Anda di halaman 1dari 8

Sistem 3 Fasa

20:37 HaGe 11Komentar

Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan dan
diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P pemakain, dan juga pada
tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang
mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya
mempunyai beda fase sebesar 120°listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan
sebesar 60°, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).

Gambar 1. sistem 3 fase.

Gambar 1 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fase. Bila fasor-fasor tegangan tersebut
berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka
nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut-turut untuk fase V1, V2 dan V3. sistem 3 fase
ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa a – b – c . sistem tegangan 3 fase
dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fase.

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b –
c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal
terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.

Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).


Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap saluran /
titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan magnitudenya
(akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga membentuk
hubungan segitiga 3 fase.

Gambar 3. Hubungan Segitiga (delta, Δ, D).

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase, karena
tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase

Daya pada Sistem 3 Fase

1. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap oleh beban 3
fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada sistem yang seimbang,
daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.
Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.

Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa adalah

Pfase = Vfase.Ifase.cos θ

sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase, dan dapat
dituliskan dengan,

PT = 3.Vf.If.cos θ

• Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase maka tegangan
perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan arus fase, IL = If, maka
daya total (PTotal) pada rangkaian hubung bintang (Y) adalah:

PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ

• Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan tegangan
fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya menjadi
IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada
kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan arus
yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban yang seimbang.

2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga tegangan
adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga fase juga
sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah phasor dan
arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang.
Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka
pada beban.

Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:


1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).

Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari pemecahan


permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan membahas mengenai ketidakseimbangan
beban dengan sumber listrik yang seimbang.
Gambar 5. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase.

Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik.
Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus
pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai perbedaan yang
cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.
Cara Kerja KwH Meter

Temen-temen yang lagi baca blog saya, pernah ga sih mikir cara kerja box meter yang
piringannya muter-muter yang biasanya dipasang di rumah-rumah anda sekalian?

Mungkin rumah temen-temen sekarang, KwH meternya sekarang ada yang digital dan ada
juga yang analog, tapi tau ga sih cara kerja KwH meter itu seperti apa? kalau mau tahu,
dibawah ini adalah tugas saya yang berjudul KiloWahttHour Meter dari mata kuliah saya
yang bernama Pengukuran BEsaran Listrik dengan Dosennya

Prof. Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA (bisa dilihat di http://staff.ui.ac.id/profil/detail_dosen.php?


id=131402966)..

Langsung aja yuk..

Kilo Watt Hour (KwH) Meter

Untuk menghitung besarnya daya-daya yang dipakai pada perumahan pada industri peralatan
yang dapat dipakai adalah Kwh Meter. Prinsipnya yaitu daya yang digunakan pada beban
dihitung untuk setiam jamnya yang selanjutnya dikalkulasikan dengan harga listrik yang
harus dibayarkan konsumen. “Tipe dari KwH meter ini penggunaannya sudah sangat luas dan
telah dikembangkan oleh Schellumberger pada 1888, meter ini tidak mahal, ketelitiannya
cukup baik dan dapat dioperasikan untuk waktu yang lama dengan sedikit perawatan”Rudy
Setyabudi, Pengukuran Besaran Listrik, 2007, halaman 105. Sesuai dengan namanya, KwH
meter hanya menghitung daya aktif nya pada suatu perumahan atau industri sehingga apabila
ada daya reaktif yang ditimbulkan oleh kapasitor atau induktor, maka seharusnya KwH meter
tidak dapat menghitung daya tersebut dan putaran aluminium pada KwH meter jenis
mekanik tidak dapat bergerak. Apabila KwH meter bergerak namun tidak ada daya aktif nya,
maka kemungkinan terbesar, terdapat kerusakan pada KwH meter.

Terdapat dua jenis KwH meter yang banyak beredar di Indonesia. Tipe-tipe tersebut adalah
tipe mekanik dan Digital. Tipe mekanik adalah peralatan yang menghitung daya listrik
dengan menghitung putaran atau rotasi piringan aluminium di KwH meter. Pada KwH meter
tipe ini, terdapat koil yang menghasilkan fluks magnet yang searah dengan arus dan
tegangan. Dengan dipasangnya koil ini, maka pada piringan aluminium ini akan terdapat arus
eddy yang pada selanjutnya dapat menghasilkan gaya putar pada piringan aluminium yang
identik dengan daya yang sedang digunakan. Putaran aluminum ini selanjutnya
menggerakkan counter yang menunjukkan besarnya daya yang digunakan . Piringan yang
digunakan adalah aluminum karena aluminum merupakan jenis metal yang tahan terhadap
karat dibandingkan logam seperti besi. Untuk KwH meter jenis 3 fasa, semua kawat 3 fasa
tersebut dihubungkan KwH meter. Apabil salah satu kawat terputus atau lepas, maka
pembacaan KwH meter menjadi tidak akurat lagi . Kesimpulandari KwH meter tipe analog
nya adalah kecepatan piringan aluminium menandakan besarnya daya yang sedang digunakan
oleh konsumen.

Untuk KwH meter jenis Digital adalah KwH meter yang menggunakan rangkaian elektronik
sebagai penghitungnya. Prosesor Sinyal Digital digunakan untuk menghitung daya dengan
pemberian parameter seperti tegangan dan arus, juga terdapat tegangan referensi pada
prosesor sinyal digital tersebut.

Untuk pemasangan KwH meter harus diperhatikan pada simbol-simbol pada KwH meter.
Pada KwH meter tipe mekanik, biasanya terdapat simbol yang menunjukkan peralatan KwH
meter harus dipasang secara vertikal. Apabila KwH meter tersebut dipasang secara
horizontal, KwH meter tersebut tidak akan jalan karena adanya efek gravitasi yang
mempengaruhi putaran piringan aluminum. Simbol-simbol lain dapat diperhatikan untuk
KwH meter yaitu ada tidaknya simbol yang merepresentasikan perlindungan terhadap
pengaruh medan magnit luar. Untuk pengamanan terhadap medan magnit luar, ditandai
dengan kotak dengan garis, dan medan listrik ditandai dengan kotak dengan garis putus-
putus.

Di Indonesia, banyak sekali penyimpangan penggunaan KwH meter yang dapat merugikan
PLN sebagai penyedia listrik negara. Sebagai contohnya yaitu modifikasi pada KwH meter
yang menyebabkan turunnya biaya yang harus dibayarkan. Contoh modifikasi yaitu dengan
pemberian medan magnit luar yang dapat menggangu jalannya piringan aluminium yang
dapat mengurangi penghitungan daya yang seharusnya dipakai. Langkah ini dapat
diantisipasi dengan menggunakan perlindungan magnit dari luar. Contoh kasus lainnya
adalah merubah dari kawat fasa yang mengalir masuk ke KwH meter menjadi kawat ground
yang mengalir masuk ke KwH meter. Hal ini berdampak pada tidak terhitungnya daya yang
dipakai yang ditandai dengan tidak berputarnya piringan aluminium pada KwH meter karena
pada beban, digunakan kawat ground selain dari KwH meter.

REFERENSI

Rudy Setiabudi, “Pengukuran Besaran Listrik”,Lembaga Penerbit FEUI (LP-


FEUI), ,Jakarta,2007,

http://michaelbluejay.com/electricity/measure.html, diakses 29 Mei 2010

http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?
option=com_content&view=article&id=383:analisa-pembacaan-daya-pada-kwh-meter-tiga-
fasa-akibat-terlepasnya-satu-atau-dua-kabel-fasa&catid=68:skripsi-teknologi-
industri&Itemid=58, diakses 29 Mei 2010

Anda mungkin juga menyukai