Anda di halaman 1dari 16

Rele Diferensial dan Rele Ground Fault

A. Rele Diferensial
1. Pengertian

Relai Diferensial merupakan suatu rele yang prinsip kerjanya berdasarkan


keseimbangan, yang membandingkan arus-arus sekunder pada Current
Transformator atau Trafo Arus yang terpasang pada terminal-terminal atau pada
instalasi listrik yang diamanakan. Rele Diferensial biasanya digunakan pada
peralatan yang memiliki batasan daerah proteksi relatis yang berada di dekat
peralatan tersebut. Biasanya rele ini digunakan pada peralatan seperti:
Transformator, Rel dan Generator. Rele biasa digunakan untuk memproteksi
gangguan hubung singkat antar fase dan fase dengan tanah.

Gambar 1. Rele Diferensial

2. Prinsip Kerja

Pada dasarnya rele Diferensial bekerja dua atau lebih besaran listrik yang
sama mempunyai hasil jumlah vector yang lebih besar dari nilai setelan. Dalam
penggunaan Rele Diferensial perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
 Polaritas Transformator arus sesuai
 Perbandingan Transformasi serta kapasitas Transformator arus harus sesuai
 Penempatan rele dan pemilihan penghantar yang sesuai tidak akan terjadi
kondisi salah satu transformator arus menjadi jenuh arus ganguan yang
besar

3. Jenis-jenis Relai Diferensial

Pada dasarnya Rele Diferensial memiliki dua jenis yaitu:

a) Rele Diferensial Longitudinal

Untuk prinsip kerja rele ini dapat dilihat pada gambar yang ada dibawah ini:

Gambar 2. Prinsip Kerja Rele Diferensial Longitudinal

Keterangan:
CT1 dan CT2 = Transformator Arus 1 dan Arus 2
I1 dan I2 =Arus Primer CT1dan CT2
i1 dan i2 =Arus Sekunder CT1dan CT2

Dengan transformator bahwa CT1 dan CT2 merupakan dua


transformator arus dengan perbandingan transformator dan kapasitas yang
sesuai, maka untuk kondisi-kondisi berikut :
 Kondisi Normal

I1 dan I2 ditransformasikan oleh CT1 dan CT2 menjadi i1 dan i2 dengan harga
yang secara teoritis sama, sehingga berdasarka gambar diperoleh persamaan i =
i1- i2 = 0 hal ini berarti I lebih kecil dari harga ip sehingga relai blocking

 Kondisi Gangguan F1

Seperti pada kondisi normal I1 dan I2 akan ditransformasikan menjadi i1 dan i2


yang juga secara teoritis sama. i = i1- i2 = 0 dan karena i sama dengan nol,
maka relai tetap blocking

 Kondisi Gangguan F2

Arus gangguan I1 ditransformasikan menjadi i1 yang merupakan nilai sekunder


arus gangguan. Sedengkan I2 sama dengan nol (sumber disebelah kiri) akan
menyebabkan i2 juga menjadi nol. I = i1 + i2 = i1 + 0 = i1.

Dimana, i1 merupakan nila sekunder arus gangguan yang nilainya cukup jauh
lebih besar dari Ip, sehingga relai akan pick- up. Namun beberapa masalah
praktis yang sering mempengaruhi keandalan system proteksi ini, yaitu :

 Ketidakmudahan memperoleh transformator arus yang benar-benar


identik.
 Pada umumnya peletakan transformator arus dan unit relai doferensial
sedemikian rupa. Sehingga biasanya burden dari transformator arus yang
digunakan menjadi berbeda.

Dengan demikian, harus dipasangkan nilai setelan (ip) untuk relai ini yang
lebih besar dari hasil jumlah vector arus (i) pada kondisi normal. Termasuk kondisi
bila mana terjadi though fault current (arus gangguan yang besar tetapi berinteraksi di
luar daerah proteksi).
Penentuan nilai setelan dengan cara seperti ini, pada akhirnya akan berarti
mengurangi sensitivitas relai. Hal ini menjadi kelemahan relai deferensial
longitudinal.

b) Rele Diferensial Persentase

Gambar 3. Gangguan yang terjadi pada Rele Diferensial Persentase

Untuk mengatasi masalah seperti yang ada pada gambar 2 tersebut maka Rele
Diferensial ditambahkan kumparan kerja dan Restraining Coil (kumparan penahan)
atau yang sering dikenal dengan sebutan Rele Diferensial Persentase (Relay
Diferensial Bias).

Dengan adanya penambahan ini maka Rele Diferensial dapat mengatasi


gangguan yang timbul akibat perbedaan dalam hal ratio terhadap arus hubung singkat
External yang tinggi. Rele Differensial Presentase dengan memiliki coil peredam
tambahan yang dihubungkan pilot wirw seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.Rele Differensial Presentase

Didalam relay ini kumparan kerjanya dihubungkan dengan titik tengah


kumparan penahan (peredam), total jumlah impedansi belitan didalam kumparan
peredam sama dengan jumlah ampere belitan yang ada pada kedua ½ bagian
I1 N I2 N 𝐼1 𝑁+𝐼2 𝑁
kumparan yaitu + , yang memberikan rata-rata arus peredam sebesar
2 2 2

di dalam belitan N. untuk gangguan luar I1 dan I2 semakin besar dan karenannya kopel
peredam bertambah besar yang bisa mencegah kesalahan operasi.
Gambar 5.Karakteristik Operasi pada Rele

Ratio arus peredam rata-rata dari arus operasi persentasenya bias ditetapkan,
maka relay tersebut dinamakan relai deferensial dengan persentase. Relai tersebut
juga disebut relai bias, sebab relai ini dilengkapi dengan flux tambahan. Persentase
relai deferensial bias memiliki karakteristik pick up yang semakin tinggi. Karen
besarnya arus yang lewat semakin bertambah, maka arus peredamnya semakin
bertambah.

4. Proteksi Transformator dengan Rele Differensial


Untuk penggunaan rele proteksi pada transformator daya tergantung besarnya
tegangan dan sifat penggunaannya. Apabila transformator daya ukurannya
10MVA maka rele proteksi yang digunakan adalah rele differensial karena rele
ini selektif dan dapat pick up dengan kcepatan tinggi.
5. Proteksi Rel dengan Rele Differensial
Rele Differensial merupakan salah satu rele proteksi yang paling sensitif yang
dapat diandalkan untuk memproteksi Rel. Rele Differensal memiliki selektifitas
yang baik dimana vector arus ayang masuk dan keluar dari sautu rel adalah
saman bila tidak ada gangguan dalam rel yang bersangkutan.

Apabila ada gangguan pada rel , maka jumlah vector dari arus tersebut tidak
nol dan arus inilah yang akan menyebabkan relai pick up. Secara sederhana
digambarkan pada gambar diatas merupakan gangguan pada daerah proteksi sehingga
relai pick up, sedangkan gambar merupakan gangguan diluar daerah proteksi dan
relai blocking.

6. Setting Rele Differensial


Dalam studi lapangan yang telah dilakukan Anaa Istimaroh dan kawan-kawan
yang ditulis dalam jurnal yang berjudul Penentuan Setting Rele Arus Lebih
Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II, untuk
mensetting rele diferensial adlah sebagai berikut:
1) Menghitung arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fsa ke tanah
dengan rumus sebagai berikut
Tiga Fasa

Keterangan:
Vf=tegangan gangguan (volt)
Z1=impedansi total urutan positif (ohm)
Z2=impedansi gangguan(ohm)
Dua Fasa

Vf =tegangan gangguan(volt)
Z1= impedansi total urutan positif (ohm)
Z2= impedansi total urutan negatif (ohm)
Zf = impedansi gangguan(ohm)
Vf= tegangan gangguan (Volt)
Z1= impedansi total urutan positif (ohm)
Z2=impedansi total urutan negatif (ohm)
Zn=impedansi pentanahan (ohm)
Z0=impedansi total urutan nol
2) Pemilihan ratio CT dan Tap auxillary dengan cara mengetahui arus nominal
pada sisi primer dan sekunder
3) Menentukan error mismatch dengan membandingkan ratio CT ideal dengan
yang ada di pasaran, dengan pertimbangan tolernasi yang kurang dari 5%
dari besar ratio CT yang digunakan
4) Menghitung arus diferensial atau arus operate
7. Rumus perhitungan dan contoh soal
𝐼𝑅𝐻 𝑇𝐻 3.10 2.9
( )−( ) ( )−( ) (0.643)−(0.630)
𝐼𝑅𝐼 𝑇𝐼 4.82 4.6
Determine Mismatch= 𝑇𝐻 =100 2.9 =100 =2.1%
( ) ( ) (0.630)
𝑇𝐼 4.6

8. Perawatan dan Pemeliharaan Rele Differensial


Rele proteksi yang sudah lama digunakan biasanya akan mengalami gangguan
sehingga akan mengalami kegagalan dan keterlambatan kerja. Kegagalan atau
keterlambatan kerja ini disebabkan beberapa faktor berikut:
a) Relenya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya
b) Setting relenya sudah tidak benar.
c) Baterainya sudah lemah sehingga tidak mampu mengtripkan pemutusnya.
d) Kegagalan kerusakan komunikasi rele proteksi dan lain-lain.

Untuk dapat menghindari beberapa masalah diatas maka perlu adanya


pemeliharaan secara berkala. Dengan pemeliharaan yang baik dan dilakukan
secara berkala maka diharapakan akan:

a) Kondisi peralatan akan selalu baik dan dapat bekerja sebagaimana


mestinya
b) Dapat mendeteksi adanya penyimpangan, kelemahan atau ketidaklengkan
sistem proteksi yang merupakan salah satu petunjuk kegagalan proteksi
sebelum terjadinya kegagaln yang sebenarnya
B. Rele Ground Fault
1. Pengertian

Pada sistem tenaga listrik sering sekali terjadi berbagai macam gangguan
salah satunya adalah gangguan yang terjadi adalah gangguan fasa ke tanah. Oleh
karena itu untuk mengatasi masalah ini maka perlu dipasang sebuah rele pengaman
agar tidak terjadi masalah ini. Rele yang digunakan untuk mengatasi masalah ini
adalah Ground Fault Relay (GFR). Rele ini dilengkapi dengan zero sequence current
filter.

Gambar 6 . Ground Fault Relay (GFR)

Rele gangguan ke tanah dapat digunakan pada sistem yang mampu membatasi
arus gangguan ke tanah. Misalnya ada sistem dengan pentanahan resistansi dimana
impedansi yang rendah mampu mengurangi arus gangguan ke tanah. Range setting
pada rele misalnya 20%-80% dari rating arusnya atau bahkan lebih rendah lagi. Atau
jika tidak bisa menggunakan range 10%-50%. Pengaman ini akan aktif jika arus sisa
Iresidu=Ia+Ib+Ic yang mengalir naik melebihi setting arus.
Gambar 7. Residual CT

Gambar 8. Zero CT

Rele ini terpasang pada jaringan tegangan tinggi , tegangan menengah dan
pada pengaman transformator tenaga serta berfungsi untuk mengamankan berbagai
peralatan listrik akibta terjadimya gangguan fasa ke tanah. Pada dasarnya untuk
proteksi gangguan ke tanah lebih sensitif dibandingkan dengan gangguan antar fasa.
Sehingga perlu adanya sebuah rele yang digunakan untuk memproteksi macam
gangguan pentanahan ini dengan menggunakan Relay Gangguan Tanah (Ground Fault
Relay) . Alasan penggunaan rele ini karena komponen ini hanya merespon arus residu
sistem, sedangkan arus rsidu muncul apabila hanya muncul bilamana arus gangguan
mengalir ke tanah.

Secara keseluruhan untuk penyetelan rendah terhadap rele gangguan tanah


memungkinkan untuk memaksimalkan fungsi alat ini, tidak hanya terhadap tanah
melainkan hampir semua gangguan, tetapi mungkin terbatasi oleh besarnya
impedansi pentanahan atau oleh tahanan pentanahan. Komponen residual diekstrasi
dengan cara menghubungkan CT (Current Transformer) jaringan secara paralel.

2. Prinsip Kerja

Suatu sistem tenaga listrik tiga fasa mengalami gangguan tanah. Gangguan
tanah ini akan mengakibatkan terjadinya aliran arus ke tanah. Besarnya gangguan
tanah ini bervariasi, mulai dari yang kecil hingga yang besar. Dengan menggunakan
metode komponen simetris dapat ditentukan besar arus gangguan tanah yang terjadi.

Metode komponen simetris digunakan untuk menguraikan sistem tidak


seimbang yang terdiri atas n buah sor yang dihubungkan menjadi n buah sistem fasor
yang seimbang. Pada sistem tiga fasa, tiga fasor tidak seimbang dapat diuraikan
menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Ketiga komponen seimbang pada
komponen simetris adalah:

 Komponen Urutan Positif


 Komponen Urutan Negatif
 Komponen Urutan Nol

Ketiga himpunan komponen simetris ini dinyatakan dengan subskrip


tambahan 1 untuk komponenurutan positif, 2 untuk komponen urutan negatif, dan 0
untuk komponen urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb dan Vc adalah
Va1, Vb2, Vc1. Demikian pula untuk komponen urutan negative adalah Va2, Vb2,
Vc2, sedangkan untuk komponen urutan nol adalah Va0, Vb0, Vc0.
Komponen urutan ini terdiri dari tiga fasor yang sama besar, terpisah 120̊ satu
sama lain dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor lainnya. Gambar
dibawah ini menunjukkan fasor komponen urutan positif dengan urutan fasa sistem
tenaga listrik abc. Arah putaran fasor berlawanan dengan jarum jam. Pada pergeseran
sudut, akan lebih mudah menggunakan unit fasor dengan pergesran sudut 120̊ dalam
arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Hal ini dinamakan sebagai operator
fotescue.
Setelan Arus Rele Gangguan Tanah. Untuk dapat mengatur Arus Rele
Gangguan Tanah maka kita perlu menentukan Iset rele gangguan tanah kurang lebih
10%-20% dari I set OCRnya(Over Current Relay) dimana untuk setelan arus OCR
dihitung berdasarkan arus beban mengalir dipenyulangan atau incoming
transformator tersebut. Rele invers biasanya di set sebesar (1,05-1,1)x I beban
seadangkan rele defenite diset sebesar(1,02-1,3)x I Nominal.
Pada dasarnya waktu kerja rele GFR ini tergantung nilai setting dan
karakteristik waktunya, elemen tunda waktu pada rele ini ada yaitu elemen low set
dan elemen high set. Elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus
hubung singkat yang relatif kecil,sedangkan elemen high set bekerja ketika terjadi
gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar.

3. Setting Rele Gangguan Tanah


Berdasarkan studi lapangan yang sudah dilakukan Yoyok Triyono dan kawan-
kawan di PLTU Rembang yang ditulis dalam jurnlanya. Berikut ini disampaikan
bagaimana cara setting Rele Graound Fault pada feeder 6.3Kv.
Pada dasarnya Transformator mempunyai hubungan delta-wye-wye dengan
pentanahan resistan pada belitan sekundernya. Dalam studi ini nilai Neutral
Grounding Resistor(NGR) yang digunakan adalah 300A, jadi diartikan nilai arus
hubung singkat yang mengalir ke tanah tidak boleh lebih dari 300A, apabila lebih
dari 300A dikhawatirkan komponen yang terpasang akan mengalami kerusakaan.
Dengan adanya hubungan delta-wye maka apabila terjadi arus hubung singkat ke
tanah pada bagian bawah transformator, arus tidak akan mengalir ke bagian
primer dari trafo. Dengan demikian rele dapat disetting lebih rendah dengan time
delaynya pada rele pada sisi sekunder trafo.
Untuk dapat meneningkatkan sensivitas dan selektivitas maka
direkomendasikan penggunaan CT Ground diganti dengan ukuran 300/5 sesuai
yang terpasang pada CT Ground yang ada di NGR. Ini dilakukan untuk
mempermudah koordinasi mulai dai trafo hingga chlorine 1A.

Gambar 9. Hasil plot setelan resetting Ground fault relay sisi 6,3 kV
4. Rumus perhitungan beserta contoh soal
Untuk dapat mengatasi rele tidak trip ketika adanya arus inrush ketika trafo
distribusi ditutup maka rele perlu dihitung waktu tripnya. Perhitungan untuk
menghitung waktu trip tersebut adalah sebagai berikut:
Pada kasus ini waktu kerja rele gangguan tanah sudah ada yaitu sebesar 0.3 detik,
maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

t= ( 𝐼𝑓0.14𝑥𝑇𝑀𝑆
)0.02 −1
𝐼𝑆𝑒𝑡

0.14𝑥𝑇𝑀𝑆
0.3= 269.8 0.02
( ) −1
24

TMS=0.11
5. Cara perawatan atau pemeliharaan
 Dilakukan inspeksi dalam keadaan sedang beroperasi
Pemeliharaan ini dilakukakn secara visual, dan dilakukan oleh operator Gardu
Induk/petugas pemeliharaan perlengkapan listrik khususnya yang menangani
pada bagian rele.
 Pengukuran dalam keadaan operasi
Pemeliharaan ini dilakukan sebelum dan sesudah shutdown testing-
measurement dilakukan oleh regu pemeliharaan proteksi. Langkah ini
dilakukan guna memastikan ada tidaknya permasalahan terhadap wiring atau
pengawatan pada rangkaian rele.
 Pengujian pada saat sistem tidak bertegangan
Periode ini biasanya dilakukakn mengetahui karakteristik dan unjuk kerja
relai, apakah masih sesuai dengan standar atau tidak. Hasil pengujian dicatat
dalam sebuah blangko pengujian dan selanjutnya dilakukan evaluasi untuk
dapat mengetahui lebih dini adanya anomali pada sistem proteksi ini
 Pengujian fungsi pada saat sistem tidak bertegangan
Pemeliharaan ini dilakukan satu kali dalam setahun atau sesuai dengan
keadaan komponen yang bisa dilhat ketika dalam pengukuran dan inspeksi
pada langkah sebelumnya.
 Pengujian dan pemeriksaan setelah terjadi gangguan
Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah masih ada gangguan lagi
atau tidak. Pada dasarnya gangguan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:
1. Gangguan sistem
Merupakan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik seperti ,
terjadi pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya.
Gangguan sistem dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
temporer dsn gangguan permanen.
2. Gangguan non sistem
Gaengguan yang terjadi bukan karena adanya gangguan di sisi
primer(yang bertegangan) tetapi penyebab gangguan disisi sekunder
peralatan. Gangguan non-sistem dibedakan lagi menjadi 3 yaitu:
1. Kerusakaan komponen penunjang rele
2. Kabel kontrol yang hubung singkat
3. Inferensi atau induksi pada kebel kontrol
 Apabila sudah melakukan beberapa langkah diatas maka tahapan selanjutnya
menentukan apakah rele ini masih layak pakai atau tidak. Tentunya dengan
mengacu pada data-data yang sudah didapat
DAFTAR PUSTAKA

Yudhi Setyawan, Betta. 2005. Pengujian Rele Proteksi Diferensial Overall


Protection Tipe Asea Radsb pada Generator dan Transformator Unit
1.Semarang. Tidak diterbitkan.
Triyono, Yoyo, dkk. 2013. Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay
Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri
dari PLTU Rembang. Surabaya. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2,
No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).
Yusnan B dan Rizki Liddinillah. 2013. Kinerja Ground Fault Relay (Rele Gangguan
Tanah) pada Penyulang 4 dan Penyulang 6 Gardu Induk Srondol. JURNAL
TEKNIK ELEKTRO ISSN : 2252-4908 Vol. 2 No. 3 Desember 2013 : 215 –
224 Tim PLN. 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Proteksi dan Kontrol
Transformator. Jakarta:PT PLN (PERSERO).
Rachmat, Palizar. 2011. Pengertian dan Setting Relay Gangguan Tanah. (http://
http://electricallearning19.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-dan-setting-
relay-gangguan.html. Diakses pada tanggal 08 Desember 2017).
Haogoaro, ZR. 2012. Komponen Simetris. (http://
http://haogoarozr.blogspot.co.id/2012/06/komponen-simetris.html. Diakses
pada tanggal 08 Desember 2017).
Istimaroh, Anna , dkk. 2013. Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator
dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II . Bandung. Jurnal
Reka Elkomika 2337-439X 2013 Vol. 1 No. 2.
Hidayat, Wahyu Ade , dkk. 2013. Analisa Setting Rele Arus Lebih dan Rele Gangguan
Tanah pada Penyulang Topan Gardu Induk Teluk Betung. Bandar Lampung.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi ElektroVolume 7, No. 3, September 2013
ABB Power T&D Company Inc. 1991. Dfiferential Relays for Protection of AC
Generators, Transformers, and Station Bus. Coral Springs: ABB Company.

Anda mungkin juga menyukai