Anda di halaman 1dari 40

Apa yang di,maksud 3 phase/380V dalam ilmu perlistrikan.?

Jawaban Yang dimaksud 3 phase/380 V


dalam ilmu pelistrikan tegangan listrik adalah tegangan listrik AC sebesar 380 V, yang mempunyai 3
phase tegangan. Sebut saja , tegangan phase 1 = R, tegangan phase 2 = S dan tegangan phase 3 = T
Tegangan sebesar 380 V tersebut adalah beda tegangan antar phase, baik tegangan R terhadap tegangan S,
tegangan S terhadap tegangan T maupun tegangan R terhadap T,. Jika tegangan R, S maupun T diukur
dengan Volt meter terhadap 0, maka beda tegangan nya adalah 220 V. Mengapa tegangan antar phase
sebesar 380 V, penjelasan adalah sebagai berikut : Tegangan AC bisa digambarkan sebagai gamabar
grafik sinusoidal/ fungssi sinus tegangan V terhadap waktu t ( detik ). Fungsi tegangan terhadap waktu
adalah ; V = Vmax sin Wt, W dibaca omega , dimana W = 2. pi. f , f : adalah frekuensi tegangan AC Satu
perioda gelombang sinusoidal adalah 1 panjang gelombang yang terdiri dari 2 amplitudo atau fungsi sinus
0 sampai 2 pi rad. 3 phase dalam 1 perioda , berarti ada 3 gelombang sinus dalam satu perioda atau 2 pi
dibagi 6 amplitudo atau pi/3 radian. pi/3 radian ini yang disebut beda phase antara R dan S , S dan T
Untuk membuktikan pi/3 adalah beda phase nya Kita buat grafik fungsi sinus tegangan R (VR), terhadap
waktu t dan dan grafik fungsi sinus tegangan S (VS) terhadap waktu t dimulai dari titik 0 VR = Vmax sin
(W.t + 1/3 pi ), VS = Vmax sin W.t , Vmax = 220 V titik temu ke dua garfik tersebut dicapai : VR = VS
Vmax sin ( W.t + 1/3 pi ) = Vmax. sin W.t sin W.t . cos 1/3 pi + cos W.t . sin 1/3 pi = sin W.t 1/2 sin Wt
+ 1/2. 3^(1/2) . cos W.t = sin W.t 1/2. 3*(1/2) cos W.t = 1/2 sin W.t tan W.t = 3^(1/2) -----> W.t = 60 *
Beda tegangan antara R dan S adalah super posisi 2 gelombang tegangan, tegangan di titik tersebut :
V(RS) = VR + VS = 220 V. sin ( 60 * + 60 * ) + 220 V sin 60* = 220 V. sin 120 * + 220 V sin 60 * = 220
V. ( 1/2. 3^(1/2) + 1/2 . 3^(1/2) = 220 V . 3^(1/2) = 381 V atau biasa disebut tegangan 380 V Untuk
frekuensi tegangan arus bolak balik yang biasa dipakai adalah 50 Hz dan 60 Hz, negara Indonesia
memakai frekuensi yang 50 Hz 2. Perbedaan rumus tegangan listrik E dengan U? Pada beberapa
pelajaran teknik sering kita temukan rumus tegangan listrik dengan satuan Volt sering ditulis dengan
huruf E atau U apakah perbedaanya ? Jawaban : Tetapi dalam ilmu kelistrikan memang ada 2 macam
pemahaman tegangan, yaitu tegangan catu daya, dan tegangan jepit. Tegangan catu daya adalah tegangan
sumber tenaga, bisa drop jika arus naik (tergantung kekuatan sumber tenaga dan tahanan-dalam nya).
Sedangkan tegangan jepit adalah beda potensial di antara tahanan. Tegangannya naik jika arus naik.
Untuk listrik AC (bolak-balik), tegangannya berfluktuasi. Nilai tegangan kadang-kadang disebut pada
niliai maksimumnya, kadang-kadang disebut pada niliai efektif rata-ratanya / RMS. Hal ini berlaku untuk
gelombang sinus. Gelombang persegi (pada alat2 digital), bisanya disebut pada nilai tegangan
tertingginya. 3.Rumus Conversi Listrik dari kW ke Ampere? Jawaban Watt (W) adalah satuan daya listrik
1kW = 1 kilo Watt = 1000 Watt sedangkan : Ampere (A) adalah satuan arus listrik Dengan kata lain,
pertanayaan anda sebenarnya tidak dapat terjawab, karena anda menannyakan konversi dua buah besaran
yang berbeda. Sama halnya dengan pertanyaan : 1 meter = ...... kg ? atau pertanyaan : 1 km = ...... kwintal
? Konversi satuan hanya dapat kita buat untuk besaran yang sejenis. Tapi, kita mengenal rumusan : P = V
x I dengan : P = daya (dalam satuan watt) V = tegangan (dalam satuan volt) I = arus listrik (dalam satuan
Ampere) Maka, untuk menjawab pertanyaan anda : 250 kW = ...... Ampere, anda harus menetukan dulu
tegangan listriknya (V) Jika anda menggunakan listrik AC (dari PLN) , maka V = 220 volt - tegangan
efektifnya Jika anda menggunakan listrik DC (dari accu), maka V = 12 volt - pada umumnya

Rahasia Sistem 3 Fasa ( ilmu Dasar 3 fasa )


01.50 No comments

Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan dan diserap oleh beban
semuanya seimbang, P pembangkitan = P pemakain, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang
seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara

1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda fase sebesar 120listrik, sedangkan secara fisik mempunyai
perbedaan sebesar 60, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, , D).

Gambar 1 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fase. Bila fasor-fasor tegangan tersebut berputar dengan
kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi
berturut-turut untuk fase V1, V2 dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa a b
c . sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fase.

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik
bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a b c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang
berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan fase atau
Vf.

Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap saluran / titik netralnya, juga
membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan
fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, , D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga membentuk hubungan segitiga 3 fase.
Gambar 3. Hubungan Segitiga (delta, , D).

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase, karena tegangan saluran dan
tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase

Daya pada Sistem 3 Fase

1. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap oleh beban 3 fase, diperoleh
dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga
kali daya fase, karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.

Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.

Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar , maka besarnya daya perfasa adalah
Pfase = Vfase.Ifase.cos

sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase, dan dapat dituliskan dengan,

PT = 3.Vf.If.cos

Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase maka tegangan perfasanya menjadi
Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan arus fase, IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian
hubung bintang (Y) adalah:

PT = 3.VL/1,73.IL.cos = 1,73.VL.IL.cos

Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan tegangan fasanya, VL = Vfasa, dan
besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada
rangkaian segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos = 1,73.VL.IL.cos

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada kedua jenis hubungan
adalah sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada
kondisi beban yang seimbang.

2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga tegangan adalah sama dengan
nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari
ketiga fase tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan
tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada
beban.

Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:


1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).

Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari pemecahan permasalahannya, oleh karena
itu kami hanya akan membahas mengenai ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.
Gambar 5. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase.

Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik. Ketidakseimbangan
beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus pada salahsatu fase dengan tidak wajar,
arus pada tiap fase mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan.

Untuk contoh kasusnya silahkan lihat electrical science handbook volume 3


Rumus untuk mengetahui Daya pada suatu
instalasi adalah :
Perhitungan Daya Instalasi Listrik 1 Phase

P = V x I x Cos phi
P = Power atau Daya dalam satuan Watt
V = Voltage atau Tegangan dalam satuan Volt
I = Intensitas atau Arus dalam satuan Ampere

Cos phi = Cos phi pada listrik satu Phase adalah 1


Karena Cosphi pada Instalasi listrik 1 Phase adalah satu, maka rumus yang biasa digunakan
untuk menghitung Daya listrik pada instalasi listrik 1 Phase, menjadi :

P=VxI
Contoh Perhitungan Daya listrik 1 fasa:
Suatu Instalasi listrik 1 Phase dengan tegangan 220 V, dan dialiri arus sebesar 2 Ampere, maka
daya pada Instalasi listrik tersebut adalah :

P=VxI
P= 220 Volt x 2 Ampere
P = 440 VA, atau sama dengan 440 Watt

Perhitungan Daya Instalasi Listrik 3 Phase

P = V x I x Cos Phi x 3

P = Power atau Daya dalam satuan Watt


V = Voltage atau Tegangan dalam satuan Volt
I = Intensitas atau Arus dalam satuan Ampere

Contoh Perhitungan Daya Listrik 3 fasa:


Suatu Instalasi Listrik 3 Phase dengan tegangan 380 Volt, Arus terukur adalah 30 Ampere
untuk tiap Phase, Cos phi pada Instalasi listrik tersebut terukur 0,85, maka daya yang terpakai
adalah :

P = V x I x Cos phi x 3
P = 380 Volt x 30 Amp x 0,85 x 1,73
P = 16763,7 Watt

Cos phi bisa di sebut juga dengan Faktor daya atau kerugian daya yang disebabkan beban-beban
yang memiliki daya harmonik.
Nilai cos phi yang paling baik adalah 1 (tidak memiliki kerugian daya) untuk instalasi listrik 1
Phase biasanya memiliki cos phi yang baik dengan nilai 1.
Sedangkan untuk instalasi 3 Phase memiliki cos phi bervariasi tergantung seberapa banyak
beban dengan daya harmonik yang ditanggung instalasi tersebut.
Namun sebaiknya dalam suatu Instalasi listrik 3 phase memiliki nilai Cosphi yang berkisar
antara 0,85-0,95
Cara Menghitung Ampere Motor 3 dan 1 Phase dengan Rumus
Daya
Sering kali, anda menjumpai motor listrik untuk menggerakan mesin pada pabrik - pabrik sekarang dan
kebanyakan 85% didalam pabrik menggunakan motor listrik untuk menggerakan mesinnya, motor listrik ada 2
jenis Phase yang pertama adalah 3 phase yang di mana ada tegangan R S T sedangkan yang ke dua adalah 1
Phase dimana motor listrik hanya diberi tegangan phase dan Netral aja, contohnya seperti pumpa air dirumah.

Dari motor - motor tersebut maka anda sangat perlu untuk menghitung amperenya dimana anda membeli
motor 1 phase tapi kapasitas rumah anda hanya 450 Watt saja maka anda harus menghitung motor airnya harus
di bawah dari 450 Watt.

Nama Plate Motor 1 Phase

Diatas adalah name plate motor 1 phase dimana sudah di ketahui KW dan Amperenya jika hanya di
ketahui KWnya saja bagaimana seperti berikut menghitungya:

Diket :
P : 8 KW = 8 x 1000 = 8000 Watt
V : 220V
Ditanya :
Berapa Nilai Amperenya?

Rumus daya Motor 1 Phase:


P=VxI
I = P/V
Ket:
P : Daya ( Watt )
I : Arus ( Ampere )
V : Tegangan ( Voltage )

Jawab :
I = P/V
I = 8000/220
I = 36.36 A

Cara Menghitung Ampere 3 Phase

Name Plate Motor 3 Phase

Diatas name plate motor 3 Phase yang bisa di gunakan berbagai tegangan seperti diatas, untuk
menghitung amperenya sebagai berikut:

Rumus daya Motor 1 Phase:


P = 3 x V x I x Cos
I = P/V x 3 x Cos
Ket:
P : Daya ( Watt )
I : Arus ( Ampere )
V : Tegangan ( Voltage )
3: Konstanta jika memakai 3 phase dengan nilai jika didecimalkan 1.73
Cos : 85 % dari motor biasanya nilai standartnya 0.85
Diket:
P = 37 Kw = 37 x 1000 = 37000 Watt ( W )
V = 380 V
Cos = 0.84
Ditanya :
Berapa Nilai Amperenya?
Jawab :
I = P/V x 3 x Cos
I = 37000 / 380 x 1.73 x 0.84
I = 37000 / 552.22
I = 67 A

Soal jika diketahu Motor 5 HP dengan tegangan 380 V 3 Phase berapakah Amperenya ?
Diket:
P : 5 HP = 5 x 746 = 3730 Watt ( W )
: 1 Hp = 746 Watt ( W )
V: 380 V
Cos = 0.85 ( Karena biasanya standartnya ini )

Ditanya berapa nilai Amperenya ?


Jawab :
I = P/V x 3 x Cos
I = 3730 / 380 x 1.73 x 0.85
I = 3730 / 558.79
I = 6.68 A
Pengertian Motor Listrik 3 Fasa dan Prinsip
Kerjanya

1. Motor 3 Fasa
Definisi motor induksi 3 fasa adalah suatu mesin listrik yang merubah energi
listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik
dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Motor induksi
merupakan motor yang paling banyak kita jumpai dalam industri.

2. Bagian-bagian Motor 3 Fasa


Bagian inti pada motor 3 fasa merupakan elemen terpenting dalam
berkerjanya suatu motor. Adapun bagian-bagian inti motor, yaitu:
a) Stator

Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa sama dengan belitan
motorsinkron. Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur untuk
melilitkan kumparan.Stator mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung
belitan kumparan dihubungkan melalui terminal untuk memudahkan
penyambungan dengan sumber tegangan. Masing-masing kumparan stator
mempunyai beberapa buah kutub,jumlah kutub ini menentukan kecepatan
motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaranyang terjadi
semakin rendah.

b) Rotor

Motor induksi bila ditinjau dari rotornya terdiri atas dua tipe, yaitu:

Rotor Sangkar

Motor induksi jenis rotor sangkar lebih banyak digunakan pada jenis rotor
lilit, sebab rotor sangkar mempunyai bentuk yang sederhana. Belitan rotor
terdiri atas batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur
rotor.Batang penghantar ini terbuat dari tembaga, alloy atau
alumunium.Ujung-ujung batang penghantar dihubung singkat oleh cincin
penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor induksi yang
menggunakan rotor ini disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak
dibutuhkan tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada
saat awal berputar.Alur-alur rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar
dengan sumbu (poros) tetapi sedikit miring.

Rotor Lilit

Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak, belitan ini dimasukkan ke dalam
alur-alur inti rotor. Belitan ini sama dengan belita n stator, tetapi belitan
selalu dihubungkan secara bintang. Tiga buah ujung-ujung belitan
dihubungkan ke terminal- terminal sikat/cincin seret yang terletak pada
poros rotor. Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur kecepatan motor
dengan cara mengatur tahanan belitan rotor tersebut. Pada keadaan kerja
normal sikat karbon yang berhubungan dengan cincin seret tadi dihubung
singkat.Motor induksi rotor lilit dikenal dengan sebutan Motor Induksi
Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.

3. Prinsip Kerja Motor 3 Fasa


Bila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, maka pada
kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan, Ns = 120f/P,
Ns = kecepatan sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah kutub. Medan
putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor,
akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi Gaya Gerak
Listrik (GGL) sebesa E2s = 44,4fn . Keterangan : E = tegangan induksi GGL,
f = frekkuensi, N = banyak lilitan, Q = fluks. Karena kumparan rotor
merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan
menghasilkan arus (I).

Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada
rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar
untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah
medan putar stator. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap
ada, maka diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan
putar stator (Ns) dengan kecepatan putar rotor (Nr). Perbedaan antara
kecepatan Nr dengan Ns disebut dengan slip (S) yang dinyatakan dengan
Persamaan S = Ns-Nr/Ns (100%). Jika Ns=Nr tegangan akan terinduksi dan
arus tidak mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi yang dapat
dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila Ns>Nr.

Dilihat dari cara kerjanya motor tiga fasa disebut juga dengan motor tidak
sinkron( tidak serempak )

4. Keuntungan dan Kerugian Motor 3 Fasa


a) Keuntungan Penggunaan Motor 3 Fasa :

Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan


rotor sangkar.
Harganya relatif murah dan kehandalan tinggi.
Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga
rugi gesekan kecil.
Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak
diperlukan.

b) Kerugian Penggunaan Motor 3 Fasa :

Kecepatan tidak mudah dikontrol.


Power factor rendah pada beban ringan.
Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal.
Prinsip Kerja Motor Induksi 1
Fasa

Gambar 1 Motor Induksi Satu Fasa

Motor dalam dunia kelistrikan ialah mesin yang digunakan untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Salah satu motor listrik yang umum digunakan dalam banyak aplikasi
ialah motor induksi. Motor induksi merupakan salah satu mesin asinkronous (asynchronous
motor) karena mesin ini beroperasi pada kecepatan dibawah kecepatan sinkron. Kecepatan
sinkron sendiri ialah kecepatan rotasi medan magnetik pada mesin. Kecepatan sinkron ini
dipengaruhi oleh frekuensi mesin dan banyaknya kutub pada mesin. Motor induksi selalu
berputar dibawah kecepatan sinkron karena medan magnet yang dibangkitkan stator akan
menghasilkan fluks pada rotor sehingga rotor tersebut dapat berputar. Namun fluks yang
terbangkitkan oleh rotor mengalami lagging dibandingkan fluks yang terbangkitkan pada stator
sehingga kecepatan rotor tidak akan secepat kecepatan putaran medan magnet. Berdasarkan
suplai input yang digunakan, motor induksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motor: induksi 1 fasa
dan motor induksi 3 fasa. Dalam artikel ini hanya akan dijelaskan mengenai motor induksi 1
fasa, namun untuk prinsip kerjanya sendiri kedua jenis motor induksi tersebut memiliki prinsip
kerja yang sama. Yang membedakan dari kedua motor induksi ini ialah motor induksi 1 fasa
tidak dapat berputar tanpa bantuan gaya dari luar sedangkan motor induksi 3 fasa dapat berputar
sendiri tanpa bantuan gaya dari luar.
Konstruksi Motor Induksi Satu Fasa

Gambar-bagian utama motor induksi satu fasa (www.learnengineering.org)

Terdapat 2 bagian penting pada motor induksi 1 fasa, yaitu: rotor dan stator. Rotor merupakan
bagian yang berputar dari motor dan stator merupakan bagian yang diam dari motor. Rotor
umumnya berbentuk slinder dan bergerigi sedangkan stator berbentuk silinder yang melingkari
seluruh badan rotor. Stator harus dilengkapi dengan kutub-kutub magnet dimana kutub utara dan
selatan pada stator harus sama dan dipasang melingkari rotor sebagai suplai medan magnet dan
kumparan stator untuk menginduksi kutub sehingga menciptakan medan magnet. Stator
umumnya dilengkapi dengan stator winding yang bertujuan membantu putaran rotor, dimana
stator winding dilengkapi dengan konduktor berupa kumparan. Selain itu, stator juga dilapisi
dengan lamina berbahan dasar silikon dan besi yang bertujuan untuk mengurangi tegangan yang
terinduksi pada sumbu stator dan mengurangi dampak kerugian akibat munculnya arus eddy
(eddy current) pada stator. Rotor umumnya dibuat dari alumunium dan dibuat bergerigi untuk
menciptakan celah yang akan diisi konduktor berupa kumparan. Selain itu, rotor juga dilapisi
dengan lamina untuk menambah kinerja dari rotor yang digunakan. Masing-masing komponen
dipasang pada besi yang ditunjukkan seperti pada gambar berikut:
Gambar 2 Konstruksi Motor Induksi 1 Fasa

Prinsip Kerja Motor Induksi 1 Fasa

Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana motor ini disuplai oleh sebuah sumber
AC 1 fasa. Ketika sumber AC diberikan pada stator winding dari motor, maka arus dapat mengalir
pada stator winding. Fluks yang dihasilkan oleh sumber AC pada stator winding tersebut disebut
sebagai fluks utama. Karena munculnya fluks utama ini maka fluks medan magnet dapat dihasilkan
oleh stator.

Gambar 3-Dampak adanya arus pada stator

Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit. Karena rotor berputar maka dapat
dikatakan bahwa konduktor pada rotor akan bergerak melewati stator winding. Karena konduktor
pada rotor bergerak relatif terhadap fluks pada stator winding, akibatnya muncul tegangan ggl
(gaya gerak listrik) pada konduktor rotor sesuai dengan hukum faraday. Anggap lagi motor
terhubung dengan beban yang akan dioperasikan. Karena motor terhubung dengan beban maka
arus dapat mengalir pada kumparan rotor akibat adanya tegangan ggl pada rotor dan
terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang mengalir pada rotor ini disebut arus rotor. Arus
rotor ini juga menghasilkan fluks yang dinamakan fluks rotor. Interaksi antara kedua fluks inilah
yang menyebabkan rotor didalam motor dapat berputar sendiri. Perlu diingat bahwa pada kondisi
awal diasumsikan rotor sudah diberi gaya luar untuk menggerakkan konduktor pada rotor, karena
jika tidak maka rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan stator sehingga tidak terjadi
tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum faraday.

Gambar 4-Putaran pada rotor akibat fluks. Dimisalkan Rotor sudah berputar sedikit

Sebelumnya telah dibahas mengenai adanya arus stator yang mengakibatkan munculnya arus pada
rotor karena hukum faraday. Masing-masing arus menghasilkan fluks yang mempengaruhi rotor.
Bagaimana fluks tersebut mempengaruhi kecepatan putaran rotor akan dibahas pada paragraf ini.
Arus stator akan menghasilkan fluks utama, sedangkan arus pada rotor menghasilkan fluks pada
rotor. Masing-masing fluks ini akan mempengaruhi arah putaran rotor, hanya saja arah keduanya
berlawanan. Sesuai hukum lorentz, apabila kita memiliki sebuah kabel yang dialiri arus dan terdapat
fluks medan magnet disekitar kabel tersebut maka akan terjadi gaya pada kabel tersebut. Karena
besarnya fluks pada stator dan rotor relatif sama maka gaya yang dihasilkan juga sama. Namun
karena arah gaya yang berbeda mengakibatkan rotor tidak berputar akibat kedua gaya yang saling
menghilangkan. Hal ini juga yang mengakibatkan motor induksi perlu diputar sedikit, agar salah satu
gaya yang dihasilkan oleh fluks lebih besar daripada yang lainnya sehingga rotor dapat berputar.

Gambar 5-Saat rotor tidak berputar, total gaya akibat masing-masing fluks ialah 0

Gambar 6-Saat rotor sudah berputar sedikit, total gaya akan memiliki perbedaan sehingga
terjadi putaran

Jenis-Jenis Motor Induksi Satu Fasa

Motor induksi satu fasa ini memiliki 4 jenis berdasarkan bagaimana motor ini diaktifkan sendiri
(self-starting).

Motor Induksi Split-Phase

Motor Jenis ini menggunakan kapasitor di salah satu stator windingnya, dimana besarnya kapasitas
dari kapasitor sebisa mungkin dibuat kecil. Misalkan kita memiliki sumber arus 2 fasa dan sumber ini
disambungkan pada motor jenis ini, maka arus yang mengalir pada salah satu winding akan
membesar dan mengalami pergeseran fase. Akibat 2 hal tersebut, motor akan dapat berputar karena
perbedaan fluks dari masing-masing winding. Torsi yang dihasilkan umumnya dapat mencapai
kecepatan maksimum dari motornya. Motor jenis ini sering dipakai pada beban 200W. Peletakan
kapasitor sangat berpengaruh pada rangkaian ini karena dapat mengubah aras fluks yang dihasilkan
dan sebagai akibatnya mengubah arah putaran rotor.

Gambar 7-Rangkaian Ekivalen Split-Phase

Motor Induksi Capasitor-Start

Motor jenis ini kurang lebih sama dengan motor induksi tipe split-phase. Perbedaannya ialah
adanya switch yang dipasang antara salah satu stator winding dan kapasitor. Kondisi dari switch
akan menjadi close saat motor mulai berputar dan menjadi open ketika motor mulai mencapai
kecepatan yang diinginkan. Umumnya belitan pada winding yang diserikan dengan kapasitor
dibuat lebih banyak untuk mencegah panas berlebihan pada winding tersebut. Motor jenis ini
dipakai pada alat elektronik yang memakan daya tinggi seperti AC.

Gambar 8-Rangkaian Ekivalen Capacitor-Start (www.allaboutcircuits.com)

Motor Induksi Capacitor-Run

Perbedaan motor tipe ini dengan motor sebelumnya ialah adanya kapasitor yang besar yang di-
paralel dengan switch dan kapasitor lainnya (yang kecil). Umumnya motor induksi tipe ini
bekerja pada torsi yang lebih tinggi sama seperti motor sebelumnya, hanya saja arus yang
mengaliri motor cukup kecil.
Gambar 9-Rangkaian Ekivalen Capacitor Run (www.allaboutcircuits.com)

Motor Induksi Shaded Pole

Motor ini memiliki nama Shaded Pole karena 1/3 dari kutub pada stator ditutup dengan tembaga
untuk menghasilkan perbedaan sudut fluks yang lebih besar. Akibat perbedaan ini, rotor pada motor
dapat berputar dengan mudah. Kedua winding pada motor tipe ini tersambung paralel secara
langsung (tanpa ada komponen lain), namun pada salah satu winding diberikan coil tap untuk
mengatur kecepatan motor. Motor tipe ini memiliki torsi starting yang sangat rendah sehingga sering
digunakan pada alat-alat elektronik disekitar kita, seperti kipas angin.

Gambar 10-Rangkaian Motor Induksi Shaded Pole (www.allaboutcircuits.com)

Mengapa Motor Induksi 1 Fasa Tidak Bisa DiStart Sendiri?

Seperti yang dijelaskan sedikit di atas, motor induksi 1 fasa tidak bisa di-start sendiri karena fluks
yang dihasilkan dari arus pada stator dan pada rotor besarnya sama namun berlawanan arah, sehingga
total fluks yang dialami oleh rotor adalah 0.
Pinsip kerja motor induksi tiga fasa

Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Ada dua jenis rotor
yaitu rotor sangkar dan rotor belitan. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan
slots untuk membawa gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah
kutub yang tertentu.
Stator merupakan bagian yang diam dari motor induksi tiga fasa, pada bagian stator
terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat (konduktor) dari tiga kumparan
tiga fasa yang disebut kumparan stator, yang masing-masing kumparan mendapatkan
suplai arus tiga fasa, maka pada kumparan tersebut segera timbul medan putar.
Dengan adanya medan magnet putar pada kumparan stator akan mengakibatkan rotor
berputar, hal ini terjadi karena adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor
sinkron dan kecepatan putar stator.
Konstruksi stator terdiri dari :
1. Rumah stator yang terdiri dari besi tuang
2. Inti stator yang terbuat dari besi lunak atau baja silikon
3. Terdapat slot untuk menempatkan kawat belitan
4. Belian stator yang terbuat dari tembaga

Gambar Konstruksi stator


Gambar Bentuk belitan stator

Ada dua macam jenis Rotor pada motor induksi yaitu rotor sangkar dan rotor belitan.
Rotor sangkar (squirrel cage rotor); kawat rotor terdiri dari batang-batang tembaga yang
berat, aluminium atau alloy yang dimasukkan ke dalam inti rotor. Masing-masing ujung
kawat dihubungkan singkat dengan end-ring.
Motor induksi dengan rotor belitan mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa
sama seperti kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah
kutub yang sama. Penambahan tahanan luar sampai harga tertentu, dapat membuat
kopel mula mencapai harga kopel maksimmnya. Kopel mula yang besar memang
diperlukan pada saat start. Motor induksi jenis ini memungkinkan penambahan
(pengaturan) tahanan luar. Tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke rotor
melalui cincin. Selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar, tahanan luar dapat
diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start. Disamping itu
dengan mengubah ubah tahanan luar, kecepatan motor dapat diatur.
Gambar Rotor belitan

Gambar Rotor sangkar bajing

Pinsip kerja motor induksi tiga fasa

Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi
apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak umumnya fasa 3. hubungan
dapat berupa hubungan bintang atau delta.
Ada beberapa prinsip kerja motor induksi:
1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan medan (stator), timbullah
medan putar dengan kecepatan ................rpm dengan fs = frekuensi stator (Stator line
frequency) atau frekuensi jala-jala dan p = jumlah kutub pada motor.
2. Medan stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
3. Akibatnya pda kumparan jangkar (rotor) timbul tegangan induksi (ggl).
4. Karena kumparan jangkar merupakan kumparan tertutup, ggl (E) akan menghasilkan
arus (I).
5. Adanya arus (I) didalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
6. Bila kopel mula yng dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor besar akan memikul kopel
beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
7. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tegangan induksi timbul karena
terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan
terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan stator dengan
kecepatan berputar rotor (nr).
8. Perbedaan kecepatan antara dan disebut slip (S) dinyatakan dengan:

9. Bila = , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan
jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan
apabila lebih kecil dari .
10. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak
atau asinkron
Motor Listrik 3 Fasa
Posted by Akhmad Insya Ansori Selasa, 30 April 2013 0 comments

Motor Listrik 3 Fasa - Berikut ini adalah teori mengenai Motor Listrik 3 Fasa yang akan kami
bahas lebih lanjut hanya di dunia elektro

Motor Listrik 3 Fasa


A. Motor Listrik 3 Fasa
Motor AC 3 phase bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa sumber untuk menimbulkan
gaya putar pada rotornya. Jika pada motor AC 1 phase untuk menghasilkan beda phase diperlukan
penambahan komponen Kapasitor (baca disini), pada motor 3 phase perbedaan phase sudah
didapat langsung dari sumber seperti terlihat pada gambar arus 3 phase berikut ini:

Gb. Grafik arus 3 fasa

Pada gambar di atas, arus 3 phase memiliki perbedaan phase 60 derajat antar phasenya. Dengan
perbedaan ini, maka penambahan kapasitor tidak diperlukan.

B. Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa


Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian rotor
dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit (air gap) dengan jarak antara 0,4
mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi
dua macam yaitu rotor belitan (wound rotor) adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat
dari lilitan yang sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai (Squirrel-cage rotor) yaitu tipe
motor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan logam yang dimasukkan
melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi, kemudian setiap bagian disatukan oleh cincin
sehingga membuat batangan logam terhubung singkat dengan batangan logam yang lain.

Gb. Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa

C. Prinsip Kerja Motor Listrik 3 Fasa

Apabila sumber tegangan 3 fase dipasang pada kumparan stator, akan timbul medan putar dengan
kecepatan seperti rumus berikut :

Ns = 120 f/P

dimana:

Ns = Kecepatan Putar

f = Frekuensi Sumber

P = Kutub motor
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada
batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi. Karena batang konduktor merupakan
rangkaian yang tertutup maka GGL akan menghasilkan arus (I). Adanya arus (I) di d alam medan
magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yan g dihasilkan oleh gaya (F) pada
rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator. GGL induksi timbul karena terpoton gn ya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator.
Artinya agar GGL induksi tersebut timbul, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan
medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).

Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s), dinyatakan dengan

S= (ns- nr)/ ns

Bila nr = ns, GGL induksi tidak akan timbul dan arus tidak mengalir pada batang konduktor (rotor),
dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga
sebagai motor tak serempak atau asinkron.

D. Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi (torque)

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara torque - kecepatan dengan arus
pada motor induksi 3 phase:

Motor mulai menyala ternyata terdapat arus start yang tinggi akan tetapi torque-nya rendah.

Saat motor mencapai 80% dari kecepatan penuh, torque-nya mencapai titik tertinggi dan arusnya
mulai

menurun.

Pada saat motor sudah mencapai kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan
stator turun ke nol.
E. Keuntungan dan Kerugian Motor 3 Fasa

Keuntungan motor 3 fasa :

Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor sangkar.

Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.

Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi gesekan kecil.

Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak diperlukan.

Kerugian Penggunaan Motor Induksi:

Kecepatan tidak mudah dikontrol

Power faktor rendah pada beban ringan

Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal

F. Pengasutan Motor Listrik 3 Fasa

Pengasutan merupakan metoda penyambungan kumparan-kumparan dalam motor 3 phase. Ada 2


model penyambungan kumparan pada motor 3 phase:

1. Sambungan Bintang/Star/Y

2. Sambungan Segitiga/Delta

1. Sambungan Star
Sambungan bintang dibentuk dengan menghubungkan salah satu ujung dari ketiga kumparan
menjadi satu. Ujung kumparan yang digabung tersebut menjadi titik netral, karena sifat arus 3 phase
yang jika dijumlahkan ketiganya hasilnya netral atau nol.

Nilai tegangan phase pada sambungan bintang = 3 x tegangan antar phase

2. Sambungan Delta
Gb. Sambungan Delta

Sambungan delta atau segitiga didapat dengan menghubungkan kumparan-kumparan motor


sehingga membentuk segitiga. Pada sambungan delta tegangan kumparan = tegangan antar phase
akan tetapi arus jaringan sebesar 3 arus line
Motor Induksi (Asinkron)

Pengenalan Motor Induksi


Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi
medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya
perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field)
yang dihasilkan oleh arus stator.

Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri
maupun di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-
fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga
3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang
besar. Motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase dan banyak
digunakan terutama untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es,
pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya
keluaran yang rendah.

Bentuk fisik MI

MI dilihat ke dalam
Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut :
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke
rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari
kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.

Gambar kumparan dikeluarkan dari rotor

Gambar rotor belitan

Gambar stator dan rotor sangkar


Gambar rotor sangkar

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai
berikut :

1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.


2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan
belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.

Rangka stator motor induksi ini didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan
manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara
terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator
didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.

Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi
dua jenis , yaitu.
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)

Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.


1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur merupakan
tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4. Poros atau as.

Gambaran sederhana bentuk alur/slot pada motor induksi

Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator
dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan
rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator
dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang
optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan
efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil/sempit
akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk gambaran sederhana
bentuk alur / slot pada motor induksi diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambaran sederhana MI dengan 1 kumparan stator dan 1 kumparan rotor


Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar menunjukkan arah arus
yang melewati kumparan masuk ke dalam (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.)
menunjukkan bahwa arah arus keluar dari permukaan.

Prinsip Kerja Motor Induksi


1.
Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan
stator kepada kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor induksi 3-fasa
yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan 3-fasa, maka kumparan stator
akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis-garis gaya fluks yang
diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga
timbul emf (ggl) atau tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor
merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan
rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis
gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan
mengalami gaya Lorentz yang menimbulka torsi yang cenderung menggerakkan
rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.

Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada


rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan
turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara
stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel
motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor,
sehingga slip antara
medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi. Bila
beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.

Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada


slotslotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini
menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang
diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin
kecilnya kecepatan putar
medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut
kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut.
sink = 2f (listrik, rad/dt)
= 2f / P (mekanik, rad/dt)
atau:
Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2)
yang mana :
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
Ns dan sink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator

Prinsip kerja motor induksi berdasarkan macam fase sumber tegangannya dapat
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut dibawah ini. Sumber 3 fasa

Bentuk hubungan sederhana kumparan MI 3 fase dengan 2 kutub stator

Sumber 3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor induksi 3-fase
ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu sama lainya sejarak 120
derajat listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang berbeda fase 120 derajat listrik
antar fasenya, sehingga keadaan ini akan menghasilkan resultan fluks magnet yang
berputar seperti halnya kutup magnet aktual yang berputar secara mekanik. Bentuk
gambaran sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stato
rdiperlihatkan pada gambar diatas
Bentuk gambaran fluk yang terjadi pada motor induksi 3-fasa diperllihatkan pada
gambar berikut (fluks yang terjadi pada kumparan 3-fase diasumsikan sinusoidal
seperti yang diperlihatkan pada gambar (a) dengan arah fluks positif seperti gambar
(b)

Gambar flux yang terjadi pada MI 3 fase

Anda mungkin juga menyukai