Anda di halaman 1dari 25

Yenniwarti Rafsyam

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan


prinsip kerja antena sebagai bagian dari sistem
komunikasi dan parameter-parameter antena yang
diperlukan dalam perancangan dan pengujian
sebuah antena
2. 1. Sumber Radiasi (Radiasi dari muatan Listrik)
• Muatan yang tidak bergerak, tidak akan menghasilkan radiasi
seperti pada Gambar 2.1a.

• untuk muatan yang bergerak dengan kecepatan tetap juga tidak


dihasilkan radiasi seperti pada Gambar 2.1b.

• Jika kecepatan gerakan muatan berubah untuk setiap waktu


maka akan terjadi radiasi sebagaimana pada Gambar 2.1c

• Sedangkan muatan yang bergerak dengan kecepatan tetap


tetapi pada kawat yang bengkok juga akan terjadi radiasi.
Seperti pada Gambar 2.1d.

• Pada suatu kawat lurus, tetapi muatannya juga bergerak


dengan kecepatan yang berubah maka juga akan terjadi
radiasi seperti pada Gambar 2.1e.

Gambar 2.1 Radiasi pada muatan bergerak


Sifat radiasi dan impedansi dari hambatan suatu antena
banyak dipengaruhi oleh struktur atau bentuk, ukuran
dan bahan pembuatannya.
2.2 Area Medan Antena (Antenna Field Zones)

• Daerah disekitar antena dapat dibagi menjadi


dua daerah, yaitu:
1. daerah medan dekat antena yang disebut
near field atau Fresnel zone.
2. daerah medan jauh dari antena disebut Far
Field atau Fraunhofer zone.
Area Medan Antena (Antenna Field Zones)

• Batasan antara kedua daerah (near field )


tersebut dapat dihitung dari :

2 2
2L 2D
R= (m).......r = ( m)
 
dimana :
L, D = Panjang, diameter (antena) (m)
λ = panjang gelombang (m)
R=r = Jarak antena
Ref. Simon R. Saunders Antennas and Propagation for Wireless Communication Systems
Edisi kedua hal 62
Area Medan Antena (Antenna Field Zones)

2𝐿2
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅 < , 𝑝𝑜𝑙𝑎
𝜆
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙
𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
𝑠𝑖𝑑𝑒 𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Gambar 2.2 Area sekitar antena


Contoh soal
Sebuah antena dengan panjang 33,54 cm yang bekerja pada
frekuensi 2,4 GHz. Hitunglah Jarak antara antena pemancar dan
penerima yang bisa menangkap sinyal dengan baik.
Dimana:

2𝐿2 2×33,542 𝑐𝑚
𝑅= = = 180 𝑐𝑚
𝜆 12,5 𝑐𝑚

Kesimpulan:
Dari perhitungan di atas untuk mendapatkan pola pancaran (pola
radiasi) pada jarak R yaitu 1,8 m, Pengukuran ini bisa dilakukan di
ruang chamber.
2.3. Parameter-parameter antena
Parameter Antena yang terdapat pada Karakteristik Medan Jauh
(Far Field) Antena adalah:
1. Pola Radiasi
2. Lebar Berkas (Beamwidth)
3. Direktivitas
4. Gain
5. Polarisasi

Parameter antena yang terdapat pada karakeristik medan


dekat (Near Field) antena adalah:
1. Impedansi antena
2. Return Loss
3. VSWR
4. Bandwidth
5. Efisiensi Antena
2.3.1. Pola Radiasi
Pola radiasi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik yang
menggambarkan sifat radiasi dari gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh suatu antena pada daerah medan jauh, yang di ukur
pada jarak yang tetap pada antena tersebut.

Karakteristik ini menunjukkan arah kerja suatu antena atau sebagai


besaran yang menentukan ke arah sudut mana sebuah antena
memancarkan/mendistribusikan energinya (kepekaan menerima
gelombang elekromagnetik)

Gambar 2.3 Pola Radiasi bentuk 3 dimensi


Macam-macam Pola Radiasi
1. Omnidireksional adalah pola radiasi yang sama ke segala arah
Pola radiasi omnidireksional dihasilkan oleh
antenna isotropis. Antena isotropis
merupakan suatu antena yang meradiasikan
daya ke segala arah dengan intensitas yang
sama. Antena ini hanya ada dalam teori, dan
sering digunakan untuk referensi pada saat
contoh: antena yang digunakan pada menggambarkan sifat radiasi dari antena
broadcast (siaran radio) atau pada yang sesungguhnya.
telepon genggam

2. Unidireksional adalah Pola radiasi antenna yang pancaran dan penerimaannya


hanya pada satu arah.
contoh: antena yagi (pesawat televisi)
antenna helix.
Antena
3. Bidireksional adalah pola radiasi dua arah, yaitu arah depan dan belakang antena
Contoh: antena dipole dua kutub

Antena
• Secara praktek tidak mungkin membuat
antena yang beradiasi serba sama ke segala
arah. Tetapi memungkinkan membuat antena
beradiasi serba sama ke segala arah secara
horizontal seperti pada Antena vertikal pada
Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Antena Dipole


PolaRadiasi /Lebar Berkas /Beam width
Pola radiasi sebenarnya 3 dimensi, tetapi biasa digambarkan
sebagai 2 dimensi, yaitu 2 penampangnya saja yang saling tegak
lurus berpotongan pada poros mainlobe. Seperti dapat di lihat
pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Plot polar Pola Radiasi


Istilah-istilah dalam Pola Radiasi
➢ Main lobe = major lobe, lobe utama ; daerah pancaran
terbesar.

➢ Side lobe = minor lobe, lobe sisi ; daerah pancaran samping

➢ Back lobe = lobe belakang ; daerah pancaran belakang.

➢ BEAMWIDTH = Lebar berkas ; Sudut yang dibatasi ½ daya


atau -3 dB atau 0,707 medan maksimum pada Mainlobe
Beam width
Beamwidth Adalah sudut ruang yang mewakili seluruh daya yang
dipancarkan, jika intensitas radiasi = intensitas radiasi maksimum

Cara menentukan Lebar Berkas (Beam width)


Gambar 2.6 Set-up Pengukuran Polaradiasi
2.3.2 Directivity
suatu karakteristik yang menggambarkan seberapa besar energi
dikonsentrasikan pada arah tertentu.
atau Merepresentasikan ‘pengarahan’ antena, di mana semakin
besar direktivitas dapat diartikan bahwa lebar berkasnya semakin
sempit. besar directivity dapat di hitung menggunakan formula di
bawah ini:

P
D=
Pref

Di mana :
D = Directivity Directivity dari dipole 1/2𝜆
P = Daya pada antena yang diukur adalah 1,64 atau 2,15 dBi
Pref = Daya pada antena referensi
2.3.3 Gain
Gain menentukan seberapa besar sebuah antena memfokuskan
energi pancarnya. Gain disebut juga dengan Power Gain.

Gain antena adalah perbandingan daya pancar suatu antena


terhadap daya pancar antena Referensi.
Karena daya yang dipancarkan sama dengan perkalian
antara efisiensi dengan daya yang masuk ke antena,
maka hubungan antara directivity dan gain adalah
sebagai berikut

Jika ηeff = 100%


( Isotropis ),
dimana : G = Gain
Gain = Direktivitas η = effisiensi antena
D = Directivity
Gain (Lanjutan)
Pout
Gain dalam (dB) = Ap (dB) = 10 log
Pin
atau
P.
Ap (dB) = 10 log
Pref

Antena standar sebagai pembanding power gain


biasanya digunakan antena isotropik (isotropic
radiator) dengan power gain 1 atau 0 dB.
Metode Pengukuran Gain
Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai
antena standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs), dengan
membandingkan daya yang diterima antara antena standar/referensi (Ps) dan
antena yang diukur (Pt).
Hasil pengukuran Gain diatas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Pada satuan desibel dapat dituliskan menjadi:

Gt (dB) = Pt (dBm) – Ps (dBm) + Gs (dB).


Contoh:
AUT
AUT

Gambar 2.7a Set Up Antena Double Gambar 2.7b Set Up Antena Double
Cross Dipole saat menjadi Penerima Cross Dipole saat menjadi Pemancar

Hasilpengujian Gain, saat posisi antena double cross dipole berfungsi


sebagai penerima diperoleh daya sebesar -30.41 dBm, dan saat posisi
antena double cross dipole berfungsi sebagai pengirim diperoleh daya
sebesar -29.58 dBm. Maka Gain dapat dihitung:
Latihan 1
1. Tentukanlah jarak dari sebuah reflektor parabola
dengan diameter 4,5 m ke boundary dari daerah
far-field jika reflektor parabola digunakan untuk
mentransmisikan sebuah sinyal Ku-band pada
frekuensi 12 GHz.

2. Suatu antena BTS bekerja pada frekuensi 2 GHz


dengan panjang antena 2m, hitunglah jarak antara
antena pemancar dan penerima.
Latihan 2

Hitunglah HPBW dari antena yang memiliki power pattern seperti diatas !!!
Latihan 3

Level Daya Level Daya Level Daya setelah


Sudut Normalisasi(dB)
(dBm) (dB) Normalisasi (mW)
0o -46,04 …….. ……….. …………
10o -46,99 .………. …………… …………
20o -48,6 ……….. …………… …………
30o -49,91 ……….. ………….. …………
40o -52,09 ……….. …………... …………

Anda mungkin juga menyukai