Anda di halaman 1dari 10

MODUL IV

PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

Praktikan : Putri Zahrina F1B022023)


Asisten :
Tanggal :

Praktikum Pengukuran Besaran Listrik


LAB. LISTRIK DASAR - TEKNIK ELEKTRO – UNRAM

Abstrak1
Kilo Watt Hour (kWh) meter adalah alat untuk mengukur energi aktif yang menggunakan suatu
alat hitung serta memakai asas induksi. kWh meter tersebut merupakan alat untuk menghitung jumlah
kerja listrik (Watt /jam) dalam waktu tertentu. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran energi listrik
menggunakan metode pengukuran 1 phase dan pengukuran 3 phase dengan menggunakan beban
seimbang dan tidak seimbang. Pada metode pengukuran 1 phase semakin besar beban yang diberikan
maka arus yang digunakan akan semakin besar dan nilai cos φ bernilai sama yaitu 0,999. Pada
metode pengukuran 3 phase pada beban seimbang dan tidak seimbang jika diberikan beban semakin
besar maka n putar yang dilakukan piringan akan semakin cepat.

4.1 PENDAHULUAN Kilo Watt Hour (kWh) meter adalah


4.1.1 Latar Belakang alat untuk mengukur energi aktif yang
Pengukuran energi listrik menggunakan suatu alat hitung serta
merupakan suatu metode untuk memakai asas induksi. kWh meter tersebut
mengetahui seberapa besar merupakan alat untuk menghitung jumlah
pemakaian energi listrik pada suatu kerja listrik (Watt /jam) dalam waktu
rangkaian. Pada pengukuran ini tertentu. Jadi kwh meter dilengkapi dengan
dilakukan dua percobaan, terhadap satu buah piringan aluminium serta alat
beban 1 phase dan beban 3 phase. hitung yang dapat disebut penghitung
Percobaan ini ingin membuktikan mekanis.
beberapa rumus yang sudah ada
sehingga mahasiswa dapat
mengetahui bagaiamana sebuah
rumus dapat dikatakan valid atau
sudah benar.

4.2 DASAR TEORI


B.1 Pengertian kWh Meter
Pengukuran adalah suatu proses Gambar 4.1 Kilo Watt Hour (kWh)
mengukur yang pada dasarnya adalah meter
usaha untuk menyatakan sifat suatu zat
atau benda dalam bentuk angka atau harga. B.2 Prinsip kerja kWh meter
Dasar pemberian angka dalam mengukur Pada gambar 4.2 memperlihatkan
dapat dilakukan dengan cara bagan dasar dari Kwh meter 1 phasa. Cp adalah
membandingkan alat yang akan diukur inti dari kumparan tegangan, Wp adalah
dengan alat tertentu yang dianggap sebagai kumparan tegangan, Cc adalah inti kumparan
standart atau membandingkan besaran arus dan We adalah kumparan. Arus beban 1
yang akan diukur dengan suatu skala yang mengalir melalui We dan menyebabkan
telah ditera. terjadinya fluksi magnetik : Wp mempunyai

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022023


sejumlah lilitan yang besar dan cukup besar Di bawah adalah gambar pengawatan kWh
untuk dianggap sebagai reaktansi murni, meter I phasa 2 kawat.
sehingga arus Ip yang mengalir melalui Wp
akan tertinggal dalam fasanya terhadap
tegangan beban dengan sudut sebesar 90°. Hal
itu menyebabkan terjadinya fluksi magnetis
sebesar Ø1. Dengan demikian maka terhadap
kepingan aluminium D, akan dikenakan momen
gerak TD yang berbanding lurus terhadap daya
beban. Bila momenmomen tersebut yaitu TD Gambar 4.3. Diagram Pengawatan kWh
dan Td ada dalam keadaan seimbang. Meter 1 phasa 2 kawat.
Dari persamaan tersebut terlihat
bahwa kecepatan putar n dari kepingan D B.4 kWh meter 3 phasa
berbanding lurus terhadap V I cos φ sehingga kWh meter ini banyak digunakan di
dengan demikian maka jumlah perputaran dari industri-industri ataupun rumah mewah. kWh
keping tersebut untuk jangka tertentu meter 3 phasa dapat dibedakan menjadi 2
berbanding dengan energi yang akan di ukur macam menurut diagram pengawatannya
dalam jangka waktu tertentu. Untuk (jumlah kawat), yaitu kWh meter 3 phasa 4
memungkinkan pengukuran.maka jumlah kawat dan kWh meter 3 phasa 3 kawat.
putaran dari kepingan D ditransformasikan kWh meter 3 phasa 4 kawat adalah
melalui sistem mekanis tertentu, ke alat yang paling umum digunakan atau terpasang di
penunjuk atau roda-roda angka tersebut industri-industri. Hal ini disebabkan dalam
berputar lebih lambat dibandingkan dengan pengawatan dan pemasangannya lebih mudah
kepingan C. Dengan demikian maka alat untuk dikerjakan. Oleh karena tegangannya 3
penunjuk atau roda-roda angka menunjukkan phasa, maka kWh meter ini mempunyai 3
energi yang diukur dalam kWh setelah melalui kumparan arus, 3 kumparan tegangan, dan 3
kaliterasi tertentu (Surya Darma,2019:160). kumparan pengatur cos M. kWh meter ini
dilengkapi 2 register (angka pencatat energi).
Beban puncak biasanya diberlakukan mulai
pukul 18.00 - 22.00. Gambar rangkaian dari
kWH meter 3 phasa 4 kawat dapat dilihat pada
gambar ( Suhadi, 2008 : 75-76 ).

Gambar 4.4. Diagram Pengawatan kWH Meter


Gambar 4.2 Prinsip kerja kWh meter
3 phasa 4 kawat.
B.3 kWh meter 1 phasa B.5 Beban seimbang dan tidak seimbang
kWh meter jenis ini sering kita jumpai Dalam proses menaikkan dan
dan lebih dikenal karena kWh ini banyak menurunkan tegangan digunakanlah
terpasang di rumah-rumah. kWh meter 1 Transformator 3 fasa. Dalam keadaan ideal,
phasa mempunyai kemampuan tegangan transformator 3 fasa akan mempunyai nilai
127/220 V dan 220/380 V, 5(20) A, 50 Hz yang sama pada tiap fasanya, yang berbeda
dan digunakan untuk daya sampai 4400 VA. hanyalah sudut fasanya yaitu harus 120°.

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022106


Namun pada penerapannya, keadaan ideal
tersebut sangat sulit terjadi dikarenakan tiap
fasa pada sisi sekunder akan menyalurkan
daya tiap fasa dengan beban yang berbeda
tiap fasanya. Hal ini akan menyebabkan
beban tidak seimbang pada masing-masing
fasanya. Efek dari ketidakseimbangan fasa
tersebut adalah akan timbul arus netral.
Arus ini akan menyebabkan loses, losses
akibat adanya arus netral pada penghantar
netral trafo dan losses akibat arus netral
yang mengalir ketanah. Gambar 4.6 Arus dalam kondisi tak
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang seimbang
adalah suatu keadaan di mana: B.6 Segitiga Daya
 Ketiga vektor arus / tegangan sama
besar.
 Ketiga vektor saling membentuk sudut
120º satu sama lain.

Gambar 4.7 Segitiga Daya

Segitiga daya dalam gambar di


atas diperoleh dari segitiga impedansi
yaitu dengan mengalikan masing-masing
sisinya dengan arus kuadrat. Proyeksi
horizontal dari daya voltampere (VA)
adalah daya nyata (watt), sedangkan
Gambar 4.5 Arus dalam kondisi proyeksi vertikalnya adalah daya
seimbang voltampere reaktif (VAR) Peralatan-
peralatan suplai listrik seperti alternator
Sedangkan yang dimaksud dengan dan transformator, rating dayanya tidak
keadaan tidak seimbang adalah keadaan di dinyatakan dalam satuan kilowatt karena
mana salah satu atau kedua syarat keadaan beban-beban yang dilayaninya memiliki
seimbang tidak terpenuhi (Antonov faktor daya bermacam-macam (Reni, 2013
Bachtiar, 2017:113-114). : 84).
Faktor-faktor yang mengakibatkatkan Setidaknya ada 2 rumus yang
terjadinya ketidakseimbangan ada 3 yaitu: digunakan untuk menghitung segitiga
 Ketiga vektor sama besar tetapi tidak daya, rumus pertama yaitu untuk
membentuk sudut 120º satu sama lain. menghitung segitiga daya dengan satu
 Ketiga vektor tidak sama besar tetapi fasa.
membentuk sudut 120º satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak P = V.I.Cos φ .......(4.1)
membentuk sudut 120º satu sama lain. S = V.I .......(4.2)
Q = V.I.Sin φ .......(4.3)
Rumus yang kedua adalah menghitung
segitiga daya dengan tiga fasa.

P = √ 3.V.I.Cos φ .......(4.4)
S = V.I . √ 3 .......(4.5)
Q = V.I.Sin φ. √ 3 .......(4.6)

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022023


Langkah Percobaan
Dengan :
P : Daya nyata ( Watt )
S : Daya semu ( VA )
Q : Daya reaktif ( VAR )
V : Tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
B.7 Hubung bintang dan Delta pada sistem 3
fasa
Tiga Fasa Hubungan Bintang-bintang
(Y-Y) Pada jenis ini ujung-ujung pada masing-
masing terminal dihubungkan secara bintang.
Titik netral dijadikan menjadi satu. Hubungan
dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal
yang kecil pada trafo tegangan tinggi.
Hubungan Open Delta dimungkinkan
untuk menstransformasi sistem tegangan tiga
fasa yang hanya menggunakan dua buah
transformator yang terhubung secara open
delta. Hubungan open delta identik dengan
hubungan delta-delta tetapi salah satu trafo
tidak dipasang hubungan ini jarang digunakan
karena load capasity nya hanya 86,6 % dari
kapasitas terpasangnya ( Yusri, 2021:14-16 ). 4.3.2.2 Rangkaian Percobaan 2
Rumus Vline dan Iline pada hubung
Delta-Bintang dapat dinyatakan dalam rumus :
Δ = IL = √ 3 . Iph
VL = Vph
Y = IL = Iph
VL = √ 3.Vph Gambar 4.9 Rangkaian Percobaan 2
Langkah Percobaan
4.3 METODOLOGI
4.3.1 Spesifikasi Alat dan Komponen
1. kWh meter 3 phase
2. Energi meter power logic (1200)
3. stopwatch
4. Beban Lampu 25,60,100
5. Konektor
6. Power supply
4.3.2 Pengukuran Energi 1 Phase
4.3.2.1 Rangkaian Percobaan 1

Gambar 4.8 Rangkaian Percobaan 1

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022106


data pertama sampai dengan data ketiga
4.3.3 Pengukuran Energi 3 Phase adalah sama yatu 0,999.
4.3.3.1 Rangkaian Percobaan 1 Perhitungan Perhitungan cos φ hitung untuk
sampel data ke-1:

Diketahui:
P = 125 watt
V = 220 Volt
I = 0,108
Ditanya:
Gambar 4.10 Rangkaian Percobaan 1 a. hitung = ....?
Langkah Percobaan b. % Error = ....?
Penyelesaian:
P Beban
cos φ hitung =
V XI
125
cos φhitung =
220 x 0,108
cos φ hitung = 5,26
% Error = |
cos φ hitung−cos φ
cos φ hitung
x 100% |
= |
5 , 26−0,999
5 ,26
x 100% |
= 81,01%
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Energi 1 Phasa
Beba Cos %
W Cos I
N n Φ erorr
(Wat (arus
o (Wat
t) ∅ )
hitun
t) g
72,3 0,99 0,10 81,0
1 125 5,62
3 9 8 1%
4.4 Hasil dan Analisa 2 180
170. 0,99 0,25
3,19
68,7
4.4.1 Pengukuran 1 Phasa 4 9 6 %
277, 0,99 0,42 69,2
Tabel 4.1 Hasil pengukuran 1 Phasa 3 300
9 9 0
3,24
%
Beban Daya Cos A V
No
(Watt) (Watt) φ (Ampere) (Volt)
a. Grafik Beban Terhadap Daya
1 125 72,33 0,999 0,108 220

2 180 170,4 0,999 0,256 220

3 300 277,9 0,999 0,420 220


Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat
dianalisis bahwa Ketika tegangan memiliki
nilai konstan 220 volt dan daya beban yang
diberikan terus meningkat hal ini sesuai dengan
persamaan
P = V.I .......(4.7)
Gambar 4.11 Grafik Beban Terhadap Daya
Maka dapat dianalis daya yang dihasilkan Berdasarkan gambar 4.11 dapat dianalisis
berbanding lurus dengan arus yang dihasilkan. bahwa apabila nilai daya beban yang digunakan
Sedangkan Cos ∅ sendiri adalah nilai pada semakin besar maka akan membuat daya (watt)

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022023


nya juga semakin besar. Dimana hal ini sesuai 2 110 1
35,2
0,157 220 104,1
dengan persamaan yaitu 1
18,5
P = V.I .......(4.8) 3 220 1
3
0,312 220 206

Perhitungan energi listrik data ke-1:


Diketahui :
V = 220 volt
I = 0,262 A
b. Grafik Beban Terhadap Arus t = 22,31 detik = 0,0062 jam
cos φ = 0,999
P = 172,2 Watt

Ditanya :
E1 =...?
E2 =...?
% Error = ....?
Penyelesaian :
E1 (Persamaan ke 1)
V . I . cos ∅ .t
E 1=
Gambar 4.12 Grafik Beban Terhadap Arus 1000
Berdasarkan gambar 4.12 dapat doanalisis 220 x 0,262 x 0,999 x 0,0062
apabila nilai daya beban yang digunakan E 1=
1000
semakin besar maka arus yang mengalir juga
akan semakin besar. Dimana hal ini
E1=0,000357 kWh
dikarenakan nilai daya beban berbanding lurus E2 (Persamaan ke 2)
terhadap arus, sesuai persamaan yaitu P.t
E 2=
1000
P .......(4.9) 172 , 2 x 0,0062
I= E 2=
V 1000
c. Grafik Beban Terhadap cos φ hitung E2=0,00118 kW h
Untuk mencari nilai %eror dapat dilakukan dengan
cara

% Error =
|E1−E 2
E1 |
x 100%

=|0,000357−0,00106
0,000357
x 100% |
= 1,96%
Gambar 4.13 Beban Terhadap cos φ hitung Tabel 4.4 Hasil Perhitungan pengukuran n 1
Berdasarkan gambar 4.13 dapat dapat dianalisis phasa
bahwa nilai beban berturut-turut sebesar Ju
I KWh
Be ml Da
125,180,300 dan nilai phitung yang didapatkan N ban ah
Wa (A V
ya
ktu mp (V %e
sebesar 5,62 3,19, dan 3,24 O (W Put
(t) ere olt)
(W
ror
att) ran att) E1 E2
)
(n)
4.4.2 Pengukuran n 1 Phasa 18 22, 0,2 22 17 0,000 0,001 1,9
1 1 357 06 6%
Tabel 4.3 Penghitungan n 1 Phasa 5 31 62 0 2,2
Beba Juml 11 35, 0,1 22 10 0,002 0,001 0,5
Wakt Tega 2 1 15 02 2%
N n ah Arus Daya 0 21 57 0 4,1
u ngan 18, 0,3 20 0,000 0,001 8,4
O (Wat Putra (A) (W) 3
22
1
22
(s) (V) 0 53 12 0 6 111 05 %
t) n (n)
22,3 Pada tabel 4.4 diatas dapat dianalisis bahwa
1 185 1 0,262 220 172,2
1 tegangan yang digunakan konstan yaitu sebesar 220

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022106


volt dan dihubungkan secara pararel. Lalu diberikan dikarenakan nilai daya beban berbanding lurus
daya beban yang berbeda-beda dimana dayanya terhadap arus,
semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan
oleh piringan untuk berputar juga akan semakin
P .......(4.9)
I=
cepat. Dari data diatas juga dapat dilihat V
perbandingan nilai dari E1 dan E2. Dimana nilai E1
dipengaruhi oleh nilai tegangan (V) dan arus (I) c. Grafik Hubungan Beban Terhadap n Putaran
mengunakan masing – masing bebannya yang
menyebabkan nilainya semakin besar pada setiap
percobaanya. Sedangkan nilai E2 dipengaruhi oleh
nilai daya beban (Pbeban) dan waktu (t) pada masing
– masing bebannya yang menyebabkan nilainya
meningkat dengan selisih yang tidak terlalu besar

a. Grafik Hubungan Beban Terhadap Daya Gambar 4.16 Hubungan Beban Terhadap n
Putaran
Pada gambar 4.16 dapat dianalisis bahwa n
putaran yang dilakukan sebanyak 1 putaran

4.4.3 Pengukuran Energi 3 Phase


4.4.3.1 Beban Seimbang
Tabel 4.5 Perhitungan Beban Seimbang 3 phase
No Beban (Watt) kWh 3 Φ I (A)
n t(h)
1. 25+25+25 1 0,124 0,108
2. 100+100+100 1 3,051 0.384
Gambar 4.14 Hubungan Beban Terhadap Daya 3. 60+60_60 1 0,051 0,255
Pada gambar 4.14 di atas dapat dianalisis Perhitungan arus netral untuk sampel data ke
bahwa nilai beban berbanding lurus dengan 1:
nilai daya, yang diana jika beban semakin naik Diketahui :
aka daya juga akan semakin naik, Hal ini a.P = 25Watt
sesuai dengan persamaan: b.V = 220 Volt
P = V x I .......(4.10)
Ditanya :
b. Grafik Hubungan Beban Terhadap Arus IN (arus netral)

Jawab :
I N =I 1+ I 2 + I 3 =0
P
IN=
V ∠0°
P1 P2 P3
IN= + +
V 1 ∠ 0 ° V 2 ∠ 120° V 3 ∠ 240 °

Gambar 4.15 Hubungan Beban Terhadap Arus 25 25 25


IN= + +
Pada gambar 4.15 dapat dianalisis bahwa 220∠ 0° 220∠ 120 ° 220 ∠ 240 °
apabila nilai daya beban yang digunakan
semakin besar maka arus yang mengalir juga = 0,11∠0 +0,11∠-120 + 0,11∠-240
akan semakin besar. Dimana hal ini = 0,11+j0 +(-0,09-j0,15) + (0,09+j0,15)
¿0 A

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022023


Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Beban Seimbang 3 Gambar 4.18 Grafik Hubungan Beban dengan
Phase Arus
kWh 3 φ IN Pada gambar 4.18 dapat dianalisis bahwa
No Beban (Watt) I (A) (A) apabila nilai daya beban yang digunakan
n T(H) semakin besar maka arus yang mengalir juga
1 25+25+25 1 0,124 0,108 0 akan semakin besar. Dimana hal ini
dikarenakan nilai daya beban berbanding lurus
2 100+100+100 1 3,051 0,384 0
terhadap arus
3 60+60+60 1 0,051 0,255 0
c. Grafik Beban Terhadap IN
Pada tabel 4.6 Beban yang digunakan
seimbang dan nilai IN hitung yang didapatkan
dari ketiga beban adalah 0 karena Ketika nilai
beban seimbang pada ketiga phasa maka hasil
IN hitung akan bernilai 0.

Gambar 4.19 Grafik Hubungan Beban dengan


IN
Pada Grafik diatas dapat dianalisa bahwa In
pada sistem 3 phasa beban seimbang akan
menghasilkan hasil 0 dikarenakan beban pada
ketiga phasa berjumlah sama
a. Grafik Beban Terhadap Waktu
4.4.3.2 Tak Seimbang
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Beban Tak
Seimbang
kWh 3 φ
No Beban (Watt) I (A)
n T(H)
1 60+100+60 1 0,0641 0,114

2 100+100+40 1 0,0616 0,129

3 60+100+100 1 0,0611 0,123


Gambar 4.17 Grafik Hubungan Beban dengan Perhitungan arus netral untuk sampel data ke
Waktu 1:
Pada gambar 4.17 dapat danalisis bahwa grafk Diketahui :
tersebut Ketika beban yang diberikan lebih P1 + P2 + P3 =25 + 60+ 100 (watt)
besar maka waktu yang dibutuhkan pada n V = 220 volt
putar akan lebih cepat Ditanya :
b. Grafik Beban Terhadap Arus IN (arus netral)
Penyelesaian :
I N =I 1+ I 2 + I 3 =0
P
IN=
V ∠0°
P1 P2 P3
IN= + +
V 1 ∠ 0 ° V 2 ∠ 120° V 3 ∠ 240 °
60 100 60
IN= + +
220∠ 0° 220∠ 120 ° 220 ∠ 240 °

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022106


I N =0 , 27 ∠ 0+0 , 45 ∠−120+0 , 27 ∠−240 Gambar 4.21 Grafik Hubungan Beban dengan
IN = 0,27+j0 +(-0,225-j0,389) + (-0,135+j0,23) Arus
I N =−0 , 09− j 0,159 Pada gambar 4.21 dapat dianalisis bahwa
apabila nilai daya beban yang digunakan
I N =0 , 13 ∠−29 , 5 semakin besar maka arus yang mengalir juga
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Beban Tak akan semakin besar. Dimana hal ini
Sembang dikarenakan nilai daya beban berbanding lurus
kWh 3 φ terhadap arus
No Beban (Watt) I (A) IN (A)
n T c. Grafik Beban Terhadap IN
1 60+100+60 1 0,051 0,256 0,25

2 100+100+40 1 0,083 0,157 0,079

3 60+100+100 1 0,017 0,308 0.009

Gambar 4.22 Grafik Hubungan Beban dengan


IN
Pada gambar 4.22 di atas dapat dianalisis
bahwa Ketika beban pada 3 phase diberikan
berturut-turut sebesar 25+60+100, 25+25+60,
a. Grafik Terhadap Beban Waktu 60+60+100, maka IN yang dihasilkan berturut-
turut sebesar 0,25, 0,079, 0,09.

5.5 Kesimpulan
1.Pengukuran energi listrik menggunakan kWh
meter satu fasa memiliki nilai arus dan
tegangan yang berbanding lurus. Begitu pula
untuk daya listrik, semakin besar beban maka
semakin besar pula daya yang dibutuhkan. Hal
ini sesuai dengan persamaan daya P = V.I.
Gambar 4.20 Grafik Hubungan Beban dengan
Waktu 2.Dari pengukuran n putaran dapat disimpulkan
Pada Gambar 4.20 atas dapat dianalisis bahwa bahwa beban dapat mempengaruhi cepat
jika beban yang kita gunakan semakin tinggi lambatnya piringan menyelesaikan satu
maka perputaran piringan yang dibutuhkan putaran. Semakin besar beban maka akan
akan semakin cepat semakin cepat waktu yang dibutuhkan putaran
b. Grafik Beban Terhadap Arus piringan untuk menyelesaikan satu putaran
begitu juga sebaliknya.

3.a.Pengukuran beban seimbang dengan


menggunakan energi tiga phasa
Pada pengukuran energi seimbang kwh
meter diketahui bahwa semakin besar beban
maka waktu yang dibutuhkan untuk
piringan menyelesaikan satu putaran
semakin sedikit, begitu juga sebaliknya.
Dan pada beban seimbang IN bernilai 0, hal
ini disebabkan karena beban yang
digunakan sama atau seimbang

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022023


b.Pengukuran beban tak seimbang dengan
menggunakan energi tiga phasa
Pada pengukuran energi seimbang kwh
meter diketahui bahwa semakin besar beban
maka waktu yang dibutuhkan untuk
piringan menyelesaikan satu putaran
semakin sedikit, begitu juga sebaliknya.
Yang membedakan antara pengukuran
menggunakan energi seimbang dan tak
seimbang yaitu pada nilai IN nya. Pada
beban tak seimbang nilai IN cenderung
tidak stabil karena adanya perbedaan nilai
beban yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2023. Modul Praktikum Pengukuran
Besaran Listrik. Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Laboratorim Listrik Dasar.

A.M Yusri. 2021. Karakteristik Transformator


3 Fasa (Hubung Bintang dan Delta)
Pada Sistem Tenaga Listrik. Journal
Dynamic saint, Universitas Kristen
Indonesia Toraja, Tana Toraja.

Darma, Surya. 2019. Studi Sistem Penerapan


KWH Meter. Jurnal Teknologi

Suhadi. 2008. Buku Teknik Distribusi Tenaga


Listrik. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.

Waluyanti, Sri dkk. 2008. Alat Ukur dan Teknik


Pengukuran Jilid 2. Direktorat
pembinaan SMK. Jakarta

MODUL 4 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2023/F1B022106

Anda mungkin juga menyukai