Anda di halaman 1dari 18

BAB II TEORI DASAR

Pada bab II ini akan dibahas mengenai penelitian dengan tema serupa yang telah dilakukan peneliti terdahulu sebagai rujukan dalam penyelesaian penelitian ini. Selain pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Tito Tuwono (2008), yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Program Studi Teknik Elektro. Dengan judul Antena Yagi Untuk Wireless LAN. Dalam penelitian tersebut antena yang dirancang untuk perangkat Wifi diperoleh gain sebesar 14 dBi dengan elemen antena sebanyak 7 elemen. Penelitian yang dilakukan Muhamad Soleh (2007) merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro, dengan judul Perancangan Antena Yagi Uda Pada Frekuensi 600 MHz. Dalam penelitian tersebut diperoleh front to back ratio sebesar 13 dB pada frekuensi 600 MHz dengan jumlah elemen antena sebanyak 7 elemen 2.2 Konsep Dasar Dan Parameter Antena Antena merupakan alat yang penting dalam suatu sistem komunikasi radio. Antena adalah suatu media peralihan antara ruang bebas dengan saluran transmisi yang digunakan untuk menggerakkan energi elektromagnetik dari sumber pemancar ke antena atau dari antena ke penerima. Berdasarkan hal ini maka antena dibedakan menjadi antena pemancar dan antena penerima (Balanis,2005: 1). Perancangan antena yang baik adalah ketika antena dapat mengirimkankan energi atau daya maksimum dalam arah yang diharapkan oleh penerima. Meskipun pada kenyataannya terdapat rugi-rugi yang terjadi ketika penjalaran gelombang seperti rugi-rugi pada saluran transmisi dan terjadi kondisi tidak matching antara saluran transmisi dan antena, sehingga matching impedansi juga

merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan sebuah antena.

2.2.1 Panjang Gelombang Panjang gelombang meruapakan jarak yang ditempuh gelombang selama satu periode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi antena, yang dirumuskan sebagai berikut: (2.1) Keterangan : c f = panjang gelombang (m) = kecepatan cahaya = frekuensi (3 x 108 m/s) (Hz)

2.2.2 Return Loss Return loss adalah salah satu parameter seperti VSWR yang digunakan untuk mengetahui ketidaksesuaian impedansi antena dengan saluran transmisi. Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan antara tegangan pantulan dengan tegangan maju (forward voltage). Antena yang baik akan mempunyai nilai return loss dibawah 9.54 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak. Koefisien pantul dan return loss didefinisikan sebagai (Punit, 2004:19): RL = 20 log || Rumus mencari nilai || adalah (Kraus, 1988:832) : || = Vr/Vi = Keterangan : || = koefisien pantul (tanpa satuan) (2.3) (2.2)

Vr = tegangan gelombang pantul (volt)

Vi = tegangan gelombang datang (volt) Untuk matching sempurna antara transmitter dan antena, maka nilai = 0 dan RL = yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan, sebaliknya jika = 1 dan RL = 0 dB maka semua daya akan dipantulkan.

2.2.3 VSWR VSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum pada suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak cocoknya impedansi input antena dengan saluran feeder (Balanis, 2005:65).
VSWR V max 1 V min 1

(2.4)

Keterangan : V max V min || = tegangan maksimum (volt) = tegangan minimum (volt) = koefisien pantul

Besarnya koefisien pantul () menentukan besarnya VSWR. Persamaan untuk koefisien pantul adalah (Kraus, 1988:833) :
Z Zs Vr in Vi Z in Z s

(2.5)

Keterangan : = koefisien pantul Zin = impedansi masukan antena () Zs = impedansi sumber (

2.2.4 Impedansi Antena Impedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang ditunjukkan oleh antena pada terminal-terminalnya atau perbandingan tegangan terhadap arus pada pasangan terminalnya (Balanis, 1982:73). Pada Gambar 2.1 dapat dilihat rangkaian ekuivalen antena, pada antena perbandingan tegangan dan arus pada terminal-terminal tanpa beban, memberikan impedansi masukan antena sebesar (Balanis, 2005:244) : Zin = Rin + jXin Keterangan : Zin = impedansi masukan antena ()
6

(2.6)

Rin Xin

= resistansi antena () = reaktansi antena ()

Gambar 2.1 Rangkaian Ekivalen Antena


Sumber: Balanis, 2005:244

Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara yaitu, karena panas pada struktur antena yang berkaitan pada perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari antena (Stutzman, 1981:47).

2.2.5 Bandwidth Bandwidth antena didefinisikan sebagai range frekuensi antena dengan beberapa karakteristik, sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk broadband antena, lebar bidang dinyatakan sebagai perbandingan frekuensi operasi atas (high) dengan frekuensi operasi bawah (lower). Sedangkan untuk narrowband antena, maka lebar bidang antena dinyatakan sebagai persentase dari selisih frekuensi di atas frekuensi tengah dari lebar bidang (Balanis, 1982:63).

Gambar 2.2 Grafik Return Loss Terhadap Frekuensi


Sumber: Balanis, 2005:984

Dari gambar 2.2 dapat diketahui bahwa sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fc, namun ia masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi fL sampai dengan frekuensi fH maka untuk persamaan bandwidth dalam persen (Bp) atau sebagai bandwidth rasio (Br), dinyatakan sebagai:

Bp =
fc = Br = Keterangan : Bp Br fH fL fC

x 100 %

(2.7) (2.8)

fC

(2.9)

= Bandwidth dalam persen = Bandwidth rasio = Jangkauan frekuensi atas (Hz) = Jangkauan frekuensi bawah (Hz) = Jangkauan frekuensi tengah (Hz)

2.2.6 Pola Radiasi Pola radiasi suatu antena didefinisikan sebagai gambaran secara grafik dari sifat-sifat radiasi suatu antena sebagai fungsi koordinat ruang. Dalam banyak keadaan, pola radiasi ditentukan pada pola daerah medan jauh dan digambarkan sebagai fungsi koordinat-koordinat arah sepanjang radius konstan, dan digambarkan pada koordinat ruang. Sifat-sifat radiasi ini mencakup intensitas radiasi, kekuatan medan (field strenght) dan polarisasi (Balanis, 1982:28). Koordinat-koordinat yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 2.3. Jejak daya yang diterima pada radius tetap disebut pola daya. Sedangkan grafik variasi ruang medan listrik dan medan magnet sepanjang radius tetap disebut pola medan.

Gambar 2.3 Pola Radiasi Antena Dalam Tampilan 3 Dimensi


Sumber: Balanis, 2005:30

Gambar 2.4 Pola Radiasi Pada Antena Dalam Tampilan 2 Dimensi


Sumber: Balanis, 2005:30

a. HPBW (Half Power Beamwidth) didefinisikan sebagai sudut yang terbentuk oleh titik setengah daya dari main lobe, yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : HPBW= | HPBW left - HPBW right | (2.10)
9

Menurut Stutzman (1981:30), HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe. Sedangkan menurut Balanis (2005:42), Half Power Beamwidth (HPBW) didefinisikan sebagai sudut yang memisahkan dua arah yang memiliki nilai intensitas radiasi setengah dari beam. Beam tersebut memiliki nilai maksimal pada power pattern. Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. HPBW dapat ditemukan dengan mencari garis dengan nilai -3dB dari nilai maksimum yang ada pada pola radiasi atau garis dengan nilai 0,707 dari nilai maksimum yang ada pada power pattern.

Gambar 2.5 Penggambaran Power Pattern Secara 2 Dimensi


Sumber: Balanis, 2005:42

b. Main Lobe adalah bagian dari radiasi dengan arah radiasi antena maksimum. c. Minor Lobe adalah bagian yang menyatakan daerah radiasi yang tidak diinginkan. d. Back Lobe adalah bagian dari minor lobe yang berlawanan dengan main lobe. e. Side Lobe adalah bagian dari minor lobe yang bersebelahan dengan main lobe. Ada beberapa jenis pola radiasi antena yaitu : a. Pola radiasi isotropis adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki pancaran radiasi yang sama ke segala arah. Meskipun pola radiasi ini sangat ideal namun tidak bisa direalisasikan secara fisik, sehingga hanya

10

sering diambil sebagai referensi untuk mengekspresikan sifat direktif antena sebenarnya. b. Pola radiasi directional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik lebih efektif hanya di beberapa arah saja. Pola radiasi omnidirectional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki pola dasar nondirectional pada bidang tertentu (dalam hal ini di azimut) dan pola yang terarah pada setiap bidang ortogonal (dalam hal ini di ketinggian). (Balanis, 2005:32-33) 2.2.7 Polarisasi Polarisasi sebuah antena dalam arah yang diberikan didefinisikan sebagai polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan atau teradiasi oleh antena. Jika arah tidak dinyatakan, polarisasi yang dimaksud adalah dalam arah penguatan maksimum. Dalam praktikum, polarisasi dari energi teradiasi bervariasi dengan arah dari pusat antena sehingga beda bagian dari pola tersebut menyebabkan polarisasi yang berbeda (Balanis, 2005:70-71). Polarisasi dapat klasifikasi sebagai polarisasi linear, lingkar atau ellips. seperti ditunjukkan Gambar 2.5.

11

Gambar 2.6 (a) Polarisasi Linier (Vertikal). (b) Polarisasi Linier (Horizontal). (c) Polarisasi Lingkaran Tangan Kanan. (d) Polarisasi Lingkaran Tangan Kiri. (e) Polarisasi Ellips Tangan Kanan. (f) Polarisasi Ellips Tangan Kiri.
Sumber: Stutzman, 1981:54

Polarisasi suatu antena pada arah tertentu didefinisikan sebagai polarisasi gelombang yang diradiasikan bila antena sebagai pemancar, atau polarisasi gelombang datang yang menghasilkan daya maksimum pada terminal-terminal antena bila antena sebagai penerima (Balanis, 2005:71). Polarisasi dari antena tergantung oleh polarisasi vektor medan listrik yang diradiasikan. Dengan kata lain, posisi dan arah dari medan listrik dengan referensi permukaan bumi atau tanah menggambarkan bentuk polarisasi gelombang tersebut. Polarisasi dari gelombang yang teradiasi, merupakan sifat-sifat gelombang elektromagnetik yang menggambarkan perubahan arah dan nilai relatif vektor medan listrik sebagai fungsi waktu. a. Polarisasi Linear Vektor yang menggambarkan medan listrik pada suatu titik di dalam ruang sebagai fungsi waktu, bergerak searah atau tegak lurus terhadap saluran maka medan ini dikatakan terpolarisasi secara linear (Stutzman, 1981:53). b. Polarisasi Lingkaran Vektor medan listrik berputar secara lingkaran dengan jarak yang konstan sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi secara lingkaran (Stutzman 1981:53). Dengan frekuensi rotasi radian adalah , jika gelombang bergerak menuju pengamat dan vektor berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, itu disebut dengan polarisasi tangan kanan (Righthand polarized), begitu juga sebaliknya untuk polarisasi tangan kiri (Lefthand polarized) (Stutzman, 1981:54). c. Polarisasi Ellips Vektor medan listrik berputar secara ellips sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi ellips, baik untuk berpolarisasi tangan kanan atau tangan kiri (Stutzman, 1981:54).

2.2.8 Gain Gain dari antena (dalam arah tertentu) didefinisikan sebagai "rasio intensitas dalam arah tertentu, dengan intensitas radiasi yang akan diperoleh jika daya

12

diterima oleh antena yang diradiasikan secara isotropis. Intensitas radiasi yang sesuai dengan daya isotropis yang dipancarkan adalah sama dengan daya diterima (input) oleh antena". Secara fisik rediator isotropis tidak ada, tetapi seringkali digunakan antena referensi untuk menyatakan sifat-sifat keterarahan antena. Pengujian gain menggunakan metoda perbandingan (Gain Comparison Method). Prinsip pengujian ini adalah menggunakan antena referensi dipole standar yang sudah diketahui nilai gainnya. Prosedur ini memerlukan dua kali pengujian yaitu terhadap antena yang diukur dan terhadap antena referensi. Nilai gain obsolute isotropic dinyatakan (Balanis, 2005:66): Gain = 4 Keterangan : U = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang E U = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang E Pin = total input daya yang diterima 2.3 Konsep Antena Yagi Antena yagi adalah jenis antenna yang biasa digunakan pada radio atau televisi. Antena yagi ditemukan oleh Profesor Hidetsugu (1886-1976) dan assistentnya yang bernama Shintaro Uda (1896-1976) pada tahun 1925. Antena yagi terdiri dari tiga bagian yaitu elemen driven, reflector, dan director (Stutzman, 1981:220) (2.11)

2.3.1 Elemen Driven Driven merupakan bagian paling penting dari sebuah antena yagi karena elemen inilah yang akan membangkitkan gelombang elektromagnetik menjadi sebuah sinyal yang akan dipancarkan. Untuk menjadikan sebuah driven yang menghantarkan radiasi dengan baik, biasanya menggunakan antena dipole sebagai bentuk drivernya. Antena dipole adalah antena berbentuk linear pendek, yang bila sedang memancarkan dapat dianggap mempunyai arus yang sama diseluruh panjangnya.

13

Driven

Gambar 2.7 Elemen Driven Pada Yagi


Sumber: Balanis, 2005:578

Modifikasi dari antena dipole adalah antena folded dipole, antena ini lebih seri n g digunakan daripada antena dipole biasa, karena dapat dibuat dengan mudah, impedansinya lebih tinggi, dan memiliki struktur mekanis yang kuat, Antena folded dipole pada masing- masing ujungnya dihubungkan menjadi satu. Antena dipole ini sebenarnya dibagi menjadi 2 bagian yang masing-masing , dan pola radiasi yang dihasilkan akan tepat sama seperti antena dipole

tunggal. Impedansi antenna folded dipole lebih besar 4 kali dari antenna dipole tunggal.

Gambar 2.8 Folded Dipole dan Ekuivalen Regular Dipole


Sumber : Balanis 2005:518

Dengan membandingkan arus pada folded dipole dan dipole biasa dapat diketahui, 2If = Id

14

Dimana, If = arus pada folded dipole Id= arus pada dipole biasa Sehingga daya pada folded dipole identic dengan daya pada dipole biasa Pf = Pd If2 Zf = Id2 Zd Sehingga besa impedansi folded dipole sebesar Zf = 4Zd

Sedangkan panjang elemen dan jarak antara elemen folded dipole untuk memperoleh impedansi sekitar 300 ohm adalah sebesar (Balanis, 2005:515) L= 0.5 s < 0.05 (2.12) (2.13)

2.3.2 Elemen Director Elemen Director merupakan elemen pengarah yang diletakkan didepan antena driven, director akan memaksakan radiasi dari driven menuju ke satu arah. Elemen ini sering disebut dengan elemen parasitic. Pola radiasi yang dibentuk oleh antena folded dipole, dengan penambahan reflektor dan director, pola radiasi antena akan diubah dan diperkecil menjadi satu arah namun dengan daya pancar yang lebih jauh seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Dengan 1 Director

15

Sumber : Stutzman (1981:222)

Penambahan satu atau lebih direktori merupakan metode yang paling efektif dalam mendapatkan penguatan yang lebih besar, semakin banyak jumlah elemen director maka akan didapat penguatan yang lebih besar juga. Seperti halnya reflector, elemen director juga memiliki pengaturan dalam penentuan ukuran dan jarak, baik itu jarak dengan driven ataupun jarak antara direktor satu dengan director lainnya. Karena ukuran dalam penentuan ini akan mempengaruhi kinerja kemampuan antena yagi. (Balanis, 2005 : 579) Untuk penentuan ukuran direktor dibuat dengan ukuran harus lebih kecil daripada ukuran elemen driven, yaitu sebesar 0.4 0.45 atau 5% lebih pendek daripada elemen driven Pengarah atau director yang terdekat pada antena driven adalah pengarah yang paling berpengaruh terhadap penguatan, dan pengaruh yang paling jauh memiliki pengaruh yang kecil dalam beberapa teori terdapat sebuah persamaan yang mengemukakan tentang jarak antara director, persamaan tersebut yaitu (Balanis, 2005 : 579) 0.3 0.4 2.3.3 Elemen Reflector Sesuai dengan namanya reflector, elemen ini merupakan elemen pemantul. Elemen reflector ditempatkan di belakang driven dan dibuat lebih panjang dari pada panjang elemen driven (Balanis, 2005 : 579). (2.14)

Gambar 2.10 Pola Radiasi Antena Dengan 1 Reflector


Sumber : Stutzman (1981:222)

16

Tujuan utama dari penempatan reflector di belakang adalah untuk membatasi radiasi agar tidak melebar kebelakang namun kekuatan pancarannya akan diperkuat reflector sebaliknya. Reflector menjadikan antena lebih bersifat induktif. Untuk penentuan panjang dari sebuah reflektor biasanya digunakan perhitungan 0.495 atau 5% lebih panjang dari pada panajang elemen driven. Pemasangan reflector hanya digunakan satu saja, karena penambahan reflektor yang kedua atau ketiga praktis tidak akan menambah apapun pada keterarahan struktur. Sedangkan penempatan elemen reflektor yaitu dibelakang elemen driven (dipole) dengan jarak optimum yaitu sekitar (Balanis,2005:579). LR = 0,25 2.4 Balun Antena Kata balun ialah kependekan dari balanced unbalanced, dimana balanced berarti kedua ujung dari pencatuan harus memiliki level tegangan yang sama terhadap ground, jika tidak maka dapat dikatakan unbalanced. Balun adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dengan coaxial cable, dalam hal ini digunakan untuk menghubungkan antara feeder line yang unbalance misalnya coaxial cable dengan antena yang balance misalnya antena dipol. Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling antara feeder line dengan antena. (2.15)

17

Gambar 2.11 Balun 1:4


Sumber : Stutzman (1981:222)

Panjang balun dapat dirumuskan sebagai berikut L Keterangan: L = panjang balun = panjang gelombang VF= Velocity factor 2.5 Konsep VOIP VoIP (Voice over Internet Protocol) atau dapat juga disebut sebagai Telepon Internet merupakan salah satu terobosan dalam berkomunikasi secara luas dengan biaya yang lebih murah, layanan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sambungan PSTN. VoIP merupakan suatu metode digitalisasi data suara (voice) kedalam paket-paket data untuk ditransmisikan melalui packet-switch IP networks. Teknologi ini menjadikan media internet untuk bisa melakukan komunikasi suara jarak jauh secara langsung. Sinyal suara analog, seperti yang didengar ketika berkomunikasi di telepon diubah menjadi data digital dan dikirimkan melalui jaringan berupa paket-paket data secara real time. Definisi lain VoIP adalah suara yang dikirim melalui protokol internet (IP). Dalam komunikasi VOIP, pemakai melakukan hubungan telepon = x VF (2.16)

melalui terminal yang berupa PC atau telepon biasa. Dengan bertelepon menggunakan VoIP, banyak keuntungan yang dapat diambil diantaranya adalah dari segi biaya jelas lebih murah dari tarif telepon tradisional, karena jaringan IP bersifat global. Sehingga untuk hubungan Internasional dapat ditekan hingga 70%. Selain itu, biaya maintenance dapat di tekan karena voice dan data network terpisah, sehingga IP Phone dapat di tambah, dipindah dan di ubah. Hal ini karena VoIP dapat dipasang di sembarang ethernet dan IP address, tidak seperti telepon konvensional yang harus mempunyai port tersendiri di Sentral atau PBX (Private branch exchange).

18

Tabel 2.1 Alokasi Bandwidth Yang Dibutuhkan Untuk Voip

Sumber: http://www.cisco.com

2.6 Wireless LAN (WLAN) Wireless LAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan gelombang radio sebagai media tranmisinya. Link terakhir yang digunakan adalah nirkabel, untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna dalam area sekitar. Area dapat berjarak dari ruangan tunggal ke seluruh kampus. Tulang punggung jaringan biasanya menggunakan kabel, dengan satu atau lebih titik akses jaringan menyambungkan pengguna nirkabel ke jaringan berkabel. LAN nirkabel adalah suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio untuk komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang merupakan dasar dari transceiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di bandwith 2,4 GHz (802.11b, 802.11g) atau 5 GHz (802.11a). Kebanyakan peralatan mempunyai

19

kualifikasi Wi-Fi, IEEE 802.11b atau akomodasi IEEE 802.11g dan menawarkan beberapa level keamanan seperti WEP dan atau WPA. (http://id.wikipedia.org). Wireless LAN biasanya digunakan sebagai hubungan dari satu point ke point yang lain, tetapi dengan perkembangan teknologi, wireless LAN ini dapat digunakan untuk hubungan dari point ke multipoint begitu pula sebaliknya. Tabel 2.2 Alokasi Banwidth Chanel Wifi 2,4 GHz

Sumber : www.radioelectronics.com

2.7 Wifi Adapter Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur kinerja antenna adala Wifi Adapter keluaran TP LINK dengan tipe TL-WN772N. Spesifikasi wifi adapter dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Spesifikasi Wifi Adapter Tipe TL-WN772N

20

Sumber : http://www.tp-link.com

21

Anda mungkin juga menyukai