3. 1 buah RF amplifier.
Antena standar ini didesain berupa antenna open dipole λ/2, dimana
antenna ini mempunyai gain matematis 2,15 dB.
a
b b
kabel elemen
coaxial
Antenna standar yang berupa antenna open dipole λ/2 mempunyai pola
radiasi omnidirectional. Pola seperti ini digambarkan berupa pola cincin besar
yang mengelilingi batangan / elemen antenna. Pola radiasi omnidirectional ini
lebih dikenal dengan istilah pola kue donat karena bentuknya seperti kue
donat besar yang mengelilingi batangan / elemen antenna.
Ŵmin Z
00 dθ
Pola radiasi Ŵ Ŵ
Ŵ antena
Ê φ
π/2
Ŵmax Y
2π
Ê Ĥ
00
Ŵmax
X
dφ Ŵmin
θ
Pola cincin atau pola kue donat ditas dibentuk oleh gabungan dua pola,
yaitu :
π
0
π
Antena transmitter θ
( standar )
Antena receiver
π/2
( standar dan yang
akan diukur )
Tinggi antena
( relatip )
Tx Rx
Jarak antena transmitter –
receiver
( relatip )
RF RF
SA SA
PRa π/2
θc θd PRf
θb θe
θa θf
PRmin π PRmin
0
π
Antena standar
θ Antena standar
π/2
( 3 atau 4 meter )
PS
RF RF ( 30 atau 40 meter ) RF
SG Amp SA
RF
SA
Span : 1MHz.
Span : 1MHz.
8. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi receiver
( PRstandar pada sudut θ= 900 ).
10. Ganti antenna receiver dengan variasi panjang elemen 3λ/4 dan λ/4.
Lakukan pengukuran seperti pengukuran pada butir 8 dan butir 9.
VI. DATA HASIL PENGUKURAN
VII. TUGAS
M-HitungPR(θ) pada masing-masing antenna secara teoritis dalam satuan
nWatt !.
PRmax = PR pada θ= 900.
N-Buat tabel hasil perhitungan teoritis tersebut !
O-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna secara teoritis !
P-Hitung PR(θ) pada masing-masing antenna dari data hasil pengukuran
dalam satuan nWatt !.
Q-Buat tabel hasil perhitungan dari data hasil pengukuran tersebut !
R-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna berdasarkan data hasil
pengukuran !
S-Buat analisa hasil pengukuran dengan cara membandingkan pola
radiasihasil pengukuran dengan teoritis pada masing-masing antenna yang
diukur.
(Gunakan program matlab untuk menghiting PR(θ) dan menggambar pola
radiasi).
1 250 0o 0 0 0
13 250 180o 0 0 0
150 20 30
10
180 0
210 330
240 300
270
b. Antena 3λ/4
90 2
120 60
1.5
150 1 30
0.5
180 0
210 330
240 300
270
c.Antena λ/4
90 2
120 60
1.5
150 1 30
0.5
180 0
210 330
240 300
270
teta=[0:pi./12:pi]
Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)
Prtetan=Prtetam*(10.^6)
polar(teta,Prtetan)
Command Window
teta =Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.570
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm =Columns 1 through 7
-67.9500 -58.2500 -52.0300 -48.4500 -46.7300 -45.5200 -44.8700
Columns 8 through 13
-45.4100 -46.8000 -48.5700 -52.1400 -58.8700 -67.4600
Prtetam =1.0e-004 *
Columns 1 through 7
0.0016 0.0150 0.0627 0.1429 0.2123 0.2805 0.3258
Columns 8 through 13
0.2877 0.2089 0.1390 0.0611 0.0130 0.0018
Prtetan =Columns 1 through 7
0.1603 1.4962 6.2661 14.2889 21.2324 28.0543 32.5837
Columns 8 through 13
28.7740 20.8930 13.8995 6.1094 1.2972 0.1795
b. Antena 3λ/4
Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin]
Prteta dBM=[-71.59 -68,81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -44.87 -45.41 -46.80
-48.57 -52.14 -58.87 -67.46]
M-File
teta=[0:pi./12:pi]
PrtetadBm=[-71.59 -68.81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -57.44 -58.87 -59.44
-60.77 -63.62 -69.01 -58.67]
Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)
Prtetan=Prtetam*(10.^6)
polar(teta,Prtetan)
Command window
teta = Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 131.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm = Columns 1 through 7
-71.5900 -68.8100 -63.5100 -60.4800 -59.8600 -58.0600 -57.4400
Columns 8 through 13-58.8700 -59.4400 -60.7700 -63.6200 -69.0100
-58.6700
Prtetam = 1.0e-005 *
Columns 1 through 7
0.0069 0.0132 0.0446 0.0895 0.1033 0.1563 0.1803
Columns 8 through 13
0.1297 0.1138 0.0838 0.0435 0.0126 0.1358
Prtetan = Columns 1 through 7
0.0693 0.1315 0.4457 0.8954 1.0328 1.5631 1.8030
Columns 8 through 13
1.2972 1.1376 0.8375 0.4345 0.1256 1.3583
c.Antena λ/4
Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin]
Prteta dBM=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19
-60.82 -63.25 -69.08 -57.77]
M-File
teta=[0:pi./12:pi]
PrtetadBm=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19
-60.82 -63.25 -69.08 -57.77]
Prtetam=10.^(PrtetadBm./10)
Prtetan=Prtetam*(10.^6)
polar(teta,Prtetan)
Command window
teta = Columns 1 through 7
0 0.2618 0.5236 0.7854 1.0472 1.3090 1.5708
Columns 8 through 13
1.8326 2.0944 2.3562 2.6180 2.8798 3.1416
PrtetadBm =Columns 1 through 7
-67.6100 -67.3000 -63.0300 -60.4500 -59.2800 -58.5700 -57.6800
Columns 8 through 13
-58.2700 -59.1900 -60.8200 -63.2500 -69.0800 -57.7700
Prtetam =1.0e-005 *
Columns 1 through 7
0.0173 0.0186 0.0498 0.0902 0.1180 0.1390 0.1706
Columns 8 through 13
0.1489 0.1205 0.0828 0.0473 0.0124 0.1671
Prtetan =Columns 1 through 7
0.1734 0.1862 0.4977 0.9016 1.1803 1.3900 1.7061
Columns 8 through 13
1.4894 1.2050 0.8279 0.4732 0.1236 1.6711
90 40
120 60
30
150 20 30
10
180 0
210 330
240 300
270
b. Antena 3λ/4
90 2
120 60
1.5
150 1 30
0.5
180 0
210 330
240 300
270
c.Antena 3λ/4
90 2
120 60
1.5
150 1 30
0.5
180 0
210 330
240 300
270
7. Analisa
a. Antena standar
Dari pengukuran antena standar dipole didapatkan Pr pada
sudut 900 yaitu -44,87 dB. Secara teori jika sudutnya berkurang atau
bertambah 150 dari 900 yaitu 750 dan 1050 maka nilai Pr yang
seharusnya didapatkan turun sebanyak 0,5 dB sampai 1 dB dari nilai
yang didapatkan pada sudut 900. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 600 dan 1200 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 1 dB sampai 2 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 450 dan 1350 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 2 dB sampai 4 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 300 dan 1500 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 4 dB sampai 7 dB. Jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 150 dan 1650 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak 7 dB sampai 10 dB. Terakhir, jika terjadi penurunan atau
penambahan 150 yaitu 00 dan 1800 maka nilai Pr akan turun lagi
sebanyak ≥10 dB. Tetapi secara realita tidak sama seperti pada teori,
masih terdapat kesalahan yang terjadi hal ini dapat disebabkan oleh
sifat gelombang sinyal yang dapat memantul dan jarak yang cukup
dekat.
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1
menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan
n=3 menandakan bahwa Pr= λ/2 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan gambar grafik sedikit lonjong dibandingkan
dengan antena 3ʎ/4 dan ʎ/4 dimana pola radiasinya sedikit melebar.
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor 4
yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti
diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 00 hingga
sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm ,
Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena
bersatuan nWatt serta gambar grafiknya melengkung dengan stabil,
untuk antena 3ʎ/4 memiliki pola radiasi melengkung yang tidak
beraturan dan pada sudut 180 derajat memiliki sinyal yang cukup
besar seperti terlihat pada gambar, dan untuk ʎ/4 memiliki pola
radiasi yang cukup bagus dibandingkan dengan 3ʎ/4 tetapi tidak
sebagus pola radiasi yang dihasilkan antena standar.
b. Antena 3λ/4
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1 menggunakan
software matlab dengan rumus seperti diatas dengan n=2
menandakan bahwa Pr= 3λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0 0.1337 0.4988
0.9976 1.4964 1.8616 1.9953 1.8616 1.4964 0.9976
0.4988 0.1337 0.0000) dan sebuah grafik dengan gambar sedikit
lebih membulat hampir sama pada λ/2 tetapi agak beda dengan
antena standar yang memiliki pola radiasi yang melengkung
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor
4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti
diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 0 0 hingga
sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm ,
Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena
bersatuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0.0693 0.1315
0.4457 0.8954 1.0328 1.5631 1.8030 1.2972 1.1376
0.8375 0.4345 0.1256 1.3583) serta gambar grafiknya yang
kurang stabil/ memiliki lengkungan yang tidak beraturan dan pada
sudah 1800 memiliki sinyal yang besar (terlihat pada grafik tersebut)
dibandingkan dengan antena standar dan ʎ/4.
c. Antena λ/4
Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1
menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan
n=2 menandakan bahwa Pr= λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil
pengukuran kita pada sudut 900 maka didapatkan Pr standar dalam
satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0 0.1337 0.4988
0.9976 1.4964 1.8616 1.9953 1.8616 1.4964 0.9976
0.4988 0.1337 0.0000) dengan gambar grafik lebih membulat
mirip 3λ/4.dari pada λ/2.
Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran
nomor 4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus
seperti diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut
00 hingga sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta ,
PrtetadBm , Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan
karena bersatuan nWatt dengan hasil yang didapat (0.1734 0.1862
0.4977 0.9016 1.1803 1.3900 1.7061 1.4894 1.2050
0.8279 0.4732 0.1236 1.6711) serta gambar grafiknya yang
cukup bagus hampir mendekan antena ʎ/2 dan lebih bagus di
bandingkan dengan antena 3ʎ/4