Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM DISTRIBUSI DAN PROTEKSI TENAGA

LISTRIK

SEMESTER GENAP 2021/2022

“TRAFO ARUS CT”

Disusun oleh :

ERHIL ABRIANSYAH AZIS

421 21 249

4D RPL D4 Teknik Listrik

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG

MAKASSAR

2022
A. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui pengujian yang diperlukan pada current transformer


(CT) atau Transformator (trafo) arus.
2. Untuk menentukan dan memahami current transformator (CT) ratio
(ratio transformator arus) antara sisi primer dan sekunder.
3. Melakukan pengukuran tahanan isolasi pada sisi primer, sekunder,
dan primer- sekunder.
4. Memahami polaritas CT dan bagaimana cara menentukannya.

5. Memahami dan melakukan pengukuran knee point dari


karakteristik CT.

6. Memahami dan mampu menerangkan tentang burden CT.

7. Mampu memahami keakuratan pengukuran CT berdasarkan CT


class.

8. Mampu merakit rangkaian trafo arus untuk penggunaan pada


jaringan tiga fasa.

B. Teori Dasar

CT – merupakan trafo arus yang berfungsi untuk mengkonversi arus


yang melewatinya dari level tinggi ke level rendah yang dapat
dimanfaatkan untuk input alat metering maupun alat proteksi pada suatu
jaringan sistim tenaga lisrik.
Current Transformer merupakan komponen utama dalam sistim tenaga
listrik, baik pada distribusi maupun pada pembangkitan. Dengan adanya
current transformer, suatu peralatan ataupun jaringan dapat dimonitoring
kondisinya melalui hasil pengukuan (metering) serta dapat dilindungi
melalui proteksi apabila adanya gangguan yang menimbulkan arus yang
sangat besar sebagai akibat short circuit (hubungan singkat) ataupun
overload (kelebihan beban) dan lain sebagainya.
Dari hal diatas, pemanfaatan output dari current transformer dapat
dibagi atas 2 hal, yaitu :
 Metering, output dari Current Transfomer digunakan sebagai input
pada alat ukur.
 Proteksi, output dari Current Transfomer digunakan sebagai input
untuk alat proteksi yang nantinya akan mentriger alat proteksi
untuk bekerja apabila ada gangguan.

Beberapa istilah pada Transformator Arus, antara lain:

1. Perbandingan transformasi (Transformation Ratio) :

Perbandingan antara besar arus pengenal primer terhadap besar

arus pengenal sekunder, di-notasikan dengan “n”.

2. Arus pengenal Primer (Rated Primary current)

Besar arus primer yang tercantum pada name plate di CT, dapat
dituliskan dengan “Ip”.

3. Arus pengenal sekunder (Rated Secondary current )

Besar arus sekunder yang tercantum pada papan nama trafo arus,

dapat dituliskan dengan “is “.

Misalkan ratio CT 100/5 A. Maka Ip = 100 dan is = 5.

4. Penandaan Polaritas (Polarity Marking)


Penandaan polaritas pada CT bertujuan untuk menunjukkan
bagaimana arah belitan primer dan sekunder dililitkan pada intinya.
Penandaan Polaritas yang umum dipakai adalah :
Primer : P1 – P2 ; K – L ; H1 – H2
Sekunder : s1 - s2 ; k - l ; l1 - l2
5. Titik Lutut (Knee point)
Sebuah titik pada kurva maknetisasi, yang membatasi antara
daerah jenuh dan tidak jenuh.
Gambar 2.1 Typical Excitation Characteristic

Prinsip kerja CT (Current Tranformer)

Arus yang mengalir pada sistem distribusi tegangan menegah


ataupun tegangan rendah berkisar ratusan hingga ribuan ampere. Oleh
karena itu, belitan primer dari trafo arus terbuat dari batangan tembaga
dengan dimensi yang relative besar agar mampu menahan arus yang
mengalir secara terus-menerus disisi primer ataupun arus sesaat ketika
terjadi kegagalan sistem. Karena terbuat dari batang tembaga yang cukup
besar dan maksimal 2 lilitan untuk rasio ganda , maka impedansi disisi
primer bisa diabaikan karena terlalu kecil dibandingkan impedansi sistem.
Gambar dibawah ini adalah contoh sederhana dari trafo arus yang
menggunakan batang tembaga lilitan tunggal sebagai belitan primer
Gambar 2.2 Trafo arus dengan batang tembaga tunggal disisi primer

 Pada saat arus primer Ip mengalir pada lilitan primer, maka akan
muncul medan magnet disekeliling lilitan primer tersebut.

 Medan magnet tersebut akan terkumpul lebih banyak pada inti atau
core. Medan magnet yang berputar di dalam inti atau core
menghasilkan perubahan flux primer dan memotong lilitan
sekunder sehingga menginduksikan tegangan pada lilitan sekunder
sesuai hukum faraday

 Karena lilitan sekunder membentuk loop tertutup, maka akan


mengalir arus sekunder Is yang akan membangkitkan medan
magnet untuk[6] melawan flux magnet yang dihasilkan oleh belitan
primer sesuai hukum lenz.

Fungsi dari trafo arus adalah:

 Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering
dan proteksi.

 Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai


pengamanan terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.

 Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp.


C. Alat dan Bahan

1. 1 Modul Current Transformer

2. 1 unit regulator tegangan

3. 1 unit sumber arus

4. 1 buah Amperemeter (mA digital)

5. 1 buah Amperemeter Analog

6. 1 set Battery

7. 1 buah beban resistif ( Cat.no 733 10 )

D. Rangkaian Percobaan

1. Percobaan Pengukuran CT ratio

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Pengukuran CT ratio


2. Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi CT

Gambar 4.2 Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi CT


3. Percobaan Penentuan Polaritas CT

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan Polaritas CT


E. Prosedur Percobaan

1. Percobaan Pengukuran CT ratio

A. Langkah-langkah percobaan

1. Catat CT ratio name plate

2. Merangkai alat percobaan sesuai gambar IV.3, Pastikan Sumber


tegangan dalam kondisi off dan beban dalam posisi maksimum
(100%).
3. Aktifkan Amperemeter 1 dan 2.

4. On-kan voltage source, naikkan perlahan-lahan sampai mendekati arus


primer yang diinginkan (perhatikan nilainya di Amperemeter - 1), jika
diperlukan turunkan juga secara bertahap variable load (beban).
5. Catat arus sekunder dengan melihat n``ilai di monitor Amperemeter –

2.
6. Naikkan arus primer sesuai dengan nilai yang ditetapkan dalam tabel
IV.1. Ulangi langkah 2 – 6 untuk phase lainnya (S dan T).

2. Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi CT


A. Langkah-langkah percobaan
1. Merangkai alat percobaan sesuai gambar IV.4, Pastikan semua
terminal CT tidak dihubungkan dengan sumber tegangan ataupun
arus.
2. Pertama lakukan pengukuran tahanan isolasi primer – primer, yaitu
R-S, S-T, dan T- R, sesuai gambar IV.2A (contoh pada gambar
untuk percobaan pada phase R-S).
3. Putar knop tegangan injeksi ke tegangan 500 V.
4. Tekan tombol test, lihat dan catat hasil pengukun di display alat
ukur.
5. Lakukan pengukuran tahanan isolasi kembali (ulangi point 1 – 4)
untuk:
a. Primer – Sekunder (P1 – S1) untuk phase R – r, S – s, dan T – t
sesuai gambar IV.2B (contoh pada gambar untuk percobaan
phase S – t)
b. Primer – Ground (P1 – G) untuk phase R – G, S – G dan T – G,
rangkaian seperti gambar IV.2C (contoh pada gambar untuk
rangkaian phase R- G)
c. Sekunder – Ground (S1 – G) untuk phase r – G, s – G dan t – G,
rangkaian seperti gambar IV.2D (contoh pada gambar untuk
rangkaian sekunder phase R - G)

3. Percobaan Penentuan Polaritas CT


A. Langkah-langkah percobaan

1. Merangkai alat percobaan sesuai gambar IV.3, pastikan Polaritas battery


benar dan switch dalam kondisi off.

2. Setelah point satu terpenuhi, tutup switch dan perhatikan pergerakan


jarum Amperemeter analog. Jika bergerak ke arah kanan, maka polaritas
CT telah benar. Jika sebaliknya, rangkain perlu diperbaiki.

3. Ulangi langkah pada point 1-2 untuk phase berikutnya (S dan T).
F. Hasil Percobaan

Tabel 6.1 Percobaan Pengukuran CT ratio


Nilai Arus Nilai Arus Sekunder is (mA / A)
Primer Ip (A) Phase R Phase S Phase
0.1 0,011 0,011 0,011
0.2 0,023 0,023 0,024
0.3 0,035 0,034 0,035
0.4 0,046 0,046 0,047
0.5 0,058 0,058 0,058
0.6 0,070 0,070 0,070
0.7 0,082 0,081 0,081
0.8 0,093 0,093 0,094
0.9 0,105 0,106 0,107
1.0 0,119 0,117 0,119

Tabel 6.2 Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi CT

Mata Uji Hasil Pengukuran V Injeksi


(M atau G) (500V/1000 V)
Ph. R Ph. S Ph. T
Primer – Sekunder 1,77 G 2,10 G 2,09 G 500
(P1 – S1)
Primer – Ground 2,89 G 2,39 G 3,15 G 500
(P1 – G)
Sekunder – Ground 2,99 G 2,65 G 3,16 G 500
(S1 – G)

Tabel 6.3 Percobaan Penentuan Polaritas CT


Phase Polaritas Primer Polaritas Sekunder Hasil Polaritas
R P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai/ Tidak Sesuai
S P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai/ Tidak Sesuai
T P1 + P2 - S1 + S2 - Sesuai/ Tidak Sesuai

G. Analisis Percobaan

1. Percobaan Pengukuran CT ratio


Pada percobaan CT ratio, dilakukan untuk mengetahui serta memahami
rasio dari transformator arus. Percobaan dilakukan dengan mengukur
masing-masing fasa dengan nilai arus primer 0,1 – 0,5 A. Dengan diketahui
bahwa nameplate transformator arus adalah 50/5 A. Maka hasil
pengukurannya seharusnya bekisar 0,01 – 0,1 A.

Pengukuran awal dengan arus primer 0,1 A didapatkan hasil


pengukuran masing-masing fasa adalah sama yaitu 0,01 A. Pengukuran
tersebut memiliki nilai eror sebagai berikut:

teori− pengukuran
Eror =¿ | x 100%
teori

0,010−0,011
=¿ | x 100%
0,010

= 10%

Selanjutnya menggunakan rumus yang sama, sehingga diperoleh nilai


dalam tabel sebagai berikut:
Nilai Arus Fasa R Fasa S Fasa T

Sekunder Nilai Arus Nilai Arus Nilai Arus


Is (A) Sekunder Is Eror Sekunder Is Eror Sekunder Is
Eror (%)
Teori (A) (%) (A) (%) (A)
Pengukuran Pengukuran Pengukuran

0,1 0,011 10,00 0,011 10,00 0,011 10,00

0,2 0,023 15,00 0,023 15,00 0,024 20,00

0,3 0,035 16,67 0,034 13,33 0,035 16,67

0,4 0,046 15,00 0,046 15,00 0,047 17,50

0,5 0,058 16,00 0,058 16,00 0,058 16,00

0,6 0,070 16,67 0,070 16,67 0,070 16,67

0,7 0,082 17,14 0,081 15,71 0,081 15,71

0,8 0,093 16,25 0,093 16,25 0,094 17,50

0,9 0,105 16,67 0,106 17,78 0,107 18,89

1,0 0,119 19,00 0,117 17,00 0,117 17,00

2. Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi CT

Percobaan kali ini pengujian tahanan isolasi transformator CT yang


bertujuan untuk mengetahui nilai tahanan isolasi transformator CT pada sisi
Primer – Sekunder, Primer – Ground, dan Sekunder – Ground. Pengujian isolasi
kali ini menggunakan insulation Resistance Test dengan tegangan injeksi 500
VDC.

Pengujian dari titik pengukuran Primer – Sekunder didapatkan nilai


tahanan isolasi antara 1,77 G2,09 GSelanjutnya pada titik pengukuran
Primer – Ground didapatkan nilai tahanan isolasi antara 2,39 G3,15 Gdan
titik pengukuran Sekunder – Ground didapatkan nilai tahanan isolasi antara 2,65
G3,16 G.

Dari hasil pengujian tahanan isolasi diatas titik pengukuran yang


memenuhi standar ialah Primer – Sekunder, Primer – Ground, dan Sekunder –
Ground karena memiliki tahanan dasar 1000 ohm/volt, maka transformator CT
yang diujikan isolasinya ini masih memenuhi standar dan diterima untuk
dioperasikan

3. Percobaan Penentuan Polaritas CT

Pada pengujian penentuan polaritas CT dilakukan untuk memenuhi serta


dapat menentukan polaritas CT, DC sebagai sumber,dan alat ukur amperemeter
analog. Pengujian dilakukan masing – masing phase, untuk R hasil prioritasnya
menunjukkan arah jarum jam kekanan menandakan polaritas sesuai. Begitupun
untuk phase S dan T menunjukkan hasil yang sama, hal ini disebabkan oleh
polaritas yang terpasang pada bagian primer masing – masing phase sama dengan
polaritas yang terpasang pada bagian sekunder. Ketika salah satu letak polaritas
dibagian sekunder dibalik, maka jarum jam pada alat ukur akan bergerak kekiri
yang menandakan rangkaian tersebut salah.

H. Kesimpulan

1. Praktikan telah memenuhi dan menentukan polaritas CT pada tiap – tiap


fasa ( R, S, dan T ) di transformator arus.

2. Praktikan telah telah mampu memahami kesalahan dan tingkat keakuratan


dengan menghitung nilai errornya

3. Praktikan telah mampu merakit rangkaian trafo arus dengan rangkaian tiga
fasa.

Anda mungkin juga menyukai