Anda di halaman 1dari 11

DEMODULASI/DETEKSI BASEBAND

Pada sistem komunikasi baseband, sinyal baseband dikirimkan dalam bentuk pulsa. SInyal
baseband biasa dikirimkan menggunakan media kabel, contohnya seperti kabel twisted pair.
Selama proses transmisi, sinyal baseband akan mengalami berbagai macam bentuk gangguan,
sehingga sinyal megalami degradasi (penurunan kualitas). Akibatnya bentuk pulsa yang sampai
ke receiver tidak lagi sama dengan bentuk pulsa yang dikirimkan.
Berbagai macam bentuk gangguan tersebut diantaranya adalah noise dan intersymbol
interference (ISI). Agar receiver tetap dapat menerima informasi yang dikirimkan, maka di
perangkat receiver dibutuhkan sistem demodulator/detektor yang mampu mendeteksi bentuk
asli sinyal baseband yang diterima.

A. Sinyal dan Noise


1. Degradasi Sinyal Pada Sistem Komunikasi
Tugas dari perangkat demodulator atau detector adalah untuk mendeteksi deretan bit yang
diterima sehingga bit yang diterima itu bebas dari error. Penyebab error pada deretan bit sinyal
baseband ini secara garis besar ada dua:
 Intersymbol interference (ISI), yaitu berupa pelebaran pulsa, yang mengakibatkan
deretan-deretan pulsa akan saling tumpang tindih (overlap). ISI muncul karena adanya
respon kanal yang tidak ideal (nanti akan dibahas dengan lebih detail). ISI diilustrasikan
pada gambar 1 berikut:

Gambar 1
 Noise dan interferensi. Noise dan interferensi dapat muncul dari berbagai sumber,
seperti kilat petir, pengaruh dari berbagai perangkat elektronik ataupun sinyal dari sistem
komunikasi lain.
Noise dan interferensi dapat diminimalisir bahkan dapat dihilangkan dengan menggunakan
demodulator dengan kualitas yang baik. Namun ada satu sumber noise yang tidak bisa
dihilangkan, yaitu thermal noise, yang mengganggu sinyal informasi dengan cara menambahkan
energi-energi yang tidak diinginkan. Karena bersifat menambahkan, maka thermak noise bersifat
additif.
Thermal noise memiliki probabilitas kemunculan (PDF) yang berdistribusi normal (gaussian),
sehingga disebut juga dengan noise gaussian (Lihat kembali pembahasan di bab 1). Noise
gaussian memiliki persamaan dan grafik PDF seperti pada gambar 2:

Gambar 2
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa noise gaussian muncul dengan amplitudo posited dan
negative, dimana sebagian besar muncul dalam amplitudo yang kecil (disekitar nol). Sedangkan
amlitudo yang tinggi lebih jarang muncul.
Noise gaussian disebut juga dengan noise white, karena memiliki spektrum yang rata hampir di
semua frekuensi (lihat bab 1). Oleh karena itu noise thermal disebut juga dengan noise AWGN
(Additive White Gaussian Noise).

2. Demodulasi dan Deteksi


Selama pengiriman sinyal dalam satu periode T, sistem binary baseband akan mengirimkan salah
satu dari dua bentuk sinyal, yaitu s1 (t) dan s2 (t). Dimana masing-masing bentuk sinyal
mewakili bit 1 dan bit 0. Dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:
Misalkan sinyal yang diterima oleh receiver disimbolkan dengan r(t). Sinyal r(t) meruakan sinyal
si (t ) yang telah mengalami distorsi dan degradasi akibat adanya respon impuls kanal h c (t ) dan
noise gaussian n(t). Secara matematis, sinyal yang diterima oleh receiver dinyatakan dengan
persamaan:

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa sinyal yang diterima merupakan sinyal yang dikirim
dikonvolusi dengan respon impuls kanal, dan dijumlahkan dengan noise gaussian. Variabel M
merupakan jumlah symbol, jika menggunakan binary baseband maka M=2
Jika kanal diasumsikan kanal yang ideal, maka sinyal hanya mendapatkan gangguan dari noise,
sehingga secara matematis dinyatakan dengan:
r ( t )=s i (t )∗hc ( t ) +n ( t ) i=1 , … , M \

Untuk dapat memperbaiki sinyal baseband yang diterima, maka pada receiver harus ada
perangkat demodulator dan detector. Perangkat ini bekerja dengan blok diagram seperti pada
gambar 3 berikut:

Gambar 3
Pada gamabr di atas terdapat dua sistem yaitu sistem demodulator dan sistem detector. Sistem
demodulator bertugas untuk melakukan demodulasi terhadap sinyal yang diterima, yaitu proses
untuk memperbaiki sinyal yang diterima. Sedangkan detector bertugas untuk melakukan
pengambilan keputusan dalam menentukan nilai bit yang diterima (jika sistem biner maka
detector harus bisa menebak apakah yang diterima bit 1 atau bit 0).
Pada gambar 3, jika menggunakan sistem baseband, maka blok frequency down conversion tidak
diperlukan.
Blok receiving filter bertugas untuk melakukan recovery terhadap sinyal yang diterima untuk
kemudain diteruskan ke proses deteksi. Filter pada transmitter dan karakteristik kanal
mengakibatkan sinyal mengalami ISI, sehingga tidak bisa langsung dideteksi (harus direcovery
dulu pada blok receiving filter). Jadi tugas dari receiving filter adalah merecovery sinyal dan
memastikan bahwa sinyal memiliki nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang tinggi dan
menghilangkan semua ISI. SNR yang tinggi didapatkan dengan cara mengurangi amplitudo
noise gaussian seminimal mungkin.
Jenis filter yang digunakan pada blok receiveing filter adalah matched filter atau correlator
(akan dijelaskan pada sub bab berikutnya). Matched filter ini juga dapat diikuti dengan
Equalizing filter (optional), jika pada output matched filter masih ada ISI yang disebabkan oleh
respon kanal. Biasanya matched filter dan equalizing filter dibuat menjadi satu perangkat. Ouput
dari filter ini kita simbolkan dengan z(t). Perangkat filter ini sendiri juga memberikan noise
gaussian terhadap sinyal, sehingga output filter secara matematis dapat dinyatakan dengan:
z ( t )=ai ( t ) +n0 (t )

Dimana a i ( t )merupaan komponen sinyal hasil filter dan n0 ( t)merupakan noise yang berasal dari
perangkat filter.
Output dari matched filter kemudian disampel pada waktu t = T . Artinya, sinyal baseband ini
disampel tiap waktu T. Hasil sampel ini kita simbolkan dengan z(T) atau disebut juga dengan
prediction point. Karena z(t) mengandung noise gaussian, maka hasil sampel z(T) juga memiliki
noise gaussian, sehinga hasil sampel ini secara matematis dapat dinyatakan dengan:
z ( T )=ai ( T ) +n0 (T )

Dimana a i ( T ) merupakan komponen sinyal yang diinginkan dan n0 (T ) merupakan komponen


noise gaussian yang didapatkan dari kanal dan perangkat filter. Karena berdistribusi gaussian,
maka komponen noise n0 (T ) memiliki PDF:

Dimana σ 20 merupakan variance noise. Karena mengandung noise gaussian,, maka hasil sampel
z(T) juga berdistribusi gaussian, sehingga memiliki probabilitas kemunculan:
p(z∨s1 ) merupakan probabilitas kemunculan nilai z(T) saat symbol s1 dikrimkan. Artinya, saat
symbol s1 yang dikirmkan, maka pada receiver, hasil sampel akan berubah atau menyimpang
dari nilai s1 yang asli. Begitu juga untuk variable p(z∨s2 ). Jika menggunakan sistem biner,
maka p(z∨s1 ) dan p(z∨s2 ) dapat dibuat dalam bentuk grafik pada gambar 4 berikut:

Gambar 4
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bagaimana penyimpangan hasil sampel dari nilai
aslinya. Dimana nilai sampel yang diinginkan ada pada titik a 1 dan a 2.
Prediction point atau hasil sampel ini kemudian masuk ke blok pengambilan keputusan, untuk
menentukan nilai bit dari prediction point ini (jika biner, apakah bernilai 1 atau 0). Pada sistem
pengambilan keputusan ini terdapat nilai threshold γ , yaitu nilai ambang batas untuk
menentukan nilai symbol yang diterima (jika menggunakan sistem biner maka γ merupakan
batas untuk menentukan apakah sampel yang diterima membawa bit 1 atau bit 0).
Pengambilan keputusan ini didasarkan kepada persamaan:

Artinya, jika z ( T ) >γ , maka ambil keputusan H 1 dan jika z ( T ) <γ , maka ambil keputusan H 2.
Dimana H 1dan H 2 merupakan hipotesis dari kemungkinan bentuk bit 1 atau 0.

Misalnya, jika H 1 merupakan hipotesi bit 1 dan H 2 merupakan hipotesis bit 0, dan γ =2. Maka
jika amplitudo sampel yang diterima > 2, berarti ambil hipotesis H 1, artinya bit yang diterima
bernilai 1. Namun jika amplitudo sampel yang diterima < 2, berarti ambil hipotesis H 2, artinya
bit yang diterima bernilai 0. Hal ini juga berlaku untuk sistem M-Ary lainnya (4-ary, 8-ary , dll).
Jika menggunakan 4-ary maka terdapat 4 hipotesis: H 1 , H 2 , H 3 , H 4 yang masiing-masingnya
mewakili semua bentuk kemungkinan symbol.

3. Representasi Sinyal dan Noise Dalam Bentuk Vektor


Suatu isyarat elektris, baik sinyal yang diinginkan maupun noise, dapat direpresentasikan dalam
bentuk vector. Hal ini sangat berguna untuk mempermudah menganalisis suatu sistem
komunikasi, baik itu komunikasi baseband maupun komunikasi bandpass.
Misalkan terdapat sebanyak N bidang yang saling orthogonal (tegak lurus), dimana masing-
masing bidang dikarakterisasi oleh N fungsi yang saling independent yang disimbolkan dengan
{ψ j ( t ) }, yang disebut dengan fungsi basis. Dimana setiap fungsi yang ada pada suatu bidang
dapat dinyatakan dengan kombinasi linear dari setiap fungsi basis tersebut.
Fungsi basis ini harus memenuhi kondisi:

Jika konstanta K j tidak sama dengan nol, maka bidang j dan k saling orthogonal (tegak lurus).
Jika semua fungsi basis dinormaslisasi sehingga K j=1 maka dua bidang tersebut orthonormal.

Jadi dua bidang yang berbeda akan memiliki nilai K j δ jk =0 , atau lengkapnya dapat kita nyatakan
bahwa dua bidang yang berbeda memenuhi persamaan:
T

∫ ψ j ( t ) ψ k ( t ) dt=K j δ j=0
0

Berikut ini diberikan contoh sinyal sm (t ) dalam bentuk vektor pada gambar 5 brikut ini:
Gambar 5
Berdasarkan gambar 5 terlihat bahwa sinyal sm (t ) memiliki tiga fungsi basis yaitu ψ 1 ( t ) ,ψ 2 ( t )
dan ψ 3 ( t ). Masing-masing fungsi basis ini bernilai a m 1 , am 2 dan a m 3. Jadi vector sinyal sm (t )
merupakan kombinasi linear dari ketiga fungsi basis ini, sehingga secara matematis dapat
dinyatakan dengan:
sm ( t )=am 1 ψ 1 ( t ) +am 2 ψ 2 ( t ) +am 3 ψ 3 ( t )

Jadi jika suatu sinyal si ( t ) memiliki N fungsi basis , maka secara umum dinyatakan dengan:

Jika sinyal yang dikirim terdiri dari M symbol, maka semua symbol dapat dinyatakan dengan
vector:

Atau dalam bentuk persamaan yang lebih sederhana:


Dimana:

Koefisien a ij merupakan nilai si (t ) pada komponen ψ j ( t). Jadi suatu sinyal si (t ) merupakan
kombinasi dari komponen
Misalnya jika jumlah bidang N=3 maka suatu sinyal dapat dinyatakan dengan(seperti gambar
5)
sm ( t )=am 1 ψ 1 ( t ) +am 2 ψ 2 ( t ) +am 3 ψ 3 ( t )

Pada bentuk vector ini, arah vector menunjukkan phasa dari sinyal, dan panjang vector
menunjukkan magnitudo energi sinyal yang ditransmisikan.
Misalkan suatu sinyal baseband ditransmisikan dengan sistem biner, sehingga terdapat 2 macam
symbol, yang dalam bentuk vector dinyatakan dengan s j dan sk . Selama proses transmisi, dua
symbol ini akan mendapatkan noise n , sehingga bentuk vector yang diterima oleh receiver
dinyatakan dengan s j+ n dan sk +n (vector disimbolkan dengan huruf tebal). Vektor dari symbol
dan noise ini diilustrasikan pada gambar 6 berikut:

Gambar 6
Dari gambar 6 terlihat bahwa masing-masing vector memiliki tiga fungsi basis. Vektor noise
digambaran oleh titik-titik yang tersebar. Titik-titik tersebut tersebar dengan distribusi gaussian.
Adanya penambahan vector noise ini, mengakibatkan vector symbol yang dikirim mengalami
perubahan arah dan panjang. Artinya, symbol yang dikirim akan mengalami perubahan phasa
dan perubahan magnitudo (energi). Salah satu hasil perubahannya ditunjukkan oleh vector r pada
gambar 6 di atas. Jika perubahan ini melewati threshold yang ditentukan, maka receiver tidak
bisa mendeteksi symbol yang diterima dengan benar (misalnya bit 1 dideteksi sebagai bit 0).
Sehingga memunculkan error.
Jadi kesimpulannya, suatu sinyal dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari komponen-
komponen vector yang saling orthogonal (tegak lurus). Dua vector dikatakan orthogonal jika
hasil kalinya = 0. Namun jika hasil kali ternormalisasinya = 1, dikatakan orthonormal.
Reprsentasi sinyal dalam bentuk vektor berguna untuk memudahkan dalam proses deteksi sinyal
baseband.

4. Energi Gelombang
Energi dari tiap symbol dapat dinyatakan dalam bentuk kompnen vektor sebagai berikut:

Jika digunakan fungsi orthonormal ternormalisasi ( K j=1 ¿, maka energi gelombang dinyatakan
dengan persamaan:

Perhatikanlah Contoh berikut ini:


Diketahui beberapa sinyal sebagai berikut:
a) Pada gambar a, terdapat 3 macam gelombang, buktikanlah bahwa ketiganya tidak saling
orthogonal.
Jawab:
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan cara memasukkan masing-masing pasangan sinyal s1 dan
s2, s1 dan s3 serta s2 dan s3 ke persamaan : (lihat pembahasan vektor di atas).

Jika hasilnya = 0, maka orthogonal, jika tidak, maka tidak orthogonal


Yang pertama untuk pasangan s1 dan s2:
Didapatkan hasil -T, berarti tidak orthogonal
Untuk pasangan yang lain dapat anda lanjutkan sendiri

b) Pada gambar b terdapat dua gelombang ψ 1 (t) dan ψ 2 (t). Buktikanlah bahwa keduanya
saling orthogonal.
Jawab:
Dapat kita buktikan dengan persamaan:

Jika hasilnya = 0, maka orthogonal

Jadi saling orthogonal (tegak lurus)


Untuk lebih lengkapnya ilakan anda pelajari Example 3.1 yang ada di buku bernard sklar

Anda mungkin juga menyukai