Anda di halaman 1dari 11

MODUL IV

PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

Praktikan :
Asisten :
Tanggal : 30 September 2022

ES2132 – Praktikum Pengukuran Besaran Listrik


LAB. LISTRIK DASAR – TEKNIK ELEKTRO –UNRAM

Abstrak

4.1 PENDAHULUAN dengan beban dan kumparan tegangan


Dalam percobaan ini terdapat tujuan dihubungkan paralel dengan beban. Pada
yang ingin dicapai, yaitu untuk mengukur alat ukur kWh meter jumlah kerja listrik
pemakaian energi listrik dan faktor yang diubah ke dalam bentuk energi mekanis,
mempengaruhi serta untuk mengetahui yakni untuk memutar roda-roda angka
ketelitian kWh meter. jumlah putaran, dari roda-roda tersebut
4.2 DASAR TEORI akan sama dengan jumlah kerja listrik
4.2.1. Pengertian kWh meter yang digunakan beban (Darma, Surya.
Pengukuran adalah suatu proses 2019: 158).
mengukur yang pada dasarnya adalah 4.2.2 Prinsip Kerja kWh meter
usaha untuk menyatakan sifat suatu zat
atau benda dalam bentuk angka atau harga.
Dasar pemberian angka dalam mengukur
dapat dilakukan dengan cara
membandingkan alat yang akan diukur
dengan alat tertentu yang dianggap sebagai
standart atau membandingkan besaran
Gambar 4.1. Prinsip kerja dari kWh meter
yang akan diukur dengan suatu skala yang
Pada gambar 4.1 diperlihatkan
telah ditera. Kebenaran dari suatu hasil
pengukuran tergantung pada alat yang bagan dasar dari kWh meter 1 phasa.
Dimana Cp adalah inti dari kumparan
digunakan sebagai perbandingan atau
tegangan, Wp adalah kumparan tegangan,
penunjuk dan orang yang melaksanakan
Cc adalah inti kumparan arus dan We
pengukuran yang didalamnya termasuk
adalah kumparan. Arus beban 1 mengalir
cara pemasangan dari alat ukur tersebut.
melalui We dan menyebabkan terjadinya
Alat yang digunakan dalam pengukuran ini
fluksi magnetik : Wp mempunyai sejumlah
disebut instrumen pengukur. Alat inilah
lilitan yang besar dan cukup besar untuk
yang menunjukkan nilai besaran yang
dianggap sebagai reaktansi murni,
diukur. Hasil pengukuran merupakan
sehingga arus Ip yang mengalir melalui
penunjukan langsung yang dapat dibaca.
Wp akan tertinggal dalam fasanya terhadap
Kilo Watt Hour (kWh) meter adalah alat
tegangan beban dengan sudut sebesar 90°.
untuk mengukur energi aktif yang
Hal itu menyebabkan terjadinya fluksi
menggunakan suatu alat hitung serta
magnetis sebesar Ø1.
memakai asas induksi. kWh meter tersebut
Dengan demikian maka terhadap
merupakan alat untuk menghitung jumlah
kepingan aluminium D, akan dikenakan
kerja listrik (Watt jam) dalam waktu
momen gerak TD yang berbanding lurus
tertentu. Jadi kWh meter dilengkapi
terhadap daya beban. Misalnya bahwa oleh
dengan satu buah piringan aluminium serta
pengaruh momen gerak ini, kepingan
alat hitung yang dapat disebut penghitung
aluminium akan berputar dengan
mekanis. Alat ukur ini terdiri dari
kecepatan putaran n sambil berputar ini D
kumparan arus yang dihubungkan seri
akan mendorong garis-garis flukis magnet
permanen dan akan menyebabkan pengamatan yang dihasilkan akan
terjadinya arus-arus putar yang berbanding semakin sedikit pula, khususnya pada
lurus terhadap Øm, di dalam aluminium perputaran pirigan yang agak cepat.
tersebut. Arus-arus putar ini akan pula  Kemungkinan terjadinya kelambatan
memotong garis-garis Øm sehingga reaksi pengamat dalam pengoperasian
kepingan D akan mengalami suatu. momen start dan stop pada alat ukur waktu.
redaman Td yang berbanding lurus Untuk perputaran yang sedikit,
terhadap nØn 2 . Bila momen-momen kesalahan yang berasal dari kelambatan
tersebut yaitu TD dan Td ada dalam reaksi pengamat semakin berarti dan
keadaan seimbang, maka hubungan ini hal ini tidak dapat diabaikan.
berlaku :

n = k. V.I Cos φ ………………(1)

Dengan k adalah konstanta. Dari


persamaan tersebut terlihat bahwa
kecepatan putar n dari kepingan D
berbanding lurus terhadap V I cos φ
sehingga dengan demikian maka jumlah
Gambar 4.2. rangkaian KWH meter 1 phasa
perputaran dari keping tersebut untuk
kWh 1 fasa memiliki 2 kawat
jangka tertentu berbanding dengan energi
penghantar yang ke satu sebagai kawat
yang akan di ukur dalam jangka waktu
phase (L) dan yang kedua sebagai kawat
tertentu. Dalam alat ukur energi,
neutral (N). Umumnya KwH 1 phasa
kumparankumparan arus dan tegangan
bertegangan 220-240 volt yang digunakan
merupakan suatu belitan pada duah buah
banyak orang. Biasanya kWh 1 phaa
magnet. Kumparn arus akan
digunakan untuk listrik perumahan, namun
membangkitkan fluks magnet dengan nilai
listrik PLN di jalanan itu memiliki 3 phase,
berbanding lurus dengan besar arus.
tetapi yang masuk ke rumah kita hanya 1
Terjadinya perputaran dari piringan
phase karena kita tidak memerlukan daya
alumunium karena interaksi dari kedua
besar. Energi nyata yang diukur oleh alat
medan magnet ini. Kemudian putaran
ukur kWh meter selama "n" putaran adalah
piringan di transfer pada roda-roda
pencatat. Pada transfer mati nilai putaran
KWH = n k × 3.600. 000 (watt detik)….(2)
keeping alumunium ke rodaroda pencatat
dilakukan kalibrasi untuk memperoleh
Bila alat ukur kWh meter yang ditera
nilai energi terukur dalam basaran kWh
tidak mempunyai kesalahan maka energi
(Darma, Surya. 2019: 160 ).
yang diukur dapat ditentukan dengan
4.2.3 Cara Kerja kWh meter 1 phase
persamaan :
Prinsip dari metoda 1 phase
adalah mengukur besarnya energi yang
𝑊 = 𝑃 × 𝑡𝑑……………………..(3)
diintegrasikan terhadap waktu. Dimana
pada pelaksanaan peneraan dengan
Maka :
menggunakan metoda ini adalah dengan
menggunakan alat pengukur daya (Watt
td × P = n k × 3.600.000………..(4)
meter) dan alat pengukur waktu (stop
watch) untuk mengetahui lamanya waktu t
td = n×3.600.000 P×k (det)…….(5)
yang diperlukan untuk melakukan
sejumlah perputaran n dalam konstanta
Dimana:
kWh meter tertentu (Widodo, Sapto. 2013:
W = Energi yang diukur oleh kWh meter
224).
(Joule).
Dalam melaksanakan peneraan
P = Daya aktif selama waktu pengukuran
dengan metoda ini jumlah perputaran
(watt)
piringan tidak boleh terlalu sedikit, hal ini
Td = Waktu dasar atau waktu yang
didasarkan pertimbangan sebagai berikut :
diperlukan selama "n" putaran pada
 Terbatasnya ketelitian dari alat
kWh meter yang ditera (detik)
pengukur waktu (stop wacth), karena
K = Konstanta putaran alat ukur kWh meter
semakin sedikit jumlah perputaran
(Put/ kWh).
yang dilakukan, maka waktu
4.2.4 Cara Kerja kWh meter 3 phase vektor arus / tegangan sama besar. Ketiga
Hampir seluruh perusahaan penyedia vektor saling membentuk sudut 120º satu
tenaga listrik menggunakan sistem listrik 3 sama lain. Sedangkan yang dimaksud
phase. Sistem 3 phase diperkenalkan dan dengan keadaan tidak seimbang adalah
dipatenkan oleh Nikola Tesla pada tahun keadaan dimana salah satu atau kedua
1887 dan 1888. Sistem ini secara umum syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
lebih ekonomis dalam penghantaran daya Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada
listrik, dibanding dengan sistem 2 phase 3 yaitu :
atau 1 phase, dengan ukuran penghantar a) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak
yang sama. Karena sistem 3 phase dapat membentuk sudut 120º satu sama lain.
menghantarkan daya listrik yang lebih b) Ketiga tidak sama besar
besar. Dan juga peralatan listrik yang tetapimembentuk sudut 120º satu sama
besar, seperti motor-motor listrik, lebih lain.
powerful dengan sistem ini. c) Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
Listrik 3 phase adalah listrik AC membentuk sudut 120º satu sama lain.
(alternating current) yang menggunakan 3
penghantar yang mempunyai tegangan
sama tetapi berbeda dalam sudut phase
sebesar 120 degree. Ada 2 macam
hubungan dalam koneksi 3 penghantar
tersebut yaitu: hubungan bintang (“Y” atau
star) dan hubungan delta. Sesuai
bentuknya, yang satu seperti huruf “Y” dan
satu lagi seperti simbol “delta” (Widodo, Gambar 4.4. Vektor Diagram Arus
Sapto. 2013: 231). Seimbang

Gambar 4.3 Rangkaian alat ukur kWh meter Gambar 4.5. Vektor Diagram Arus Tidak
3 phasa Seimbang
Dimana : Gambar (4.5) menunjukkan vektor
R = Kawat phasa diagram arus dalam keadaan seimbang. Di
S = Kawat phasa sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga
T = Kawat phasa vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama
N = Kawat netral dengan nol sehingga tidak muncul arus
V = Volt meter netral (IN). Sedangkan pada Gambar (4.5)
I = arus menunjukkan vektor diagram arus yang
A = Amper meter tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa
W = Watt meter penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS,
Pada gambar rangkaian peneraan alat IT) tidak sama dengan nol sehingga
ukur kWh meter untuk kWh meter 3 phasa muncul sebuah besaran yaitu arus netral
tersebut berlaku persamaan : (IN) yang besarnya ber- gantung dari
seberapa besar faktor ketidakseim-
td = n×3.600.000 3×P×k …………(6) bangannya (Setiadji, Julius Sentosa. 2018:
69).
4.2.5 Beban Seimbang dan Tidak 4.2.6 Faktor Daya
Seimbang Faktor daya yang dinotasikan cos φ
Beban adalah bagian dari suatu didefinisikan sebagai perbandingan antara
rangkaian listrik yang menyerap daya yang arus yang dapat menghasilkan kerja
diberikan oleh suatu sumber pada didalam suatu rangkaian terhadap arus
rangkaian.Beban terbagi menjadi dua, total yang masuk kedalam rangkaian atau
yaitu beban seimbang dan tak seimbang. dapat dikatakan sebagai perbandingan
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang daya aktif (kW) dan daya semu (kVA).
adalah suatu keadaan di mana : Ketiga
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada
penghantar (Ampere)
Cos Ø = Faktor Daya
2. Daya Semu (S)
Daya semu merupakan daya listrik
yang melalui suatu penghantar
transmisi atau distribusi.Daya ini
Gambar 4.6. Segitiga daya merupakan hasil perkalian antara
Dimana : tegangan dan arus yang melalui
P : Daya Aktif ( kW ) penghantar.
Q : Daya Reaktif ( kVAR) Line to netral/ 1 Phasa
S : Daya Semu (kVA)
4.2.7 Segitiga Daya S = V x I……………….(9)
Segitiga daya merupakan segitiga
yang menggambarkan hubungan Line to line/ 3 Phasa
matematik antara tipe-tipe daya yang
berbeda yaitu: daya aktif( Watt ), daya S = √3 x V x I………(10)
reaktif (VAR) dan daya semu (VA),
berdasarkan prinsip trigonometri dapat Dimana :
dillihat di gambar 4.7. S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada
penghantar (Ampere)
3. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif merupakan selisih
antara daya semu yang masuk pada
penghantar dengan daya aktif pada
penghantar itu sendiri, dimana daya ini
Gambar 4.7. Segitiga daya
terpakai untuk daya mekanik dan
Dimana jika digambarkan dalam
panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali
bentuk segitiga daya, maka daya nyata
antara besarnya arus dan tegangan yang
direpresentasikan oleh sisi miring dan daya
dipengaruhi oleh faktor daya.
aktif maupun reaktif direpresentasikan
Line to netral/ 1 Phasa
oleh sisi-sisi segitiga yang saling tegak
lurus. Dari gambar 4.7. terlihat pula bahwa
Q = V x I x Sin Ø ……...(11)
semakin besar nilai daya reaktif (Q) akan
meningkatkan sudut antara daya nyata dan
Line to line/ 3 Phasa
daya semu atau biasa disebut dengan
power factor / cos φ. Sehingga daya yang
terbaca pada alat ukur (S) lebih besar Q=√
3
3 x V x I x Sin Ø..…(12)
daripada daya yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh beban (P). Dimana :
1. Daya Nyata (P) Q = Daya reaktif (VAR)
Daya nyata merupakan daya listrik V = Tegangan (Volt)
yang digunakan untuk keperluan I = Arus (Amper)
menggerakkan mesin-mesin listrik atau
peralatan lainnya. 4.2.8. Hubungan Bintang dan Segitiga
Line to netral / 1 Phasa Motor Listrik 3 phasa meupakan
jenis motor yang paling banyak
P = V x I x Cos Ø………….(7) digunakan secara luas baik dalam
industri besar maupun kecil
Line to line/ 3 Phasa dibandingkan dengan motor jenis
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
P = √3 x V x I x Cos Ø……..(8) motor jenis ini memiliki keunggulan
baikdarisegi teknis maupun ekonomis.
Dimana : Motor listik 3 phasa memiliki
P = Daya Nyata (Watt) karakteristik arus awal yang besar namun
hal ini dapat diatasi dengan beberapa  Gambar Rangkaian Percobaan
metode pengaturan, salah satunya adalah Kedua 1 Phase
dengan sistem pengasutan bintang –
segitiga, dimana sistem ini sangat
sederhana dan dapat diterapkan untuk
semua jenis motor 3 phasa.
4.3 METODOLOGI
4.3.1 Spesifikasi Alat dan Bahan
1. Beban lampu (3 buah) Gambar 4.9 Rangkaian Percobaan
2. Energi meter power logic 1200  Langkah Percobaan
(1buah)
3. Konektor
4. kWh meter 3 phase (1 buah)
5. Power supply
6. Stopwatch
4.3.2 Langkah Percobaan
 Gambar rangkaian 1 phase

Gambar 4.8 Rangkaian Percobaan


 Langkah Percobaan
 Gambar rangkaian 3 phase 4.4. HASIL DAN ANALISIS
4.4.1 Pengukuran Energi 1 Phase
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran 1 Phase

Perhitungan cos 𝜑 untuk sampel data 1


Diketahui :
Gambar 4.10 Rangkaian Percobaan
P = 80
 Langkah Percobaan V = 220
I = 0.117
Ditanya :
• Cos 𝜑 hitung = ?
• % Error = ?
Penyelesaian :
P
• Cos 𝜑 hitung ¿
V.I
80
¿
220× 0,117
80
¿
25,74
= 3,108
 % Error =

|cos φ hitung−cos
cos φ hitung
φukur
|×100 %
¿| |×100 %
3,108−0,998
3,108
¿|
3,108|
2,11
× 100 %
= 67%
Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengukuran 1
Phase

Berdasarkan tabel 4.2 dapat


dianalisa bahwa tegangan 1 fasa
memiliki tegangan yang konstan
atau tetap yaitu 220 volt.
Sedangkan arus yang dihasilkan
pada beban 80 watt yaitu sebesar
0,117 ampere. Ketika nilai beban
yang digunakan bertambah maka
arus yang dihasilkan juga
bertambah. Di mana beban
berbanding lurus dengan arus. Hal
ini sesuai dengan persamaan :
P=V.I
Nilai dari cos 𝜑 hitung c. Grafik Hubungan Beban terhadap Cos φ
semakin besar seiring hitung
bertambahnya beban, Ketika nilai
Grafik Hubungan Beban
beban yang digunakan sebesar 80 terhadap Cos φ hitung
watt maka nilai cos 𝜑 hitung yang
1.5 0.99 0.99 0.99
didapatkan yaitu 3,108 dan 1
Ketika nilai beban 140 watt maka 0.5
nilai cos 𝜑 hitungnya sebesar 0
3,18 . dapat disimpulakan bahwa 80 140 200
nilai cos 𝜑 hitung berbanding φ hitung
lurus dengan nilai beban.
Sedangkan niilai cos 𝜑 ukur yang Gambar 4.13 grafik beban terhadap
didapatkan bernilai konstan, yaitu Cos φ hitung
0.99. Dari gambar grafik 4.13 dapat
Dan % Error bernilai fluktuatif (naik-turun) dianaliasa bahwa Ketika nilai beban
dikarenakan kurangnya presisi alat ukur yang digunakan besar maka nilai cos φ
yang digunakan atau adanya human error. semakin kecil begitupun sebaliknya
Ketika nilai bebannya kecil maka nilai
 Grafik
cos φ menjadi besar. Jadi dapat
a. Grafik Hubungan Beban terhadap Daya
disimpulkan bahwa nilai beban
Grafik Hubungan Beban berbanding terbalik dengan nilai cos φ.
Terhadap Daya 4.4.2 Pengukuran n-putaran
200 132 144.4 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Pengukuran 1
77.46 Phase
100
0
80 140 200

Daya
Gambar 4.11 grafik beban terhadap
a. Perhitungan Energi Listrik Persamaan I
arus
Diketahui :
Dari gambar grafik 4.11 dapat
V = 220 volt
dianaliasa bahwa Ketika nilai beban
I = 0,27 Amper
yang digunakan semakin besar maka
Cos 𝜑 = 0,99
nilai daya yang dihasilkan juga
t = 0,086 h
semakin besar. Dapat disimpulkan
Ditanya :
bahwa nilai beban dan daya berbanding
E1 = ?
lurus.
Penyelesaian :
b. Grafik Hubungan Beban terhadap Arus
(V . I . cos φ) .t
Grafik Hubungan Beban E1 =
Terhadap Arus
1000
0.3 0.2 0.218 (220 ×0,27 × 0,99)× 0,086
E1 =
0.2 0.117 1000
0.1 E1 = 0,050 kWh
0
80 140 200 b. Perhitungan Energi Listrik Persamaan
II
Arus Diketahui :
Gambar 4.12 grafik beban terhadap P = 184,3 Watt
arus t = 0,086 h
Dari gambar grafik 4.12 dapat Ditanya :
dianaliasa bahwa Ketika beban yang E2 = ?
digunakan semakin besar maka arus Penyelesaian :
yang dihasilkan juga semakin besar P. t
begitupun sebaliknya Ketika beban E2 =
1000
yang digunakan kecil maka arus yang 184,3× 0,086
dihasilkan juga kecil. Dapat E2 =
disimpulkan bahwa nilai beban dan 1000
arus berbanding lurus, = 0,015 kWh
Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada
tabel berikut: Grafik Hubungan Beban
terhadap Putaran
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan n-putaran
1.5
1 1 1
1
0.5
Dari tabel 4.4 dapat diketahui 0
200 260 320
bahwa semakin besar nilai beban
yang diberikan, tegangan diberi Jumlah Putaran
konstan yaitu 220 V, namun arus
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Beban
dan dayanya akan semakin
terhadap Putaran
meningkat atau dapat dikatakan
Dari gambar grafik 4.14 dapat
bahwa nilai arus dan daya
dianalisa bahwa nilai putaran yang
berbanding lurus dengan nilai
digunakan adalah 1 walaupun nilai dari
beban yang diberikan. Hal ini
beban yang digunakan semakin
sesuai dengan persamaan :
bertambah
P = V. I
b. Grafik Hubungan Beban terhadap Arus
Dapat kita ketahui bahwa
besar beban mempengaruhi putaran Grafik Hubungan Beban
piringan, jika nilai beban yang Terhadap Arus
diberikan semakin besar maka 0.55
0.6
waktu putaran piringan semakin 0.36
cepat dan jika beban yang diberikan 0.4 0.278
semakin kecil maka putaran 0.2
piringan semakin lama, sehingga
0
waktu putaran berbanding terbalik 200 260 320
dengan besar beban.
Dapat diketahui juga dalam Arus
perhitungan pemakaian energi Gambar 4.15 Grafik Hubungan Beban
listrik di dapat dengan dua terhadap Arus
persamaan, yaitu E1 dan E2. Dari gambar grafik 4.15 dapat
Perhitungan E1 dipengaruhi oleh dianalisa bahwa apabila nilai beban
nilai tegangan dan arus ukur serta semakin besar maka nilai arus yang
waktu tempuh piringan selama satu dihasilkan akan semakin besar, begitu
putaran. Sedangkan perhitungan E2 pun sebaliknya. Dapat disimpulkan
diperoleh dari nilai daya pada bahwa nilai arus berbanding lurus
beban yang dikalikan dengan waktu dengan nilai beban.
tempuh piringan selama satu c. Grafik Hubungan Beban terhadap
putaran. Waktu
Pada persamaan energi listrik
tersebut dapat disimpulkan bahwa Grafik Hubungan Beban
Terhadap Waktu
jika semakin lama waktu 0.086
pemakaian dari suatu beban maka 0.1
0.046
0.03
energi listrik yang dihasilkan juga 0.05
semakin besar. Hal tersebut 0
dikarenakan, energi listrik 200 260 320
berbanding lurus terhadap waktu
Waktu
pemakaian.
 Grafik Gambar 4.16 Grafik Hubungan Beban
a. Grafik Hubungan Beban terhadap terhadap Waktu
Putaran Dari gambar grafik 4.16 dapat
dianalisa bahwa apabila semakin besar
nilai beban, maka waktu yang
dibutuhkan per putaran lebih sedikit,
begitu pun sebaliknya. Hal ini
dikarenakan, semakin besar beban yang
digunakan, maka perputaran
piringannya semakin cepat, sehingga
memerlukan waktu yang lebih sedikit.
Dapat dikatan bahwa waktu berbanding
terbalik dengan nilai beban.
d. Grafik Hubungan Beban terhadap E1
dan E2
Grafik Hubungan Beban Dari tabel 4.6 dapat dianalisa bahwa
Terhadap E1 dan E2 pada beban yang seimbang dengan jumlah 1
0.111 0.109 putaran memerlukan waktu 0,029 jam
0.12
0.1 dengan nilai arus yang dihasilkan yaitu
0.08 sebesar 0,425 ampere. Tidak terjadinya arus
0.05 netral (IN) karena nilai beban 1,beban 2 dan
0.06
0.04 0.015 beban 3 sama (seimbang).
0.02 0.0036 0.0035 • Grafik
0 a. Grafik Hubungan Beban terhadap Arus
200 260 320
Netral
E1 E2
Grafik Hubungan Beban
Gambar 4.17 Grafik Hubungan Beban Terhadap Arus Netral
terhadap E1 dan E2 1.5 1 1 1
Dari gambar grafik 4.17 dapat 1
dianalisa bahwa apabila nilai beban 0.5
semakin tinggi, maka energi nya
0
semakin menurun. Dapat dilihat nilai 100x3 40x3 15x3
E2 lebih tinggi dibandingkan nilai E1.
Nilai E2yang didapatkan akan Arus Netral
meningkat seiring meningkatnya Gambar 4.18 Grafik Hubungan Beban
beban, sedangkan E1 diperoleh nilai terhadap Arus Netral
yang mengalami penurunan seiring Dari gambar grafik 4.18 dapat
meningkatnya nilai beban. dianalisa bahwa arus netral (IN) yang
dihasilkan bernilai 0 A, yang dimana
4.4.3 Pengukuran Energi 3 Phase nilai arus netral (IN) yang dihasilkan
4.4.3.1 Pengukuran Energi 3 Phasa Beban konstan seiring meningkatnya nilai
Seimbang beban. Hal ini dikarenakan setiap
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Beban seimbang bebannya bernilai sama atau seimbang
sehingga arus yang dihasilkan konstan.
b. Grafik Hubungan Beban terhadap
Waktu
Grafik Hubungan Beban
Terhadap Waktu
0.132
0.15
Perhitungan arus netral 0.1 0.078
Diketahui : 0.029
0.05
P = 100+100+100 watt
V = 220 V 0
100x3 40x3 15x3
Ditanya :
IN = ? Waktu
Penyelesaian :
I N =I 1+ I 2+ I 3 Gambar 4.19 Grafik Hubungan Beban
terhadap Waktu
100 100 100
¿ + + Dari gambar grafik 4.19 dapat
220∠ 0 ° 220 ∠ 120 ° 220 ∠240° dianalisa bahwa Ketika semakin besar
¿ 0,45 ∠0 °+ 0,45 ∠120 ° +0,45 ∠ 240 ° nilai beban yang digunakan, maka
=0A waktu yang dibutuhkan semakin sedikit
Tabel 4.6 Hasil Perhitugan Beban Seimbang untuk mendapatkan satu putaran,
begitu pun sebaliknya. Dapat
disimpulkan bahwa waktu yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan Gambar 4.20 Grafik Hubungan Beban
nilai beban. terhadap Arus Netral
Dari gambar grafik 4.20 dapat
4.4.3.2 Pengukuran Energi 3 Phasa Beban dianalisa bahwa semakin besar nilai
Tak Seimbang beban, maka nilai arus netral yang
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Energi 3 Phasa dihasilkan semakin menurun,begitu
Beban Tak Seimbang pun sebaliknya ketika nilai beban
semakin kecil maka nilai arus netral
yang dihasilkan semakin meningkat.
b. Grafik Hubungan Beban terhadap
Waktu

Perhitungan arus netral Gambar 4.21 Grafik Hubungan Beban


Diketahui : terhadap Waktu
P = 100+100+100 watt Dari gambar grafik 4.21 dapat
V = 220 V dianalisa bahwa semakin besar nilai
Ditanya : beban yang digunakan, maka waktu
IN = ? yang dihasilkan semakin sedikit, begitu
Penyelesaian : pun sebaliknya. Dapat disimpulkan
I N =I 1+ I 2+ I 3 bahwa waktu yang dihasilkan
100 160 100 berbanding terbalik dengan nilai beban
¿ + + yang digunakan.
220∠ 0 ° 220 ∠ 120 ° 220 ∠240°
¿ 0,45 ∠0 °+ 0,72∠−120 ° +0,45 ∠−240 ° 4.5 KESIMPULAN
1. Pada pengukuran energi 1 Phase nilai
¿ 0,45+0,00 j+ (−0,36+0,62 j ) beban yang diberikan berbanding lurus
dengan nilai arus dan daya yang
+(−0,22−0,38 j)
dihasilkan, semakin besar beban yang
¿ 0,27 digunakan maka semakin besar daya
dan arus yang dihasilkan. Sedangkan
pada pengukuran energi 3 Phase
dengan beban yang seimbang
menghasilkan nilai arus netral yaitu nol
ampere, hal tersebut dikarenakan besar
Tabel 4.7 Hasil Perhitugan Tak Beban nilai beban yang digunakan sama atau
Seimbang seimbang, semakin besar nilai total
beban seimbang maka semakin cepat
juga waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan satu putaran penuh
piringan.
2. Ketelitian kWh meter dapat dilihat dari
Dari tabel 4.7 dapat nilai persentase error yang diperoleh.
dianalisa bahwa ketika beban yang Dimana kWh meter yang digunakan
digunakan yaitu 100+160+100 lebih akurat karena hanya memperoleh
dengan jumlah 1 putaran, persentase error yang kecil.
memerlukan waktu sebesar 0.21
jam dan menghasilkan arus sebesar DAFTAR PUSTAKA
0.61 A. Dapat dilihat bahwa nilai
beban berbanding lurus dengan Tim Lab Listrik Dasar. 2021. Penuntun
nilai arus, akan tetapi berbanding Praktikum Pengukuran Besaran
terbalik dengan nilai arus netral dan Listrik. Laboratorium Listrik Dasar.
waktunya. Fakultas Teknik Universitas
• Grafik Mataram.
a. Grafik Hubungan Beban terhadap Arus
Netral Hyat, William. 2010. Rangkaian Listrik I.
Erlangga, Jakarta.
Basri, Hasan Ir. 1997. Sistem Distribusi
Daya Listrik. Jakarta. Hamdi. 2016.
Energi Terbarukan. Jakarta: Erlangga
Jakarta.

Setiadji, Julius Sentosa. 2006. Pengaruh


Keseimbangan Beban Terhadap Arus
Netral dan Loses pada Trafo
Distribusi. Surabaya
.
Darma, Surya. 2019. Studi Sistem Peneraan
kWh Meter. Jakarta.

Widodo, Sapto. 2013. Dasar dan Pengukuran


Listrik. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai