Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

4.1 Simulasi Aliran Daya

Analisis aliran daya dalam sistem tenaga listrik merupakan analisis yang
mengungkapkan kinerja suatu sistem tenaga listrik dan aliran daya (nyata dan reaktif)
untuk keadaan tertentu ketika sistem bekerja. Hasil utama dari aliran daya adalah besar
dan sudut fasa tegangan pada setiap saluran (bus), daya nyata dan daya reaktif yang ada
pada setiap saluran. Hasil analisis aliran daya dapat digunakan untuk mengetahui
besarnya losses (rugi daya dan tegangan), alokasi daya reaktif dan kemampuan sistem
untuk memenuhi pertumbuhan beban. Untuk mengetahui aliran daya dari PLTA Tabang
dapat dilakukan dengan cara mensimulasikan dengan software ETAP 16.0. Gambar 4.1
berikut adalah gambar single line diagram dari PLTA Tabang yang dibuat menggunakan
Software Etap 16.0.

Gambar 4.1 Single line diagram PLTA Tabang menggunakan ETAP 16.0

PLTA Tabang memiliki empat unit pembangkit dengan kapasitas masing-masing


85 MVA dengan total kapasitas mencapai 340 MVA. Daya keluaran dari PLTA Tabang
ditransmisikan ke gardu induk Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kertanegara,
menggunakan saluran transmisi berukuran 240 mm2 double sirkuit
Setelah semua komponen dirangkai dan ditentukan nilainya seperti gambar 4.1,
rangkaian simulasi aliran daya pada softrware ETAP 16.0 di jalankan sehingga
menghasilkan single line diagram yang lengkap dengan aliran dayanya seperti gambar
4.2 berikut

Gambar 4.2 Single line diagram dan load flow PLTA Tabang menggunakan simulasi ETAP 16.0

Pada gambar single line diagram dan load flow PLTA Tabang diatas didapat
beberapa hasil aliran daya dari PLTA Tabang hingga ke Gardu Induk Kembang Janggut.
Aliran Daya ini dapat dilihat secara detail dari Load Flow Report ETAP 16.0 seperti
pada gambar 4.3 berikut
Gambar 4.3 Load Flow Report PLTA Tabang menggunakan simulasi ETAP 16.0

Pada gambar 4.3 di atas terdapat load flow report yang berisi semua data aliran daya dari
pembangkit yang membangkitkan daya aktif masing-masing sebesar 72 MW dan daya
reaktiv sebesar 3,849 MVar. Pada Transformator tegangan dinaikan dari 13,8 kV
menjadi 150 kV pada saluran transmisi. Posisi tap trafo dinaikan 5% sehingga tegangan
pada Bus 5 naik menjadi 157,1 kv. Hal ini bertujuan untuk agar tegangan yang sampai
pada grid GI Kembang Janggut persis pada tegangan 150 KV.

Gambar 4.4 Losses Report PLTA Tabang menggunakan simulasi ETAP 16.0

Pada gambar 4.4 di atas merupakan losses report dari PLTA tabang yang di
simulasikan menggunakan software ETAP 16.0. losses yang didapat pada rangkaian ini
termasuk besar yaitu sebesar 19,54 MW. Losses terbesar terdapat pada saluran Transmisi
yang cukup jauh yaitu sepanjang 140 KMS (Kilo Meter Sirkuit)
4.2 Analisa Proteksi Transformator

1. Tranformator

Transformator adalah komponen sistem tenaga listrik yang dapat memindahkan daya
listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainya
berdasarkan induksi elektromagnetik pada frekuensi yang tetap. Trafo yang digunakan
pada pembangkit ini adalah transformator step up 85 MVA

Gambar 4.1 Transformator 100 MVA

2. Proteksi Transformator

Sistem proteksi merupakan sistem pengamanan yang diIakukan ternadap peralatan-


peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga Iistrik tersebut. Misalnya
Generator, Transformator, Jaringan transmisi / distribusi dan lain-lain ternadap
kondisi operasi abnormal dari sistem itu sendiri. Transformator memiliki beberapa
system proteksi sebagai berikut :

A. Rele arus lebih


Rele ini berfungsi melindungi transformator terhadap arus lebih yang terjadi
karena pembebanan yang berlebihan atau ada gangguan hubung singkat antar fasa
di luar maupun di dalam transformator.

1) Arus hubung singkat transformator

Arus hubung singkat transformator dapat dicari menggunaan


B. Rele hubung tanah

Rele ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung


tanah yang terjadi di dalam maupun di luar transformator. Gangguan hubung
singkat tanah adalah gangguan yang paling banyak terjadi. Rele hubung tanah
pada prinsipnya adalah rele yang mendeteksi adanya arus urutan nol karena
gangguan hubung tanahbmenghasilkan arus urutan nol.

C. Rele differensial

Rele ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan daari dalam


(internal) transformator tersebut. Apabila terjadi gangguan dalam transformator ,
maka timbul selisih antara arus yang masuk dan keluar dari transformator
bersangkutan dan selisih arus inilah yang mengoperasikan rele differensial ini.
Rele differensial transformator pada prinsipnya sama dengan rele differensial
generator.

Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus dimana rele


differensial dipasang sehingga relai differensial tidak dapat dijadikan sebagai
pengaman cadangan untuk daerah berikutnya. Proteksi rele differensial bekerja
dengan prinsip keseimbangan arus (current balance). Prinsip ini berdasarkan
hukum kirchhoff yaitu membandingkan jumlah arus masuk ke primer (Ip) sama
dengan jumlah arus yang keluar dari sekunder (Is).

I diferensial=I d=I p + I s

Dimana:

Id = Arus Differensial (A)


Ip = Arus Sisi Masuk (A)
Is = Arus Sisi Keluar (A)

Gambar berikut menunjukkan rele differensial dalam keadaan arus normal,


dimana Ip dan Is sama besar dan berlawanan arah
∆I=0

Gambar 3.12 Rele Differensial Saat Kondisi Normal

Dari gambar 3.18 diatas dapat kita lihat bahwa arus pada sisi sekunder dan
ssi primer sama. Maka tidak ada tegangan yang melintasi coil relay dan tidak ada
arus yang mengalir pada rele tersebut, sehingga rele differensial tidak bekerja

1) Gangguan diluar daerah yang dilindungi

Pada gangguan diluar (eksternal) daerah proteksi rele differensial (diluar


kedua trafo arus), rele differensial tidak akan bekerja, karena arus pada sisi
primer dan sisi sekunder sama besar dan berlawanan arah seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 3.19 berikut.

∆I=0

Gambar 3.13 Rele Differensial Saat Gangguan Eksternal

Pada gambar 3.19 diatas dapat kita lihat bahwa terjadi gangguan di lar
daerah CT2. Ganguan seperti ini tidak dapat di deteksi oleh relai differensia
karena arus pada sisi primer sama dengan sisi sekunder.
2) Gangguan di dalam daerah yang dilindungi

Untuk gangguan didalam (internal) daerah proteksi rele differensial


(diantara kedua trafo arus), Arus pada sisi primer akan berbeda dengan arus yang
berada pada sisi sekunder. Sehingga rele differensial akan bekerja, seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.14 Rele Differensial Saat Gangguan Internal

Pada gambar 3.20 diatas dapat dilihat bahwa terjadi gangguan pada
transformator. Hal ini akan menyebabkan arus pada sisi primer akan berbeda
dengan arus yang berada pada sisi sekunder. Sehingga relay differensial akan
bekerja dan circuit breaker mentripkan trafo.

3) Pengaturan Rele Diferensial


Pengaturan rele diferensial (87T) pada transformator daya PLTA
Singkarak adalah dengan menggunakan data rata-rata arus pada sisi primer dan
sekunder transformator yaitu :
a. Pada sisi Low Voltage (Primer)
Str : 90 MVA
Vtr : 10.5 KV
CT ratio : 3000/5 A
Dengan menggunakan data diatas maka didapat perhitungan arus
seting sebagai berikut :

Str 90000
I tr = = =4948,7 A
V tr x √ 3 10,5 x √ 3
Dengan menggunakan rasio trafo arus 3000/5 A arus Primer trafo
yaitu :
I tr 4948,7
I sec , LV = = x 5=8,25 A
CT ratio 3000

b. Pada sisi Hight Voltage (Sekunder)


Ptr : 90 MVA
Vtr : 150 KV
CT ratio : 200/5 A
Dengan menggunakan data diatas maka didapat perhitungan arus
seting sebagai berikut :

Ptr 90000
I tr = = =346,4 A
V tr x √ 3 150 x √ 3

Dengan menggunakan rasio trafo arus 200/5 A arus sekunder trafo


yaitu :
I tr 346,4
I sec , HV = = x 5=8,66 A
CT ratio 200
Isec (Secondary current) pada sisi Hight Voltage harus sama dengan
Isec pada sisi Low Voltage berdasarkan rangkaian Bintang/Delta dari
transfomator. Maka, ada nilai konpensasi dari CT Ratio yang dipakai untuk
rele diferensial yang dapat dicari dengan rumus :
I sec HV 8,66
u= = =0,606
I sec LV x √3 8,25 x √ 3
Pada rele diferensial trafo ini, setting yang dipilih untuk Idiff adalah 30%
p = 0,3
Idif = Isec HV x 30% = 5A x 30% = 1,5A
Harmonisa yang di setting pada rele ini adalah 15%
Untuk Is setting yang dipilih adalah 30% maka :
Is = 3,0 x 5A = 15A

Dari rumus diatas didapat rele diferensial akan membuat


transformator trip ketika arus berbeda sebesar 30% dari arus rata – rata atau
1,5A perbedaan pada rele. Jika dibuat dalam kurva, setting rele diferensial
pada transformator PLTA Singkarak akan berbentuk seperti gambar berikut.
Gambar 4.9 Karakteristik rele diferensial transformator PLTA Singkarak
Penjelasan :
Idiff : Arus diferensial untuk mengoperasikan rele
Idmin : Arus difrensial minimum untuk mengoperasikan rele
Irestraint : Arus penahan

D. Rele hubung tanah terbatas

Rele ini berfungsi melindungi transformator terhadap gangguan hubung


tanah yang trjadi dalam transformator. Prinsip kerjanya hamper sama dengan rele
differensial tetapi yang dideteksi adalah selisih antara arus urutan nol yang masuk
dan yang keluar dari transformator, menginat bahwa gangguan hubung tanah
menghasilkan arus urutan nol.

E. Rele buchholz

Rele ini mendeteksi terjadinya gelembung-gelembung gas dalam


transformator . apanila terjadi gelembung gas yang banyak dalam transformator
(yang menandakan terjainya loncatan busur listrik yang cukup banyak ), maka rele
ini bekerja dan men-trip PMT transformator di sisi primer maupun sekunder.

F. Rele suhu

Rele suhu ini mengukur suhu kumparan transformator. Cara kerja dan
fungsinya serupa dengan rele suhu pada generator. Pada suhu tertentu rele ini akan
membunyikan alarm. Jika suhu kumparan transformator terus naik, maka rele ini
kemudian men-trip PMT transformator di sisi primer dan sekunder.
G. Rele tekanan mendadak

Rele ini berfungsi sama dengan rele buchholz, hanya saja yang dideteksi
adalah tekanan gas dalam transformator yang naik secara mendadak.

H. Rele tangki tanah

Karena bagian-bagian logam (misalnya inti kumparan) dan transformator


ditanahkan melalui tangki transformator, maka rele tangki tanah yang mendeteksi
arus yan mengalir antara tangki dan tanah sesungguhnya juga merupakan rele
gangguan hubung tanah.
4.3 Saluran Transmisi

1. Lokasi PLTA Tabang


Tabang merupakan salah satu kecamatan di pedalaman Kabupaten Kutai
Kartanegara yang terletak pada posisi antara 115o 26’ BT – 116o 18’ BT dan 1o 28’
LU – 0o 18’ LU. Secara administratif, kecamatan Tabang berbatasan dengan
Kabupaten Malinau di bagian utara, Kabupaten Kutai Barat di bagian barat,
Kabupaten Kutai Timur di bagian timur, serta Kecacmatan Kembang Janggut di
bagian selatan. Kecamatan Tabang juga merupakan kecamatan yang paling jauh di
Kutai Kartanegara. Akses menuju kecamatan Tabang atau desa-desaa di kecamatan
ini masih mengandalkan transportasi sungai.

Gambar 4.5 Lokasi Bendungan PLTA di Tabang

Gambar 4.5 diatas adalah lokasi sungai Belayan sebagai tempat dibangunnya
PLTA di Tabang.

Data dasar dari potensi Tabang untuk dijadikan PLTA dapat diperoleh dari studi
pendahuluan, survei dan analisa data yang diperoleh dari wiratman & associates.
Survei dibagi menjadi beberapa aspek yang dilakukan dalam pelaksanaannya. Aspek
kondisi hidrologi, curah hujan, ketersediaan air, dan geologi regional
Gambar 4.6 sungai belayan di peta dan rencana lokasi pembangkit listrik tenaga air tabang

Gambar 4.6 diatas adalah rencana lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Tabang
yang dapat ditempuh dari Kota Tenggarong selama 12 Jam dengan jarak 225 Km dan
lokasi sungai belayan pada peta.

2. Sistem 150 kV Mahakam

Sistem Mahakam merupakan sistem tenaga listrik yang terdapat di Kalimantan


Timur yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur dan Utara.
Sistem Mahakam menyuplai kebutuhan daya listrik untuk empat kota di Kalimantan
Timur, yakni Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan
Kota Bontang.
Interkoneksi Sistem Mahakam mulai terbentuk pada tahun 1996, beroperasi
pada awalnya dengan lima gardu induk dan hanya menyuplai kebutuhan listrik Kota
Balikpapan dan Kota Samarinda. Dari tahun ke tahun, Sistem Mahakam terus-
menerus mengalami perkembangan hingga pada tahun 2015 telah beroperasi dengan
14 gardu induk. Ditunjukkan pada Gambar 4.4.
PT PLN (PERSERO)
UIKL Kalimantan SISTEM INTERKONEKSI KALSELTENGTIM
UP2B Kalimantan

A
B
NWSMD
#1
60 2 x HAWK (20 ,0 KM)
MVA
2 x HAWK (20 ,0 KM)

2 x H AWK (16,0 KM)

2 x HAWK (16 ,0 KM)


1 x H AWK (20,5 KM) 2 x HAWK (15 ,8 KM) 2 x H AWK (8,3 KM) 1 x HAWK (12 ,0 KM) 2 x HAWK (7,2 KM) 2 x H AWK (28,1 KM) 2 x H AWK (51,5 KM) 2 x HAWK (20 ,3 KM)
1 x H AWK (20,5 KM) 2 x HAWK (15 ,8 KM) 2 x H AWK (8,3 KM) 1 x HAWK (12 ,0 KM) 2 x HAWK (7,2 KM) 2 x H AWK (28,1 KM) 2 x H AWK (51,5 KM) 2 x HAWK (20 ,3 KM)

1 x HAWK (1,5 KM)


1 x HAWK (1,5 KM)

BKNAI
A A A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B B B

BBIRU SMBTN
1 2 3 4
#1 #1
MELAK
#1
KTBGN
#2 #1 #4 #3 #1 #2 #1 HARBA #2 #1 #2 #3 #1 #2 #1 #2 #1 #2 #3 #1 #2
10
MVA
30
MVA
30
MVA
#1
30 MVA
#2
30MVA
30
MVA
30
MVA
60
MVA
60
MVA
30
MVA
30
MVA TGKWG
60 30
BKUAN
30
MVA
60
MVA
60
MVA
30 60 30 30
MRBDK
30
MVA
20
MVA
60
MVA TLPDN SNGTA 30
MVA
30
MVA
MBLUT MVA MVA MVA MVA MVA MVA

A #1 #2 #3 #1 #2
#1 #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8 #9 #10 #1 1 #12 #1 3 #14 #15 #1 6
B
PLTG
PLTMG PLTGU PLTMG
PLTMG PKING
BANGKANAI TBATU PLTD PLTU PLTD PLTU BMBNG
TRAFO KTMX4
SST KRSAM PWRDO KLDNG MHS

2 x H AWK (28,7 KM)

2 x H AWK (28,7 KM)


PLTU #3 #1 #2 #1 #2

SNONI PLTU PLTU PLTG


PLTMG PLTD PLTD
CFK3 CFK1, CFK2 SMBRA
WRTLA CUMINS MAK PLTMG MPP
A
2 x GULL (44,4 KM) 2 x H AWK (117,3 KM)
B
2 x GULL (44,4 KM) 2 x H AWK (117,3 KM)

1 2

TRAFO
SST

GISKS BNTOK

2 x HAWK (75 ,4 KM)

2 x H AWK (75,4 KM)


A A A A #1 #2
A A A A
MRJWA PLTU
B B B B B B B B

KALTIM
#1
#1
30
#1
30
#1
30 TEWEH #1
30 AMTAI #1
30 TMYNG #1
1 2 30 FTP-2
MVA KURUN MVA PCAHU MVA MVA MVA
30
MVA
MVA

#1 #2 #1 #2
PLTU
PLTU SKS RIMAU PLTU

2 x HAWK (78 ,7 KM)

2 x H AWK (78,7 KM)


PLTD PLTD MRJWA

2 x H AWK (30,2 KM)

2 x HAWK (30 ,2 KM)


TEWEH BNTOK

PLTD
PNKLN 2 x H AWK (26,0 KM)
2 x H AWK (26,0 KM)

2 x H AWK (58,2 KM) 1 x H AWK (96,4 KM) 1 x LISBON (28,5 KM) 2 x H AWK (59,8 KM) 2 x HAWK (52 ,5 KM) 2 x HAWK (89 ,7 KM) 2 x HAWK (45 ,4 KM) 2 x ZEBRA (1 1,1 KM) 2 x H AWK (13,4 KM) 1 x H AWK (21,2 KM)
2 x H AWK (58,2 KM) 1 x H AWK (96,4 KM) 1 x LISBON (2 8,5 KM) 2 x H AWK (59,8 KM) 2 x HAWK (52 ,5 KM) 2 x HAWK (89 ,7 KM) 2 x H AWK (45,4 KM) 2 x ZEBRA (1 1,1 KM) 1 x H AWK (21,2 KM)

PPSAU
2 x HAWK (52 ,0 KM) 2 x HAWK (45 ,1 KM)

PLKRY SELAT TNJNG 5 4 3 2 1


INDST
A A A A A A A A A A A A A A A A A A
#1
10 5A4 5A3 5A2 5A1
B B B MVA B B B B B B B B B B B B B B B
NWBPP
5AB5 5AB4 5AB3 5AB2 5AB1

#1 #2 KSNGN #1 KOMAM #1
LGKIS PTUNG #2 5B5 5B2 5B1 KARJO SNPA H
30 60
#1 #2 #1
60 SBGAU MINTIN
#1
10
#1
20
#2
30 30 BRKIN
#1
30
#2
30
#1
30 PRNGN #1
60
#2
60
IBT #1
30
#1
20 30
#1
30 60
#2
30
#1
60 1 2
#1
30
#4
60
#3
30
#2
60
#1
20
#1
60
#3
30
#2
60
#1
60
MVA MVA
60
MVA
30
MVA MVA MVA MVA MVA MVA MRBHN MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA
KUARO MVA MVA MVA
#1
MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA

60
MVA MSARI
PLTD #1 #2 #1 #2
1 x LISBON (4 1,8 KM)

1 x LISBON (41,8 KM)

KHYAN
PLTU PLTD #2
PLTG
2 x H AWK (110,3 KM)

#1
2 x HAWK (11 0,3 KM)

2 x H AWK (5,0 KM)

2 x H AWK (5,0 KM)


PPSAU KPUAS PLTU PLTU TELUK

1 x HAWK (45 ,9 KM)

2 x HAWK (14 ,9 KM)

2 x H AWK (14,9 KM)


A
CONCH
SNPA H
B
PLTD PLTD PLTD
KNDGN CGNDO BTKAN GMLNG
1 x HAWK (19 ,2 KM)
#1 PLTD #1 #2
PLTD PLTD PLTD
1 x H AWK (19,2 KM)
PLTD MBRAI PLTU LGKIS GRMTI BTAGY

1 x HAWK (10 6,3 KM)


BRBAI MSW
#1 #2

2 x HAWK (15 5,5 KM) 1 x HAWK (40 ,6 KM)


A
SEBAR A
PLTA PLTU
2 x HAWK (15 5,5 KM) 1 x HAWK (40 ,6 KM)
B B PMNOR RNTA U KRPWR
PKBUN 1 x LISBON (6 ,3 KM)
A GITPI GRGOT
#1 #2 #1
A A A 1 x LISBON (6 ,3 KM) 30 B A A
20 20
B MVA MVA MVA B
B B 1 2 3 B

BGNDG #1
30
#2
30
#1 #2 #1 #2 #1 KYTNG MVA MVA #1 #2
60 60 SMPIT 30 30 20 30 30

1 x HAWK (60 ,4 KM)


MVA MVA MVA MVA #1
MVA 6 MVA MVA

PLTD PLTD
1 x HAWK (19 ,1 KM)

1 x H AWK (19,1 KM)

MVA

SWD9TM PLSTK PLTG


TRSKT
#1 #2

3 4
#1
31
#2
31
1 x HAWK (10 ,8 KM) 1 x HAWK (31 ,4 KM)

1 x HAWK (31 ,4 KM)


#1 PLTU TPI
BATI2
MVA MVA 8 3 4
1 x HAWK (10 ,8 KM) 31
EXCESS IPP PLTD PLTD MVA

KHRTNI EEI P. BUN SMPIT A ULIN A A


& KUMAI B
TRSKT B B
TRSKT150 #5 #6 #7 #1 #5 #6 #3 #4 CMPKA
#6 #5
1 2
10 10
MVA
70 15
MVA
30
MVA
20
MVA
30
MVA
10
MVA
10
MVA #5 #6 #7
#1
30
60 60 MVA 30 60 60 MVA
MVA MVA MVA MVA MVA

PLTD TAP PLTD


SWD16 SLZER
2 x HAWK (15 ,2 KM) 2 x HAWK (56 ,3 KM) 1 x GULL (88,6 KM)

2 x H AWK (15,2 KM) 2 x HAWK (33 ,5 KM) 2 x HAWK (33 ,4 KM) 1 x GULL (45,9 KM)

BTLCN
A A A A A
B B B B B

MTUIL PLHRI

1 x GULL (57,8 KM)


#1
#1
30
#2
30 #1 #1
KBARU
#3 #1 #2 #2
60 30 20 60 MVA MVA 30 30 30
MVA MVA MVA
MVA MVA MVA
BNDRA MVA

1 x HAWK (74 ,4 KM)

1 x H AWK (74,4 KM)


2 x HAWK (11 0,0 KM)

2 x HAWK (11 0,0 KM) PLTU PLTD


DSP PGTAN
AASAM #1
10
#2
30
MVA MVA
B
5B7 5B4 5B3 5B2 5B1
A
5AB7 5AB6 5AB5 5AB4 5AB3 5AB2 5AB1
B
5A7 5A6 5A5 5A4 5A3 5A2 5A1

7 6 5 4 3 2 1
A
#1 SATUI
30
MVA

PLTU
AASAM
#4 #3 #2 #1

1 x H AWK (64,2 KM)

1 x H AWK (64,2 KM)

PT. PLN (PERSERO) REVISION


STAFF OPERASI
UNIT INDUK PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN DRAWING BY : DATE REV. DATE DESCRIPTION
KETERANGAN : SISTEM
KALIMANTAN
: TEGANGAN 150 kV UNIT PELAKSANA PENGATUR BEBAN MANAGER BAGIAN
: TEGANGAN 20 kV KALIMANTAN CHECK BY : DATE
OPERASI SISTEM
: TEGANGAN 11.5 kV
: TEGANGAN 6.3 kV DRAWING NAME : MANAGER UNIT
: TEGANGAN 0.4 kV APPROVED PELAKSANA DATE
SINGLE LINE DIAGRAM
: TITIK SINKRON
INTERKONEKSI KALIMANTAN DRAWING NO : SLD / INTERKONEKSI / - -

Gambar 4.4 Single line diagram Sistem 150 kV Mahakam

3. Saluran Transmisi PLTA Tabang

A. Jalur Saluran Transmisi PLTA Tabang


PLTA Tabang terletak di Kabupaten Kutai Kertanegara. Daerah ini termasuk
ke dalam sistem 150 kV Mahakam. Untuk itu, dalam dalam proses penjualan
listriknya, PLTA Tabang dapat disambungkan kedalam sistem 150 kV Mahakam
melalui saluran transmisi. Berikut adalah gambar lokasi PLTA Tabang dan gardu
induk yang paling dekat dengan lokasi PLTA Tabang

Gambar 4.7 Lokasi PLTA Tabang dan gardu induk terdekat


Berdasarkan gambar 4.7 terdapat dua lokasi gardu induk yang paling dekat
dengan lokasi pembangunan PLTA Tabang yaitu Gardu Induk 150 kV
Tenggarong, Gardu Induk 150 kV Kotabangun, dan Gardu Induk 150 kV Kembang
Janggut. Berikut adalah gambar jarak antara PLTA Tabang dan Gardu Induk 150
kV Kembang Janggut.

Gambar 4.8 Jalur transmisi PLTA Tabang dan GI 150 kV Melak

Gardu induk 150 kV Kembang Janggut memilik jarak yang paling dekat
dengan lokasi pembangunan PLTA Tabang. Jika dibangun saluran transmisi,
saluran ini dapat mencapai panjang 70 km.

B. Perhitungan Saluran Transmisi PLTA Tabang


PLTA Tabang di desain dengan daya keluaran maksimum sebesar 4 x 85
MVA degan saluran transmisi 150 kV dengan jarak 100 km. Dengan data tersebut
dapat dibuat perhitungan saluran transmisi sebagai berikut.

S=4 x 85 MVA
S=340 MVA
V =150 kV

Untuk mencari arus dari saluran transmisi dapat dicari dengan rumus berikut

S
I Nom =
V √3

Keterangan :
I Nom =Arus setiap fasa salurantransmisi ( A)
S= DayaYang Dikirimkan (VA )
V =Tegangan SaluranTransmisi (V )
Perhitungan :

S
I Nom =
V √3
340.000 kVA
I Nom =
150 kV x √ 3
I Nom =1308,66 A

Dengan daya 340 MVA dan tegangan nominal transmisi sebesar 150 kV
maka degan perhitungan diatas didapat nilai arus nominal dari PLTA Tabang
sebesar 1231,68 A.
Kapasitas daya yang dapat disalurkan oleh sirkuit bila menggunakan
konduktor tunggal 340 MVA. Digunakan bundle conductor untuk meningkatkan
kapasitas daya saluran transmisi. Untuk menjaga kontinuitas daya perlu digunakan
saluran vertikal ganda, sehingga jika salah satu saluran terputus transmisi masih
mampu menyalurkan daya dengan satu saluran yang lain.
Rencana daya yang dialirkan sebesar 340 MVA menggunakan saluran
vertikal ganda. Perhitungan arus dilakukan berdasarkan daya yang akan disalurkan,
maka perhitungan arus adalah sebagai berikut :

Rating Arus :

I Nom =1308,66 A

Arus untuk bundle konduktor dengan n = 2:


I Nom
I=
n
1308,66 A
I=
2
I =654,33 A

Dengan faktor keamanan 110% maka

I =110 % x 654,33 A

I =719,76 A
Dengan menggunakan standar dari ASTM B 549 : 2004 Dipilih konduktor
ACSR type Hen dengan luas aluminium 241,6 mm 2 dan luas AS 56,3 mm2 dengan
diameter total 22,4 mm atau jari – jari 11,2 mm yang memiliki kapasitas hantar
arus 663 A. Dari hasil perhitungan diatas maka ditentukan saluran menggunakan
sirkuit ganda kawat ACSR type finch dengan bundle conductor dua (n=2).
PLTA Tabang memilki saluran transmisi 150 kV sepanjang 100 km.
Berdasarkan Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) NO.13-1978 tentang
kriteria dasar bagi perencanaan Saluran Udara Tegangan Tinggi 60 kV dan 150 kV
jarak span antar tower adalah sebagai  berikut :

Tabel 4.2 Standar jarak SUTT pada SPLN NO.13-1978

Tinggi Jarak tengah


Tegangan Nominal Rentang rata-
tiang*) rata-rata rentang rata-rata
Sistem (kV ) rata (m)
(m) (minimum) (m)
66 24-30 230-380 6

150 28-36 350-450 7.5

*) Tinggi kawat tanah pada tiang

Berdasarkan data perhitungan dan Standar Perusahaan Listrik Negara


(SPLN) NO.13-1978 pada tabel 4.2 di atas dapat dihitung jumlah tower dan
panjang konduktor yang dibutuhkan untuk saluran transmisi dengan perhitungan
berikut :

Diketahuhi :
Panjang Transmisi=70 km
Jarak rata−rata antar tower=400 m
Jumlah Fasa=3 Fasa
Jumlah Sirkit=2 sirkit
Bundle Konduktor=2 bundle

Perhitungan :
Panjang Transmisi
JumlahTower =
Jarak Antar Tower
70.000 m
JumlahTower =
400 m
JumlahTower =175

Panjang Konduktor=Panjang x Fasa x Sirkit x Bandle Konduktor


Panjang Konduktor=70 km x 3 x 2 x 2
Panjang Konduktor=840 km
Berdasarkan perhitungan di atas didapat jumlah tower yang harus dibangun
untuk saluran transmisi sebanyak 175 unit tower dan membutuhkan konduktor
ACSR sepanjang 840 km untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV.

Rugi-rugi Jaringan

Jaringan transmisi menggunakan sirkuit ganda kawat ACSR type finch


dengan luas aluminium 241,6 mm2 dan luas AS 56,3 mm2 dengan diameter total
22,4 mm atau jari – jari 11,2 mm yang memilki nilai resistansi 0.1114 Ω/km
dengan bundle conductor dua (n=2). Dengan data tersebut dapat dihitung jumlah
rugi-rugi jaringan transmisi dengan perhitungan berikut :

I Nom =1308,66 A

Arus untuk masing-masing sirkit transmisi adalah :

I Nom
I Sirkit =
Sirkit
1308,66 A
I Sirkit =
2
I Sirkit =654,33 A

Arus untuk bundle konduktor dengan n = 2:

I Sirkit
I Konduktor =
n
654,33 A
I Konduktor =
2
I Konduktor =327,17 A

Rugi-rugi per konduktor

2
S Losses =I x R x L Jaringan

S Losses =327,172 x 0.1114 x 70

S Losses =834.675 VA

Rugi-Rugi Total :

S LossesTotal =S Losses x Sirkit x Jumlah Fasa x n

S LossesTotal =834.675VA x 2 x 3 x 2
S LossesTotal =10.016 .100 VA

S LossesTotal =10,016100 MVA

% Losses dapat dicari menggunakan perhitungan berikut :

S Losses Total
% Losses= x 100 %
S Total
10,016100 MVA
% Losses= x 100 %
520 MVA
% Losses =2,9459 %

Anda mungkin juga menyukai