PCM (Pulse Code Modulation), yaitu proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital. Prosesnya ada 3, yaitu: sampling, quantizing, dan coding. Jenis PCM yang
banyak digunakan adalah PCM – 30, berfungsi sebagai analog to digital converter,
multiplexing, dan sebagai line coding. Berikut adalah proses PCM-30 :
Bandpass Filter
Sampling (Pencuplikan)
Proses sampling adalah proses pengambilan sample dari sinyal suara dengan lebar pita
frekwensi antara 300- 3400 Hz; di mana proses ini dikerjakan oleh modulator
amplitudo. Prinsip kerja dari sampler ini sama seperti pintu/gate atau saklar, yang
membuka dan menutup dengan periode waktu yang tertentu dan kontinyu; yang mana
membuka dan menutupnya pintu/gate atau saklar ini dikerjakan oleh suatu frekwensi,
yang dikenal sebagai frekwensi sampling. Untuk frekwensi sampling ini, seorang ahli
Perancis bernama Harry Nyquist telah mengadakan percobaan-percobaan sbb. :
a) Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah lebih kecil dari 2
x lebar frekwensi suara (2 x BW Finf) :
Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah = 2 x lebar
frekwensi suara (2 x BW Finf) :
Quantizing (Kuantisasi)
Proses Pemberian harga terhadap sinyal PAM; yang besarnya – kecilnya disesuai
dengan harga tegangan pembanding terdekat
Setiap pulsa akan diletakan kedalam suatu polaritas positif atau polaritas negatif.
Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub segment(interval)Kuantisasi ada
2 macam :
Coding
Coding adalah proses mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A – D
Converter). Pada PCM-30 berlaku Hukum Companding-A :
a. Setiap pulsa PAM ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan
ditandai dengan huruf “S”
• Untuk Polaritas Positif S = 1
• Untuk Polaritas Negatif S = 0
b. Setiap polaritas dibagi menjadi 8 segment; segment ke -0 s/d 7, dan
ditandai dengan huruf “ABC”.
Setiap segment dibagi menjadi 16 sub-segment (interval); interval ke-0 s/d 15, dan
ditandai dengan huruf “WXYZ”
Sehingga sinyal PAM akan berubah menjadi sinyal dengan susunan bitbitnya sbb:
Dalam kaitan dengan proses kuantisasi dan coding ini, dikenal adanya hukum
companding; dan didalam PCM-30 berlaku Hukum Companding “A”, yang mempunyai
aturan sbb. :
1. Meletakan sinyal kedalam 2 polaritas; yaitu polaritas positif, yang ditandai dengan
satu digit “1”; atau polaritas negatif yang ditandai dengan satu digit “0”.
2. Setiap Polaritas dibagi menjadi 8 segment; yang ditandai dengan tiga digit “0”
dan/atau “1”, dengan nomor mulai dari “0” s/d “7”.
3. Setiap segment dibagi lagi menjadi 16 subsegment, atau interval; dan ditandai
dengan empat digit “0” dan/atau “1”, dengan nomer mulai dari “0” s/d “15”.
Fungsi PCM 30 setelah A/D Converter adalah multiplexing :
a. Prinsip: Time Division Multiplexing
b. Methode: “Word-by-Word Interleaving” atau “Byte-by-byte Interleaving”; atau “Cyclic
Word Interleaving” atau “Cyclic Byte Interleaving”.
c. Menggabungkan :
– 30 kanal telepon 64 kbps,
– 1 kanal signalling 64 kbps
– 1 kanal FAS 64 kbps.
Menjadi satu deretan sinyal serial 2048 Kbps.
d. Setiap kanal menempati satu “Time Slot” (TS) :
– TS-0 untuk FAS/Alarm
– TS-1 s/d TS-15 untuk kanal telepon 1 s/d 15
– TS-16 untuk Signalling
– TS-17 s/d TS-31 untuk kanal telepon 16 s/d 30 .
Dan fungsi yang berikutnya adalah: line coding, yaitu konversi sinyal unipolar NRZ 2048
Kbps menjadi sinyal HDB-3:
• Digit “1” dikodekan menjadi tegangan positif atau negatif bergantian, yang
polaritasnya selalu berlawan dengan digit “1” sebelumnya
• Digit-0 dikodekan menjadi tegangan 0 volt.
• Deretan digit “0” berturutan maksimum 3 buah.
Struktur Frame PCM-30
1. Satu Multi Frame, dengan panjang waktu 1 Multi Frame 2 mS
2. Enam belas Frame, dengan panjang waktu 1 Frame 125 μS
3. 32 TS/Frame, dengan panjang waktu 1 TS 3,9 μ S
4. 8 Bit/TS, dengan panjang waktu 1 bit 488 nS
5. Jumlah bit/Frame 256 bit
6. Jumlah bit/Multi Frame 4096 bit
7. Bit FAS sebanyak 7 bit ( 0011011); bit-2 s/d 8 TS-0, Frame-frame genap (frame- 0,
2, 4, dstnya.)
8. Bit MFAS sebanyak 4 bit, dengan susunan 0000; terletak pada bit-1 s/d 4 TS-16,
Frame-0.
9. Bit Signalling (4 bit/kanal); pada bit-1 s/d 4, dan bit-5 s/d 8 TS-16, Frame-1 s/d
Frame-15
10. Bit Alarm (A1) sinyal 2 Mbit/s terletak pada bit-3 TS-0, Frame-frame ganjil (1, 3,5
dstnya)
11. Bit Alarm (A2) sinyal 64 Kbit/s (Signalling) terletak pada bit-6 TS-16, Frame- 0.
Multiplex.
Sinyal hasil multiplexing adalah sinyal Unipolar Non Return to Zero (NRZ).Sinyal ini
sebelum ditransmisikan harus diubah terlebih dahulu menjadi sinyal bipolar:
a. HDB-3, untuk PDH Order-2 dan Order-3
b. CMI, untuk PDH Order-4
Lihat Gambar (20).
5. Pembangkit Frekwensi Clock.
Berfungsi untuk membangkitkan frekwnesi clock yang dibutuhkan untuk seluruh proses
pada arah kirim.
6. Frame Pattern.
Berfungsi membangkitkan bit-bit Frame Alignment Signal, di mana:
! Untuk Order – II dan Order – III bit-bit FAS sebanyak 10 bit, dengan susunan adalah
1111010000
Untuk Order – IV bit-bit FAS sebanyak 12bit, dengan susunan adalah 111110100000.
Oscillator.
Berfungsi sebagai pembangkit utama dari frekwensi clock, yang biasanya berupa X-tall
Oscillator.
8. Struktur Frame.
Susunan frame multiplex PDH ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Struktur Frame Multiplex PDH 8,448 Mbit/s
2) Struktur Frame Multiplex PDH 34,368 Mbit/s
3) Struktur Frame Multiplex PDH 139,264 Mbit/s
SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)
Fungsi SDH
Mengubah sinyal bipolar PDH input pada tributary port, menjadi sinyal unipolar NRZ.
2. Menempatkan sinyal unipolar NRZ pada containernya masing-masing :
a. C-12 untuk sinyal 2048 Kbps.
b. C-3 untuk sinyal 34368 Kbps
c. C-4 untuk sinyal 139264 Kbps
3. Melengkapi sinyal-sinyal C-12, C-3 dan C-4 dengan byte-byte :
a. Over Head (POH), dan
b. Pointer
4. Menggabungkan sinyal-sinyal yang sudah dilengkapi dengan byte-byte Over Head
dan Pointer menjadi satu deretan sinyal serial.
5. Mengubah sinyal hasil multiplexing menjadi :
a. Sinyal Bipolar CMI, untuk STM-1 yang dikirimkan melalui Radio Gelombang Mikro
Digital SDH, atau melalui level SDH yang lebih tinggi.
b. Sinyal dengan daya optik untuk STM-1 yang dikirmkan melalui kabel optik.
1. Proses Mapping
a. Mapping Sinyal PDH Kedalam Container (C).
Karena kapasitas container dibuat lebih besar dari pada kapasitas sinyal – sinyal PDH,
maka mapping sinyal-sinyal PDH kedalam container selalu dilakukan dengan cara
menambahkan bit-bit yang dibutuhkan, untuk menyamakan kapasitas sinyal-sinyal PDH
dengan kapasitas container (gambar 22).
Proses Multiplexing.
Frame STM-1 :
1. Kapasitas sebesar 9 baris x 270 kolom = 2.430 byte.
2. Bit Rate STM-1 sebesar 2430 byte x 64 kbit/s = 155,520 Mbit/s
3. Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan
setiap Frame sebesar 8.000 Hz.
4. Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom)
pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.
Section Over Head (SOH)
Fungsi Pointer:
Konfigurasi TMN
ITU-T G-707
Kelebihan SDH
Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection , Multiplex section protection)
! Software configuration (add, drop, crossconnect)
! Centralized management
– remote alarm
– remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines)
– remote service activation and configuration of interfaces
– S/W download to card level
Interface V5.x
Interface V5.2
• Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan
sebaliknya.
• Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama.
• Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik.
• Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-
off.
• Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas.
Unit B/U Converter
– Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks.
– Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi).
– Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ).
– Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder.
– Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm.
Unit Coder
• Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel
/auxilary.
• Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
• Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan.
• Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
• Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama.
Optical Sender
Ada 2 jenis Sumber Optik :
1. LED ( Light Emitting Diode ).
2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ).
Optical Receiver
Decoder
• Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik.
• Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel).
• Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
• Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
• Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama.
U/B Converter