Anda di halaman 1dari 9

Paper Antena

Parameter Dasar Antena

Disusun Oleh:
Avicenna Keval Hassani 1101134457

Telkom University
Jl. Telekomunikasi No.1, Bojongsoang, Bandung
2015
PENDAHULUAN

Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan
energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari
udara ke media kabel. Karena merupakan perangkat perantara antara media kabel
dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan media
kabel pencatunya. Prinsip ini telah diterangkan dalam saluran transmisi.
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

bentuk dan arah radiasi yang diinginkan

polarisasi yang dimiliki

frekuensi kerja,

lebar band (bandwidth), dan

impedansi input yang dimiliki.


Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF bawah, jenis
antena kawat (wire antenna) dalam prakteknya sering digunakan, seperti halnya
antena dipole 1/2l, antena monopole dengan ground plane, antena loop, antena
Yagi-Uda array, antena log periodik dan sebagainya. Antena-antena jenis ini,
dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana sistem bekerja.
Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya,
sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena.
PARAMETER ANTENA
1. Pola Radiasi
Pola radiasi sebuah antena didefinisikan sebagai gambaran grafis dari sifat-sifat
pancaran antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pada koordinat bola, sebuah
titik radiasi merupakan fungsi dari r, T dan F, seperti terlihat pada gambar berikut
ini.

Gambar Sebuah titik radiasi pada koordinat bola


Adapun pola radiasi antena dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi sama
besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga dimensi
bentuk pola radiasinya seperti bola. Antena isotropis ini merupakan jenis antena
ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai referensi dalam pengukuran antena

lain namun tidak mungkin direalisasikan karena dalam hal ini antena sebagai
titik.

Gambar Pola radiasi isotropis


2. Unidireksional adalah arah pancaran antena ke satu arah. Antena dengan pola
radiasi unidireksional sering digunakan pada komunikasi point to point.

Gambar Pola radiasi unidireksional


3. Omnidireksional adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi
pada satu bidang sama besar.

Gambar Pola radiasi omnidireksional

2. Polarisasi
Polarisasi adalah gambaran orientasi medan listrik dalam arah propagasinya[7].
Polarisasi dapat juga diartikan sebagai bentuk pergerakan medan listrik terhadap
waktu. Bentuk dari polarisasi dapat dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Polarisasi linier yaitu jika medan listrik pada arah y dan AR(axial ratio) = ~. AR
adalah rasio antara sumbu mayor dan sumbu minor. Polarisasi linier bisa
horizontal dan vertikal. Polarisasi ini bersesuaian dengan pemasangan antena,
jika antena dipasang vertikal maka polarisasi antena linier vertikal dan jika
antena dipasang horizontal maka polarisasi antena linier horizontal. Polarisasi
linier dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7.Polarisasi linier (a). arah vertikal (b). arah horizontal(a). broadside, (b).
endfire, (c). Intermediate
b. Polarisasi lingkaran yaitu jika sumbu mayor sama dengan sumbu minor dan AR
(axial ratio) = 1. Pada polarisasi lingkaran besarnya medan listrik sama dan
berputar dalam lintasan berbentuk lingkaran.
c. Polarisasi elips sama dengan polarisasi lingkaran, tetapi polarisasi elips memiliki
AR = E2/E1 dan berputar dalam lintasan berbentuk elips seperti yang terlihat
pada gambar 8.

Gambar 8.Polarisasi elips


3. Gain
Gain antenna merupakan katakteristik paling penting. Gain antenna
mencerminkan kemampuan antenna yang mampu mengirimkan gelombang yang
diinginkan kea rah yang dituju. Untuk antenna parabola efficiency tidak akan
mencapai 100% karena beberapa power hilang oleh spiloverdan juga bisa
dikarenakan oleh pabrikasi antenna. Secara komercial antenna parabola
mempunyai efisiensi sekitar 50-70%.
Penguatan dari antenna parabola

Dimana :
G = gain antena parabola (watt)
D = diameter antena (m)
= panjang gelombang (m) = c/f

= nilai efisiensi antena (55% 75%)


c
= cepat rambat cahaya = 3x108 m/s
f
= frekuensi kerja (GHz)
Untuk mengubah persamaan gain antena tersebut ditranslasikan dalam bentuk
satuan decibel maka persamaan diatas akan berubah menjadi

Dimana :
G = gain antena parabola (dB)
Dari persamaan di atas bisa disimpulkan bahwa gain akan meningkat jika frekuensi
bertambah tinggi dan diameter antenna juga bertambah besar.
4. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)
VSWR didifinasikan sebagai perbandinganatau rasio antara tegangan rms
maksimun dan minimum yang terjadi pada saluran yang tidak match. Bila saluran
transmisi impedensi beban dan gelombang tidak sama dan terus dipantulkan maka
dalam tegangan terbentuk V+danb V-yang membentuk gelombang
VSWR didefinisikan sebagai perbandingan tegangan maksimum dan tegangan
minimum gelombang berdiri pada saluran transmisi :
vswr =

5. Impedansi
Impedansi antena merupakan nilai tahanan yang timbul apabila sebuah antena
dicatu arus listrik. Besaran impedansi menjadi faktor penting dalam performa
kinerja sebuah antena. Ketidaksesuaian impedansi antena dengan saluran transmisi
akan mempengaruhi transfer daya yang akan dipancarkan oleh antena.
Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan
dengan :
Zin = Rin + j Xin
Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi

Reaktansi input (Xin)

Jenis Impedansi diantaranya:


- Impedansi Sendiri, Untuk memahami impedansi sendiri yang terjadi pada antena,
kita mengambil analisa pada antena linier dipole
dengan menggunakan
-

metoda EMF Induksi dengan distribusi arus sinusoidal.


Impedansi Gandeng atau mutual terjadi jika terdapat benda-benda (terutama
konduktor) lain disekitar antena catu tergantung kepada posisi relatif antara
benda tersebut dengan antenna tercatu.
Transformasi Impedansi, Umumnya impedansi antena berbeda dengan impedansi
karakter saluran. Hal ini karena sulit mengkompromikan antara impedansi antena
dengan diagram pancar yang dibutuhkan.

6. Bandwidth Antena
Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemacar atau penerima selalu dibatasi
oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut antena dituntut
harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan
gelombang pada band frekuensi tertentu. Pengertian harus dapat bekerja dengan
efektif adalah bahwa distribusi arus dan impedansi dari antena pada range
frekuensi tersebut benar-benar belum banyak mengalami perubahan yang berarti.
Sehingga pola radiasi yang sudah direncanakan serta VSWR yang dihasilkannya
masih belum keluar dari batas yang diijinkan. Daerah frekuensi kerja dimana antena
masih dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth antenna. Suatu misal
sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih
dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 ( di atas
fC), maka lebar bandwidth dari antena tersebut adalah (f1 f2). Tetapi apabila
dinyatakan dalam prosen, maka bandwidth antena tersebut adalah :

f 2 f1
fc

BW
=
x 100 %
(1.36)
Bandwidth yang dinyatakan dalam prosen seperti ini biasanya digunakan
untuk menyatakan bandwidth antena-antena yang memliki band sempit (narrow
band). Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan definsi
rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.

f2
f1

BW
=
(1.37)
Suatu antena digolongkan sebagai antena broad band apabila impedansi dan
pola radiasi dari antena itu tidak mengalami perubahan yang berarti untuk f2 / f1 >

1. Batasan yang digunakan untuk mendapatkan f2 dan f1 adalah ditentukan oleh


harga VSWR = 1.
Bandwidth antena sangat dipengaruhi oleh luas penampang konduktor yang
digunakan serta susunan fisiknya (bentuk geometrinya). Misalnya pada antena
dipole, ia akan mempunyai bandwidth yang semakin lebar apabila penampang
konduktor yang digunakannya semakin besar. Demikian pula pada antena yang
mempunyai susunan fisik yang berubah secara smoth, biasanya iapun akan
menghasilkan pola radiasi dan impedansi input yang berubah secara smoth
terhadap perubahan frekuensi (misalnya pada antena biconical, log periodic, dan
sebagainya). Selain daripada itu, pada jenis antena gelombang berjalan (tavelling
wave) ternyata ditemukan lebih lebar range frekuensi kerjanya daripada antena
resonan.
7. Direktivitas Antena
Directivity dari sebuah antena atau deretan antena diukur pada kemampuan
yang dimiliki antena untuk memusatkan energi dalam satu atau lebih ke arah
khusus. Antena dapat juga ditentukan pengarahanya tergantung dari pola
radiasinya. Dalam sebuah array propagasi akan diberikan jumlah energi, gelombang
radiasi akan dibawa ketempat dalam suatu arah. Elemen dalam array dapat diatur
sehingga akan mengakibatkan perubahan pola atau distribusi energi lebih yang
memungkinkan ke semua arah (omnidirectional). Suatu hal yang tidak sesuai juga
memungkinkan. Elemen dapat diatur sehingga radiasi energi dapat dipusatkan
dalam satu arah (unidirectional)
8. Beamwidth ( lebar sinar )
Beamwidth disebut juga half power beamwidth atau 3 dB beamwidth. Lobe
utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi
maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main
lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain
yang dimaksud.
Persamaan beamwidth antenna parabola adalah sebagai berikut :

Dimana :
F

= frekuensi kerja dalam GHz

= diameter antenna dalam satuan meter.

Dari persamaan diatas dapat di ambil kesimpulan :


Makin besar diameter antenna dan frekuensi, akan berakibat semakin kecil
beamwidth dari antenna dan makin panjang bentuk main lobenya. Hal ini berarti
semakin tajam direktivitasnya sehingga harus lebih cermat dalam pengarahan

antenna, apabila menyimpang sedikit saja boresightnya dari LOS akan besar sekali
kemorosotan gain antenna tersebut.
9. Return loss
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak daya
yang hilang pada beban dan tidak kembali sebagai pantulan. RL adalah parameter
seperti VSWR yang menentukan matching antara antena dan transmitter. Return
loss dapat terjadi karena adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan
impedansi masukan beban (antena)
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh
untuk nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan
tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan
kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu
acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang
diharapkan atau tidak.
Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan antara
tegangan pantulan dengan tegangan maju (forward voltage). Antena yang baik
akan mempunyai nilai return loss dibawah -10 dB, yaitu 90% sinyal dapat diserap,
dan 10%-nya terpantulkan kembali. Koefisien pantul dan return loss didefinisikan
sebagai :

dengan:
= koefisien pantul
Vr = tegangan gelombang pantul (reflected wave)
Vi = tegangan gelombang maju (incident wave)
RL = return loss (dB)

Daftar Pustaka

http://digilib.tes.telkomuniversity.ac.id/index.php?
view=article&catid=12:antena&id=660:atena&tmpl=component&print=1&page=
http://rifkiyuliantara.blogspot.com/2014/01/parameter-antena.html
http://shandhyta.blogspot.com/p/parameter-link-buget-dan-antena.html

Anda mungkin juga menyukai