b. Daya reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang
diperlukan untuk pembentukan medan
magnet. Dari pembentukan medan magnet Gambar 3.1 Segitiga Daya
maka akan terbentuk fluksmedan magnet.
Berikut persamaan dari macam-macam daya:
Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif
adalah transformator, motor, lampu pijar dan Daya aktif
lain – lain.Satuan daya reaktif adalah Var. P = V. I . Cos φ (1 phasa)
Persamaan untuk mendapatkan nilai P = √ 3 . VL. IL . Cos φ (3 phasa)
daya reaktif dalam sistem satu fasa adalah : Daya reaktif
Q = V . I . Sin φ (1phasa) Q = V . I . Sin φ (1phasa)
Sedangkan persamaan untuk
Q = √ 3 . VL . IL . Sin φ (3phasa)
mendapatkan nilai daya reaktif dalam sistem
Daya semu
tiga fasa adalah:
S=V.I
Q = √ 3 . VL . IL . Sin φ (3phasa)
Keterangan:
Keterangan: P = Daya Aktif (Watt)
Q = Daya Reaktif (VAR) Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt) S = Daya Semu (VA)
I = Arus (Ampere) V = Tegangan (Volt)
Cos φ = Faktor daya I = Arus (Ampere)
VL = Tegangan jaringan (Volt) Cos φ = Faktor daya
IL = Arus jaringan (ampere) VL = Tegangan jaringan (Volt)
IL = Arus jaringan (ampere)
c. Daya semu
Daya semu (Apparent Power) adalah 3.2.4 Faktor Daya
daya yang dihasilkan oleh perkalian antara Perbedaan fasa antara arus dan
tegangan root mean square (rms) dan arus tegangan disebut sudut fasa dan cosinus sudut
rms dalam suatu jaringan atau daya yang
fasa disebut faktor daya (cosφ ). Faktor daya
merupakan hasil penjumlahan trigonometri
merupakan suatu besaran yang dapat
daya aktif dan daya reaktif.Satuan daya nyata
dinyatakan sebagai perbandingan antara daya
adalah VA. (Fahmi.2014:107-108)
d. Metode 3 Amperemeter
3.3 METODOLOGI
3.3.1 Spesifikasi Alat dan Komponen
Voltmeter ( 1009 ) : 3 buah
Wattmeter : 1 buah
( DW6163 )
Amperemeter (1009) : 3 buah
Gambar 3.6 Rangkaian watt meter Luxmeter (PM6612) : 1 buah
Panel Percobaan : 1 buah
Alat ukur ini untuk mengetahui Konektor : Secukupnya
besarnya daya nyata (daya aktif). Pada watt Slid Resistor (2791) : 1 buah
meter terdapat spole 1 belitan arus dan spoel Beban Lampu : Secukupnya
atau belitan tegangan, sehingga secara
penyambungan watt meter pada umumnya 3.3.2 Langkah Percobaan
merupakan kombinasi cara penyambungan a. Metode Voltmeter – Amperemeter
volt meter dan ampere meter. Gambar rangkaian
d. Metode 3 Amperemeter
Gambar Rangkaian
Arus (A)
0.5 0.358
0
85 125 185
Beban
200
kepresisian alat yang kurang, sesuai dengan 126.053
150 83.414
persamaan: 100
50
Phitung−Pbeban 0
% Error = | |x 85 125 185
Phitung
100% Beban
Tegangan (V)
b.% Error = ……..? 200
Jawab: 100
a.Phitung =V. I 0
85 125 185
= 233 . 0,355
Beban
= 82,715 watt
1 0.789
0.538
Arus (A)
0.5 0.355
0
85 125 185
Beban
Berdasarkan tabel 3.4 dapat dianalisa
bahwa semakin besar beban yang digunakan, Arus
maka nilai arus yang didapatkan juga akan Gambar 3.16 Grafik hubungan antara arus
semakin besar. Sementara nilai tegangannya terhadap beban
konstan karena terhubung langsung dengan
P= V.I
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, dapat
c. Metode 3 Voltmeter. dianalisa bahwa, semakin besar nilai daya
Tabel 3.5 data hasil percobaan Metode 3 beban, maka nilai daya hitung yang
Voltmeter dihasilkan juga akan semakin besar. Nilai
No Beban V1 V2 V3
tegangan pada V1 semakin menurun
(Watt) (Volt) (Volt) (Volt)
1 85 108 120 229 dikarenakan V1 mengukur nilai tegangan
yang berada dalam beban, yang dimana arus
2 125 77 115 229 dalam beban akan terbagi karena beban
dirangkai secara paralel. Kemudian nilai V2
3 185 49 178 229
semakin besar dikarenakan V2 mengukur
R = 500 Ω nilai tegangan yang akan masuk pada beban
Perhitungan sampel data pertama sehingga arus pada beban belum terbagi.
1 Kemudian nilai V3 akan konstan dikarenakan
Phitung= (V32 -V22 - V12) V3 dihubungkan langsung dengan beban
2R
secara parallel, persamaan yang digunakan
Diketahui :
yaitu :
V3 = 229 volt
V2 = 120 volt P
V=
V1 = 108 volt I
R = 500 ohm Nilai Pitung terlihat semakin menurun
Ditanyakan : berbanding terbalik dengan daya yang
a.Phitung = ……………..? semakin meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
b.Error = ….………….? dengan persamaan :
150 108
77 300 229 229 229
Tegangan (V3)
100 49
50 200
0 100
85 125 185
0
Beban 85 125 185
Beban
V1
Gambar 3.18 Grafik Hubungan Tegangan (V1) V3
terhadap Beban
Gambar 3.20 Grafik Hubungan Tegangan (V3)
Berdasarkan grafik 3.18 di atas dapat terhadap Beban
dianalisa bahwa nilai V1 semakin menurun
Berdasarkan grafik 3.20 diatas dapat
saat nilai beban semakin meningkat.Sehingga
dianalisa bahwa nilai tegangan V3 konstan.Hal
dapat dikatakan bahwa nilai V1 berbanding
ini disebabkan karena V3 menghitung
terbalik dengan nilai beban.Hal ini
tegangan yang datang dari sumber karena V3
disebabkan oleh adanya pembagian arus pada
terhubug langsug secara paralel dengan
beban karena beban disusun secara paralel.
sumber.
V1 mengukur nilai tegangan yang berada
dalam beban saat terjadi pembagian arus Grafik Hubungan Beban terhadap
sehingga nilai tegangan semakin kecil. hal ini daya hitung
sesuai dengan persamaan
30 24.3 22.4
P 18.3
20
Phitung
V=
I 10
0
Grafik Hubungan Beban Terhadap 85 125 185
V2 Beban
178
Tegangan (V2)
200 155
120
Phitung
100
Gambar 3.21 Grafik Daya Hitung terhadap
0
85 125 185 Beban
Beban
Berdasarkan grafik 3.21 diatas dapat
dianalisa bahwa ketika nilai daya beban
V2
makin besar maka nilai daya hitung yang
1
Ph = ( V32 - V22 - V12). Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat
2R
dianalisa bahwa semakin besar nilai daya
d. Metode 3 Amperemeter beban, maka nilai daya hitung yang
Tabel 3.7 data hasil percobaan Metode 3 dihasilkan akan semakin besar, nilai I1
Amperemeter semakin besar karena I1merupakan arus yang
No Beban I1 I2 I3 berasal dari beban, nilai I2 terlihat konstan
(Watt) karena I2 terhubung secara langsung dengan
1 85 0,354 0,457 0,82
resistor sehingga I2 mengukur nilai arus pada
2 125 0,535 0,456 1
3 185 0,788 0,456 1,25 resistor, dan nilai I3 semakin besar karena
R = 500 Ω merupakan arus total dari I1 dan I2.
Perhitungan sampel data pertama . Nilai daya hitung berbanding lurus
R 2 2 2 dengan nilai daya beban, sesuai dengan
Phitung = (I3 - I2 - I1 ) persamaan :
2
Untuk data pertama
R 2 2 2
Ph = ( I3 - I2 - I1 ) .
Diketahui : 2
I1 = 0,354 A . Kemudian nilai persen error terlihat
I2= 0,457 A fluktuatif, hal ini disebabkan oleh selisih daya
I3= 0,82 A hitung dan daya ukur, kemudian kesalahan
R =500 dalam membaca alat ukur, atau tingkat
kepresisian alat yang kurang.Persentase error
Ditanyakan : dapat di cari dengan rumus :
a. Phitung = ………….? Pbeban−P hitung
% Error = | | x
b. % error = …………? Pbeban
100%
Jawab:
Grafik Hubungan beban terhadap I1
R
a. Phitung = (I32 - I22 - I12 )
2
1 0.788
500 0.535
Arus (I1)
Phitung
85.57
100
0.4
0.2 Beban
0
85 125 185 Phitung
Beban Gambar 3.25 Grafik Hubungan daya hitung
terhadap beban
I2
Berdasarkan grafik 3.25 diatas dapat
Gambar 3.23 Grafik Hubungan beban
dianalisis bahwa semakin besar nilai daya
terhadap I2
bebannya, maka nilai daya hitungnya akan
semakin besar. Dapat dikatakan bahwa nilai
Berdasarkan grafik 3.23 diatas dapat
daya beban berbanding lurus dengan nilai
dianalisa bahwa nilai I2 terlihat konstan.Hal
daya hitung, hal ini sesuai dengan persamaan
ini dikarenakan I2 terhubung langsung ke
resistor sehingga I2 mengkur arus yang R 2 2 2
Ph = ( I3 - I2 - I1 )
mengalir dari resistor. Hal ini dapat 2
dinyatakan dalam rumus
V 4.5 Metode Wattmeter
I2= Tabel 3.9 Data Hasil Percobaan Metode
R
Wattmeter
Grafik Hubungan beban terhadap
I3
1.5 1.25
0.82 1
Arus (I3)
1
0.5
0 Menghitung dengan menggunakan data
85 125 185
pertama :
Beban
Diketahui :
I3 Phitung= 105 watt
P = 85 watt
Gambar 3.24 Grafik Hubungan beban
Dit :
terhadap I3
% Error = …………….?
Berdasarkan grafik 3.24 diatas dapat
Jawab:
dianlisa bahwa nilai beban berbanding lurus
Pbeban−Phitung
dengan nilai arus, dimana semakin besar nilai % Error = ¿ ∨¿ x
beban maka nilai I3 juga akan semakin besar. Pbeban
Hal ini sesuai dengan persamaan 100%
P 85−84
I3= =¿ ∨¿ x 100%
V 85
Nilai I3 juga lebih besar dari nilai I1 = 1,2 %
dan I2 karena nilai I3 merupakan nilai I total. Untuk hasil perhitungan data selanjutnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.10 Data Hasil Percobaan Metode
Wattmeter
Intensitas Cahaya
dan bisa lebih kecil disebabkan oleh beban 500 277
lampu yang mungkin sudah tidak presisi 400 171.3
atapun ketidak presisian dari alat yang di 300 140.5
200 96.1
gunakan. Selisih antara beban yang 100 67.3
digunakan dengan daya ukur yang didapat 0
85 125 185
tidak terlalu jauh, hal ini disebabkan oleh
kurang presisinya alat yang digunakan
Beban
sehingga menimbulkan persen error pada
data pertama sebesar 2.3% , sesuai dengan 2m 1m
persamaan:
Pbeban−Phitung
% Error = ¿ ∨¿ x
Pbeban Gambar 3.27 Grafik Hubungan Beban terhadap
100% Intensitas Cahaya
Pada tabel di atas juga dapat dilihat Dari grafik 3.27 di atas dapat dilihat
bahwa intensitas cahaya berbanding lurus bahwa pengaruh besar beban dan jarak
dengan daya yang digunakan, semakin besar terhadap intensitas cahaya, di mana antara
daya yang digunakan maka nilai intensitas jarak dan intensitas cahaya berbanding
cahaya yang didapat semakin besar. Nilai terbalik, jika semakin jauh jaraknya maka
Intensitas cahaya yang didapat pada jarak 1 intensitas cahaya akan semakin kecil. Antara
m lebih besar dibanding nilai pengukuran beban dengan intensitas cahaya berbanding
pada jarak 2 m. Hal ini dikarenakan nilai lurus dimana ketika semakin kecil daya
pengukuran berbanding terbalik dengan jarak intensitas cahaya semakin kecil.
pengukuran. Semakin jauh jarak Luxmeter
dari sumber cahaya,maka semakin kecil nilai
yang terukur pada Luxmeter.
5. Kesimpulan
Grafik Hubungan Beban Terhadap
Phitung 1. Pada metode voltmeter-amperemeter,
data perhitungan tegangan pada
183
200 rangkaian bernilai sama namun
127
83 berbeda pada pengukuran arus. Jika
Phitung
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2022. Praktikum Besaran Listrik.
Laboraturium Listrik Dasar Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Mataram.