Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu sistem radio, gelombang elektromagnetis berjalan dari pemancar ke penerima lewat ruang, dan diperlukan antena (aural) pada kedua ujung tersebut untuk keperluan penggandengan (Coupling) antara pemancar dan penerima, karakteristik-karakteristik ini penting untuk suatu antena tertentu dan banyak yang identik dan sering digunakan antena yang sama untuk kedua fungsi tersebut. Pada televisi yang sangat vital adalah antena baik sebagai pemancar dan sebagai penerima. Antena pemancar menyebarkan antena gelombang elektromagnetik yang ditangkap oleh antena penerima televisi. Oleh karena itu antena sangat penting dalam pertelevisian. Tanpa disadari antena sudah menjadi sebahagian kehidupan kita sehari-hari,karena antena yang dihubungkan dengan pesawat televisi dirumah-rumah. Antena dapat dibuat dari kawat atau batang yang menghantar. Jenis struktur yang digunakan untuk antena adalah banyak atau beraneka ragam, mulai dari sepotong kawat sederhana

yang digantung diatas tanah sampai kesusunan-susunan tirai (Certain

Array) yang digunakan untuk menangkap siaran.


Melakukan suatu analisis dari sebuah antena bukanlah

pekerjaan yang mudah meskipun didukung dengan peralatan yang lengkap dan bukan sederhana lagi, dan banyak masalah faktor lainnya yang harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh untuk menganalisa sebuah antena. Faktor derajat yang kecil dan penyambungan yan g sempurna merupakan salah satu persyaratan yang ada, juga soal kabel transmisi yang dipakai sebagai faktor rugi-rugi lainnya yang mungkin saja ada perlu diperhitungkan juga untuk keperluan ini. Dengan berdasarkan vitalnya antena pada televisi maka kami melakukan pengukuran antena TV Perlunya dilaksanakan praktikum trainer untuk model percobaan. antena ini karena untuk

penyeimbangan antara teori yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan dengan prakteknya. 1.2.Tujuan Percobaan 1. Untuk menganalisis pada modul Antena Yagi-Uda 8 Elemen pada band VHF (Very High Frekwensi) 2. Untuk membandingkan hasil pengukuran elemen Antena Yagi-Uda 8 elemen dengan menggunakan software Quick Yagi Version 4.0 by

Chukck Smith,WA7RAI and RAI enterprise,Inc.

BAB II TEORI DASAR Antena adalah penyepadan impedansi instrinsik ruang propagasi dengan impedansi karakteristik saluran transmisi radio. Saluran transmisi tersebut digunakan untuk mengubah gelombang elektromagnetik di ruang bebas menjadi gelombang listrik dan sebaliknya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan fungsi antena adalah sebagai berikut: 1. Perangkat penyesuai (Matching Device). Alat untuk mengubah sifat-sifat karakteristik gelombang elektromagnetik di saluran transmisi dan di ruang propagasi. 2. Perangkat pengarah (Directional

Device).

Alat

untuk

mengarahkan energi sumber elektromagnetik ke arah tertentu atau sebaliknya sehingga arah pancar atau arah penerimaannya bisa disesuaikan dengan tepat. Antena Yagi diketemukan oleh Professor Hidetsugu Yagi dan Assistennya Shintaro Uda pada tahun 1925. Antena Yagi merupakan sebuah antena Dipole yang diberi tambahan parasitic elements berupa

Reflektor dan Director sehingga menghasilkan gain kearah tertentu. Dari


berbagai macam buku referensi antena yang pernah penulis baca, bisa disimpulkan bahwa: Tidak ada formula khusus untuk membuat Yagi terbaik di Band manapun. Akan tetepi banyak sekali design Yagi yang baik dan bisa dicoba dibuat sendiri oleh Rekan-Rekan amatir radio.

Dari berbagai literatur tentang secara umum bisa disimpulkan sbb:

Antena Yagi pada Band manapun,

a. Driven Element mempunyai panjang (Lambda). Sehingga rumus untuk menghitung total panjang Driven Element sebuah Yagi adalah sbb : = 300/f L = 0,5 x K x Dimana : f adalah frekwensi kerja yang diinginkan. adalah panjang gelombang diudara L adalah panjag Driven Element. K adalah velocity factor pada logam yang diambil sebesar 0,95. b. Panjang Reflector biasanya dibuat sekitar 7 % lebih panjang dari

Driven Element.
c. Panjang Director 1 dibuat 5 % lebih pendek dari Driven Element. Jika akan dibuat Yagi yang memiliki elemen lebih dari 3 elemen, maka Director berikutnya ( Director 2 ) biasanya dipotong sedikit lebih pendek dari Director 1, demikian juga dengan Director 3,

Director 4 dan seterusnya..


Sebagai contoh, kita akan membuat antena Yagi untuk bekerja

pada 144 MHz (2 m band). Maka dari perhitungan diperoleh : = 300 / 144,000 = 2,0833333 meter. K diambil 0,95.

Jadi Panjang Driven Element adalah 0,5 x 0,95 x 2,0833333 meter = 0,9896 meter atau dibulatkan 99 cm. Panjang Reflector 7 % lebih panjang dari Driven Element. Maka Panjang Reflector adalah 1,07 x 99 cm = 105,93 cm dibulatkan 106 cm. Panjang Director 1 dibuat 5 % lebih pendek dari Driven Element. Maka panjang Director 1 adalah 0,95 x 99 cm = 94,05 cm. Parameter-parameter dasar antena A. Pola Radiasi Suatu antena dengan pola radiasi ditentukan oleh banyak grafik yang ditunjukkan dari radiasi yang berbentuk pada antena sebagai suatu fungsi dari koordinat

Gambar 1. Sebuah titik radiasi pada koordinat bola

B. Pola Radiasi Isotropis, Unidireksional, dan Omnidirectional Pola radiasi isotropis dinyatakan dengan suatu hypothefical antena yaitu akan sama radiasinya pada semua arah. Pola radiasi antenna isotropis berbentuk bola dan antenanya sendiri dipakai sebagai titik sumber utama, perbandingan radiasi antena (1/2 = panjang gelombang) untuk pemakaian segala arah.

Gambar 2. Pola radiasi isotropis Pola radiasi unidireksional adalah arah pancaran antena ke satu arah. Antena dengan pola radiasi unidireksional sering digunakan pada komunikasi point to point.

Gambar 3. Pola radiasi unidireksional

Pola radiasi Omnidireksional adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi pada satu bidang sama besar.

Gambar 4. Pola radiasi omnidireksional

C. Pola Radiasi Lobe Pola radiasi ini diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Major lobe Major lobe disebut juga main lobe didefinisikan sebagai radiation lobe yang berisi arah radiasi maksimum. Major lobe
merupakan daerah pancaran terbesar sehingga dapat

menentukan arah radiasi dan mempunyai daya yang besar.

2. Side lobe Side lobes terdiri dari :


first side lobe yaitu minor lobe yang posisinya paling dekat dengan main lobe.

second side lobe yaitu minor lobe yang posisinya setelah first side lobe. 3. Back lobe yaitu minor lobe yang posisinya berlawanan dengan

main lobe.
4. Half Power Beamwidth adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. 5. First Null Beamwidth (FNB) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol. 6. Side Lobe Level (SLL) adalah perbandingan antara first lobe dan main lobe. Side Lobe Level menyatakan besar dari side lobe. 7. Front to Back Ratio (FBR) adalah perbandingan antara main lobe terhadap back lobe.

Gambar 5.Parameter pola radiasi

D. Sifat Radiasi

1. Broadside
suatu pancaran daya yang arah main beam berada pada posisi tegak lurus terhadap bidang yang berisi elemen antena.

2. Endfire
suatu pancaran daya yang arah main beam berada pada posisi sejajar terhadap bidang yang berisi elemen antena.

3. Intermediate
pancaran daya yang arah main beam pada posisi tegak lurus ataupun sejajar tapi mengarah pada sudut tertentu.

Gambar 6 Sifat radiasi Antena (a). broadside, (b). endfire, (c). Intermediate

E. Daerah-daerah Medan Antena 1. Reaktif medan antena, 2. Reaktif medan dekat, 3. Daerah medan jauh.

F. Kerapatan antena Gelombang elektromagnetik digunakan untuk

mentransformasikan informasi melalui suatu media kabel relative kecil atau struktur guide ini dari suatu titik ke titik yang lain. Besaran yang digunakan memberi daya gabungan dengan gelombang

electromagnet dinyatakan sebagai vektor pointing:

P=ExH Dimana: P = vector pointing (W/m2) E = intensitas medan listrik (V/m) H = intensitas medan magnet (A/m)

G. Directivity (pengarahan)

Directivity gain adalah perbandingan antara intensitas radiasi


dalam arah itu dengan intensitas radiasi pada antena referensi. Sedangkan directional (pengarahan) adalah pengarahan pada sumber bukan isotropis sama dengan perbandingan intensitas radiasi selama berhubungan dengan isotropis H. Gelombang Elektro Magnet Arus yang mengalir pada batang konduktor akan menghasilkan suatu medan magnet disekitarnya menurut Biot Savart. Perubahan medan-medan magnet dapat menghasilkan medan magnet yang dapat menghasilkan medan listrik ( Hukum Faraday ). I. Polarisasi Gelombang Antena pemancar adalah antena konduktor yang mengubah arus frekuensi radio (RF) menjadi gelombang electromagnet dan

memancarkan dalam system rancangan yang sempurna. Kuat medan listrik yaitu besarnya tegangan yang terinduksi pada penghantar. Kedudukannya sejajar dengan medan listrik dan

tegak lurus terhadap arah rambatannya. Alat untuk mengukur kuat medan listrik adalah Field Strenght Meter. J. Antena VHF Untuk Antena VHF banyak digunakan dengan berbagai bentuk, bentuknya berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan meskipun pada dasarnya berasal dari antena dipole. K. Antena Yagi-Uda Antena Yagi-Uda adalah antena yang terdiri dari susunan parasiti sebuah antena dipole setengah gelombang yang di dorong. Semua elemen dikencangkan secara listrik pada batang penyangga tengah yang merupakan sebuah penghantar yang ditanahkan. Elemen parasitic terdiri atas elemen (Reflector), elemen pengarah (Director), dan elemen pengumpan (Driven). Konfigurasi antena yagi-uda 8 elemen pada gambar berikut:

L. Kerapatan Radiasi Gelombang elektromagnetik digunakan untuk

mentransformasikan informasi melalui suatu media kabel relatif kecil atau struktur guide ini dari satu titik ke titik lain. Besaran yang digunakan member daya gabungan dengan gelombang

electromagnet dinyatakan sebagai vektor pointing :

P=ExH

Dimana : P = Vektor Poynting (w/m) E = Intensitas Medan Listrik (V/m) H = Intensitas Medan Mganet (A/m) M. Gain

Gain pada sebuah antena yang diberikan dinyatakan sebagai


perbandingan antara 4 dengan intensitas radiasi. Daya yang diterima oleh antena transmitter (pengiriman) ketika arah tidak tetap, maka gain dalam arah radiasi maksimum, semua jenis antena yang memiliki sifat pengarahan termasuk pada model, antena dipole selalu ada sifat gainnya, untuk melakukan pengukuran dipakai perbandingan dengan antena isotropis hipotesis yang kita asumsikan yang tak memiliki penguatan sama sekali karena factor radiasi suatu bentuk dipole pada titik pengarahan yang maksimum bisa

didapatkan dari standar kira-kira 1,64 dB tepatnya 1,64 dBi, dimana

huruf gainnya dengan perbandingan isotropis, tapi dipole bisa dipakai untuk antena standar oleh karena itu gain menjadi 0 dB. N. VSRW (Voltage Standing Wave Ratio) Perbandingan antara harga tegangan maksimum, dan harga tegangan minimum, disebut perbandingan gelombang Tegak

Tegangan (Voltage Standing Wave Ratio) atau disingkat dengan Perbandingan Gelombang Tegak (SWR) SWR = V Maks / V Min SWR = I Maks / I Min O. Boom (Batang Penyangga) Batang penyangga (Boom) biasanya terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai pusat. Di sini pusat adalah elemen. Batang penyangga ini bisa berupa aluminium atau tembaga. Persamaan yang digunakan untuk menentukan diameterdiameter boom dengan sebagai berikut : Dimana : D = Diameter Boom = PAnjang Gelombang

BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1. Alat-alat yang digunakan 1. Mistar Geser 2. Roll Meter 3. Busur Derajat 4. Modul Antena Yagi-Uda 8 elemen TV Trainer 5. Multisignal generator 6. Field Meter 7. Kabel Coaxial 8. SWR Analog 9. Frekwensi Counter III.2. Gambar Antena Yagi-Uda 8 Elemen

III.3. Prosedur Percobaan III.3.1 Pengukuran Elemen Reflector (Pemantul) 1. Modul praktikum disusun sesuai dengan konfigurasi pada gambar Antena Yagi-Uda 8 Elemen. 2. Mengambil elemen reflector dari susunan antena Yagi-Uda (VHF) kemudian mengukurnya. 3. Mengukur panjang elemen reflector, diameter elemen dan jarak serta mencatat data yang diperoleh. 4. Memasang kembali elemen reflector pada susunan Antena Yagi-Uda 8 elemen seperti semula. III.3.2 Pengukuran Elemen Driven (Pengumpan) 1. Modul praktikum antena tersusun sesuai dengan konfigurasi antena Yagi-Uda 8 elemen 2. Mengambil elemen driven (penggerak) dan susunan antena tersebut dan kemudian siap diukur. 3. Mengukur panjang fisik tersebut, diameter batang elemen dengan jangka sorong dan rool meter mencatat hasil pengukuran tersebut. 4. Memasang kembali elemen driven tersebut

kemudian mengukur jarak antara elemen berikut dengan roll meter.

III.3.3 Pengukuran Elemen Director (Pengarah) 1. Mengamati elemen director dari susunan antena Yagi-Uda 8 Elemen sesuai dengan gambar. 2. Mengatur posisi elemen director yang akan diukur yaitu D1, D2, D3, D4, D5, dan D6 masing-masing director diukur panjang dan elemen secara

bergantian sesuai dengan roll meter dan jangka sorong hingga selesai. 3. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan urutan dan komposisi elemen tersebut. III.3.4 Pengukuran Jarak antara Elemen Reflector

dengan Driven 1. Mengamati elemen reflector dengan driven dari antena Yagi-Uda 8 Elemen. 2. Mengukur Jarak antara elemen reflector dengan driven dengan menggunakan mistar geser. 3. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan urutan dan komposisi elemen tersebut. III.3.5 Pengukuran Jarak Antara Elemen Driven dengan director 1. Mengamati elemen Driven dengan Director dari Antena Yagi-Uda 8 Elemen.

2. Mengukur jarak antara elemen driven dengan director dengan menggunakan mistar geser. 3. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan urutan dan komposisi elemn tersebut. III.3.6 Pengukuran Jarak antara Director satu dengan Director yang lain 1. Mengamati elemen Director satu dengan Director yang lain dari antena Yagi-Uda 8 Elemen. 2. Mengukur Jarak Antena Elemen Director pertama dengan Director kedua, Director kedua dan ketiga, dan seterusnya. 3. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan urutan dan komposisi elemn tersebut. III.3.7 Pengukuran Boom (Panjang Batang Penyangga) 1. Mengamati Boom (Batang penyangga) dari antena Yagi-Uda 8 Elemen. 2. Mengukur panjang batang penyangga antena YagiUda 8 elemen. 3. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan urutan dan komposisi elemen tersebut.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tabel Hasil Pengamatan

a. Pengukuran reflector Panjang elemen reflector 85,5 cm Diameter reflector 0,41 cm Jarak antara reflector dengan driven 19,8 cm

b. Pengukuran driven Panjang elemen Diameter driven driven 77,2 cm 0,41 cm

Jarak antara driven dengan director 18 cm

c. Pengukuran director (pengarah) Nama director (pengarah) D1 D2 D3 D4 D5 D6 Ukuran panjang (cm) 69,4 63,6 57,5 51,3 46,6 42,2

d. Pengukuran jarak director satu dengan yang lain Nama elemen director (pengarah) D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6 16,4 14,4 13,5 11,8 10,4 Jarak antara director (cm)

e. Data spesifikasi lainnya 1. Frekuensi 2. Diameter boom 3. Panjang boom = 50 MHz = 1.4 cm = 121 cm

VI.2. Analisa Data Hasil Perhitungan Perhitungan pada elemen reflector = c/f = 3.108/50.106 = 6 m = 600 cm LR = 0,5 c/f = 150/50 = 3 m = 300 cm

Jarak antara elemen reflector dan driven: S = 0,198 x = 0,198 x 600 = 118,8 cm

Perhitungan pada elemen director LD1 = 5,7/50 LD2 = 5,42/50 LD3 = 5,15/50 LD4 = 4,89/50 LD5 = 4,65/50 LD6 = 4,42/50 (ratio) = 0,114 m = 0,108 m = 0,103 m = 0,098 m = 0,093 m = 0,088 m diameter = 11,4 cm = 10,8 cm = 9,8 cm = 9,3 cm = 8,8 cm = 8,4 cm elemen dengan

Perbandingan

gelombang dan diameter boom atau batang penyangga dan panjang gelombang Diameter elemen (d) = 0,41 cm = c/f = 3.108/50.106 = 6 m = 600 cm jadi, D/ = 0,41/600 = 6,83 10-4 Diameter boom (D) = 1,4 cm = c/f = 3.108/50.106 = 6 m = 600 cm jadi, D/ = 1,4/600 = 2,3 10-3

Secara Manual

Gambar VI.2.1. Pengukuran dengan menggunakan software quick yagi version 4,0 by chuck smith, WA7RAI dan RAI enterprise, inc.

Gambar VI.2.2. Penentuan panjang elemen antena yagi uda 8 elemen pada frekuensi 50 MHz

Gambar VI.2.3. Gain pada antena yagi uda 8 elemen

Untuk bidang azimut

Untuk bidang Elevation

Gambar VI.2.4. Pola radiasi/radiation pattern antena yagi-uda 8 elemen secara horizontal (900) dari penggunaan software quick yagi uda version 4

Gambar VI.2.5. Grafik perbandingan frekuensi gain dengan VSWR

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan 1. Pada suatu antena pengukuran reflector pemantul

tergantung dari pada diameter reflector, panjang reflector, dan jarak antara reflector dan driven. Semakin bedar daya pantul tergantung dari panjang elemen reflector dan driven. 2. Daya pancar frekuensi pada suatu antena tergantung pada beberapa panjang ukuran pada director yang diberikan. V.2. Saran Bimbingan Asisten tentang percobaan ini merupakan suatu harapan kami sebagi praktikan. V.3. Ayat Yang berhubungan Dengan Percobaan Q.S Al Alaq : 3-4

Artinya : Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Penjelasan : Ayat di atas menjelaskan tentang Tuhan Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan kita dengan perantara kalam. Hubungannya dengan percobaan ini bahwa perantara kalam adalah ilmu

pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagia cara. Dengan usaha manusia tersebut, maka ditemukan sesuatu yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari yaitu teleoperasi, yang merupakan system pengontrolan jarak jauh yang biasa digunakan pada perusahaan-perusahaan, dan instansi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai