Anda di halaman 1dari 9

Workshop Alat Pembatas dan Pengukur

“Pemahaman Nilai Sinkronisasi CT PT pada Alat Ukur”

Dosen :
Ir. Sutedjo, MT.

Dibuat oleh :
Alifirstyoga Benarrizki
1303181043
3 D3 Teknik Elektro Industri B

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2020/2021
I. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan
memahami nilai sinkronisasi antara CT PT pada alat ukur

II. Dasar Teori


2.1 Current Transformator
Current Transformer atau lebih dikenal dengan CT merupakan trafo arus yang
berfungsi untuk mengkonversi arus yang melewatinya dari level rendah yang dapat
dimanfaatkan untuk input alat metering maupun alat proteksi pada suatu jaringan
sistem tenaga listrik.
Current Transformer merupakan komponen utama dalam sistem tenaga listrik,
baik pada distribusi maupun pada pembangkitan. Dengan adanya Current
Transformer, suatu peralatan ataupun jaringan dapat dimonitoring kondisinya melalui
hasil pengkuruan (metering) serta dapat dilindungi melalui proteksi apabila adanya
gangguan yang menimbulkan arus yang sangat besar sebagai akibat short circuit
(hubung singkat) ataupun overload (kelebihan beban) dan lain sebagainya.
Dari hal diatas pemanfaatan output dari Current Transformer dapat dibagi atass
2 hal, yaitu :
 Metering, output dari Current Transformer digunakan sebagai input pada alat ukur.
 Proteksi, output dari Current Transformer digunakan sebagai input untuk alat
proteksi yang nantinya akan mentriger alat protekssi untuk bekerja apabila ada
gangguan.

Gambar 1. Konstruksi CT
Prinsip kerja dari current transformer mirip dengan prinsip kerja transformator
pada umumnya, dimana terdapat belitan sisi primer dan belitan sisi sekunder yang
dihubungkan melalui kopling medan magnet pada inti besi transformator. Sehingga
arus yang melewati sisi primer akan menghasilkan induksi pada inti besi yang akan
menimbulkan arus pada sisi sekunder. Pada rancangannya, sebuah Current
Transformer memiliki satu atau lebih gulungan pada sisi sekunder, sehingga sebuah
Current Transformer memiliki satu atau lebih output yang masing – masingnya bisa
dimanfaatkan sekaligus sesuai dengan kebutuhan seperti untuk metering, proteksi
over current, differential dan lain – lain.
Seperti halnya transformator secara umum, Current Transformer juga memiliki
ratio belitan antara sisi primer dan sekunder untuk menghasilkan perbandingan antara
arus yang melewati sisi primer dan arus yang dikeluarkan pada sisi sekunder. Lebih
mudahnya, jika sebuah Current Transformer dengan ratio 1000:5, menyatakan bahwa
apabila arus yang melewati sisi primer sebesar 1000 A, maka output Current
Transformer (sisi sekunder) adalah sebesar 5 A. Hal ini sesuai dengan ratio
perbandingannya yaitu 1000:5. Sehingga apabila arus yang melewati sisi primer
sebesar 500 A, maka sisi sekunder akan mengeluarkan arus sebesar 2,5 A.
Arus sekunder di keluaran CT dapat di ukur menggunakan 2 alat ukur, yaitu
ammeter analog biasa dan ammeter analog panel via CT. Pembacaan di ammeter
biasa, terbaca nilai arus sekunder sebenarnya, karena pada ammeter biasa didalamnya
tidak terdapat CT. Dibuktikan dengan, ammeter analog biasa tidak terdapat
perbandingan ratio di komponennya. Sedangkan pada ammeter analog panel via CT
terdapat keterangan perbandingan rasio. Perbandingan rasio ini adalah nilai
sinkronisasi antara ammeter panel dengan CT. Pada sebuah ammeter analog panel
via CT, menggunakan nilai sinkronisasi 100/5A, dan CT yang terpasang juga
memiliki nilai 100/5A. Kemudian saat arus listrik pada rangkaian panel listrik
tersebut mengalir sebesar 100 Ampere, maka CT akan menangkap induksi dari
rangkaian listrik tersebut sebesar 100 Ampere pada kumparan primer, kemudian
kumparan sekunder menurunkan nilai arus listrik menjadi 5A, dan mengirimkan arus
listrik sebesar 5 ampere tersebut ke amperemeter, selanjutnya alat ukur ampere meter
akan mengkonversi lagi arus listrik 5 Ampere yang diterimanya, menjadi 100
Ampere sesuai dengan hasil pengukuran sebenarnya. 100/5A artinya "Setiap arus
listrik terukur sebesar 100 Ampere, maka dikonversi menjadi 5 Ampere”.
2.2 Potensial Transformator
Trafo tegangan (VT), juga disebut trafo potensial (PT), adalah jenis trafo
instrumen yang terhubung paralel. Mereka dirancang untuk menghadirkan beban
yang dapat diabaikan ke suplai yang diukur dan memiliki rasio tegangan dan
hubungan fase yang akurat untuk memungkinkan pengukuran terhubung sekunder
yang akurat
POLARITAS PT
Terminal primer dan sekunder harus ditandai dengan jelas dan mudah dibaca.
Penandaan harus dapat mengidentifikasi:
a. belitan primer dan sekunder
b. polaritas relatif setiap belitan.
Huruf besar A dan N menggambarkan terminal belitan primer dan huruf kecil a
dan n menggambarkan terminal belitan sekunder. Huruf da dan dn menggambarkan
terminal belitan yang digunakan untuk memasok tegangan residual. Terminal yang
diberi tanda A dan a harus mempunyai polaritas yang sama pada nilai sesaat yang
sama
Gambar 2 Polaritas transformator
RATIO PT
PT biasanya dijelaskan oleh rasio tegangannya dari primer ke sekunder. A 600: 120 PT
akan memberikan tegangan output 120 volt ketika 600 volt terkesan pada belitan
primernya. Peringkat tegangan sekunder standar adalah 120 volt dan 70 volt, kompatibel
dengan alat ukur standar. Berikut ditunjukkan rangkaian trafo tegangan beserta
persamaanya.

Gambar 3 Rangkaian transformator

Dimana :
a : Ratio transformasi
N1 > N2
N1 : Jumlah belitan primer
N2 : Jumlah belitan sekunder
E1 : Tegangan primer
E2 : Tegangan sekunder
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah batas
kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini:

Tabel 1. Batas kesalahan transformasi trafo tegangan


Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini sangat
terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam; lazimnya
transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.
III. Alat Percobaan
Pada praktikum kali ini, dilakukan dengan simulasi melalui Software ETAP 16.0.0
dengan komponen alat ukur pada out going gardu induk, yakni sebaga berikut:
1. CT
2. PT
3. Ampere Meter
4. Voltmeter
5. Wattmeter
6. VARmeter
7. Komponen sistem distribusi seperti trafo, CB, dan beban
IV. Gambar Rangkaian

Gambar 4.1 Rangkaian Sinkronisasi CT dan PT


V. Langkah Percobaan
Pada praktikum kali ini, yakni berjudul pengujian polaritas PT menggunakan software
ETAP 16.0.0 dengan langkah-langkah percobaan sebagai berikut:
1. Buka software ETAP 16.0.0
2. Masukkan komponen yang akan digunakan untuk percobaan
3. Rangkain semua komponen seperti gambar rangkaian
4. Tekan tombol run simulation untuk memulai simulasi
5. Masukan data simulasi pada tabel data
VI. Data Hasil Percobaan
Alat Ukur Rasio Nilai Ukur
Amperemeter dengan CT 20/5 0,517 A
Voltmeter dengan PT 20kV/120V 20 kV
Wattmeter dengan CT dan CT = 20/5 & PT = 20kV/120V 16,57 kW
PT
VARmeter dengan CT dan CT = 20/5 & PT = 20kV/120V 6,8 kVAR
PT

Hasil simulasi sinkronisasi CT dengan Amperemeter


Hasil simulasi sinkronisasi PT dengan Voltmeter

Hasil simulasi sinkronisasi CT dan PT dengan alat ukur wattmeter dan varmeter

VII. Analisa

Berdasarkan hasil percobaan dan data yang telah didapatkan, maka pada percobaan
dengan judul Pemahaman Nilai Sinkronisasi CT PT pada Alat Ukur dapat dianalisa
bahwa percobaan ini dilakukan melalui software ETAP untuk mengetahui hasil
sinkronisasi antara CT dan PT dengan alat ukur. Pada rangkaian percobaan digunakan
sumber power grid dengan rating tegangan 20 kV kemudian dipasang CT dan PT pada
sistem. Dimana, untuk rasio dari CT adalah 20 : 5 dan rasio PT adalah 20k : 380. Pada
CT 1 dipasang Amperemeter sedangkan pada PT 1 dipasang Voltmeter. Sementara itu
untuk CT 2 dan PT 2 dipasang multi meter untuk mengetahui nilai Watt dan VAR.
Beban yang digunakan berupa static load 5 kVA yang diparalel dengan motor induksi
10 kW.
Pada simulasi yang dilakukan melalui software ETAP terdapat beberapa kendala,
dimana hasil simulasi tidak dapat menampilkan nilai output dari rasio arus maupun
tegangan dari CT dan PT. Oleh karena itu, nilai yang dapat didapatkan dari hasil
simulasi adalah hanya berupa nilai arus yang telah di rasio kan begitu pula dengan nilai
tegangannya. Untuk mengetahui nilai arus atau tegangan sebelum di rasio kan, maka
dapat diketahui melalui perhitungan dengan persamaan :

Rasio yang digunakan pada CT adalah 20 : 5, maksudnya melalui CT ini maka nilai
arus yang terbaca pada alat ukur akan diturunkan sesuai dengan rasio. Apabila dalam
kondisi real nilai arusnya adalah 20 A maka yang terbaca pada amperemeter adalah 5 A.
Pada amperemeter yang terhubung dengan CT nilai arus yang terukur adalah 0,517 A.
Untuk PT, nilai rasio yang digunakan adalah 20k : 380, sama halnya dengan CT melalui
PT ini nilai tegangan yang terbaca pada alat ukur akan diturunkan sesuai dengan rasionya.
Sementara itu, untuk multi meter yang terhubung dengan CT dan PT menunjukkan hasil
pengukuran sebesar 16,57 kW dan 6,8 kVAR.

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan dan hasil analisa yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :

1. Simulasi percobaan yang dilakukan melalui software ETAP hanya dapat


menampilkan nilai arus dan tegangan pada CT dan PT berupa hasil yang telah di
rasio kan, untuk mengetahui nilai arus maupun tegangan yang terukur sebelum di
rasiokan maka dapat dilakukan perhitungan secara manual melalui persamaan trafo.
2. Penggunaan CT dan PT pada sistem bertujuan untuk mengkonversi nilai arus atau
tegangan yang melewati sistem ke nilai yang lebih rendah sesuai dengan rasio
sehingga dapat terbaca oleh alat ukur.
3. CT dan PT yang dipasang pada sistem dapat berfungsi sebagai input alat
metering maupun proteksi pada sistem jaringan listrik.

Anda mungkin juga menyukai