Anda di halaman 1dari 23

JOB 2

I. JUDUL : Pengukuran Pola Radiasi Antena Standar.

II. TUJUAN : 1.Mengetahui / memahami cara pengukuran pola radiasiantenna

2. Mengamati / mengukur daya output antenna untuk sudut


pengarahan yang bervariasi.
3. Mengetahui cara menggambarkan pola radiasi antenna baik
secara teoritis maupun praktis.
4. Membandingkan gambaran pola radiasi antenna praktis
dengan teoritis.

III. PERANGKAT / ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :

1. 2 Set antenna standar.

2. 1 buah RF signal generator.

3. 1 buah RF amplifier.

4. 1 buah power supply.

5. 2 buah RF spectrum analyzer.

6. Kabel-kabel dan konektor-konektor.

7. Alat-alat pendukung lainnya ;

- Mistar panjang / meteran.


- Selotip / plester / lak ban.
- Obeng / tang / cutter.
IV. TEORI PENDUKUNG :

4.1 Antena Standar

Antena standar merupakan antenna pabrikan / antenna yang dibuat


pabrik yang telah melalui pengujian laboratorium dan biasa digunakan
sebagai referensi untuk mengukur antenna-antena praktis hasil desain.

Antena standar ini didesain berupa antenna open dipole λ/2, dimana
antenna ini mempunyai gain matematis 2,15 dB.

a
b b

kabel elemen
coaxial

Gambar 1. Antena standar ( open dipole ).

Keterangan : 1 : panjang elemen antenna ( λ/2 ).

a : jarak / spasi antar kutub elemen.

b : panjang masing-masing potongan elemen antenna.


IV.2 Pola Radiasi Antena

Pola radiasi antenna merupakan gambaran pancaran energy radiasi


antenna.

Antenna standar yang berupa antenna open dipole λ/2 mempunyai pola
radiasi omnidirectional. Pola seperti ini digambarkan berupa pola cincin besar
yang mengelilingi batangan / elemen antenna. Pola radiasi omnidirectional ini
lebih dikenal dengan istilah pola kue donat karena bentuknya seperti kue
donat besar yang mengelilingi batangan / elemen antenna.

Ŵmin Z
00 dθ
Pola radiasi Ŵ Ŵ

Ŵ antena

Ê φ

π/2
Ŵmax Y


Ê Ĥ
00
Ŵmax
X
dφ Ŵmin
θ

Gambar 2. Pola radiasi antenna open dipole ( pola kue donat ).

Pola cincin atau pola kue donat ditas dibentuk oleh gabungan dua pola,
yaitu :

1. Pola vertical, yang berupa gambaran lingkaran cincin / lingkaran


kue donat.
2. Pola horizontal, yang berupa gambaran lingkaran penampang cincin
/ lingkaran penampang kue donat.
Pola vertical secara teoritis digambarkan berupa lingkaran yang
sempurna dengan bentuk tetap, sedangkan pola horizontal digambarkan
berupa lingkaran dengan bentuk yang bervariasi sesuai dengan panjang
elemen antenna.
0 2π
π/2

π
0

Gambar 3.Gambaran pola vertical. Gambar 4. Gambaran pola horizontal.


Pola radiasi secara teoritis digambarkan berupa kuat medan fungsi
sudut pengarahan antenna ( W fungsi θ ), dimana persamaannya dapat ditulis
:
W(θ) = WmaxSinnθ ……….…………………………………….. …………1 )

dimana ; W(θ) ; kuat medan fungsi θ.

Wmax ; kuat medan maksimum ( pada θ = π/2 ).


n =3 untuk antenna dengan panjang elemen λ/2.
= 2 untuk antenna dengan panjang elemen 3λ/4 dan λ/4.
= 1 untuk antenna dengan panjang elemen λ.
IV.3 Pengukuran Pola Radiasi
Seperti halnya pada pengukuran gain, pada pengukuran pola radiasi
antenna, antenna yang akan diukur dioperasikan sebagai antenna receiver
sedangkan antenna transmitter selalu menggunakan antenna standar.
Karena yang bervariasi adalah pola horizontal maka pada pengukuran
antenna open dipole pola yang akan diukur dan digambarkan adalah pola
horizontal.
Untuk menggambarkan pola radiasi antenna maka secara teoritis harus
diukur kuat medan antenna, akan tetapi secara praktis pengukuran kuat medan
dapat diganti dengan pengukuran daya antena, dalam hal ini adalah daya
output antenna receiver. Daya output antenna tersebut diukur dengan sudut
pengarahan ( θ ) yang bervariasi dalam batasan integral sudut θ tersebut.

π
Antena transmitter θ
( standar )
Antena receiver
π/2
( standar dan yang
akan diukur )

Tinggi antena
( relatip )

Tx Rx
Jarak antena transmitter –
receiver
( relatip )

RF RF
SA SA

Gambar 5. Diagram dasar pengukuran pola radiasi antenna open dipole.


PRmax
PRc PRd
PRb
PRe

PRa π/2
θc θd PRf
θb θe

θa θf

PRmin π PRmin
0

Gambar 6Gambaran pola radiasi antenna berdasarkan pengukuran daya.


Secara teoritis pola radiasi dapat digambarkan dengan persamaan :
PR(θ) = PRmaxSinnθ……………………………………………… 2)
Berdasarkan hasil pengukuran / praktis maka pola radiasi antenna dapat
digamabarkan dengan persamaan matriks :
PR(θ) = [PRmin , PRa , PRb , PRc , PRmax , PRd , PRe , PRf , PRmin] ……. 3 )
Satuan-satuan daya diatas harus dalam bentuk satuan satuan dasar
seperti Watt, mWatt,μWatt, nWatt atau pWatt.
V. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Siapkan 2 ( dua ) set antenna standar.

2. Siapkan perangkat / alat-alat ukur.

3. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut ! dengan ketentuan ;

Instalasi ;vertical – horizontal.

Frekuensi ; 250 MHz.

π
Antena standar
θ Antena standar

π/2

( 3 atau 4 meter )
PS

RF RF ( 30 atau 40 meter ) RF
SG Amp SA

RF
SA

4. Hidupkan RF spectrum analyzer, dengan ketentuan ;

Pada sisi transmitter :

Frekuensi center : 250 MHz.

Span : 1MHz.

Rev level : 20 dBm.


Pada sisi receiver :

Frekuensi center : 250 MHz.

Span : 1MHz.

Rev level : - 20 dBm.

5. Hidupkan RF signal generator, dengan ketentuan ;

Frekuensi : 250 MHz.

Amplitudo output :3 dBm.

6. Hidupkan RF amplifier dengan member tegangan catu s/d 20 Volt dc.

7. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi


transmitte( PT ).

8. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi receiver
( PRstandar pada sudut θ= 900 ).

9. Putar antenna receiver dengan variasi sudut θ= 15 0 menuju θ= 00 dan θ=


1800. Amati dan catat hasil pengukuran spectrum analyzer untuk setiap
variasi sudut θ ( PR standar pada setiap variasi sudut θ ).

10. Ganti antenna receiver dengan variasi panjang elemen 3λ/4 dan λ/4.
Lakukan pengukuran seperti pengukuran pada butir 8 dan butir 9.
VI. DATA HASIL PENGUKURAN

Dibuat data hasil pengukuran seperti tabel berikut.

Tabel data hasil pengukuran

No Frekuensi θ PT PR Standar PR (dBm)


(MHz)
(dBm) (dBm)

1 250 0o 12 -67,95 -71,59 -67,61

2 250 15o 12 -58,25 -68,81 -67,30

3 250 30o 12 -52,03 -63,51 -63,03

4 250 45o 12 -48,45 -60,48 -60,45

5 250 60o 12 -46,73 -59,86 -59,28

6 250 75o 12 -45,52 -58,06 -58,57

7 250 90o 12 -44,87 -57,44 -57,68

8 250 105o 12 -45,41 -58,87 -58,27

9 250 120o 12 -46,80 -59,44 -59,19

10 250 135o 12 -48,57 -60,77 -60,82

11 250 150o 12 -52,14 -63,62 -63,25

12 250 165o 12 -58,87 -69,01 -69,08

13 250 180o 12 -67,46 -58,67 -57,77

VII. TUGAS
M-HitungPR(θ) pada masing-masing antenna secara teoritis dalam satuan
nWatt !.
PRmax = PR pada θ= 900.
N-Buat tabel hasil perhitungan teoritis tersebut !
O-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna secara teoritis !
P-Hitung PR(θ) pada masing-masing antenna dari data hasil pengukuran
dalam satuan nWatt !.
Q-Buat tabel hasil perhitungan dari data hasil pengukuran tersebut !
R-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna berdasarkan data hasil
pengukuran !
S-Buat analisa hasil pengukuran dengan cara membandingkan pola
radiasihasil pengukuran dengan teoritis pada masing-masing antenna yang
diukur.
(Gunakan program matlab untuk menghiting PR(θ) dan menggambar pola
radiasi).

VIII. PENYELESAIAN TUGAS


1. Perhitungan PR(θ) teoritis
a. Antena Standar
PR (900) = prmax sinn 900
PRrmaxdbm = -44,87 dbm
n=3
M-File
n=3
PrmaxdBm=-44,87
teta=[0:pi./12:pi]
Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10)
Prmaxn=Prmaxm*(10.^6)
Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n)
Polar(teta,Prtetan)
Command window
n=3
PrmaxdBm = -44
ans = 87
teta = Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
Prmaxm =3.9811e-005
Prmaxn =39.8107
Prtetan =Columns 1 through 7
0 0.6902 4.9763 14.0752 25.8578 35.8783 39.8107
Columns 8 through 13
35.8783 25.8578 14.0752 4.9763 0.6902 0.0000
b. Antena 3λ/4
PR (900) = prmax sinn 900
PRrmaxdbm = -57,44 dbm
n=2
M-File
n=2
PrmaxdBm=-57,44
teta=[0:pi./12:pi]
Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10)
Prmaxn=Prmaxm*(10.^6)
Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n)
Polar(teta,Prtetan)
Command Window
n=2
PrmaxdBm = -57
ans =44
teta =Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
Prmaxm =1.9953e-006
Prmaxn =1.9953
Prtetan =Columns 1 through 7
0 0.1337 0.4988 0.9976 1.4964 1.8616 1.9953
Columns 8 through 13
1.8616 1.4964 0.9976 0.4988 0.1337 0.0000
c. Antena λ/4
PR (900) = prmax sinn 900
PRrmaxdbm = -57,68 dbm
n=2
M-File
n=2
PrmaxdBm=-57,68
teta=[0:pi./12:pi]
Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10)
Prmaxn=Prmaxm*(10.^6)
Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n)
Polar(teta,Prtetan)
Command Window
n =2
PrmaxdBm =-57
ans =68
teta =Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
Prmaxm =1.9953e-006
Prmaxn =1.9953
Prtetan =Columns 1 through 7
0 0.1337 0.4988 0.9976 1.4964 1.8616 1.9953
Columns 8 through 13
1.8616 1.4964 0.9976 0.4988 0.1337 0.0000
2. Tabel hasil perhitungan PR(θ) teoritis

No Frekuensi θ Pr standar Pr (nWatt)


(nWatt) 3λ/4 λ/4

1 250 0o 0 0 0

2 250 15o 0.6902 0.1337 0.1336

3 250 30o 4.9763 0.4988 0.4988

4 250 45o 14.0752 0.9976 0.9976

5 250 60o 25.8578 1.4964 1.4964

6 250 75o 35.8783 1.8616 1.8616

7 250 90o 39.8107 1.9953 1.9953

8 250 105o 35.8783 1.8616 1.8616

9 250 120o 25.8578 1.4964 1.4964

10 250 135o 14.0752 0.9976 0.9976

11 250 150o 4.9763 0.4988 0.4988

12 250 165o 0.6902 0.1337 0.1337

13 250 180o 0 0 0

3. Gambar pola radiasi teoritis


a.Antena Standar
90 40
120 60
30

150 20 30

10

180 0

210 330

240 300
270

b. Antena 3λ/4

90 2
120 60
1.5

150 1 30

0.5

180 0

210 330

240 300
270

c.Antena λ/4
90 2
120 60
1.5

150 1 30

0.5

180 0

210 330

240 300
270

4. Perhitungan Pr(θ) dari data hasil pengukuran


a.Antena Standar
Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin]
Prteta dBM=[-67,95 -58,52 -52,03 -48,45 -46,73 -45,52 -44,87 -45,41 -46,80
-48,57 -52,14 -58,87 -67,46]
M-File

teta=[0:pi./12:pi]

PrtetadBm=[-67.95 -58.25 -52.03 -48.45 -46.73 -45.52 -44.87 -45.41 -46.80-


48.57 -52.14 -58.87 -67.46]

Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)

Prtetan=Prtetam*(10.^6)

polar(teta,Prtetan)

Command Window
teta =Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.570
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm =Columns 1 through 7
-67.9500 -58.2500 -52.0300 -48.4500 -46.7300 -45.5200 -44.8700
Columns 8 through 13
-45.4100 -46.8000 -48.5700 -52.1400 -58.8700 -67.4600
Prtetam =1.0e-004 *
Columns 1 through 7
0.0016 0.0150 0.0627 0.1429 0.2123 0.2805 0.3258
Columns 8 through 13
0.2877 0.2089 0.1390 0.0611 0.0130 0.0018
Prtetan =Columns 1 through 7
0.1603 1.4962 6.2661 14.2889 21.2324 28.0543 32.5837
Columns 8 through 13
28.7740 20.8930 13.8995 6.1094 1.2972 0.1795
b. Antena 3λ/4
Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin]
Prteta dBM=[-71.59 -68,81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -44.87 -45.41 -46.80
-48.57 -52.14 -58.87 -67.46]
M-File
teta=[0:pi./12:pi]
PrtetadBm=[-71.59 -68.81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -57.44 -58.87 -59.44
-60.77 -63.62 -69.01 -58.67]
Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)
Prtetan=Prtetam*(10.^6)
polar(teta,Prtetan)

Command window
teta = Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 131.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm = Columns 1 through 7
-71.5900 -68.8100 -63.5100 -60.4800 -59.8600 -58.0600 -57.4400
Columns 8 through 13-58.8700 -59.4400 -60.7700 -63.6200 -69.0100
-58.6700
Prtetam = 1.0e-005 *
Columns 1 through 7
0.0069 0.0132 0.0446 0.0895 0.1033 0.1563 0.1803
Columns 8 through 13
0.1297 0.1138 0.0838 0.0435 0.0126 0.1358
Prtetan = Columns 1 through 7
0.0693 0.1315 0.4457 0.8954 1.0328 1.5631 1.8030
Columns 8 through 13
1.2972 1.1376 0.8375 0.4345 0.1256 1.3583
c.Antena λ/4
Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin]
Prteta dBM=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19
-60.82 -63.25 -69.08 -57.77]
M-File
teta=[0:pi./12:pi]
PrtetadBm=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19
-60.82 -63.25 -69.08 -57.77]
Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)
Prtetan=Prtetam*(10.^6)
polar(teta,Prtetan)

Command window
teta = Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm =Columns 1 through 7
-67.6100 -67.3000 -63.0300 -60.4500 -59.2800 -58.5700 -57.6800
Columns 8 through 13
-58.2700 -59.1900 -60.8200 -63.2500 -69.0800 -57.7700
Prtetam =1.0e-005 *
Columns 1 through 7
0.0173 0.0186 0.0498 0.0902 0.1180 0.1390 0.1706
Columns 8 through 13
0.1489 0.1205 0.0828 0.0473 0.0124 0.1671
Prtetan =Columns 1 through 7
0.1734 0.1862 0.4977 0.9016 1.1803 1.3900 1.7061
Columns 8 through 13
1.4894 1.2050 0.8279 0.4732 0.1236 1.6711

5. Tabel hasil perhitungan PR(θ) dari data hasil percobaan

No Frekuensi Θ Pr standar Pr (nWatt)


(nWatt) 3λ/4 λ/4

1 250 0o 0.1603 0.0693 0.1734

2 250 15o 1.4962 0.1325 0.1862

3 250 30o 6.2661 0.4457 0.4977

4 250 45o 14.2889 0.8954 0.9016

5 250 60o 21.2324 1.0328 1.1803

6 250 75o 28.0543 1.5631 1.3900

7 250 90o 32.5837 1.8030 1.7061

8 250 105o 28.7740 1.2972 1.4894


9 250 120o 20.8390 1.1376 1.2050

10 250 135o 13.8995 0.8375 0.8279

11 250 150o 6.1049 0.4345 0.4732

12 250 165o 1.2972 0.1256 0.1236

13 250 180o 0.1795 1.3583 1.6711

6. Gambar pola radiasi dari hasil data pengukuran


a.Antena standar

90 40
120 60
30

150 20 30

10

180 0

210 330

240 300
270

b. Antena 3λ/4
90 2
120 60
1.5

150 1 30

0.5

180 0

210 330

240 300
270

c.Antena 3λ/4

90 2
120 60
1.5

150 1 30

0.5

180 0

210 330

240 300
270

7. Analisa
a. Antena standar
Dari pengukuran antena standar dipole didapatkan Pr pada
sudut 900 yaitu -44,87 dB. Secara teori jika sudutnya berkurang atau
bertambah 150 dari 900 yaitu 750 dan 1050 maka nilai Pr yang
seharusnya didapatkan turun sebanyak 0,5 dB sampai 1 dB dari nilai
yang didapatkan pada sudut 900. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 600 dan 1200 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 1 dB sampai 2 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 450 dan 1350 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 2 dB sampai 4 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 300 dan 1500 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 4 dB sampai 7 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 150 dan 1650 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 7 dB sampai 10 dB. Terakhir, jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 00 dan 1800 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak ≥10 dB. Tetapi secara realita tidak sama seperti pada teori,
masih terdapat kesalahan yang terjadi hal ini dapat disebabkan oleh
sifat gelombang sinyal yang dapat memantul dan jarak yang cukup
dekat.
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1
menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan
n=3 menandakan bahwa Pr= λ/2 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan gambar grafik sedikit lonjong dibandingkan
dengan antena 3ʎ/4 dan ʎ/4 dimana pola radiasinya sedikit melebar.
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor 4
yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti
diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 00 hingga
sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm ,
Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena
bersatuan nWatt serta gambar grafiknya melengkung dengan stabil,
untuk antena 3ʎ/4 memiliki pola radiasi melengkung yang tidak
beraturan dan pada sudut 180 derajat memiliki sinyal yang cukup
besar seperti terlihat pada gambar, dan untuk ʎ/4 memiliki pola
radiasi yang cukup bagus dibandingkan dengan 3ʎ/4 tetapi tidak
sebagus pola radiasi yang dihasilkan antena standar.

b. Antena 3λ/4
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1 menggunakan
software matlab dengan rumus seperti diatas dengan n=2
menandakan bahwa Pr= 3λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0 0.1337 0.4988
0.9976 1.4964 1.8616 1.9953 1.8616 1.4964 0.9976
0.4988 0.1337 0.0000) dan sebuah grafik dengan gambar sedikit
lebih membulat hampir sama pada λ/2 tetapi agak beda dengan
antena standar yang memiliki pola radiasi yang melengkung
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor
4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti
diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 0 0 hingga
sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm ,
Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena
bersatuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0.0693 0.1315
0.4457 0.8954 1.0328 1.5631 1.8030 1.2972 1.1376
0.8375 0.4345 0.1256 1.3583) serta gambar grafiknya yang
kurang stabil/ memiliki lengkungan yang tidak beraturan dan pada
sudah 1800 memiliki sinyal yang besar (terlihat pada grafik tersebut)
dibandingkan dengan antena standar dan ʎ/4.
c. Antena λ/4
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1
menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan
n=2 menandakan bahwa Pr= λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapatkan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0 0.1337 0.4988
0.9976 1.4964 1.8616 1.9953 1.8616 1.4964 0.9976
0.4988 0.1337 0.0000) dengan gambar grafik lebih membulat
mirip 3λ/4.dari pada λ/2.
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran
nomor 4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus
seperti diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut
00 hingga sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta ,
PrtetadBm , Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan
karena bersatuan nWatt dengan hasil yang didapat (0.1734 0.1862
0.4977 0.9016 1.1803 1.3900 1.7061 1.4894 1.2050
0.8279 0.4732 0.1236 1.6711) serta gambar grafiknya yang
cukup bagus hampir mendekan antena ʎ/2 dan lebih bagus di
bandingkan dengan antena 3ʎ/4

Disini dapat kita ketahui bahwa pada percobaan job 2 yang


dilakukan hasil pengukuran yang didapat yaitu hasilnya minus yang
artinya sinyal yang dikirim diredam/ diperlemah bukan diperkuat.
Hasil pengukuran pun kurang sesuai dengan teori yang ada.
Ketidaksesuaian tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu :

1. Perangkat antena yang digunakan tidak seakurat dan tidak lebih


baik dibandingkan antena standar yang digunakan, sehingga
menyebabkan atennuasi.
2. Perangkat ukur yang digunakan memiliki daya akurasi yang
rendah, sehingga menyebabkan pembacaan data percobaan tidak
akurat.
3. Instalasi yang dilakukan bermasalah, misalnya ketinggian dan
posisi antara antena transmitter dan receiver yang digunakan
tidak sesuai atau tidak sama karena dilakukan berdasarkan
perkiraan saja.
4. Kurangnya ketelitian dan kecermatan pada saat membaca data
dan alat ukur yang digunakan, sehingga menyebabkan hasil yang
tidak akurat
5. Faktor cuaca dan angin yang tidak mendukung pada saat
melakukan percobaan karena dilakuan ditempat yang terbuka,
sehingga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
nilai gain dan attenuasi pada antena.
6. Faktor posisi antena yang mengarah kedinding/benda lainnya
saat diputar sehingga mengakibatkan adanya perubahan sinyal
yang tidak akurat

Anda mungkin juga menyukai