Apabila nilai nominal arus primer CT (fullscale) sudah diketahui, maka selanjutnya adalah
pemilihan nilai nominal arus sekunder CT. Nilai nominal arus sekunder CT harus disesuaikan
dengan kelas peralatan yang akan digunakan. Apabila peralatan menggunakan kelas input arus
5A maka rasio CT yang dipilih adalah 400/5A, demikian juga untuk peralatan dengan kelas input
arus 1A maka rasio CT adalah 400/1A.
Pembacaan Rasio CT
Pada CT dengan rasio 400/5A berarti CT harus mengeluarkan nilai arus sebesar + 5A pada sisi
sekundernya apabila sisi primer CT dialiri arus sebesar + 400A (besar kecil tegangan primer
tidak mempengaruhi arus CT). Kemudian jika di terminal sekunder CT terukur arus sebesar
3.26A maka berapakah nilai primer CT yang sesungguhnya?
jawab:
diketahui: Ip/Is = 400/5A, Is (aktual) = 3.26
maka nilai Ip (aktual) = 3.26 x (400/5)
dan hasilnya adalah Ip (aktual) = 260.8A
Akurasi Rasio CT
Setiap CT mempunyai akurasi kelas kesalahan pembacaan (%error) yang berbeda-beda. Semakin
kecil nilai kesalahan pembacaan (%error) CT maka semakin baik kelas akurasi sebuah CT.
Apabila terdapat CT baru dari pabrikan dengan spesifikasi rasio 400/5 dan kelas akurasi 0,5.
Maka berapakah nilai yang diijinkan agar CT tersebut dapat digunakan?
jawab:
Sesuai standar IEC, bahwa injeksi arus untuk pengetesan ratio CT boleh dilakukan mulai dari
10% (mengingat jarangnya peralatan test yang mempunyai nilai arus keluaran yang besar, jika
pun ada tentunya akan menyulitkan proses instalasi peralatan test dari segi berat, kabel yang
digunakan, ukuran, dll.). Maka disini, sisi primer CT dapat diinjeksi arus senilai 40A (minimal).
diketahui: Ip/Is = 400/5, Ip (act.) = 40A
maka Is = 40A x (400/5A)
dan hasilnya adalah = 0.5A, untuk nilai error sebesar 0,5% maka hasil pengukuran arus pada
terminal CT sekunder tersebut tidak boleh melebihi dari 0.5025A atau kurang dari 0.4975A.
Untuk lebih jelas dan mempermudah kegiatan pengetesan CT, silahkan download Ratio Test
Sheet berikut ini:
Salah satu model CT tipe AIS (air insulation system) adalah sbb:
https://arisulistiono.wordpress.com/2009/10/20/teori-dasar-ct-current-transformer/
ILMU UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Sistem proteksi bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian
yang
terganggu
dari
bagian
lain
yang
masih
sehat
sekaligus
mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar. Sistem proteksi terdiri
(CT),
Transformator
dari
Relai
Proteksi,
Transformator
Arus
dalam suatu rangkaian. Untuk efektifitas dan efisiensi, maka setiap peralatan
proteksi yang dipasang harus disesuaikan
ketahanan peralatan yang
dengan
kebutuhan
dan
ancaman
internal
maupun
gangguan
eksternal.
Untuk
gangguan
internal,
tegangan
digunakan
untuk
menurunkan
tegangan
sistem
dengan
I.2 Permasalahan
Pemilihan Current Transformator ( CT ) dan Potensial Transformator ( PT ) untuk
pengukuran arus, tegangan dan daya aktif
tegangan menengah
dengan
Dapat mengetahui bagaimana cara memilih Trafo arus (CT) dan Trafo tegangan
2.
(PT) pada tegangan menengah dengan kapasitas daya 1250 KVA, 20 KV/0,4 KV.
Dapat mengetahui fungsi CT
( Current Transformer ) dan PT ( Potensial
Transformer ) pada komponen gardu dan aplikasi pada gardu distribusi.
I.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan akhir ini terdiri dari lima BAB, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, Rumusan Masalah, Batasan
Masalah, Tujuan dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, membahas secara teoritis tentang materi-materi yang
mendukung pemecahan masalah.
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN, membahas analisa hasil data perhitungan.
BAB IV PENUTUP, merupakan kesimpulan dari penulisan laporan akhir dan saransaran agar yang menjadi objek dalam pembahasan laporan ini sesuai dengan
tujuan.
BAB V DAFTAR PUSTAKA, berisi tentang sumber-sumber materi yang didapat.
BAB II
LANDASAN TEORI
KWH meter adalah suatu alat pengukur energy listrik yang mengukur secara
langsung hasil kali tegangan, arus, factor kerja dan waktu, (U.I.Cost) yang bekerja
padanya selama jangka waktu tertentu. Karena pengukuran energy yang dominan
adalah pemakaian arus dan tegangannya dimana arus dan tegangan yang diukur
melebihi arus dan tegangan nominal yang terdapat di KWHmeter. Untuk itu
dibutuhkan suatu peralatan instrument transformers yang dapat menurunkan arus
dan tegangan. Yaitu Trafo Arus (current transformers) dan trafo tegangan (potensial
transformers).
Sebagai pengaman pada jaringan distribusi secara umum dipergunakan Over
Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) dimana arus yang dibutuhkan
adalah arus kecil 1 A atau 5 A, untuk ini dibutuhkan jug ( sama seperti pada
KWHmeter ). Untuk itu Current Transformers sebagai peralatan instrument
transformers untuk memperkecil arus besar ke arus kecil yang masuk untuk
pengukuran dan proteksi, supaya kerugian dan kejenuhan dari CT atau PT dapat
dihindari.
Pengukuran atau pendeteksian arus listrik merupakan salah satu dari
parameter utama yang diperlukan dalam kelistrikan. Misalkan untuk pengukuran
arus yang besar, pengukuran daya dan sebagai parameter proteksi.
II.1 Current Transformer ( Trafo Arus )
Current Transformer atau CT adalah salah satu type trafo instrumentasi yang
menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus
primernya. Ada 2 standart yang paling banyak diikuti pada CT yaitu : IEC 60044-1
(BSEN 60044-1) & IEEE C57.13 (ANSI), meskipun ada juga standart Australia dan
Canada.
Aplikasi CT selain disambungkan dengan alat meter seperti ampere meter, KW
meter Cos Phi meter dll, sering juga dihubungkan dengan alat proteksi arus.
Dengan mempergunakan bermacam ratio CT didapatkan proteksi arus dengan
beragam range ampere hanya dengan satu unit proteksi arus.
B.
Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan
proteksi
Mengisolasi
rangkaian
sekunder
terhadap
rangkaian
primer,
sebagai
induktansi pada trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya
yang timbul menyebabkan tegangan tinggi yang cukup besar dan menghasilkan
panas yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan sehingga menimbulkan
panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan. Diperlukan elemen
peredam yang akan mengahsilkan tidak ada efek terhadap hasil pengukuran
walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan
skunder transformator tegangan ada dua jenis yaitu:
Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolakbalik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan
bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan
kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan dapat
dihasilkan GGL kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer.
Hubungan GGL atau tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan
kumparan primer (np) dan jumlah lilitan kumparan sekunder (ns)
Menurut kutubnya trafo tegangan dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan /
ditanahkan, dipergunakan untuk tegangan diatas 30 kV
2) Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari bumi /
tanah, hanya digunakan untuk tegangan dibawah 30 kV
Berdasarkan jenis tegangan, trafo tegangan dibedakan menjadi 2, yaitu :
Transformator satu fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan
tenaga listrik satu fasa.
Transformator tiga fasa, bila transformator digunakan untuk memindahkan tenaga
listrik tiga fasa.
Fungsi Trafo Tegangan
Menurut situs ilmuListrik.com yang saya dapati fungsi trafo tegangan adalah
sebagai berikut:
-
BAB III
ANALISA dan PEMBAHASAN
III.1 Pemilihan CT ( Current Transformer )
Menurut buku PLN untuk menentukan besaran nilai CT yang akan digunakan,
seorang perancang harus mengetahui nilai beban penuh dari sistem pembangkitan,
transmisi maupun distribusi. Sebagai contoh:
Terdapat sebuah pembangkit 1250 KVA dengan daya aktif 20 KVA, maka nilai CT
yang digunakan adalah?
Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai arus pada trafo CT adalah:
I=
Maka,
I=
I=
Hasilnya,
I = 36.08 A
Apabila nilai nominal arus primer CT (fullscale) sudah diketahui, maka selanjutnya
adalah pemilihan nilai nominal arus sekunder CT. Nilai nominal arus sekunder CT
harus disesuaikan dengan kelas peralatan yang akan digunakan, dari hasil diatas
dengan arus 36.08 A. maka dipilih ratio CT yang digunakan adalah 50/5A
( sekunder untuk pengukuran dan proteksi ).
III.2 Pemilihan PT ( Potensial Transformer )
/100/
Sesuai tarif dasar listrik TDL bahwa pelanggan yang mempunyai daya > 201
KVA s/d 30,5 MVA mempergunakan tegangan 20 KV karena pada meter transaksi
jual beli tenaga listrik mempergunakan tegangan rendah, dibutuhkan trafo
tegangan sebagai berikut:
-
Tegangan : 20.000/
/100/
alat ukur.
Trafo tegangan dengan 2 pengenal sekunder
Contoh :
A.
berbeda
B.
100/3 V digunakan untuk mendapatkan tegangan urutan nol, dan pada saat
gangguan 1 fase ke bumi V0 menjadi 100 V maksimum
Penandaan
Primer : P1 dan P2
Sekunder : pertama 1S1 2S2 untuk pengukuran dan proteksi pengaman cadangan
Kedua 2S1 2S2 untuk proteksi pengaman utama
Masing - masing sekunder dapat mempunyai klas ataupun beban mempunyai klas
ataupun burden (beban) sama atau berbeda
PT dengan 2 sekunder yang sama khususnya digunakan pada GI tegangan ekstra
tinggi.
Contoh Pemasangan
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan didapat arus yang mengalir tersebut adalah
36.08 A, maka dipilih ratio CT 50/5A (sekunder untuk pengukuran dan proteksi). PT
diambil dengan ratio tegangan 20.000/
/100/
.
IV.2 Saran
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://arisulistiono.wordpress.com/2009/10/20/teori-dasar-ct-current-transformer/
http://ilmulistrik.com/trafo-tegangan-voltage-transformer.html
http://www.academia.edu/7522087/
Buku Saku Pelayanan Teknik (YANTEK)
Buku PLN
Mengenai Saya
arwin abbasy
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (6)
o
November (6)
HERBAL
Surat
Seputar Nikah
Tnaman Herbal