Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

Teknik Transmisi Digital

4.1. Pendahuluan
Evolusi perkembangan teknologi komunikasi dapat dipastikan akan menuju ke bentuk
ISDN (Integrated Service Digital Network), yaitu segala jenis pelayanan telekomunikasi
akan diberikan secara terpadu, dalam arti bahwa dalam satu sistem penyambungan dan
transmisi akan dapat disalurkan berbagai macam bentuk sinyal ( suara, gambar, data dan
sebagainya).

4.2. Pengantar transmisi digital

Transmisi Digital ditandai dengan bentuk tegangan pada analog sesuai dengan perubahan
informasi. Bentuk tegangan input berupa tegangan sesuai dengan bit yang masuk,
“tegangan tinggi” untuk bit 1 dan “tegangan rendah” untuk bit 0. Transmisi digital lebih
handal dibandingkan transmisi analog Sinyal digital jauh lebih mudah digabungkan/
Multiplexing dengan sinyal dari berbagai sumber maupun tujuan dan sangat flexible.
Keuntungan transmisi digital . deteksi "on" dan "OFF" lebih mudah, pembuatan
rangkaian digital lebih mudah dengan menggunakan IC VLSI. Karena sinyal dikodekan
dalam bentuk bit diharapkan error yang terjadi selama perjalanan pada sinyal digital
dapat diperbaiki. Dalam bentuk sinyal digital, sistem dapat diproses terpadu dengan
sistem komputer misalnya suara, gambar dan video. Kapasitas sinyal digital dapat
dikompres meskipun akan merusak sedikit masalah kwalitas. Perbedaan sinyal analog
dan digital ditunjukan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Perbedaan sinyal analog dan digital

62
Sistem transmisi digital bertujuan untuk mentransfer deretan bit 0 dan 1 dari sisi
pemancar ke sisi penerima Kecepatan transmisi dinyatakan dengan bit rate, yang diukur
dalam bit bit perdetik Kemampuan suatu kanal untuk mentransfer frekuensi dinyatakan
dengan fungsi respon amplitudo A(f), yang didefinisikan sebagai rasio antara amplitudo
keluaran dibagi amplitudo masukan. Bandwidth suatu kanal didefinisikan sebagai kisaran
frekuensi yang dapat dilewatkan oleh kanal tersebut.
Pada saat informasi dipancarkan dalam bentuk sinyal digital, walaupun telah
menempuh jarak yang cukup jauh keutuhan data akan tetap terjaga. Sinyal digital tersebut
akan melaui serangkaian repeater station (stasiun pengulang) yang berfungsi untuk
melindungi dan memperkuat sinyal sepanjang jalur perjalanan transmisi. Gangguan
berupa cuaca buruk dan noise tidak berpengaruh banyak pada transmisi sinyal digital.

4.3. Modulasi pulsa


Modulasi pulsa atau phase modulation adalah macam metode yang berbeda-beda untuk
mengkonversi informasi menjadi bentuk pulsa tertentu, dalam upaya mentransfer pulsa
dari sumber ke tujuan. Ada empat bentuk modulasi pulsa, yaitu
1. PWM pulse width modulation , disebut juga dengan Pulse Duration Modulation
(PDM) atau Pulse Length Modulation (PLM). Lebar pulse yang merupakan
bagan aktif dari dutycycle sebanding dengan amplitude dari sinyal analog
2. PPM pulse position modulation, posisi dari lebar pulsa konstan dengan penentuan
timeslot bervariasi dengan amplitude dari sinyal analog
3. PAM pulse amplitude modulation, amplitude dari lebar pulse konstan, posisi pulsa
konstan, yang bervariasi adalah amplitude sesuai dengan amplitude sinyal analog.
4. PCM pulse code modulation, sinyal analog diproses secara digital dengan urutan
proses awal di-sampel. Hasil sampel di konversi dengan panjang sesuai
ketinggian hasil sampel dan ditransmisikan dalam bentuk deretan biner (serial
binary). Bilangan biner bervariasi sebanding dengan amplitude dari sinyal analog.
Pulse amplitude modulation dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, tetapi tidak bisa
digunakan begitu saja dalam bidang telekomunikasi, karena PAM merupakan step awal
dari metode konversi lainnya yaitu PCM. PAM juga digunakan untuk modulasi PSK dan
QAM. PWM dan PPM digunakan untuk system transmisi dengan tujuan tertentu.

63
4.4. Pulse Code Modulation PCM
Untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital dibutuhkan serangkaian proses.
Diawali dengan proses sampling, yaitu pengambilan sample dari sinyal analog. Sampling
seperti yang dituliskan William Stalling dalam buku Dasar-dasar Komunikasi Data : Bila
suatu sinyal f(t) disample pada waktu interval teratur dan pada rate yang lebih tinggi
dua kali dibanding frekuensi sinyal tertinggi, maka sampel tersebut memuat segala
informasi dari sinyal yang asli. Fungsi f(t) dapat direkonstruksikan dari sampel-sampel
dengan menggunakan Low Pass Filter LPF. Keluaran dari sampel ini disebut dengan
Pulse Amplitude Modulation (PAM). Teori tersebut dikenal dengan teori Nyquist, yaitu
sampling rate harus lebih besar atau sama dengan dua kali frekuensi tertinggi.. Sinyal
analog akan disampel dengan memberikan sederetan pulse yang mempunyai waktu yang
dihitung menggunakan formula 4.1.

(4.1.)
dimana : ft adalah frekuensi tertinggi.
Keluarannya berupa sinyal PAM seperti ditunjukan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Sinyal Analog dan Sinyal PAM

PCM adalah metode dimana sinyal analog dapat ditransformasikan menjadi


format numerical dan selanjutnya di dekodekan pada bagian penerima. Blok diagram
proses PCM dapat dilihat pada gambar 4.3.
64
Gambar 4.3. Proses PCM
Kuantisasi
Sinyal asli mempunyai amplitude kontinyu pada range dinamik. Sinyal PAM merupakan
sinyal diskrit dengan periode konstan dan deretan pulsa yang dihasilkan telah
mempunyai nilai amplitude atau level yang tertentu. Kuantisasi dari PAM sangat
tergantung pada jumlah bit yang akan digunakan. Dengan kata lain kuatisasi sinyal hanya
mempunyai nilai yang dapat dikuantisasi dengan words yang tersedia. Gambar 4.4.
mempelihatkan contoh kuantisasi menggunakan word 3 bit.

Gambar 4.4. Kuantisasi sinyal PAM


Proses transform samples kontinyu menjadi sample level diskrit
disebut dengan kuantisasi . Pada kuantisasi uniform , kuantisasi dibuat
dengan ukuran step yang constant.

65
Gambar 4.5. Kuantisasi uniform

Representasi Biner Sinyal Suara


Periode pencuplikan bergantung pada seberapa cepat suatu sinyal berubah terhadap
waktu

Contoh :
Pada teknik PCM dimana pada proses digitisasi sinyal suara analog dengan bandwidth
yang ditetapkan sebesar 4 KHz, sinyal dicuplik pada laju 8000sampel/detik, atau periode
T =1/8000 = 125 µsecond. Hasil cuplikan dikuantisasi menggunakan resolusi 8 bit,
sehingga menghasilkan laju bit 8000 sampel/detik x 8 bit/sampel = 64 kbps. Besar
ketinggian level kuantisasi total ada sebesar 28 =256 level. Misalkan hasil sampling
seperti ditunjukan pada gambar 4.6. Angka 1 dan 2 pada pulsa PAM menunjukan 1 untuk
level sinyal positif dan 2 untuk level sinyal negatif.

66
Gambar 4.6. PAM dengan kuantisasi menggunakan 8 bit.
Setelah kuantisasi sinyal akan dikodekan. Sinyal. Dengan level positif akan diberi
inisialisasi 0 dan yang negative berinisialisasi 1. Inisialisai dapat dibuat juga misalkan 1
untuk sinyal + dan 0 untuk sinyal -. Tabel 4.1. menunjukan hasil pengkodeaan sinyal
PAM.
Tabel 4.1. Contoh hasil kuantisasi

Hasil ketiga proses diatas akan menjadi sinyal PCM dengan deretan pulsa yang dikirim
berbentuk serial seperti contoh pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Data serial dari PCM

Urutan proses pengubahan dari sinyal analog menjadi sinyal digital dapat dilihat pada
gambar 4.8.

67
Gambar 4.8. Urutan proses sinyal analog menjadi sinyal digital

Laju bit dapat dikurangi dengan memperkecil resolusi, tetapi menyebabkan reproduksi
sinyal kurang akurat

4.5. Kompresi

Penemuan Pulse Code Modulation (PCM) membuka jalan untuk pengiriman suara pada
jaringan komunikasi digital. Informasi dapat dibagi menjadi 2 kategori besar
 Informasi dalam bentuk bloktunggal, misal: file teks, dokumen hitam putih, citra
berwarna, dll.
 Stream yang dihasilkan secara kontinu oleh sumber informasi, misal: suara, audio,
video
Informasi tersebut memiliki redundancy yang dapat dibuang agar menghemat kapasitas
media transmisi maupun media penyimpanan. Beberapa teknik kompresi: zip, faksimil
grup 3, ADPCM, RELP, MPEG audio MP3,dll. Rasio kompresi adalah perbandingan
jumlah bit pada informasi asli dan jumlah bit pada informasi terkompres, contohnya
570:1 pada kompresi MP3.

68
Gambar 4.9. Blok diagram kompresi

Biaya transmisi yang tinggi pada kondisi tertentu, misalnya kabel laut, satelit, dan sistem
nirkabel menyebabkan pengembangan algoritma yang lebih kompleks untuk mengurangi
laju bit namun dengan kualitas sinyal suara yang baik. Teknik PCM menghasilkan laju bit
suara digital 64 kbps, ADPCM dengan laju bit32 kbps. Sistem musik stereo menghasilkan
laju bit 1,4 Mbps, standar MPEG dapat mengurangi bit rate ini menjadi 100 kbps. Sinyal
video membutuhkan laju bit tanpa kompresi sebesar 249 Mbps, pengkodean MPEG-2
dapat menguranginya menjadi hanya 6 Mbps.

Standard ITU-T untuk pengkodean speech dan video terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Standard ITU-T Pengkodean

69
4.6. Line Code

Line code digunakan untuk memungkinkan transmisi baseband pada system fiber optik,
transmisi kabel serta akses dan storage/penyimpan data. Link PCM pengkodeaan
saluran digunakan meringankan clock sinkronisasi pada penerima, transform F dari
sederetan pulse mungkin saja berisi spikes dan clock penerima dapat disinkronisasi.

Gambar 4.10. Blok diagram line code


Line code kebal untuk rentetan zero yang panjang yang dapat membuat clock
sinkronisasi penerima mendahului transmitter. Kontain zero yang berkepanjangan akan
membentuk komponen DC rata-rata. Dengan line code membuat bandwidth menjadi
minimum. Line code juga dapat digunakan sebagai deteksi error (gambar 4.10)
Line code dibagi dalam tiga bagian seperti pada gambar 4.11. Encoding Unipolar
menggunakan hanya satu level tegangan. Logika 1 misalkan diberi tegangan 5 V dan
logika 0 diberi tegangan 0 . Encoding Polar menggunakan dua level tegangan yaitu
tegangan positip dan negatip. Bentuk line code polar ada 4 yaitu NRZ, RZ, Manchester
dan Differential Manchester.

Gambar 4.11. Klasifikasi Line coding

70
NRZ sendiri dibagi dalam dua bagian, yaitu NRZI dan NRZL. Pada NRZ-L, level
dari sinyal tergantung pada keadaan bit., artinya bila logika 1 diberi tegangan positip dan
logika 0 diberi tegangan negatip maka setiap terjadi perubahan dari logic 1 ke logic 0
akan terjadi perubahan tegangan dari positip ke negatip dan sebaliknya. Sedang NRZI
sinyal akan diinvers jika bertemu dengan logika 1, artinya logik 1 akan diinvers jika
bertemu dengan logic 1 berikutnya. Selama belum ada logic 1 berikutnya maka level
tegangan tetap pada level logic 1 yang sedang berlangsung. Kedua bentuk tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12. NRZ L dan I

RZ return to zero, logic 1 dan logic 0 dibedakan level tegangannya. Kedua logic
ini menggunakan setengah dari clock pulse sedang setengahnya digunakan sebegai titik
kembali ke nol yang berfungsi sebagai sinkronisasi. Gambar 4.13. memperlihatkan
bentuk gelombang RZ, logic 1 dinyatakan dengan +v dan logic 0 dengan –v. Encode yang
bagus pada sinyal digital harus ada bagian untuk sinkronisasi.

71
Gambar 4.13 .Bentuk line code RZ
Pada encoding Manchester , transisi pada bagan tengah dari bit digunakan untuk
sinkronisasi dan merepresentasikan bit. Bit 0 membentuk huruf Z dan bit 1 digambarkan
membentuk huruf S. Bit 0 transisi dari high ke low pada bagan tengah interval, dan bit 1
transisi dari low ke high pada bagan tengah interval seperi terlihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14. Manchester


Encoding differential Manchester ,transisi pada bagan tengah bit digunakan
hanya untuk sinkronisasi. Representasi bit didifinisikan sebagai inver atau non invers
pada pada awal dari bit. Transisi selalu dimulai pada bagan tengah dari interval. Bit 0
transisi pada bagan tengah dari interval, sedang bit 1 tidak ada transisi pada bagan awal
interval (gambar 4.15).

Gambar 4.15. Diferensial Manchester

72
Encoding bipolar menggunakan tiga level, positip, negatip dan nol. Contoh
bipolar adalah AMI alternate mark inversion. Pada AMI Bit 0 dinyatakan dengan
tegangan nol, bit 1 sangat tergantung pada bit 1 sebelumnya, misalkan awal bit 1
tegangan positip maka bit 1 berikutnya tegangan negatip (gambar 4.16)

Gambar 4.16. AMI


4.7. Repeater
Pada jalur transmisi regenaritif dengan menggunakan repeater
sering digunakan. Pada sinyal yang diterima akan ditransformasi balik
ke dalam bentuk analog dengan menggunakan LPF untuk
menghilangkan harmonic yang dihasilkan dari proses sampling.
Repeater dikatagorikan sebagai :
 repeater analog : dimana gain sama dengan attenuasi antar
repeater.
 Repeater digital : regerasi dari bit-bit dengan proses decoding
dan encoding
Error rate untuk polar , base band dengan m sederatan stage repeater.
Pada repeater analog

Pada digital repeater

Perbandingan rentetan repeater Analog dan digital(kode polar) untuk

73
4.8. Latihan soal

1. What sampling rate is needed for a signal with a bandwidth of 10,000 Hz (1000 to
11,000 Hz)? Jawab : The sampling rate must be twice the highest frequency in the
signal: Sampling rate = 2 x (11,000) = 22,000 samples/s
2. A signal is sampled. Each sample requires at least 12 levels of precision (+0 to +5
and -0 to -5). How many bits should be sent for each sample? Jawab : We need 4
bits; 1 bit for the sign and 3 bits for the value. A 3-bit value can represent 23 = 8
levels (000 to 111), which is more than what we need. A 2-bit value is not enough
since 22 = 4. A 4-bit value is too much because 24 = 16.
3. We want to digitize the human voice. What is the bit rate, assuming 8 bits per
sample? Jawab : The human voice normally contains frequencies from 0 to 4000
Hz.
Sampling rate = 4000 x 2 = 8000 samples/s
Bit rate = sampling rate x number of bits per sample
= 8000 x 8 = 64,000 bps = 64 Kbps

74

Anda mungkin juga menyukai