1-Fasa dan 3-Fasa

Prinsip terbentuknya tegangan dan arus bolak-balik, didapat dari percobaan


Michael Faraday. Jika kumparan diputar dalam suatu medan magnit yang
dihasilkan oleh kutub-kutub utara dan selatan, maka kumparan tersebut
akan memotong garis-garis gaya magnit. Hal ini menyebabkan pada ujung-
ujung kumparan terbentuk tegangan induksi atau GGL. Besar tegangan
sesaatnya adalah –d/dt.

Gambar 1.1 Terbentuknya Tegangan Listrik


Kumparan yang berputar dalam medan magnit dengan kecepatan 
Rad/detik, maka dalam waktu t detik kumparan akan berputar dengan
membentuk sudut
=t.

Gambar 1.2 Kumparan Berputar Dalam Medan Magnit

Besar GGL sesaat:


V(t) = Vm sin t

6
Besar arus sesaat:
I(t) = Im sin t
Bila kumparan berputar 90 atau =t=90, maka sin t = 1 dan GGL adalah
maksimum. Berdasarkan rumus V(t) = Vm sin t, berikut perubahan besaran V
akibat perubahan/putaran sudut kumparan:
Saat t = 0  sin 0 = 0  GGL nol.
Saat t = /2 = 90  sin 90 = 1  GGL maksimum.
Saat t =  = 180  sin 180 = 0  GGL nol.
Saat t = 3/2 = 270  sin 270 = 1  GGL minimum.
Saat t = 2 = 360  sin 360 = 0  GGL nol.
Sehingga jika dibentuk gelombangnya, akan didapat bentuk gelombang
sinusoidal.

Berikut penjelasan konsumsi daya 1-fasa:

Fasa dari listrik arus bolak-balik artinya pergeseran periode waktu arus
bolak- balik dari posisi baris nol.

Gambar 1.3 Tiga Kumparan yang Ditempatkan Sejauh Sudut Listrik  dan 

Tiga kumparan dapat ditempatkan pada medan yang sama, dan dengan
7
kecepatan sudut yang sama. Namun pada sudut fasa yang berbeda. Besar
tegangan induksi (GGL) ketiganya sama. Tetapi harga nol, maksimum, dan
minimum masing-masing kumparan tidak dacapai dalam waktu bersamaan.
Itu berarti beda fasa antara kumparan 1 dan kumparan 2 adalah sebesar ;
beda fasa antara kumparan 2 dan kumparan 3 adalah sebesar ; dan beda
fasa antara kumparan 1 dan kumparan 3 adalah (+).
Besarnya tegangan sesaat:
V1 = Vm sin t
V2 = Vm sin (t-)
V3 = Vm sin (t-(+))

Beda fasa dalam rangkaian listrik dikenal dengan istilah Lag atau Lead.
Lag artinya harga maksimum atau nol yang dicapai satu siklus lebih lambat
atau ketinggalan dari siklus lainnya. Lead artinya harga maksimum atau
nol yang dicapai satu siklus lebih cepat atau mendahului dari siklus
lainnya.

Secara umum pembangkit, transmisi, dan distribusi daya dari tenaga listrik
menggunakan sistem berbasis 3-fasa. Sebuah sumber 3-fasa adalah sumber
yang mempunyai tiga tegangan yang sama, tetapi berbeda fasa 120
terhadap satu sama lain.

Gambar 1.4 Susunan Lilitan, Diagram Fasor, dan Bentuk Gelombang


Tegangan yang Dibangkitkan

Tiga kumparan yang tersebar secara sama di sekitar lingkaran rotor, dan
terpisah satu sama lain sejauh 120, maka ketiga kumparan tersebut
membentuk sistem 3-fasa. Jika masing-masing fasa dinamai fasa A, fasa B,
dan fasa C, maka tegangan fasa yang mencapai tegangan maksimum
8
terlebih dahulu adalah fasa A, kemudian tegangan fasa B, dan terakhir
tegangan fasa A, jika menyangkut arusnya, maka dinamai arus fasa.

B. Perbedaan Sistem Pengasutan 3-Fasa Y dan 

Dalam hubungan bintang (Y), ddapatkan dengan menghubungkan ujung-


ujung terminal A, B, dan C menjadi satu titik bersama yang ditandai
dengan titik netral N. sedangkan ujung terminal A, B, dan C ditetapkan
menjadi saluran A, B, dan C dari sistem 3-fasa.

Gambar 1.5 Hubungan Y

Titik netral N dapat difungsikan atau tidak. Apabila terdapat sebuah


saluran netral, maka hubungan bintang sering disebut sistem 3-fasa 4-
kawat. Besar tegangan antara saluran fasa dengan titik netral sering disebut
dengan tegangan fasa (Vf atau Vp) atau tegangan fasa-netral atau tegangan
line-to- neutral (VLN) atau tegangan 1-fasa (V1), dapat dituliskan:
VAN = VBN = VCN = Tegangan fasa
Sedangkan tegangan yang didapat antara saluran fasa dengan saluran fasa
lainnya disebut tegangan saluran (line voltage) atau tegangan antar-fasa
atau tegangan line-to-line (VLL) atau tegangan 3-fasa (V3), dapat
dituliskan:
VAB = VBC = VCA = Tegangan saluran

9
Gambar 1.6 Diagram Fasor Tegangan Hubung Y

Berdasarkan Hukum Kirchoff, didapatkan persamaan tegangan hubung Y:


VAB = √3 VNB = √3 VBN
VBC = √3 VNC = √3 VCN
VCA = √3 VNA = √3 VAN
Dengan kata lain persamaan di atas memperlihatkan bahwa untuk hubung
bintang, besar tegangan saluran adalah √3 kali tegangan fasa, sehingga
dapat dituliskan:
VLL = √3 VLN atau VL = √3 Vf
Besarnya arus saluran dan arus fasa jika diperhatikan pada gambarnya dan
berdasarkan Hukum Kirchoff adalah sama, sehingga dapat dituliskan:
IL = I f
Pada hubungan segitiga () didapatkan dengan menghubungkan ujung-
ujung terminal A dengan B; B dengan C; dan C dengan A; disambungkan
secara individu sehingga menghasilkan sebuah hubungan segitiga. Dalam
hubung  tidak terdapat saluran netral, maka sistem tersebut adalah sebuah
sistem 3-fasa 3-kawat.

Gambar 1.7 Hubung 


10
Jika diperhatikan gambar hubung , besarnya tegangan fasa sama dengan
besarnya tegangan saluran, dapat dituliskan:
VLL = VLN atau VL = Vf

Gambar 1.8 Diagram Fasor Arus Hubung 

Sedangkan besarnya arus yang mengalir pada masing-masing saluran,


dapat dituliskan:
IaA = √3 Ica
IbB = √3 Iab
IcC = √3 Ibc
Berdasarkan persamaan di atas, maka besarnya arus pada hubung delta:
IL = √3 If

C. Soal Latihan/Tugas

1. Tiga buah impedansi yang identik yaitu 10 ‚-15° Ω dihubungkan Y kepada


tegangan-tegangan saluran tiga-fasa yang seimbang dari 208 V.
Tentukanlah semua tegangan-tegangan saluran, tegangan-tegangan fasa
dan arus-arus sebagai phasor dalam bentuk polar dengan Vca sebagai
pedoman dan urutan fasa abc.

2. Dalam suatu sistem tiga-fasa yang seimbang, impedansi yang dihubungkan


Y adalah 10‚- 30° Ω. Jika Vbc = 416‚90° V, tentukanlah Icn dalam bentuk
polar.

D. Rangkuman

Prinsip terbentuknya tegangan dan arus bolak-balik, didapat dari percobaan


Michael Faraday. Jika kumparan diputar dalam suatu medan magnit yang
dihasilkan oleh kutub-kutub utara dan selatan, maka kumparan tersebut
11
akan memotong garis-garis gaya magnit.

Besar GGL sesaat: V(t) = Vm sin t


Besar arus sesaat:I(t) = Im sin t
Bila kumparan berputar 90 atau =t=90, maka sin t = 1 dan GGL adalah
maksimum.

Beda fasa dalam rangkaian listrik dikenal dengan istilah Lag atau Lead.
Lag artinya harga maksimum atau nol yang dicapai satu siklus lebih lambat
atau ketinggalan dari siklus lainnya. Lead artinya harga maksimum atau
nol yang dicapai satu siklus lebih cepat atau mendahului dari siklus
lainnya.
Tiga kumparan yang tersebar secara sama di sekitar lingkaran rotor, dan
terpisah satu sama lain sejauh 120, maka ketiga kumparan tersebut
membentuk sistem 3-fasa.

Hubungan Y

Hubung 

III. PENUTUP
A. Daftar Pustaka
Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Cetakan Kelima, PT Gramedia
Pustaka Utama, 1995.
Djoko Santoso, M.Pd, H; Rahmadi Heru Setianto, Mma, Pd, Teori Dasar
Rangkaian Listrik, Cetakan Kedua, Laksbang Mediata, 2009.

12
B. Kunci Jawaban

1.
Vca = 208‚0° V Vcn = 120‚-30° V Ic = Vcn/Z = 12‚-15°
Vbc = 208‚120° V Vbn = 120‚ 90° V Ib =Vbn/Z = 12‚105°
Vab = 208‚240° V Van = 120‚210° V Ia =Van/Z = 12‚225°

2.
Vbc = 416‚90° V ==> Tegangan fasa = 416/√3 = 240 V
Vcn = 240‚-60° ==> Icn =(240‚-60° )/( 10‚- 30°) = 24‚- 90° A

13
PERTEMUAN 2:
KONSEP DASAR ANALISA SISTEM TENAGA LANJUTAN

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Matakuliah
Mata kuliah analisa sistem tenaga membahas tentang konsep-konsep dasar
sistem energi listrik, Model sistem, Diagram segaris, Diagram impedansi,
Diagram reaktans, Matrik jaringan, Satuan p.u. (per unit) dan
implementasinya, Pengaturan aliran beban (iterasi Gauss-Jacobi, Gauss-
Seidel, Newthon-Raphson), Pengenalan komputer dalam perhitungan
aliran beban, Komponen simetris dan analisa gangguan (gangguan 3 fasa
ketanah, satu fase ketanah, dua fasa ketanah, antar fasa), Pengiriman
ekonomis (tanpa rugi-rugi saluran dan batasan pembangkitan, tanpa rugi-
rugi pembangkitan dengan batasan pembangkitan, pemerhitungkan rugi-
rugi saluran, distribusi beban antar pembangkit), Kestabilan sistem energi
listrik (dinamika rotor dan persamaan ayunan, persamaan sudut daya,
stabilisasi keadaan tunak dan transien).

B. Rumusan Pencapaian
Pada pertemuan 2 dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar dalam analisa
sistem tenaga, diharapkan mahasiswa/i mampu:
1) Membedakan S, P dan Q.
2) Membedakan Sistem Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi pada
Sistem Penyaluran Tenaga Listrik.

C. Pembahasan
Materi konsep dasar analisa sistem tenaga disampaikan dengan cakupan
dan urutan sebagai berikut:
1) Daya Semu (S), Daya Aktif (P), Daya Reaktif (Q).
2) Sistem Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi Tenaga Listrik.

D. Petunjuk Pembelajaran
Untuk dapat memahami materi tentang konsep dasar analisa sistem tenaga

14
dengan efesien, maka diperlukan langkah pembelajaran berikut.
1) Cermati dengan seksama materi yang disajikan dalam bahan ajar
pertemuan 2.
2) Diskusikan bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah yang
disajikan.
3) Selesaikan latihan soal.

II. PENYAJIAN MATERI


A. Daya Semu (S), Daya Aktif (P), Daya Reaktif (Q)

Daya listrik rata-rata bukan fungsi rms dari arus dan tegangan saja, tetapi
ada unsur perbedaan sudut fasa arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan
sefasa dan  = 0, maka persamaan daya menjadi:
P = V I cos  = V I cos 0 = V I (Watt)
Untuk:
 = 60  P = V I cos 60 = 0.3 V I (W)
 = 90  P = V I cos 90 = 0 (W)
Arus yang mengalir pada sebuah tahanan, akan menimbulkan tegangan
pada tahanan tersebut sebesar:
Sehingga:
V r = Ir R

P = Vr Im cos 
Karena tidak adanya beda fasa antara arus dan tegangan pada tahanan R,
maka sudut  = 0, sehingga:
P=VI
Untuk induktor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini
masing-masing akan tertinggal dan mendahului sebesar 90 terhadap
tegangan:
VL = IL jL
VC = IC [-j/(C)]
Dimana VL, VC, IL, IC adalah besaran-besaran fasor. Daya rata-rata elemen
ini adalah nol.
Tegangan dikalikan dengan arus disebut Daya Semu, S. Daya Nyata P
dibagi Daya Semu S disebut Faktor Daya, untuk arus dan tegangan

15
sinusoid:
Faktor Daya = Power Factor = P/S = (V I cos )/(V I) = cos  = cos phi
 dinamakan sudut faktor daya. Sudut ini menentukan kondisi
mendahuluinya atau tertinggalnya arus terhadap tegangan.

Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan
menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut.
Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu beban.

Misalnya: faktor daya beban pertama = 1 dan faktor daya beban kedua =
0.5, mka beban kedua akan membutuhkan 2 kali besar arus beban pertma.
Untuk efisiensi dan operasi, diusahakan faktordaya mendekati satu.
Persamaan bilangan kompleks daya adalah:
S = Va Ia* (VA)
Dimana:
S = bilangan daya
kompleks Va dan Ia =
besaran fasor
Ia = konjugasi kompleks dari Ia
Jika Va dan Ia dinyatakan
sebagai: Va = V 1
Ia = V 2
Persamaan S menjadi:
S = V I (1 - 2) + jVI sin (1 - 2)
1 - 2 adalah sudut yang menyatakan besarnya sudut tegangan yang
mendahului arus. Bilangan nyata dari bilangan kompleks S didefinisikan
sebagai daya rata-rata. Oleh karena itu, daya rata-rata ini sering disebut
Daya Nyata P atau cukup disebut Daya.

Bagian imajiner dari bilangan kompleks S disebut Daya Reaktif Q dengan


satuan VAR. Sebagaimana daya nyata terdapat pada tahanan, daya reaktif
terdapat pada sebuah reaktansi. Daya reaktif positif akan terdapat pada
induktor dengan arus tertinggal terhadap tegangan. Dengan dasar itu pula,

16
daya reaktif negatif terdapat pula pada sebuah kapasitor.

B. Sistem Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi Tenaga Listrik

Salah satu cara paling ekonomis, mudah, dan aman untuk mengirimkan
energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit,
sumberdaya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan
batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi listrik.
Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros
turbin menjadi energi listrik tiga fasa.

Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformer) energi listrik


ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi
menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi. Dengan
demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa arus yang
rendah dan berarti mengurangi rugi panas (heat loss) I2R yang
menyertainya. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan
tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui
transformator penurun tegangan (step- down transformer).

Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi


listrik ini diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti
energi mekanis (motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Elemen Pokok Sistem Tenaga

Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversiskan sumber daya energi


primer menjadi energi listrik. Pusat pembangkit listrik konvensional

17
mencakup:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
4. Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)
5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
6. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Disamping pembangkit listrik konvensional, saat ini makin berkembang


beberapa teknologi konversi untuk sumberdaya Energi Baru Terbarukan
(EBT) seperti; biomassa, tenaga surya, biogas, mikrohidro, dan
sebagainya.

Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke


pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi
membagikan tenaga listrik tersebutkepada pihak pemakai melalui saluran
tegangan rendah.

Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga


listrik dengan tegangan antara 6-20 kV, yang kemudian dengan bantuan
transformator menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima. Di pusat
penerima ini tegangan diturunkan menjadi tegangan transmisi 70kV. Pada
gardu induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan
menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20kV.
Melalui traf distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat
beban,tegangan distribusi primer ini diturunkn menjadi tegangan rendah
380/220V yang akhirnya diterima oleh pemakai.

18
Gambar 2.2 Contoh Saluran Transmisi dan Distribusi Contoh
soal 1:

Dua wattmeter dihubungkan dengan cara biasa untuk mengatur sistem 3


kawat pada 3-fasa. Jika tegangan beban 400V dan arus kawat 20A, hitung:
a. pembacaan wattmeter pada keadaan faktor daya 1, 0.5 (lagging), dan 0.
b. faktor daya, bila pembacaan pada wattmeter menunjukkan 2kW dan 1kW.

Penyelesaian:
solusi dari kedua wattmeter adalah:
W1=VLIL cos (30+) dan W2=VLIL cos (30-)
untuk kasus dimana faktor daya 1, maka =0, sehingga:
W1=W2=VLIL cos 30=400V x 20A x 0.6866=6928W
jika faktor daya 0.5 (lagging), maka =60, sehingga:
W1=VLIL cos (30+60)=0
Dan
W2=VLIL cos (30 - 60)=6928W
untuk kasus dimana faktor daya 0, maka =90, sehingga:
W1=VLIL cos (120)= -4000W
W2=VLIL cos (-60)= 4000W
jika pembacaan dari wattmeter masing-masing adalah:
W1=1kW dan W2=2kW
maka jumlah daya yang tertarik =2kW – 1kW=1kW
dan
=(W1-W2)/(W1+W2)=1/3
cos  = 0.949

Contoh soal 2:
Sistem 3-fasa 400V (antar kawat) 50Hz, mensuplai daya untuk beban yang

19
seimbang dengan besarnya tahanan dan reaktansi berturut-turut 0Ω dan
6Ω. Hitung daya keseluruhan yang disuplai dan faktor daya dari arus yang
ditarik dari sumber.

Penyelesaian:
Pada keadaan seimbang, tegangan fasa dari beban sama dengan: VLL/√3
Oleh karena itu, tegangan per fasa:
400V√3 = 231V
Arus per fasa:
VLN/Zper fasa = Vper fasa/Zper fasa
Zper fasa = 8 + j6 Ω = 10Ω
Iper fasa = 231V/10 Ω = 23.1A
Maka besarnya arus dari tiap saluran 23.1A. Daya yang ditarik oleh beban:
√3 VLIL cos cos = 8/10 = 0.8
Daya total = √3 x 400V x 23.1A x 0.8 = 12800W = 12.8kW

C. Soal Latihan/Tugas

1. Sebuah motor induksi 3 fasa diketahui pada nameplate nya memiliki


nilai tegangan 500 V, dan besar arus listrik 10 A. Tentukan :

a. Daya aktif,

b. Daya semu,

c. Daya reaktif jika cos α bernilai 0,83 ?

D. Rangkuman

Daya listrik rata-rata bukan fungsi rms dari arus dan tegangan saja, tetapi
ada unsur perbedaan sudut fasa arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan
sefasa dan  = 0, maka persamaan daya menjadi:
P = V I cos  = V I cos 0 = V I (Watt)
Untuk:
 = 60  P = V I cos 60 = 0.3 V I (W)
 = 90  P = V I cos 90 = 0 (W)
Arus yang mengalir pada sebuah tahanan, akan menimbulkan tegangan
20
pada tahanan tersebut sebesar:
Sehingga:
Vr = Ir R

P = Vr Im cos 
Karena tidak adanya beda fasa antara arus dan tegangan pada tahanan R,
maka sudut  = 0, sehingga:
P=VI
Untuk induktor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-elemen ini
masing-masing akan tertinggal dan mendahului sebesar 90 terhadap
tegangan:
VL = IL jL VC = IC [-j/(C)]
Dimana VL, VC, IL, IC adalah besaran-besaran fasor. Daya rata-rata elemen
ini adalah nol.
Tegangan dikalikan dengan arus disebut Daya Semu, S. Daya Nyata P
dibagi Daya Semu S disebut Faktor Daya, untuk arus dan tegangan
sinusoid:
Faktor Daya = Power Factor = P/S = (V I cos )/(V I) = cos  = cos phi
 dinamakan sudut faktor daya. Sudut ini menentukan kondisi
mendahuluinya atau tertinggalnya arus terhadap tegangan.

III. PENUTUP

A. Daftar Pustaka
Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Cetakan Kelima, PT Gramedia
Pustaka Utama, 1995.

B. Kunci Jawaban
Diketahui :
V = 500 V
I = 10 A
cos α = cos φ = 0,83
sin φ = 0,56

Ditanya :
P=?
S=?
Q=?

21
Jawab :
Daya aktif :

Daya semu :

Daya reaktif :

22
PERTEMUAN 3:

KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Matakuliah
Mata kuliah analisa sistem tenaga membahas tentang konsep-konsep dasar
sistem energi listrik, Model sistem, Diagram segaris, Diagram impedansi,
Diagram reaktans, Matrik jaringan, Satuan p.u. (per unit) dan
implementasinya, Pengaturan aliran beban (iterasi Gauss-Jacobi, Gauss-
Seidel, Newthon-Raphson), Pengenalan komputer dalam perhitungan
aliran beban, Komponen simetris dan analisa gangguan (gangguan 3 fasa
ketanah, satu fase ketanah, dua fasa ketanah, antar fasa), Pengiriman
ekonomis (tanpa rugi-rugi saluran dan batasan pembangkitan, tanpa rugi-
rugi pembangkitan dengan batasan pembangkitan, pemerhitungkan rugi-
rugi saluran, distribusi beban antar pembangkit), Kestabilan sistem energi
listrik (dinamika rotor dan persamaan ayunan, persamaan sudut daya,
stabilisasi keadaan tunak dan transien).

B. Rumusan Pencapaian
Pada pertemuan 3 dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar dalam analisa
sistem tenaga, diharapkan mahasiswa/i mampu memahami saluran
transmisi, induktansi saluran, kapasitansi saluran dan tahanan saluran.

C. Pembahasan
Materi karakteristik saluran transmisi disampaikan dengan cakupan dan
urutan sebagai berikut:
1) Saluran Transmisi.
2) Induktansi Saluran.
3) Kapasitansi Saluran.
4) Tahanan Saluran.

D. Petunjuk Pembelajaran
Untuk dapat memahami materi tentang karakteristik saluran transmisi
23
dengan efesien, maka diperlukan langkah pembelajaran berikut.
1) Cermati dengan seksama materi yang disajikan dalam bahan ajar
pertemuan 2.
2) Diskusikan bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah yang
disajikan.
3) Selesaikan latihan soal.

II. PENYAJIAN MATERI


A. Saluran Transmisi

Saluran transmisi membawa tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkitan


ke pusat-pusat beban melalui saluran tegangan tinggi 150kV, atau melalui
saluran tegangan ekstra tinggi 500kV. Trafo penurunan akan
merendahkantegangan ini menjadi tegangan subtransmisi 70kV, yang
kemudian di gardu induk (GI) diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi
primer 20kV. Pada gardu induk distribusi yang tersebar di pusat-pusat
beban, tegangan diubah oleh trafo distribusi menjadi tegangan rendah
380/220V.

Peningkatan tegangan pada saluran transmisi mempunyai nilai ekonomis


yang sangat penting, mengingat keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Untuk penyaluran daya yang sama, arus yang dialirkan menjadi
berkurang, ini berarti penggunaan bahan tembaga pada kawat
penghantar akan berkurang dengan bertambah tingginya tegangan
transmisi;

2. Luas penampang konuktor yang digunakan berkurang, karena itu


struktur penyangga konduktor menjadi lebih kecil.

3. Oleh karena arus yang mengalir di saluran transmisi menjadi lebih


kecil, maka jatuh tegangan juga menjadi lebih kecil.

Akan tetapi, dengan bertambah tingginya tegangan transmisi, berarti jarak


bebas antar kawat penghantar harus lebih lebar, panjang gandengan
isolator harus lebih besar, yang berarti meningkatnya biaya menara dan
konstruksi penopang.
24
Dilihat dari jenisnya, dikenal dua macam saluran transmisi, yaitu:
1. Saluran udara (overhead line), yang menyalurkan tenaga listrik
melalui kawat-kawat yang digantungkan pada tiang-tiang transmisi
dengan perantara isolator.
2. Saluran bawah tanah (underground), yang menyalurkan tenaga listrik
melalui kabel bawah tanah.

Meskipun saluran bawah tanah lebih aman dan sesuai dengan persyaratan
estetika, namun biaya pembangunannya jauh lebih mahal dibandingkan
dengan saluran udara, di samping itu bila terjadi gangguan hubung singkat
dan lain sebagainya, perbaikannya juga lebih sulit dilakukan. Energi listrik
bolak balik dapat disalurkan dengan cara-cara 1-fasa, 3-fasa 3-kawat, dan
3-fasa 4- kawat.

Gambar 3.1 Pengasutan 1-fasa, 3-fasa 3-kawat, dan 3-fasa 4-kawat

Saluran transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak balik 3-fasa


merupakan sistem yang banyak digunakan saat ini mengingat beberapa
kelebihan sebagai berikut:

1. Mudah pembangkitannya (generator sinkron);


2. Mudah pengubahan tegangannya (transformator);
3. Dapat menghasilkan medan magnet putar);
4. Dengan sistem 3-fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai
sesaatnya konstan.

Di beberapa bagian dunia, saluran transmisi dengan sistem arus searah,


akhir- akhir juga banyak digunakan. Saluran transmisi arus searah
meskipun memiliki beberapa keuntungan seperti: isolasinya lebih

25
sederhana, efisiensi tinggi (karena cos phi = 1) serta tidal ada masalah
stabilitas, namun persoalan ekonominya masih perlu diperhitungkan.
Mahalnya sistem saluran arus searah terutama disebabkan karena pada
sistem ini diperlukan biaya peralatan pengubah arus konverter yang cukup
tinggi.

B. Induktansi Saluran

Induktansi disampinng tahanan dan kapasitansi saluran transmisi,


dinamakan konstanta salurandan merupakan bagian penting dalam
perhitungan karakteristik saluran.

Gambar di bawah dua konduktor dengan diameter d, yang dipisahkan


keduanya dengan jarak D. pada kedua konduktor (A dan B), mengalir arus
listrik yang berlawanan arah.

Gambar 3.2 Dua Konduktor dengan Jarak D

Perhitungan nilai konduktansi pada konduktor tersebut, terbagi dalam dua


bagian, yaitu: bagian induktansi di dalam konduktor dan bagian induktansi
di luar konduktor. Untuk induktansi di dalam konduktor, kuat medan H
dapat dinyatakan dengan:

Bila r adalah permeabilitas beban konduktor, maka kerapatan fluks B adalah:

Garis- garis fluks  untuk cincin kecil dengan lebar dx pada radius x,

26
untuk suatu unit panjang konduktor tertentu adalah:

Fluks linkages  untuk luas bidang yang terletak di dalam lingkaran


beradius x adalah:

Harga  untuk keseluruhan luas bidang antara 0 dan r dapat dinyatakan


dengan harga integralnya:

Untuk induktansi di bagian luar konduktor, kuat medan H yang berjarak x


meter dari titik pusat konduktor A, tidak hanya dipengaruhi oleh konduktor
A tapi juga akan dipengaruhi oleh konduktor B.
Jadi:

Meskipun arus yang mengalir pada konduktor arahnya saling berlawanan,


tapi bila diperhitungkan dilakukan pada pertengahan jarak antara kedua
konduktor itu, harga kuat medan akan saling menambah:

Untuk harga fluks dengan ketebalan konduktor dx yang sangat kecil:

Fluks total:

27
Jadi fluks linkage untuk masing-masing konduktor dapat dituliskan:

 untuk bagian dalam dan luar konduktor adalah penjumlahan dari:

Karena induktansi adalah /Ampere, maka nilai induktansi per konduktor


menjadi sebagai berikut:

Pada saluran transmisi 3-fasa, nilai induktansi/fasa adalah sama dengan


nilai induktansi per konduktor, yaitu:

Dimana D adalah jarak antara konduktor dan r adalah radius masing-


masing konduktor tersebut. Bila letak konduktor tidak simetris, maka D
pada persamaan di atas perlu diganti dengan:
28
Dimana D12, D23, D31 menunjukkan jarak letak konduktor satu sama lain.
Nilai induktansi L pada persamaan di atas memakai permisalan beban
jaringan seimbang. Bila beban tidak seimbang dan letak konduktor tidak
simetris, maka persoalan saluran transmisi tersebut harus dipecahkan
dengan menggunakan teori komponen-komponen simetris.

C. Kapasitansi Saluran

Bila pada dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu, dialirkan arus
listrik, maka akan terbentuk fluks elektrostatik dan dua konduktor tersebut
berfungsi sebagai kapasitor Nilai kapasitansinya semata-mata tergantung
dari jari-jari konduktor dan jarak antara kedua konduktor tersebut serta
tidak dipengaruhi oleh besarnya medan magnet.

Gambar 3.3 Dua Konduktor dengan Jarak D

Bila pada gambar di atas titik P berjarak x meter dari konduktor A, dan
berjarak (D – x) dari konduktor B, maka intensitas listrik di titik P yang
diakibatkan oleh muatan +q pada konduktor A adalah:

Dengan cara yang sama dapat ditentukan intensitas listrik pada titik P yang
dipengaruhi oleh muatan –q pada konduktor B:

Jadi intensitas total di titik P adalah:

29
Beda potensial antara kedua konduktor tersebut:

Jadi:

Karena nilai D jauh lebih besar daripada nilai r, maka:

Jadi:

Karena q = CV, kapasitansi C dapat dihitung:

Kapasitansi untuk masing-masing konduktor terhadap titik netral adalah:

Bila letak konduktor tidak simetris, nilai kapasitansi antara fasa-netral dapat
dihitung dengan persamaan:

Dimana D12, D23, D31 menunjukkan jarak letak konduktor satu sama lain.

30
D. Tahanan Saluran

Nilai tahanan saluran transmisi dipengaruhi oleh resistivitas konduktor,


suhu, dan efek kulit (skin effect). Tahanan merupakan sebab utama
timbulnya rugi tegangan pada saluran transmisi. Dikenal dua macam
tahanan, yaitu tahanan arus searah dan tahanan arus bolak-balik. Tahanan
arus searah ditentukan oleh nilai resistivitas material konduktor:

Dimana:
Rdc = tahanan arus searah (Ω)
 = tahanan jenis (Ωm)
l = panjang konduktor (m)
A = luas penampang konduktor (m2)
Nilai tahanan ini berubah dengan suhu menurut rumus:
Rt1 = Rt0 [l + (t1 – to)]

Dimana:
Rt1 = tahanan pada suhu t1
(Ω) Rt0 = tahanan pada
suhu t0 (Ω) t0 = suhu awal
(C)
t1= suhu akhir (C)
 = koefisien suhu massa konstan

Konduktor-konduktor dengan diameter yang besar mempunyai harga


tahanan bolak-balik (Rac) yang lebih besar, karena adanya pengaruh efek
kulit; namun demikian pengaruhnya kecil sehingga dapat diabaikan. gejala
efek kulit mengakibatkan distribusi arus yang tidak merata pada
penampang konduktor. arus bolak-balik yang mengalir dalam suatu
konduktor, cenderung untuk terkonsentrasi pada tepi bagian luarnya atau
“kulit”nya. oleh karena itu, luas penampang efektif dari konduktor tersebut
menjadi berkurang yang menyebabkan nilai efektif tahanan bolak-balik
pada frekuensi 50Hz, beberapa persen lebih kecil daripada harga tahanan

31
arus searah.

E. Soal Latihan/Tugas

1. Suatu saluran tiga-fasa rangkaian tunggal sepanjang 18 km 60-Hz terdiri


dari penghantar-penghantar Partridge dengan jarak pemisah yang sama
sebesar 1.6 m antara pusat-pusatnya. Saluran ini mengirimkan 2500 kW
dengan tegangan 11 kV pada suatu beban yang seimbang. Berapakah
seharusnya tegangan pada ujung pengirim jika faktor daya adalah (a)
80% tertinggal, (b) satu, dan (c) 90% mendahului? Misalkan bahwa
suhu kawat 50 °C.

F. Rangkuman

Dilihat dari jenisnya, dikenal dua macam saluran transmisi, yaitu:


1. Saluran udara (overhead line), yang menyalurkan tenaga listrik melalui
kawat-kawat yang digantungkan pada tiang-tiang transmisi dengan
perantara isolator.
2. Saluran bawah tanah (underground), yang menyalurkan tenaga listrik
melalui kabel bawah tanah.

Gambar di bawah dua konduktor dengan diameter d, yang dipisahkan


keduanya dengan jarak D. pada kedua konduktor (A dan B), mengalir arus
listrik yang berlawanan arah.

Gambar 3.2 Dua Konduktor dengan Jarak D

Perhitungan nilai konduktansi pada konduktor tersebut, terbagi dalam dua


bagian, yaitu: bagian induktansi di dalam konduktor dan bagian induktansi
di luar konduktor. Untuk induktansi di dalam konduktor, kuat medan H
32
dapat dinyatakan dengan:

Untuk induktansi di bagian luar konduktor, kuat medan H yang berjarak x


meter dari titik pusat konduktor A, tidak hanya dipengaruhi oleh konduktor
A tapi juga akan dipengaruhi oleh konduktor B.
Jadi:

Bila pada dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu, dialirkan arus
listrik, maka akan terbentuk fluks elektrostatik dan dua konduktor tersebut
berfungsi sebagai kapasitor Nilai kapasitansinya semata-mata tergantung
dari jari-jari konduktor dan jarak antara kedua konduktor tersebut serta
tidak dipengaruhi oleh besarnya medan magnet.

Gambar 3.3 Dua Konduktor dengan Jarak D

Bila pada gambar di atas titik P berjarak x meter dari konduktor A, dan
berjarak (D – x) dari konduktor B, maka intensitas listrik di titik P yang
diakibatkan oleh muatan +q pada konduktor A adalah:

Nilai tahanan saluran transmisi dipengaruhi oleh resistivitas konduktor,


suhu, dan efek kulit (skin effect). Tahanan merupakan sebab utama
timbulnya rugi tegangan pada saluran transmisi. Dikenal dua macam
tahanan, yaitu tahanan arus searah dan tahanan arus bolak-balik. Tahanan
33
arus searah ditentukan oleh nilai resistivitas material konduktor:

III. PENUTUP

A. Daftar Pustaka

Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Cetakan Kelima, PT Gramedia


Pustaka Utama, 1995.
William D. Stevenson, Jr., Element of Power System Analysis, 4th Edition,
McGraw-Hill Book Company, 1979.
B.M. Weedy, Electric Power System, 2nd Edition, John Wiley & Sons Ltd.,
1972.

B. Kunci Jawaban
Dari Daftar A1 untuk penghantar Partridge,
Resistansi ac 60-Hz pada 50 °C = 0.3792 Ω/mi.
Untuk panjang saluran 18 km ( 1 mi = 1.609 km )
jadi R = 0.3792 x (18/1.609) = 4.242 Ω.
Dari Daftar A1 untuk penghantar Partridge,
Reaktansi Induktif Xa = 0.465 Ω/mi.
Dari Daftar A2 Faktor pemisah reaktansi induktif Xd, dengan jarak pemisah
1.6 m (1ft=0.3048m)
Jadi jarak pemisah = (1.6/0.3048) = 5.25 ft,
ambil jarak pemisah 5 ft 3 Inci.
Sehingga dari Daftar A2 didapat Xd = 0.2012 Ω/mi.
Jadi X = Xa + Xd = 0.465 + 0.2012 = 0.666 Ω/mi.

Untuk panjang saluran 18 km jadi X = 0.666 x (18/1.609) = 7.451 Ω

Z = R + j X = 4.242 + j 7.451 = 8.57 A60.35°

VR = 11000/√3 = 6350 V

34
(a) jika faktor daya 80% tertinggal => Cos θ = 0.8 => θ = 36.87 °
│IR│= [ 2500/(√3 x 11 x 0.8) ] = 164 A
VS = VR + (IR x Z) = (11000/√3) + (164 A-36.87° x 8.57 A60.35°)
VS = 6350 + 1404.5 A23.48° = 6350 + 1289 + j 559.99 ≈ 7639 + j 560
VS = 7659.5 A4.19 °
Jadi tegangan pada ujung pengirim = √3 x 7659.5 = 13267 V = 13.267 kV

(b) jika faktor daya = 1.0


│IR│= [ 2500/(√3 x 11) ] = 131.2 A
VS = VR + (IR x Z) = (11000/√3) + 131.2 (4.242 + j 7.451)
VS = 6350 + 556.55 + j 977.57 = 6906.55 + j 977.57
VS = 6975 A8.06 °
Jadi tegangan pada ujung pengirim = √3 x 6975 = 12081 V = 12.081 kV

(c) jika faktor daya 90% mendahului => Cos 0.9 => θ = 25.84 °
│IR│= [ 2500/(√3 x 11 x 0.9) ] = 145.8 A
VS = VR + (IR x Z) = (11000/√3) + (145.8 A25.84° x 8.57 A60.35°)
VS = 6350 + 1249.5 A86.19° = 6350 + 83 + j 1246.74 ≈ 6433 + j 1247
VS = 6533 A10.97 °
Jadi tegangan pada ujung pengirim = √3 x 6533 = 11350 V = 11.350 kV

35

Anda mungkin juga menyukai