Anda di halaman 1dari 36

PERCOBAAN V

PULSE CODE MODULATION (PCM)

A. TUJUAN
1. Mempelajari/menjelaskan fungsi kuantisasi dan binary encoding.
2. Mempelajari/menjelaskan proses pembangkitan sinyal PCM.
3. Mempelajari/menjelaskan proses transmisi sinyal PCM.

B. DASAR TEORI
B.1 PAM (Pulse Amplitude Modulation)
PAM (Pulse-amplitude modulation) adalah sebuah teknik untuk
menggambarkan sebuah perubahan dari sinyal analog ke sinyal tipe pulsa
dimana didalam pulsa amplitudonya menunjukkan informasi analog.Sinyal PAM
dapat diubah menjadi sinyal digital PCM (Baseband).
Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal
pemodulasi. Amplitudo pulsa-pulsa pembawa menjadi sebanding dengan
amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi maka
semakin besar pula amplitudo pulsa pembawa. Pembentukan sinyal termodulasi
PAM dapat dilakukan dengan melakukan pencuplikan (sampling), yaitu
mengalikan sinyal pencuplik dengan sinyal informasi. Proses ini akan
menghasilkan pulsa pada saat pencuplikan yang besarnya sesuai dengan sinyal
informasi (pemodulasi).

Gambar B.1.1 (a) Sinyal asli (b) PAM polaritas ganda (c) PAM polaritas tunggal

Pada proses pemodulasian ini perlu diperhatikan bahwa kandungan


informasi pada sinyal pemodulasi tidak boleh berkurang. Hal ini dapat dilakukan
dengan persyaratan bahwa pencuplikan harus dilakukan dengan frekuensi
minimal dua kali frekuensi maksimum sinyal pemodulasi (2.fm), atau sering
disebut dengan syarat Nyquist. Jika frekuensi sinyal pencuplik dinotasikan
dengan fs dan frekuensi maksimum sinyal pemodulasi dinotasikan dengan fm,
maka syarat Nyquist dapat ditulis sebagai:
fs ≥ 2.fm
Keterangan : fs = Frekuensi Sampling
fm = Frekuensi Modulasi
B.2 PCM (Pulse Code Modulation)
Modulasi Kode Pulsa/Pulse Code Modulation (PCM) merupakan salah
satu teknik modulasi yang merubah sinyal analog menjadi format sinyal digital
yang ekivalen dengan sinyal aslinya. Proses-proses utama yang dilakukan pada
sistem PCM, diantaranya adalah proses Filterisasi, Sampling (Pencuplikan),
Quantizing (Kuantisasi), dan coding (proses pengkodean) sehingga membentuk
suatu sistem PCM (Albar Rizka Bahar,2018:16).
Proses-proses utama pada sistem PCM, diantaranya Proses Sampling
(Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), Coding (Pengkodean), Decoding.
Proses Sampling yang merupakan proses pengambilan sampel atau
contoh besaran sinyal analog pada titik tertentu secara teratur, quantizing
merupakan proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam
level-level kuantisasi, coding yang merubah satuan bentuk amplitudo ke dalam
bentuk biner sehingga menghasilkan sinyal digital, decoding yang merubah
bentuk hasil konversi line code ke dalam bentuk yang sesuai dengan hasil
coding pada tahap modulasi (Yusuf, Hanifatunnisa, & Sulaeman, 2022:68).

Gambar B.2.1 Proses PCM


B.3 Macam-macam Filter
1. Filter Lolos Bawah (Low Pass Filter)
Tapis pelewat rendah atau tapis lolos rendah (low-pass filter)
digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal
berfrekuensi tinggi. Sinyal dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan
tegangan maupun data-data digital seperti citra dan suara.

Gambar B.3.1 Output Filter Low-Pass

2. Tapis Lolos Atas (High pass filter)


High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi,
tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi
cutoff. Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda untuk tiap-tiap
filter ini. Terkadang filter ini disebut low cut filter, bass cut filteratau rumble
filter yang juga sering digunakan dalam aplikasi audio.

Gambar B.3.2 Output Filter High-Pass


3. Filter Lolos Pita (Band Pass Filter)
Sebuah band-passfilter merupakan perangkat yang melewati frekuensi
dalam kisaran tertentu dan menolak frekuensi di luar kisaran tersebut. Contoh
dari analog elektronik band pass filter adalah sirkuit RLC.

Gambar B.3.3 Output Filter Band-Pass


4. Filter Tolak Rendah (Band Stop Filter)
Dalam pemrosesan sinyal, filter band-stop atau band-penolakan filter
adalah filter yang melewati frekuensi paling tidak berubah, tetapi attenuates
mereka dalam rentang tertentu ke tingkat yang sangat rendah. Ini adalah
kebalikan dari filter band-pass.

Gambar B.3.4 Output Filter Band-Stop


B.4 Jenis-Jenis Metode Multiplexing

1. Frequency-Division Multiplexing (FDM)


Frequency Division Multiplexing adalah teknik analog di mana
bandwidth yang tersedia dari media transmisi tunggal dibagi menjadi
beberapa saluran. Media transmisi tunggal dibagi menjadi beberapa saluran
frekuensi, dan setiap saluran frekuensi diberikan ke perangkat yang
berbeda,contoh televisi dan saluran telepon.

Gambar B.4.1 Frequency Division Multiplexing (FDM)

2. Wavelength Division Multiplexing (WDM)


WDM merupakan teknik multiplexing analog. Sinyal optik dari
sumber yang berbeda digabungkan untuk membentuk pita optik yang lebih
lebar dengan bantuan multiplexer. WDM digunakan pada fiber optik untuk
meningkatkan kapasitas fiber tunggal. Teknik ini digunakan untuk
memanfaatkan kemampuan kecepatan data tinggi dari kabel fiber optik.

Gambar B.4.2 Wavelength Division Multiplexing (WDM)


3. CDM (Code Division Multiplexing)
Code Division Multiple Access (CDMA), merupakan sebuah bentuk
pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode
akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti
pada (TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara
mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan
tiap kanal yang adadan mengunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari
kode- kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan. Singkatnya, CDM
dapat melewatkan beberapa sinyal dalam waktu dan frekuensi yang sama.
Tiap kanal dibedakan berdasarkan kode-kode pada wilayah waktu dan
frekuensi yang sama.

Gambar B.4.3 Code Division Multiplexing (CDM)

4. Time Division Multiplexing (TDM)


Time Division Multiplexing adalah teknik untuk mentransmisikan dua
atau lebih sinyal melalui saluran telepon, saluran radio, atau media lain yang
sama. Setiap sinyal dikirim sebagai serangkaian pulse atau paket, yang
disisipkan dengan sinyal dan ditransmisikan sebagai aliran kontinu.Dalam
teknik Time Division Multiplexing, total waktu yang tersedia di saluran
didistribusikan di antara pengguna yang berbeda.

Gambar B.4.4 Time Division Multiplexing (TDM)


B.5 LSB (Lower Side Band) dan USB (Upper Side Band)
Pada modulasi amplitudo jalur sisi ganda (AMDSB) terdapat tiga
spektrum pita frekuensi pada transmisinya. Ketiga spektrum frekuensi ini adalah
jalur sisi bawah yang biasa juga disebut dengan LSB (Lower Side Band), jalur
sisi atas atau biasa disebut dengan USB (Upper Side Band) dan jalur sisi tengah
atau sinyal pembawa (carrier). Dari ketiga pita spektrum frekuensi tersebut
bagian USB dan LSB merupakan pita frekuensi yang dipengaruhi oleh sinyal
informasi yang bisa berupa sinyal suara atau audio atau bisa juga data sedangkan
frekuensi tengah atau sinyal pembawa tidak terpengaruh oleh sinyal informasi.
LSB merupakan hasil pengurangan nilai frekuensi sinyal pembawa
dengan nilai sinyal pemodulasi, sedangkan USB merupakan hasil penambahan
nilai frekuensi sinyal pembawa dengan frekuensi sinyal pemodulasi (Santoso,
2007). Adapun persamaan frekuensi dan tegangan dari USB dan LSB yaitu:
𝑈𝑆𝐵 = 𝐹𝑐 + 𝐹𝑚
𝐿𝑆𝐵 = 𝐹𝑠 – 𝐹𝑚
Keterangan:
𝑈𝑆𝐵 : Frekuensi USB
𝐿𝑆𝐵 : Frekuensi LSB
𝐹𝑐 : Amplitudo sinyal carrier
𝐹𝑚 : Amplitudo sinyal informasi

Gambar B.5.1 LSB dan USB


C. ALAT DAN BAHAN
1. PCM modulator (736 101)
2. PCM demodulator (736 111)
3. Function Generator 0-200 KHz
4. Power Supply ± 15V 3A
5. Bridging pairs
6. Cable pairs
7. Multimeter

Gambar D.1 Blok Fisik Rangkaian Pulse Code Modulation

D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Menghubungkan power supply dan function generator kesumber daya
2. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V dari power supply ke function
generator.
3. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, pada function generator ke PCM
Modulator.
4. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, dari PCM modulator ke PCM
Demodulator.
5. Menghubungkan keluaran dari PCM Modulator ke PCM Demodulator.
6. Menghubungkan keluaran PCM Demodulator dengan Digital Multimeter.
7. Menghubungkan tegangan 0V dengan konektor ke Digital Multimeter.
8. Menghidupkan power supply dan function generator.
9. Mengaktifkan Digital Multimeter.
10. Menulis data hasil percobaan.
11. Menon-aktifkan sistem.
12. Merapikan alat-alat dan bahan praktikum yang digunakan.
D.1. Percobaan kuantisasi linier
D.1.1. Karakteristik Kuantisasi Linier
1. Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator dan PCM
demodulator aktif.
2. Aktifkan semua bit dengan menggunakan tombol Select dan On/Off.
3. Set saklar keposisi CH2 pada PCM demodulator.
4. Set tegangan input U1 seperti tabel 1, kemudian ukur tegangan U2 pada output
DA converter, tuliskan kedalam tabel beserta digit biner yang ditunjukkan oleh
led.

D.2 Percobaan Kuantisasi Non linier


D.2.1. Karakteristik Compressor
1. Tekan tombol Mode sampai led kuantisasi non-linier pada PCM modulator dan
led quantisasi linier pada PCM demodulator aktif.
2. Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.

D.2.2. Karakteristik Expander


1. Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator dan
quantisasi non-linier pada PCM demodulator aktif.
2. Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.

D.3 Simulasi dengan MATLAB R2013a


1. Tekan tombol Mode smpai led kuantisasi non-linier pada PCM moduator dan
PCM demodulator aktif.
2. Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.
E. DATA HASIL
E.1 Tabel Percobaan Kuantiasi Linier

U1/V U2/V Code

-9,5 -8,88 01110110

-9 -8,43 01110000

-8 -7,47 01100011

-7 -6,55 01011111

-6 -5,60 01001011

-5 -4,64 00111110

-4 -3,73 00110010

-3 -2,77 00100101

-2 -1,84 00011001

-1 -0,84 00001100

0 0,008 10000000

1 0,012 10001100

2 2,02 10011001

3 2,95 10100101

4 3,91 10110010

5 4,84 10111110

6 5,82 11001011

7 6,74 11010111

8 7,73 11100100

9 8,65 11110000

9,5 9,20 11110111


E.2 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier
E.2.1 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier Compressor

U1/V U2/V Code

-9,5 -9,53 01111110

-9 -9,38 01111100

-8 -9,15 01111001

-7 -8,92 01110110

-6 -8,69 01110011

-5 -8,12 01101111

-4 -7,81 01101001

-3 -7,36 01100011

-2 -6,60 01011001

-1 -5,33 01001000

0 0,80 10001011

1 5,58 11001001

2 6,87 11011001

3 7,57 11100011

4 8,09 11101001

5 8,55 11101111

6 8,77 11110010

7 9,01 11110101

8 9,31 11111001

9 9,54 11111100

9,5 9,62 11111101


E.2.2 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-linier Expander

U1/V U2/V Code

-9,5 -6.65 01110111

-9 -4.74 01110000

-8 -2.94 01100100

-7 -1.66 01010111

-6 -0.94 01001011

-5 -0.49 00111110

-4 -0.26 00110010

-3 -0.12 00100101

-2 -0.04 00011001

-1 -0.01 00001100

0 0.06 10000000

1 0.13 10001101

2 0.22 10011001

3 0.30 10100101

4 0,45 10110010

5 0.69 10111110

6 1.14 11001011

7 1.89 11010111

8 3.23 11100100

9 5.02 11110000

9.5 7.13 11110111


E.2.3 Tabel Percobaan Kuantisasi Non-Linier

U1/V U2/V Code

-9,5 -8,90 01111110

-9 -8,33 01111100

-8 -7,41 01111001

-7 -6,49 01110110

-6 -5,58 01110011

-5 -4,58 01101111

-4 -3,66 01101001

-3 -2,78 01100011

-2 -1,82 01011001

-1 -0,83 01001000

0 0,01 10001011

1 1,06 11001001

2 2,05 11011001

3 2,93 11100010

4 3,97 11101001

5 4,90 11101111

6 5,73 11110010

7 6,65 11110101

8 7,87 11111001

9 8,79 11111100

9,5 9,10 11111101


F. Analisa Data
F.1 Blok Diagram PCM
Dari blok diagram diatas dapat dianalisa bahwa sinyal informasi yang berbentuk
sinyal sinusoidal masih bercampur dengan noise. Lalu sinyal digital akan masuk ke
dalam blok band limiting yang berfungsi untuk memfilter sinyal yang masuk ke proses
filtrasi menggunakan LPF (Low Pass Filter) yaitu jenis filter yang meloloskan frekuensi
rendah dan merdam frekuensi tinggi. Lalu masuk ke proses sampling dengan syarat
frekuensi sinyal sampling mempunyai frekuensi harus dua kali lebih besar dari sinyal
informasi, menggunakan alat yang bernama switch. Output sinyal analog akan
berbentuk sinyal diskrit atau disebut PAM (Pulse Amplitude Modulation). Selanjutnya
akan masuk ke proses kuantisasi (dimana alatnya bernama kuantizer, sinyal yang
dihasilkan yaitu sinyal terkuantisasi. Lalu masuk ke proses coding yang berfungsi
mengubah sinyal terkuantisasi menjadi sinyal digital, alat yang digunakan bernama
encoder yang outputnya berbentuk grafik binary code setelah keluar dari proses coding,
maka akan masuk ke dalam proses multiplexing yaitu yang menggabungkan beberapa
sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan yang berfungsi untuk menghemat transmisi
dari banyak input menjadi satu ouput.
Selanjutnya masuk ke proses demultiplexing, dimana demultiplexing mengubah
satu input menjadi banyak output. Sinyal digital akan masuk ke proses decoding pada
tahap ini sinyal yang berbentuk biner akan di ubah kembali ke bentuk sinyal analog.
Selanjutnya melalui proses kuantisasi kembali dimana sinyal yang baru di ubah ke
bentuk sinyal analog akan diberi nilai sesuai dari masing-masing sampel sinyalnya
disebut sinyal dekuantisasi. Selanjutnya sinyal dekuantisasi akan diubah menjadi
sinyal PAM (Pulse Amplitude Modulation). Lalu sinyal PAM akan masuk ke proses
resampling (proses mendata ulang cuplikan titik-titik tertentu) dengan alat gate
penyearah. Keluaran sinyal akan berbentuk sinyal sinusoidal berupa sinyal analog dan
masuk ke band limiting. Lalu sinyal akan di filter lagi yang berfungsi untuk
membersihkan noise selama proses PCM.
F.2 Kuantitasi Linier
a. Analisa Perhitungan
 Konversi bilangan biner ke decimal
Kode = (01110110)11
= (0×27) + (1×26) + (1×25) + (1×24) + (0×23) + (1×22) + (1×21) +
(0×20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 0
= 118
 Tegangan Hitung
Dik :
U1 = -9,5
U2 = -8,88
K = 0,078
Bit Parity = -1
Decimal = 118
Vh = K × Bit Parity × Decimal
= 0,078×(-1)×118
= -9,20
- Tabel Analisa Kuantisasi Linier

U1/V U2/V Code Decimal Bit Parity Vhitung


-9,5 -8,88 01110110 118 -1 -9,204
-9 -8,43 01110000 112 -1 -8,736
-8 -7,47 01100011 99 -1 -7,722
-7 -6,55 01011111 95 -1 -7,41
-6 -5,60 01001011 75 -1 -5,85
-5 -4,64 00111110 62 -1 -4,836
-4 -3,73 00110010 50 -1 -3,9
-3 -2,77 00100101 37 -1 -2,886
-2 -1,84 00011001 25 -1 -1,95
-1 -0,84 00001100 12 -1 -0,936
0 0,008 10000000 128 -1 -9,984
1 1,05 10001100 140 1 10,92
2 2,02 10011001 153 1 11,934
3 2,95 10100101 165 1 12,87
4 3,91 10110010 178 1 13,884
5 4,84 10111110 190 1 14,82
6 5,82 11001011 203 1 15,834
7 6,74 11010111 215 1 16,77
8 7,73 11100100 228 1 17,784
9 8,65 11110000 240 1 18,72
9,5 9,20 11110111 247 1 19,266
Dari tabel Kuantisasi Linier dapat dianalisa bahwa nilai dari tegangan input
(U1/V) didapat dari function generator sedangkan tegangan (U2/V) didapat dari
pengukuran multimeter digital. Untuk nilai dari UI/V ke U2/V sedikit mirip walau tidak
begitu signifikan. Kemudian Code diperoleh dari tegangan input U1 dan nilai Bit Parity
diperoleh dari MSB Code, jika nilai MSB nya 0 maka nilai Bit Parity-nya adalah (-1)
dan jika nilai MSB-nya 1 maka nilai Bit Parity-nya adalah 1 dan nilai Decimal diperoleh
dari konversi Code. Sehingga semakin besar nilai decimal maka nilai Vhitung akan
semakin besar.
- Grafik Karateristik Kuantisasi Linear

9,5 9,2
9
8 8,65
7,73
7 6,74
6 5,82
5 4,84
43,91
32,95
22,02
11,05
00,008

-1 -0,84
-2 -1,84
-3 -2,77
-4 -3,73
-5 -4,64
-5,6
-6
-6,55
-7
-7,47
-8
-8,43
-9 -8,88
-9,5
- Grafik Kuantisasi Linier

12

10 8,65 9,2
7,73
8 6,74
5,82
6 4,84
3,91
2,95
4
2,02
1,05
2
U2/V

0,008
-0,84
0 -1,84
-2,77
-2 -3,73
-4,64
-4 -5,6
-6,55
-6 -7,47
-8 -8,88-8,43

-10

-9,5 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -10 12 3456789 9,5


U1/Ve

U2/V

Gambar F.2 Grafik Kuantisasi Linier

Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di analisa bahwa hubungan antara U1/V
dengan U2/V adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai U1/V maka semakin besar
juga nilai dari U2/V. Begitupun sebaliknya, semakin kecil U1/V maka semakin kecil
pula nilai dari U2/V. Jika digabungkan titik potongnya maka grafik diatas membentuk
grafik garis lurus atau linier.
F.3 Kuantitasi Non-Linier
F.3.1 Kuantitasi Non-Linier Compressor
a.Analisa Perhitungan
- Konversi bilangan biner ke decimal

(01111110) = (0 x 27) + (1 x 26) + (1 x 25) + (1 x 24) + (1 x 23) +


(1 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20)

= 0+64+32+16+8+4+2+0

= 126

- Tegangan Hitung
Diketahui : U1 = -9.5 V
U2 = -9.71 V
K = 0.078
Bit parity = -1
Decimal = 126
Vhitung = K x Bit parity x Decimal
= 0.078 x -1 x 126
= -9.828 V
- Tabel F.3.1 Analisa Kuantisasi Non-linier Compressor

Code Bit
U1/V U2/V Decimal Vhitung
klp17 Parit
y
-9,5 -9,53 01111110 -1 126 -9,828
-9 -9,38 01111100 -1 124 -9,672
-8 -9,15 01111001 -1 121 -9,438
-7 -8,92 01110110 -1 118 -9,204
-6 -8,69 01110011 -1 115 -8,97
-5 -8,12 01101111 -1 111 -8,658
-4 -7,81 01101001 -1 105 -8,19
-3 -7,36 01100011 -1 99 -7,722
-2 -6,60 01011001 -1 89 -6,942
-1 -5,33 01001000 -1 73 -5,694
0 0,80 10001011 1 139 10,842
1 5,58 11001001 1 200 15,6
2 6,87 11011001 1 216 16,848
3 7,57 11100011 1 227 17,706
4 8,09 11101001 1 233 18,174
5 8,55 11101111 1 237 18,486
6 8,77 11110010 1 242 18,876
7 9,01 11110101 1 245 19,11
8 9,31 11111001 1 249 19,422
9 9,54 11111100 1 252 19,656
9,5 9,62 11111101 1 253 19,734
Berdasarkan tabel kuantisasi non-linier compressor di atas dapat diketahui bahwa
U1/V adalah sinyal input yang didapatkan dari function generator yang dihubungkan
power supply. U2/V adalah sinyal output didapatkan dari pengukuran multimeter digital
yang dihubungkan ke function generator dan PCM demodulator. Dari tabel di atas
hubungan U1/V dan U2/V berbanding lurus. Saat nilai U1/V semakin besar maka U2/V
akan semakin besar juga demikian pula sebaliknya, yang di karenakan cara mengurangi
noise di compressor yaitu dengan memperbesar . Nilai U2/V pada kuantisasi non-linier
compressor lebih besar dibandingkan nilai U1/V. Nilai desimal yang diperoleh
merupakan konversi dari bentuk biner ke desimal. Nilai Vh didapatkan dari persamaan Vh
= K × bit parity desimal dimana nilai K merupakan konstanta dengan nilai 0,078.
- Grafik Karakteristik Kuantisasi Non-linier Compressor
15

9,5 9,549,629,3
10 9,011
9 8,55 8,77
8 8,09
7,57
7 6,87
6
5,58
5
5 4
3
2
1 0,8
0
0

-1
-2
-3
-5 -4
-5
-5,33
-6
-6,6
-7
-7,36
-8 -8,12 -7,81
-9 -8,92 -8,69
-10 - -9,15
-9,5 9,53
9,38
-

-15
- Grafik kuantitasi Non-linier Compressor

15

10

5
U2/V

0
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-101234567899,5

-5

-10

-15
U1/V

U2/V

Gambar F.3.1 Grafik Kuantisasi Non-linier Compresssor

Pada grafik di atas dapat di analisa bahwa hubungan prubahan yang terjadi pada
nilai U1 dan U2 tidak sama rata. Pada titik -9,5 sampai titik -2 ditunjukan penaikan nilai
secara perlahan kemudian saat titik -1sampai dengan titik 1 terjadi perubahan nilai
secara signifikan yang menyebabkan bentuk grafik menjadi tidak linear (lutus) dan saat
titik 2 sampai titik 9,5 nilai kembali naik secara perlahan. Kemudian jika titik-titik
potongannya dihubungkan maka akan membentuk kurva comperessor.
F.3.2 Kuantitasi Non-Linier Expander
a. Analisa Perhitungan
 Konversi bilangan biner ke decimal
Kode = (01110111)2
= (0×27) + (1×26) + (1×25) + (1×24) + (0×23) + (1×22) + (1×21) +
(1×20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1
= 119
 Tegangan Hitung
Dik :
U1 = -9,5
U2 = -6,65
K = 0,078
Bit Parity = -1
Decimal = 119
Vh = K × Bit Parity × Decimal
= 0,078×(-1)×119
= -9,282
- Tabel F.3.2 Analisa kuantisasi Non-linier Expander

U1/V U2/V CODE Bit Parity Decimal Vhitung


-9,5 -6.65 01110111 -1 119 -9,282
-9 -4.74 01110000 -1 112 -8,736
-8 -2.94 01100100 -1 100 -7,8
-7 -1.66 01010111 -1 87 -6,786
-6 -0.94 01001011 -1 75 -5,85
-5 -0.49 00111110 -1 62 -4,836
-4 -0.26 00110010 -1 50 -3,9
-3 -0.12 00100101 -1 37 -2,886
-2 -0.04 00011001 -1 25 -1,95
-1 -0.01 00001100 -1 12 -0,936
0 0.06 10000000 1 128 -9,984
1 0.13 10001101 1 141 10,998
2 0.22 10011001 1 153 11,934
3 0.30 10100101 1 165 12,87
4 0,45 10110010 1 178 13,884
5 0.69 10111110 1 190 14,82
6 1.14 11001011 1 203 15,834
7 1.89 11010111 1 215 16,77
8 3.23 11100100 1 228 17,784
9 5.02 11110000 1 240 18,72
9,5 7.13 11110111 1 247 19,266
Berdasarkan tabel kuantisasi non-linier expander diatas diketahui bahwa tegangan
input U1/V di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM Demodulator
sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter digital. Pada PCM
demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input U1 tersebut. Tegangan yang
mempunyai nilai bit parity-1 akan membuat desimal semakin mengecil, sedangkan
tegangan yang mempunyai nilai bit parity 1 akan membuat nilai desimal semakin
membesar. Hal ini terjadi karena nilai desimal dipengaruhi oleh bit parity. Untuk
mencari nilai tegangan hitung menggunakan persamaan (Vhitung = Nilai desimal x bit
parity x k), dimana nilai K = 0.078 adalah konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk
kode binernya
di konversi terlebih dahulu menjadi bentuk desimal. nilai Vhitung pada tabel di atas yang
terbesar adalah 19,266 sedangkan yang terendah bernilai -0,936.
- Grafik karakteristik kuantisasi Non-linier Expander

15

10 9,5
9
8
7 7,13
6
5 5,02
5 4
3 3,23
21,89
1 1,14
0,69 0,450,2 0,66
0 0,130,3
2
0
-0,01- -0,26-0,04
-0,49 -0,94
-1 0,12
-2 -1,66
-3 -2,94
-5 -4
-5 -4,74
-6
-6,65
-7
-8
-10 -9
-9,5

-15
- Grafik Kuantisasi Non-Linier Expander

Grafik Kuantisasi Non-Linier Expander


8 7,13

6 5,02

3,23
4
1,89
2
-0,49 -0,26 -0,12 -0,04 -0,01 0,06 0,13 0,22 0,3 0,45 0,69 1,14
U2/V

0 -0,94
-1,66
-2 -2,94

-4,74
-4
-6,65
-6

-8
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-101 23 4567899,5
U1/V

U2/V

Gambar F.3.2 Grafik Analisa kuantisasi Non-linier Expander

Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa jika saat nilai U1 naik maka nilai U2
juga ikut naik, akan tetapi kenaikan nilai yang tidak stabil ini membentuk garis non-
linier, kemudian titik-titiknya dihubungkan dan membentuk grafik expander yang tidak
stabil atau tidak beraturan. Hal ini disebabkan karena sifat expander yang tegangannya
bisa naik dan turun.
F3.3 Kuantisasi Non-Linier

- Analisa Perhitungan
 Konversi bilangan biner ke decimal
Kode = (01111110)2
= (0×27) + (1×26) + (1×25) + (1×24) + (1×23) + (1×22) + (1×21) +
(0×20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 0
= 126
 Tegangan Hitung
Dik :
U1 = -9,5
U2 = -8,90
K = 0,078
Bit Parity = -1
Decimal = 126
Vh = K × Bit Parity × Decimal
= 0,078×(-1)×126
= -9,828
- Tabel Analisa Kuantisasi Non-Linier
U1/V U2/V Code Decimal Bit Parity Vhitung
-9,5 -8,90 01111110 126 -1 -9,828
-9 -8,33 01111100 124 -1 -9,672
-8 -7,41 01111001 121 -1 -9,438
-7 -6,49 01110110 118 -1 -9,204
-6 -5,58 01110011 115 -1 -8,97
-5 -4,58 01101111 111 -1 -8,658
-4 -3,66 01101001 105 -1 -8,19
-3 -2,78 01100011 99 -1 -7,722
-2 -1,82 01011001 89 -1 -6,942
-1 -0,83 01001000 72 -1 -5,616
0 0,01 10001011 139 -1 -10,842
1 1,06 11001001 201 1 15,678
2 2,05 11011001 217 1 16,926
3 2,93 11100010 226 1 17,628
4 3,97 11101001 233 1 18,174
5 4,90 11101111 239 1 18,642
6 5,73 11110010 242 1 18,876
7 6,65 11110101 245 1 19,11
8 7,87 11111001 249 1 19,422
9 8,79 11111100 252 1 19,656
9,5 9,10 11111101 253 1 19,734
Berdasarkan tabel kuantisasi non-linier expander diatas diketahui bahwa tegangan
input U1/V di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM Demodulator
sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter digital. Pada PCM
demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input U1 tersebut. Jika nilai
tegangan input UI/V semakin besar maka nilai dari tegangan output-nya U2/V juga akan
semakin besar, maka terbentuklah nilai linear yang output-nya semakin meningkat jika
input-nya meningkat, yang menandakan bahwa hubungan antara tegangan input U1/V
dengan tegangan output U2/V berbanding lurus. Tegangan yang mempunyai nilai bit
parity-1 akan membuat desimal semakin mengecil, sedangkan tegangan yang
mempunyai nilai bit parity 1 akan membuat nilai desimal semakin membesar. Hal ini
terjadi karena nilai desimal dipengaruhi oleh bit parity. Untuk mencari nilai tegangan
hitung menggunakan
persamaan (Vhitung = Nilai desimal x bit parity x k), dimana nilai K = 0.078 adalah
konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di konversi terlebih dahulu
menjadi bentuk desimal.
- Grafik Karateristik Kuantisasi Non-Linier
Code
01111110
01111100
01111001
9,5
9 8,799,1
01110110
8 7,87
7 6,65 01110011
6 5,73
5 01101111
4,9
4 3,97 01101001
3 2,93
2 01100011
2,05
1 1,06 01011001
0 0,01
01001000

-1 -0,83 10001011
-2 -1,82
11001001
-3 -2,78
-4 -3,66 11011001
-4,58
-5
-5,58 11100010
-6
-6,49
-7 -7,41
11101001
-8 -8,33
-8,9 11101111
-9 -9,5
11110010
11110101
11111001
11111100
11111101
- Grafik Kuantisasi Non-Linier

Grafik Kuantisasi Non-Linier


8,79 9,1
10
7,87
8 6,65
4,9 5,73
6
2,93 3,97
4
1,06 2,05
2 0,01
U2/V

-0,83
0 -1,82
-2,78
-2 -3,66
-4,58
-4 -5,58
-6,49
-6 -7,41
-8,9 -8,33
-8
-10
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-10 12 3456789 9,5
U1/V

U2/V

Gambar F.3.3 Grafik Analisa kuantisasi Non-Linier

Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di analisa bahwa hubungan antara U1/V
dengan U2/V adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai U1/V maka semakin besar
juga nilai dari U2/V. Begitupun sebaliknya, semakin kecil U1/V maka semakin kecil
pula nilai dari U2/V. Nilai U2/V pada saat U1/V bernilai -1 menunjukkan terjadinya
peningkatan nilai yang signifikan Jika digabungkan titik potongnya maka grafik diatas
akan membentuk grafik kurva yang berbentuk non-linier.
G. Kesimpulan
1. Kuantisasi yaitu proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling
dalam level-level kuantisasi dan binary encoding adalah proses mengubah sinyal
kedalam bentuk yang dioptimasi dan binary encoding adalah proses mengubah
sinyal kedalam bentuk yang dioptimasi untuk keperluan komunikasi data dan
penyimpinan data.
2. PCM / Pulse Code Modulation adalah salah satu teknik memproses suatu sinyal
analog menjadi sinyal digital melalui kode-kode pulsa. Proses utama pada sistem
PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Kuantisasi, Pengkodean.
Proses dari pembakitan sinyal PCM diawali dengan masuknya sinyal input yang
dapatberupa sinyal suara. Kemudian sinyal masukan di filter untuk
menghilangkan noise dan masuk ke proses sample dan hold untuk proses
sampling, sampel dari sinyal input yang menghasilkan sinyal digital atau sinyal
PAM. Selanjutnya masuk ke proses kuantisasi menggunakan alat compressor,
dimana pada proses ini dilakukan untuk mempermudah pengkodean sinyal lalu
memasuki proses coding menggunakan encoder yang keluarannya akan
berbentuk grafik binary code. Selanjutnya proses multiplexer yang berfungsi
untuk penghematan transmisi menjadi dasar penyambung digital sehingga hanya
menggunakan satu kanal.
3. Proses transmisi PCM melibatkan multiplexer yang berfungsi menggabungkan
beberapa kanal sinyal menjadi satu kanal agar dikirim pada satu kanal transmisi.
Proses transmisi PCM ini melibatkan proses band limiting, sampling, kuantitasi,

decoding. Transmisi sinyal PCM yaitu sinyal digital dalam bentuk kode biner,
pada masing-masing kanal akan ditransmisikan atau akan dikirim menjadi satu
kanal melalui proses multiplexing yang berguna untuk menghemat transmisi dari
banyak inputan menjadi satu output, kemudian sinyal tersebut akan dibagi lagi
menjadi tiga kanal melalui proses demultiplexing, sinyal digital pada masing-
masing kanal tersebut akan diubah menjadi sinyal analog melalui proses
decoding, masuk ke tahap kuantisasi, kemudian sinyal analog yang masih
bersifat diskrit akan diubah menjadi bersifat kontinyu seperti aslinya melalui
proses resampling dan tahap terakhir sinyal di filter untuk menghilangkan
gangguan atau noise pada sinyal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2022. Modul Praktikum Dasar Telekomunukasi. Laboratorium Telekomunikasi.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas Mataram.
Albar, Rizka Bahar. 2018. Implementasi PCM (Pulse Code Modulation) sebagai Pengolah
Sinyal pada Sistem Pendeteksi Musik untuk Aplikasi Robot. Universitas Brawijaya.
Buwana, Mahendra Wishnu, dkk. 2014. Analisis Pengaruh Macrobending Losses Terhadap
Performansi Sistem Time Division Multiplexing Dengan Media Transmisi Plastic
Optical Fiber. Universitas Brawijaya.
Santoso. 2007. Perbandingan Steganografi Metode Least Significant Bit+3 (Lsb+3)
Dengan Most Significant Bit (Msb). Universitas tanjungpura.
Yusuf, Fajar Maulana, dkk. 2022. Simulasi Sistem Pembangkit Line Code Pada Transmisi
Pulse Code Modulation Berbasis Program C. Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai