A. TUJUAN
1. Mempelajari/menjelaskan fungsi kuantisasi dan binary encoding.
2. Mempelajari/menjelaskan proses pembangkitan sinyal PCM.
3. Mempelajari/menjelaskan proses transmisi sinyal PCM.
B. DASAR TEORI
B.1 PAM (Pulse Amplitude Modulation)
PAM (Pulse-amplitude modulation) adalah sebuah teknik untuk
menggambarkan sebuah perubahan dari sinyal analog ke sinyal tipe pulsa
dimana didalam pulsa amplitudonya menunjukkan informasi analog.Sinyal PAM
dapat diubah menjadi sinyal digital PCM (Baseband).
Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal
pemodulasi. Amplitudo pulsa-pulsa pembawa menjadi sebanding dengan
amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi maka
semakin besar pula amplitudo pulsa pembawa. Pembentukan sinyal termodulasi
PAM dapat dilakukan dengan melakukan pencuplikan (sampling), yaitu
mengalikan sinyal pencuplik dengan sinyal informasi. Proses ini akan
menghasilkan pulsa pada saat pencuplikan yang besarnya sesuai dengan sinyal
informasi (pemodulasi).
Gambar B.1.1 (a) Sinyal asli (b) PAM polaritas ganda (c) PAM polaritas tunggal
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Menghubungkan power supply dan function generator kesumber daya
2. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V dari power supply ke function
generator.
3. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, pada function generator ke PCM
Modulator.
4. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, dari PCM modulator ke PCM
Demodulator.
5. Menghubungkan keluaran dari PCM Modulator ke PCM Demodulator.
6. Menghubungkan keluaran PCM Demodulator dengan Digital Multimeter.
7. Menghubungkan tegangan 0V dengan konektor ke Digital Multimeter.
8. Menghidupkan power supply dan function generator.
9. Mengaktifkan Digital Multimeter.
10. Menulis data hasil percobaan.
11. Menon-aktifkan sistem.
12. Merapikan alat-alat dan bahan praktikum yang digunakan.
D.1. Percobaan kuantisasi linier
D.1.1. Karakteristik Kuantisasi Linier
1. Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator dan PCM
demodulator aktif.
2. Aktifkan semua bit dengan menggunakan tombol Select dan On/Off.
3. Set saklar keposisi CH2 pada PCM demodulator.
4. Set tegangan input U1 seperti tabel 1, kemudian ukur tegangan U2 pada output
DA converter, tuliskan kedalam tabel beserta digit biner yang ditunjukkan oleh
led.
-9 -8,43 01110000
-8 -7,47 01100011
-7 -6,55 01011111
-6 -5,60 01001011
-5 -4,64 00111110
-4 -3,73 00110010
-3 -2,77 00100101
-2 -1,84 00011001
-1 -0,84 00001100
0 0,008 10000000
1 0,012 10001100
2 2,02 10011001
3 2,95 10100101
4 3,91 10110010
5 4,84 10111110
6 5,82 11001011
7 6,74 11010111
8 7,73 11100100
9 8,65 11110000
-9 -9,38 01111100
-8 -9,15 01111001
-7 -8,92 01110110
-6 -8,69 01110011
-5 -8,12 01101111
-4 -7,81 01101001
-3 -7,36 01100011
-2 -6,60 01011001
-1 -5,33 01001000
0 0,80 10001011
1 5,58 11001001
2 6,87 11011001
3 7,57 11100011
4 8,09 11101001
5 8,55 11101111
6 8,77 11110010
7 9,01 11110101
8 9,31 11111001
9 9,54 11111100
-9 -4.74 01110000
-8 -2.94 01100100
-7 -1.66 01010111
-6 -0.94 01001011
-5 -0.49 00111110
-4 -0.26 00110010
-3 -0.12 00100101
-2 -0.04 00011001
-1 -0.01 00001100
0 0.06 10000000
1 0.13 10001101
2 0.22 10011001
3 0.30 10100101
4 0,45 10110010
5 0.69 10111110
6 1.14 11001011
7 1.89 11010111
8 3.23 11100100
9 5.02 11110000
-9 -8,33 01111100
-8 -7,41 01111001
-7 -6,49 01110110
-6 -5,58 01110011
-5 -4,58 01101111
-4 -3,66 01101001
-3 -2,78 01100011
-2 -1,82 01011001
-1 -0,83 01001000
0 0,01 10001011
1 1,06 11001001
2 2,05 11011001
3 2,93 11100010
4 3,97 11101001
5 4,90 11101111
6 5,73 11110010
7 6,65 11110101
8 7,87 11111001
9 8,79 11111100
9,5 9,2
9
8 8,65
7,73
7 6,74
6 5,82
5 4,84
43,91
32,95
22,02
11,05
00,008
-1 -0,84
-2 -1,84
-3 -2,77
-4 -3,73
-5 -4,64
-5,6
-6
-6,55
-7
-7,47
-8
-8,43
-9 -8,88
-9,5
- Grafik Kuantisasi Linier
12
10 8,65 9,2
7,73
8 6,74
5,82
6 4,84
3,91
2,95
4
2,02
1,05
2
U2/V
0,008
-0,84
0 -1,84
-2,77
-2 -3,73
-4,64
-4 -5,6
-6,55
-6 -7,47
-8 -8,88-8,43
-10
U2/V
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di analisa bahwa hubungan antara U1/V
dengan U2/V adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai U1/V maka semakin besar
juga nilai dari U2/V. Begitupun sebaliknya, semakin kecil U1/V maka semakin kecil
pula nilai dari U2/V. Jika digabungkan titik potongnya maka grafik diatas membentuk
grafik garis lurus atau linier.
F.3 Kuantitasi Non-Linier
F.3.1 Kuantitasi Non-Linier Compressor
a.Analisa Perhitungan
- Konversi bilangan biner ke decimal
= 0+64+32+16+8+4+2+0
= 126
- Tegangan Hitung
Diketahui : U1 = -9.5 V
U2 = -9.71 V
K = 0.078
Bit parity = -1
Decimal = 126
Vhitung = K x Bit parity x Decimal
= 0.078 x -1 x 126
= -9.828 V
- Tabel F.3.1 Analisa Kuantisasi Non-linier Compressor
Code Bit
U1/V U2/V Decimal Vhitung
klp17 Parit
y
-9,5 -9,53 01111110 -1 126 -9,828
-9 -9,38 01111100 -1 124 -9,672
-8 -9,15 01111001 -1 121 -9,438
-7 -8,92 01110110 -1 118 -9,204
-6 -8,69 01110011 -1 115 -8,97
-5 -8,12 01101111 -1 111 -8,658
-4 -7,81 01101001 -1 105 -8,19
-3 -7,36 01100011 -1 99 -7,722
-2 -6,60 01011001 -1 89 -6,942
-1 -5,33 01001000 -1 73 -5,694
0 0,80 10001011 1 139 10,842
1 5,58 11001001 1 200 15,6
2 6,87 11011001 1 216 16,848
3 7,57 11100011 1 227 17,706
4 8,09 11101001 1 233 18,174
5 8,55 11101111 1 237 18,486
6 8,77 11110010 1 242 18,876
7 9,01 11110101 1 245 19,11
8 9,31 11111001 1 249 19,422
9 9,54 11111100 1 252 19,656
9,5 9,62 11111101 1 253 19,734
Berdasarkan tabel kuantisasi non-linier compressor di atas dapat diketahui bahwa
U1/V adalah sinyal input yang didapatkan dari function generator yang dihubungkan
power supply. U2/V adalah sinyal output didapatkan dari pengukuran multimeter digital
yang dihubungkan ke function generator dan PCM demodulator. Dari tabel di atas
hubungan U1/V dan U2/V berbanding lurus. Saat nilai U1/V semakin besar maka U2/V
akan semakin besar juga demikian pula sebaliknya, yang di karenakan cara mengurangi
noise di compressor yaitu dengan memperbesar . Nilai U2/V pada kuantisasi non-linier
compressor lebih besar dibandingkan nilai U1/V. Nilai desimal yang diperoleh
merupakan konversi dari bentuk biner ke desimal. Nilai Vh didapatkan dari persamaan Vh
= K × bit parity desimal dimana nilai K merupakan konstanta dengan nilai 0,078.
- Grafik Karakteristik Kuantisasi Non-linier Compressor
15
9,5 9,549,629,3
10 9,011
9 8,55 8,77
8 8,09
7,57
7 6,87
6
5,58
5
5 4
3
2
1 0,8
0
0
-1
-2
-3
-5 -4
-5
-5,33
-6
-6,6
-7
-7,36
-8 -8,12 -7,81
-9 -8,92 -8,69
-10 - -9,15
-9,5 9,53
9,38
-
-15
- Grafik kuantitasi Non-linier Compressor
15
10
5
U2/V
0
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-101234567899,5
-5
-10
-15
U1/V
U2/V
Pada grafik di atas dapat di analisa bahwa hubungan prubahan yang terjadi pada
nilai U1 dan U2 tidak sama rata. Pada titik -9,5 sampai titik -2 ditunjukan penaikan nilai
secara perlahan kemudian saat titik -1sampai dengan titik 1 terjadi perubahan nilai
secara signifikan yang menyebabkan bentuk grafik menjadi tidak linear (lutus) dan saat
titik 2 sampai titik 9,5 nilai kembali naik secara perlahan. Kemudian jika titik-titik
potongannya dihubungkan maka akan membentuk kurva comperessor.
F.3.2 Kuantitasi Non-Linier Expander
a. Analisa Perhitungan
Konversi bilangan biner ke decimal
Kode = (01110111)2
= (0×27) + (1×26) + (1×25) + (1×24) + (0×23) + (1×22) + (1×21) +
(1×20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1
= 119
Tegangan Hitung
Dik :
U1 = -9,5
U2 = -6,65
K = 0,078
Bit Parity = -1
Decimal = 119
Vh = K × Bit Parity × Decimal
= 0,078×(-1)×119
= -9,282
- Tabel F.3.2 Analisa kuantisasi Non-linier Expander
15
10 9,5
9
8
7 7,13
6
5 5,02
5 4
3 3,23
21,89
1 1,14
0,69 0,450,2 0,66
0 0,130,3
2
0
-0,01- -0,26-0,04
-0,49 -0,94
-1 0,12
-2 -1,66
-3 -2,94
-5 -4
-5 -4,74
-6
-6,65
-7
-8
-10 -9
-9,5
-15
- Grafik Kuantisasi Non-Linier Expander
6 5,02
3,23
4
1,89
2
-0,49 -0,26 -0,12 -0,04 -0,01 0,06 0,13 0,22 0,3 0,45 0,69 1,14
U2/V
0 -0,94
-1,66
-2 -2,94
-4,74
-4
-6,65
-6
-8
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-101 23 4567899,5
U1/V
U2/V
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa jika saat nilai U1 naik maka nilai U2
juga ikut naik, akan tetapi kenaikan nilai yang tidak stabil ini membentuk garis non-
linier, kemudian titik-titiknya dihubungkan dan membentuk grafik expander yang tidak
stabil atau tidak beraturan. Hal ini disebabkan karena sifat expander yang tegangannya
bisa naik dan turun.
F3.3 Kuantisasi Non-Linier
- Analisa Perhitungan
Konversi bilangan biner ke decimal
Kode = (01111110)2
= (0×27) + (1×26) + (1×25) + (1×24) + (1×23) + (1×22) + (1×21) +
(0×20)
= 0 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 0
= 126
Tegangan Hitung
Dik :
U1 = -9,5
U2 = -8,90
K = 0,078
Bit Parity = -1
Decimal = 126
Vh = K × Bit Parity × Decimal
= 0,078×(-1)×126
= -9,828
- Tabel Analisa Kuantisasi Non-Linier
U1/V U2/V Code Decimal Bit Parity Vhitung
-9,5 -8,90 01111110 126 -1 -9,828
-9 -8,33 01111100 124 -1 -9,672
-8 -7,41 01111001 121 -1 -9,438
-7 -6,49 01110110 118 -1 -9,204
-6 -5,58 01110011 115 -1 -8,97
-5 -4,58 01101111 111 -1 -8,658
-4 -3,66 01101001 105 -1 -8,19
-3 -2,78 01100011 99 -1 -7,722
-2 -1,82 01011001 89 -1 -6,942
-1 -0,83 01001000 72 -1 -5,616
0 0,01 10001011 139 -1 -10,842
1 1,06 11001001 201 1 15,678
2 2,05 11011001 217 1 16,926
3 2,93 11100010 226 1 17,628
4 3,97 11101001 233 1 18,174
5 4,90 11101111 239 1 18,642
6 5,73 11110010 242 1 18,876
7 6,65 11110101 245 1 19,11
8 7,87 11111001 249 1 19,422
9 8,79 11111100 252 1 19,656
9,5 9,10 11111101 253 1 19,734
Berdasarkan tabel kuantisasi non-linier expander diatas diketahui bahwa tegangan
input U1/V di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM Demodulator
sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter digital. Pada PCM
demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input U1 tersebut. Jika nilai
tegangan input UI/V semakin besar maka nilai dari tegangan output-nya U2/V juga akan
semakin besar, maka terbentuklah nilai linear yang output-nya semakin meningkat jika
input-nya meningkat, yang menandakan bahwa hubungan antara tegangan input U1/V
dengan tegangan output U2/V berbanding lurus. Tegangan yang mempunyai nilai bit
parity-1 akan membuat desimal semakin mengecil, sedangkan tegangan yang
mempunyai nilai bit parity 1 akan membuat nilai desimal semakin membesar. Hal ini
terjadi karena nilai desimal dipengaruhi oleh bit parity. Untuk mencari nilai tegangan
hitung menggunakan
persamaan (Vhitung = Nilai desimal x bit parity x k), dimana nilai K = 0.078 adalah
konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di konversi terlebih dahulu
menjadi bentuk desimal.
- Grafik Karateristik Kuantisasi Non-Linier
Code
01111110
01111100
01111001
9,5
9 8,799,1
01110110
8 7,87
7 6,65 01110011
6 5,73
5 01101111
4,9
4 3,97 01101001
3 2,93
2 01100011
2,05
1 1,06 01011001
0 0,01
01001000
-1 -0,83 10001011
-2 -1,82
11001001
-3 -2,78
-4 -3,66 11011001
-4,58
-5
-5,58 11100010
-6
-6,49
-7 -7,41
11101001
-8 -8,33
-8,9 11101111
-9 -9,5
11110010
11110101
11111001
11111100
11111101
- Grafik Kuantisasi Non-Linier
-0,83
0 -1,82
-2,78
-2 -3,66
-4,58
-4 -5,58
-6,49
-6 -7,41
-8,9 -8,33
-8
-10
-9,5 -9-8-7-6-5-4-3-2-10 12 3456789 9,5
U1/V
U2/V
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di analisa bahwa hubungan antara U1/V
dengan U2/V adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai U1/V maka semakin besar
juga nilai dari U2/V. Begitupun sebaliknya, semakin kecil U1/V maka semakin kecil
pula nilai dari U2/V. Nilai U2/V pada saat U1/V bernilai -1 menunjukkan terjadinya
peningkatan nilai yang signifikan Jika digabungkan titik potongnya maka grafik diatas
akan membentuk grafik kurva yang berbentuk non-linier.
G. Kesimpulan
1. Kuantisasi yaitu proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling
dalam level-level kuantisasi dan binary encoding adalah proses mengubah sinyal
kedalam bentuk yang dioptimasi dan binary encoding adalah proses mengubah
sinyal kedalam bentuk yang dioptimasi untuk keperluan komunikasi data dan
penyimpinan data.
2. PCM / Pulse Code Modulation adalah salah satu teknik memproses suatu sinyal
analog menjadi sinyal digital melalui kode-kode pulsa. Proses utama pada sistem
PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Kuantisasi, Pengkodean.
Proses dari pembakitan sinyal PCM diawali dengan masuknya sinyal input yang
dapatberupa sinyal suara. Kemudian sinyal masukan di filter untuk
menghilangkan noise dan masuk ke proses sample dan hold untuk proses
sampling, sampel dari sinyal input yang menghasilkan sinyal digital atau sinyal
PAM. Selanjutnya masuk ke proses kuantisasi menggunakan alat compressor,
dimana pada proses ini dilakukan untuk mempermudah pengkodean sinyal lalu
memasuki proses coding menggunakan encoder yang keluarannya akan
berbentuk grafik binary code. Selanjutnya proses multiplexer yang berfungsi
untuk penghematan transmisi menjadi dasar penyambung digital sehingga hanya
menggunakan satu kanal.
3. Proses transmisi PCM melibatkan multiplexer yang berfungsi menggabungkan
beberapa kanal sinyal menjadi satu kanal agar dikirim pada satu kanal transmisi.
Proses transmisi PCM ini melibatkan proses band limiting, sampling, kuantitasi,
decoding. Transmisi sinyal PCM yaitu sinyal digital dalam bentuk kode biner,
pada masing-masing kanal akan ditransmisikan atau akan dikirim menjadi satu
kanal melalui proses multiplexing yang berguna untuk menghemat transmisi dari
banyak inputan menjadi satu output, kemudian sinyal tersebut akan dibagi lagi
menjadi tiga kanal melalui proses demultiplexing, sinyal digital pada masing-
masing kanal tersebut akan diubah menjadi sinyal analog melalui proses
decoding, masuk ke tahap kuantisasi, kemudian sinyal analog yang masih
bersifat diskrit akan diubah menjadi bersifat kontinyu seperti aslinya melalui
proses resampling dan tahap terakhir sinyal di filter untuk menghilangkan
gangguan atau noise pada sinyal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2022. Modul Praktikum Dasar Telekomunukasi. Laboratorium Telekomunikasi.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas Mataram.
Albar, Rizka Bahar. 2018. Implementasi PCM (Pulse Code Modulation) sebagai Pengolah
Sinyal pada Sistem Pendeteksi Musik untuk Aplikasi Robot. Universitas Brawijaya.
Buwana, Mahendra Wishnu, dkk. 2014. Analisis Pengaruh Macrobending Losses Terhadap
Performansi Sistem Time Division Multiplexing Dengan Media Transmisi Plastic
Optical Fiber. Universitas Brawijaya.
Santoso. 2007. Perbandingan Steganografi Metode Least Significant Bit+3 (Lsb+3)
Dengan Most Significant Bit (Msb). Universitas tanjungpura.
Yusuf, Fajar Maulana, dkk. 2022. Simulasi Sistem Pembangkit Line Code Pada Transmisi
Pulse Code Modulation Berbasis Program C. Politeknik Negeri Bandung.