Anda di halaman 1dari 38

Antena (antenna) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang

elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena
merupakan perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat
yang sesuai dengan media kabel pencatunya.
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: bentuk dan
arah radiasi yang diinginkan, polarisasi yang dimiliki, frekuensi kerja, lebar band (bandwidth), dan
impedansi input yang dimiliki.
Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF bawah, sering mennggunakan
jenis antena kawat (Gambar 1). Antena jenis ini, dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang
gelombang dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang
gelombangnya, sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena.
Untuk antena gelombang mikro, penggunaan antena luasan (aperture antena) seperti antena horn,
antena parabola (Gambar2), akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat. Karena antena yang
demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang elektromagnetik.

1. KARAKTERISTIK DAN PARAMETER ANTENA

1. Radiasi Gelombang Elektromagnetik


Struktur pemancaran gelombang elektromagnetik yang paling sederhana adalah radiasi gelombang
yang ditimbulkan oleh sebuah elemen arus kecil yang berubah-ubah secara harmonik. Elemen arus
terkecil yang dapat menimbulkan pancaran gelombang elektromagnetik itu disebut sumber
elementer (Lihat Gambar 3 ).
Jika medan yang ditimbulkan oleh setiap sumber elementer di dalam suatu konduktor antena dapat
dijumlahkan secara keseluruhan, maka sifat-sifat radiasi dari sebuah antena akan diketahui.
Timbulnya radiasi karena adanya sumber yang berupa arus bolak-balik ini diketahui secara
matematis dari penyelesaian gelombang Helmhotz. Persamaan Helmholtz merupakan persamaan
hasil penurunan lebih lanjut dari persamaan-persamaan Maxwell (lihat lampiran) dengan
memasukkan kondisi Lorentz sebagai syarat batasnya. Dari hasil penyelesaian persamaan
differrensial Helmholtz dengan menggunakan dyrac Green’s function, ditemukan bahwa potensial
vektor pada suatu titik yang ditimbulkan oleh adanya arus yang mempunyai distribusi arus J adalah :

(1)
dimana : Az = vektor potensial pada arah z
J = kerapatan arus
b = bilangan gelombang (2p/l)
R = jarak titik pengamatan P dengan suber elementer
v’ = sumber elementer.
Persamaan di atas berlaku untuk segala bentuk sumber dan semua sistem koordinat, sehingga untuk
mencari medan yang ditimbulkan oleh bermacam-macam bentuk dapat dipilih sistem koordinat yang
sesaui dengan bentuk antena. Dengan diketahui potensial vektor A dari suatu sistem, maka medan
magnet H dan medan listrik E yang dipancarkan oleh sumber itu akan dapat diketahui. Untuk medan
magnet H dapat diperoleh dari persamaan :
H = Ñ x A (2)
Sedangkan medan listrik E dapat diperoleh dari salah satu bentuk persamaan Maxwell :
Ñ x H = J + j w e E (3)
Sehingga medan listrik E untuk daerah di dalam konduktor sumber adalah :

E= (Ñ x H – J) (4)
Dan untuk daerah di luar konduktor di mana J = 0, maka medan listrik E dari persamaan .. menjadi :

E= Ñ x H (5)
Apabila elemen sumber dan medan radiasinya berada di dalam koordinat bola, maka arah propagasi
gelombangnya akan searah dengan vektor jari-jarinya. Sedangkan medan listrik dan medan magnet
hanya mempunyai komponen q atau f, yang dalam ruang bebas akan berlaku :

Hf = dan Hq = (6)

Dengan : h = ( impedansi intrinsik medium)


(Lihat Gambar 1.2 Vektor medan dan poynting vektor pada koordinat bola)
2. POLA RADIASI
Pola radiasi antena adalah pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada
medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern)
apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang
digambarkan poynting vektor. Untuk dapat menggambarkan pola radiasi ini, terlebih dahulu harus
ditemukan potensialnya.
Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah diketahui, keduanya memiliki
komponen vetor q dan f. Sedangkan poynting vektornya dalam koordiant ini hanya mempunyai
komponen radial saja. Besarnya komponen radial dari poynting vektor ini adalah :

Pr = ½ (7)

Dengan : | E | = (resultan dari magnitude medan listrik)


Eq : komponen medan listrik q
Ef : komponen medan listrik f
h : impedansi intrinsik ruang bebas (377 W)
Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat digambarkan dalam bentuk absolut
atau dalam bentuk relatif. Bentuk relatif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap
harga dari pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya. Sehingga pola
radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang ternormalisasi akan mempunyai bentuk :
F(q,f ) = (8)
Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus
dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya apabila dinyatakan dalam pola
ternormalisasi, tidak lain sama dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu.
P(q,f ) = | F(q,f ) |2 (9)
Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan decibel (dB). Intensitas medan
dalam decibel didefinisikan sebagai :
F(q,f ) dB = 20 log | F(q,f ) | (dB) (10)
Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah :
P(q,f ) dB = 10 log P(q,f )
= 20 log | F(q,f ) | (11)
Semua pola radiasi di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan jauh. Dalam pengukuran pola
radiasi, faktor jarak mempengaruhi hasil pengukuran yang baik dan teliti. Semakin jauh jarak
pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk melakukan
pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak
mungkin. Untuk keperluan pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan yang diradiasikan oleh
antena sudah dapat dianggap sebagai tempat medan jauh apabila jarak antara sumber radiasi
dengan antena yang diukur memenuhi ketentuan berikut :

r> (12)
r >> D dan r >> l
Dimana : r : jarak pengukuran
D : dimensi antena yang terpanjang
l : panjang gelombang yang dipancarkan sumber.

2.a Side Lobe Level

Ukuran yang menyatakan besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main
lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar
dengan harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel (dB), dan
ditulis dengan rumus sebagai berikut :

SLL = 20 log dB (13)


Dengan :F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar
F(maks) : nilai maksimum dari main lobe
Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).
2.b Half Power Beam Width (HPBW)
HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe, yang dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
HPBW = | q HPBW left - q HPBW right | (14)
Dengan q HPBW left dan q HPBW right : titik-titik pada kiri dan kanan dari main lobe dimana pola daya
mempunyai harga ½ .
Suatu antena yang mempunyai pola radiasi broad side adalah antena dimana pancaran utama
maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada. Sedangkan antena end
fire adalah antena yang pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang utama
antena. Namun ada juga antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main
lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang disebut dengan intermediate.(lihat pola
radiasipada gambar 4).
3. Direktivitas dan Gain
Hal terpenting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi
pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain. Karakteristik
tersebut dinamakan direktivitas (directivity) dan power gain. Power gain dinyatakan relatif terhadap
suatu referensi tertentu, seperti sumber isotropis atau dipole ½ l.
Intensitas radiasi adalah daya yang diradiasikan pada suatu arah per unit sudut dan mempunyai
satuan watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat dinyatakan sebagai berikut :
U(q,f) = ½ Re (E x H*) r2 = Pr r2 (15)
U(q,f) = Um | F(q,f) |2 (16)
Dimana : Pr = kerapatan daya
Um = intensitas maksimum
| F(q,f) |2 = magnitudo pola medan normalisasi
Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh ruangan pada suatu
harga U(q,f). Dan untuk sumber non isotropis, intensitas radiasinya tidak tetap pada seluruh ruangan
tetapi suatu daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai berikut :

Uave = (17)
Dengan : d W = sin q dq df
PT : kerapatan daya total
3.a Direktivitas Antena
Directive gain adalah perbandingan intensitas radiasi pada suatu arah dengan intensitas radiasi rata-
rata, yang dinyatakan sebagai berikut :

D(q,f) = (18)
Dimana : U(q,f) = intensitas radiasi, Uave = intensitas radiasi rata-rata
Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan r2 maka akan diperoleh rasio kerapatan daya dengan
kerapatan daya rata-rata. Dengan memasukkan persamaan 16 dan 17 kedalam persamaan 18 maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

(19)

Dengan WA = (20)
Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan
dengan :

D= (21)
3.b. Gain Antena
Penggunaan antena biasanya lebih memperhatikan efisien dalam memindahkan daya yang terdapat
pada terminal input menjadi daya radiasi. Untuk menyatakan ini, power
gain (atau gain saja) didefinisikan sebagai 4p kali rasio dari intensitas pada suatu arah dengan daya
yang diterima antena, dinyatakan dengan :

G(q,f) = 4p (22)
Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh ketidaksesuaian impedansi (impedance
missmatch ) atau polarisasi. Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas
radiasi atau harga maksimum dari persamaan (22), sehingga dapat dinyatakan dengan :

G = 4p (23)
Jika tidak ada arah yang ditentukan dan harga power gain tidak dinyatakan sebagai suatu fungsi dari
q dan f, diasumsikan sebagai gain maksimum.

Direktivatas dapat ditulis sebagai D = 4p , jika dibandingakan dengan persamaan (23) maka
akan terlihat bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya
yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antena jika seluruh daya input menjadi
daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya
input (Pin) yang tidak muncul sebagai daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat
dengannya. Hal tersebut menimbulkan suatu definisi baru, yaitu yang disebut
dengan efisiensi radiasi, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

e= (24)
dengan harga e diantara nol dan satu ( 0 < e < 1) atau ( 0 < e < 100%).Sehingga gain maksimum
suatu antena sama dengan direktivitas dikalikan dengan efisiensi dari antena, yang dapat dinyatakan
sebagai berikut :
G = e D (25)
Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas (directivity) dan
efisiensi yang dimilikinya, karena diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Salah satu metode
pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar 5. Sebuah antena sebagai sumber
radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula
antena standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai antena
penerima seperti terlihat pada gambar 5a. Kedua antena kemudian saling diarahkan sehingga
diperoleh daya output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya
antena standard diganti dengan antena yang akan dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat pada
gambar 5b. Dalam posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang sama dengan
antena standard dan diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum.
Apabila pada antena standard sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari
pengukuran gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung dengan :

Gt = Gs (26)
Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah :
Gt (dB) = Pt (dB) - Ps (dB) + Gs (dB) (27)
4. IMPEDANSI ANTENA
Impedansi input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat dengannya.
Untuk mempermudah dalam pembahasan diasumsikan antena terisolasi.
Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan dengan :
Zin = Rin + j Xin (28)
Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu
karena panas pada struktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang
meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang
tersimpan pada medan dekat dari antena. Disipasi daya rata-rata pada antena dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Pin = ½ R | Iin |2 (29)
Dimana : Iin = arus pada terminal input
Faktor ½ muncul karena arus didefinisikan sebagai harga puncak. Daya dissipasi dapat diuraikan
menjadi daya rugi ohmic dan daya rugi radiasi, yang dapat ditulis dengan :
Pin = Pohmic + Pr (30)
Dimana : Pr : ½ Rin | Iin |2
Pohmic = ½ Rohmic | Iin |2
Sehingga definisi resistansi radiasi dan resistansi ohmic suatu antena pada terminal input adalah :

(31a)

(31b)
Resistansi radiasi adalah relatif terhadap arus pada setiap titik antena. Biasanya digunakan arus
maksimum, dengan kata lain arus yang digunakan pada persamaan 30 adalah arus maksimum.
Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena
haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda). Jika hal
ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima, sesaui
dengan persamaan sebagai berikut :

GL = (32)
Dengan : e-L = tegangan pantul ZL = impedansi beban
e+L = tegangan datang Zin = impedansi input
Sedangkan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :

VSWR = (33)
Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih kecil dari 2 (dua).
5. POLARISASI ANTENA
Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang diradiasikan oleh antena pada
arah propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan
berpolarisasi linier.
Jika vektor medan listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan
berpolarisasi lingkaran. Jika vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi
tangan kanan (right hand polarize) dan yang searah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kiri (left
hand polarize).
Gelombang yang menghasilkan polarisasi ellip adalah gelombang berjalan sepanjang sumbu z yang
perputarannya dapat ke kiri dan ke kanan, dan vektor medan listrik sesaatnya e mempunyai arah
komponen ex dan ey sepanjang sumbu x dan sumbu y. Harga puncak dari komponen-komponen
tersebut adalah E1 dan E1.
Harga ralatif dari E1 dan E2, dapat dinyatakan sebagai berikut :

(34)
Sudut kemiringan ellips t adalah sudut antara sumbu x dengan sudut utama ellips. d adalah fase,
dimana komponen y mendahului komponen x. Jika komponennya sefase (d =0), maka vektor akan
berpolarisasi linier.
Orientasi dari polarisasi linier tergantung tergantung harga relatif dari E1 dan E2,.
jika : E1 = 0 maka terjadi polarisasi linier vertikal
E2 = 0 maka terjadi polarisasi linier horisontal
E1= E2 maka terjadi polarisasi linier membentuk sudut 450
Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama dengan
polarisasi antena pemancar. Kadang terjadi antara antena penerima dan pemancar berpolarisasi
berbeda. Hal tersebut akan mengurangi intensitas sinyal yang diterima.
Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan polarisasi yang tidak diinginkan (polarisasi silang
/cross polarized) dan berakibati mengurangi gain.
6. Bandwidth Antena
Antena dituntut bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada
band frekuensi tertentu. Bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari antena pada range
frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari batas yang diijinkan.
Daerah frekuensi kerja dimana antena dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth
antenna. Misal sebuah antena bekerja pada frekuensi sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja
dengan baik pada frekuensi f1 < fC sampai dengan f2 > fC, maka lebar bandwidth dari antena tersebut
adalah (f1 – f2). Apabila dinyatakan dalam prosen, maka bandwidth antena tersebut adalah :

BW = x 100 % (35)
Bandwidth yang dinyatakan dalam prosen digunakan untuk menyatakan bandwidth antena
dengan band sempit (narrow band). Untuk band yang lebar (broad band) digunakan definsi rasio
antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.

BW = (36)
Bandwidth antena dipengaruhi oleh luas penampang konduktor dan bentuk geometrinya. Misalnya
pada antena dipole akan mempunyai bandwidth yang semakin lebar apabila penampang konduktor
yang digunakannya semakin besar. Demikian pula pada antena yang mempunyai susunan fisik yang
berubah secara smoth akan menghasilkan pola radiasi dan impedansi input yang berubah
secara smoth terhadap perubahan frekuensi. Pada jenis antena gelombang berjalan (tavelling wave)
ternyata ditemukan lebih lebar range frekuensi kerjanya daripada antena resonan.

1. KESIMPULAN

1. Antena jenis antena kawat dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana
sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya,
sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena. Untuk antena gelombang mikro, menggunakan
antena luasan (aperture antena) karena mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan
gelombang elektromagnetik.
2. Dalam pengukuran pola radiasi, faktor jarak mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran. Semakin
jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk
melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang
tak mungkin.
3. Karakter yang penting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu
mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada
arah yang lain.
4. Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena
haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda).
5. Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama
dengan polarisasi antena pemancar. Antena bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari
antena pada range frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari
batas yang diijinkan.

Antena Yagi atau antena Yagi-Uda RF digunakan secara luas dan merupakan salah satu antena

desain paling sukses atau banyak digunakan untuk aplikasi RF direktif. Antena Yagi-Uda adalah nama

lengkapnya, pada umumnya dikenal dengan sebutanYagi atau antena Yagi. RF singkatan dari
frekuensi radio. Antena ini diciptakan oleh dua penemu asal Jepang Yagi dan Uda (muridnya). Antena

ada banyak macamnya dan tiap jenis antena masing-masing diciptakan sesuai untuk tujuan yang

berbeda dan masing-masing berfungsi terbaik pada frekuensi tertentu.

Antena Yagi digunakan untuk menerima atau mengirim sinyal radio. Antena ini dolo banyak

digunakan pada Perang Dunia ke 2 karena antena ini amat mudah dibuat dan tidak terlalu ribet.

Antena Yagi adalah antena direktional, artinya dia hanya dapat mengambil atau menerima sinyal

pada satu arah (yaitu depan), oleh karena itu antena ini berbeda dengan antena dipole standar

yang dapat mengambil sinyal sama baiknya dalam setiap arah. Antena dipole adalah antena paling

sederhana, dia hanya menggunakan satu elemen tunggal. Antena Yagi biasanya memiliki Gain sekitar

3 – 20 dBd.

Bagian-bagian dari Yagi dan cara kerjanya:

Setiap antena Yagi terdiri dari dipole, reflektor dan director. Bagian utama antena yang memegang

tiap elemen antena Yagi disebut dengan crossbar atau boom. Anda perlu mengarahkan crossbar

atau boom antena menuju ke arah datangnya sinyal untuk menerima sinyal secara maksimal. Jika

anda tidak tau dimana letak transmitter atau datangnya sinyal, anda bisa melihat antena2 televisi di

atas sekelompok rumah dan perhatikan kemana antena tersebut mengarah, biasanya mereka akan

mengarah ke arah yang sama. Itu akan memberitahu anda arah di mana pemancar televisi berada.

Bagian dari Antena Yagi

Bagian dipole biasanya terhubung langsung ke kabel koaksial karena dia merupakan bagian yang

bertugas untuk menerima energi frekuensi radio. Bagian lainnya terdiri dari beberapa elemen reflektor

dan minimal satu director. Dibelakang dipole terdapat reflektor yang biasanya 5% lebih panjang dari

dipole. Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinyal yang terlewat dari bagian-bagian elemen tengah

kembali ke mereka. Bagian director biasanya 5% lebih pendek daripada dipole dan mereka berfungsi

untuk mengarahkan sinyal ke arah yg ditujukan.


Seperti yang mereka ketahui bahwa penambahan direktor pada antena akan meningkatkan

directivity antena, meningkatkan Gain dan mengurangi beamwidth. Namun penambahan reflektor

tidak ada pengaruhnya. Makin banyak dipole yang dimiliki antena pada plane yang sama maka

makin banyak sinyal band yang akan diterima pada waktu yang sama. Ketika anda mengarahkan

antena tersebut ke arah datangnya signal, elemen-elemen yang kecil akan menarik sinyalnya ke

elemen bagian tengah, dan elemen yang lebih panjang (reflektor) akan memantulkan sinyal yang

lolos kembali ke elemen tengah.

Jenis antena ini sengaja dibuat untuk fokus pada satu arah, ke depan. Gelombang arah lain

dibatalkan. Pada kenyataannya, Yagi adalah antena yang paling umum digunakan dalam aplikasi

yang beroperasi di atas 10 MHz.

Diposting oleh bayihamka di 23.05 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

antena yagi
Pengertian Antena Yagi

Antenna adalah perangkat yang diguankan untuk mengirim dan menerima sinyal. Antenna
dibuat dengan berbagai bentuk sesuai dengan fungsi penerapanya. Salah satu jenis antenna yang
akan penulis bahas adalah antenna Yagi atau juga dikenal Yagi Uda.
Antenna Yagi adalah jenis antenna radio atau televise yang diciptakan oleh Hidetsugu Yagi
dan Dr. Shintaro Uda. Antenna Yagi digunakan secara luas dan merupakan salah satu antenna
dengan desain paling sukses dan banyak digunakan untuk aplikasi RF direktif. Antenna Yagi
digunakan untuk menerima atau mengirim sinyal radio. Antenna ini dulu banyak digunakan pada
Perang Dunia Ke-2 karena antenna ini mudah dibuat dan tidak terlalu ribet.

Antena Yagi adalah antenna directional, artinya dia hanya dapat mengambil atau menerima
sinyal pada satu arah (yaitu depan), olek karena itu antenna ini berbeda dengan antenna dipole
standar yang dapat mengambil sinyal sama baiknya dalam setiap arah. Antenna Yagi biasanya
memiliki Gain sekitar 3-20 dB.

2. Prinsip Kerja Antena Yagi

Setiap elemen menerima energy dan memancarkan kembali energi tersebut. Batang batang yang
bertetangga mengambil kembali sebagian energy yang di pancarkan, jika batang-batang terletak
dalam jarak yang baik. Keadaan ini memperlihatkan suatu penggandeng pemancaran. Antenna Yagi
adalah antenna directional yaitu antenna yang hanya dapat mengambil atau menerima sinyal dari
satu arah yaitu depan karena sisi antenna yang berada di belakang reflector memiliki gain yang lebih
kecil daripada di depan director. Antenna Yagi biasanya memiliki gain sekitar 3-20 dB.

3. Beberapa Bentuk Antena Yagi


4. Bagian-Bagian Penyusun Antenna Yagi
Elemen dari antenna Yagi terdiri dari :

a. Driven adalah titik catu dari kabel antenna, biasanya panjang fisik driven adalah setengah panjang
gelomabang (0,5 λ) dari frekuensi radio yang dipancarkan atau diterima. Sehingga rumus untuk
menghitung total panjang Driven Element sebuah Yagi adalah :

Dimana :

f : frekwensi kerja yang diinginkan.

λ : panjang gelombang diudara

L : panjang Driven Element.

K : velocity factor pada logam yang diambil sebesar 0,95.

b. Reflector adalah bagian belakang antenna yang berfungsi sebagai pemantul sinyal dengan panjang
fisik lebih panjang dari pada driven, biasanya panjang reflector adalah 0,55λ.

c. Director adalah bagian pengarah antenna, ukurannya sedikit lebih pendek dari pada driven.
Penambahan batang director akan menambah gain antenna, namun akan membuat pola
pengarahan antenna lebih sempit. Semakin banyak jumlah director, maka semakin sempit arahnya.

d. Boom adalah bagian ditempatkannya driven, reflector dan director. Boom berbentuk sebatang logam
atau kayu yang panjangnya sepanjang antenna itu. Antena Yagi, juga memiliki spasi (jarak) antara
elmen. Pada umumnya jaraknya sama yaitu 0,1 λ dari frekuensi.

5. Pola Radiasi Antena Yagi


Antena mempunyai karakteristik tersendiri yang di
sebut Pola Radiasi. Pola Radiasi antenna Yagi adalah Direksional,. Artinya permabatan sinyal dari
antenna Yagi hanya terletak pada stu garis lurus. Jika terjadi kemiringan sudut dari antenna atau
sumber sinyal, maka sinyal yang diterima akan menjadi kurang bagus. Pola radiasi direksional
antenna Yagi di gambarkan sebagai berikut:

Pada saat 0° adalah arah kemana antenna harus diletakkan menghadap pemancar. Gambar
disamping mempunyai sudut bukaan αEo, 7 = 36° pemancar yang terletak pada arah daerah bukaan
akan diterima dengan baik.

6. Kelebihan dan Kekurangan Antena Yagi

No kelebihan kekurangan

Penguatan dapat diatur sesuai


1. Bahan untuk merangkai cukup banyak
keburuhan

Penggunakan perinsip antenna


2. Pembuatan dan perhitungan relative sulit
direksional

3. Bias digunakan pada frekuensi tinggi

7. Antenna Yagi untuk HF

a. Antenna Yagi Dua Elemen Kawat

Untuk band-band 10-30 meter, bahan elemen dapat dari tubing aluminium, sehingga
memungkinkan untuk diputar-putar arahnya. Akan tetapi untuk band 160 atau 80 meter, tubing
aluminium menjadi tidak praktis karena terlalu panjang, sehingga kurang kuat, lebih praktis
menggunakan kawat konsekuensi tidak dapat diputar arah.
Panjang elemen Yagi dipengaruhi oleh diameter elemen dan adanya sembungan-sambungan.
Baik diameter elemen maupun banyaknya sambungan akan memberikan pengaruh terhadap
kapasitansi antar elemen, karena dua buah logam yang terletak sejajar merupakan suatu kapasitor.

Rumrus perkiraan untuk menghitung panjang elemen dan spacing antenna Yagi dua elemen adalah
sebagai berikut :

 Driven elemen 145 / f (dalam MHz) meter.

 Director 137 / f (dalam MHz) meter.

 Spacing 36.6 / f (dalam MHz) meter

b. Antenna Yagi Tiga Elemen

Elemen antenna yagi untuk band 20,17,15,12,dan 10 meter akan lebih praktis dibuat dari
bahan tabing aluminium, sehingga dapat diputar-putar dengan menggunakan rotator yang
digerakkan dengan listrik atau rotataor yang digrekkan dengan tangan.

Tubing yang diperlukan untuk membuat antena ini adalah tubing aluminium yang tebal yang
disusun secara teleskopik, ialah ditengah diameter besar makin ke ujung diameter makin mengecil,
agar antena tersebut tidak menjadi terlalu melengkung ke bawah pada ujung-ujungnya. Untuk
antena 10 meter, elemen dapat dibuat dari tubing diameter 1⁄2 inch dan 3⁄4 inch, untuk 20 meter
dengan diameter 1⁄4, 1⁄2 h, 3⁄4 dan 1 inch.

Antena untuk band band 20 sampai 10 meter dapat dibuat dengan 3 elemen, yaitu driven
elemen, satu reflektor dan satu director. Power gain antena tergantung pada spacing antar elemen,
dengan spacing 0.15 λ antena ini diharapkan akan memberikan gain sebesar sekitar 8 dB dengan
front to back ratio antara 10 sampai 25 dB.

Panjang elemen dan spacing antar elemen dapat diperhitungkan dengan rumus sebagai
berikut ini:

 Reflektor elemen 153 / f (dalam MHz) meter.

 Driven elemen 144 / f (dalam MHz) meter.

 Director 137 / f (dalam MHz) meter.


 Spacing 36.6 / f (dalam MHz) meter.

c. Antenna Yagi Empat Elemen

Elemen antenna Yagi diatas masih dapat ditambaha lagi menjadi empat elemen dengan
menambahakan satu director akan tetapi panjang elemennya perku biunah. Power gain antenna
tergantung pad spacing antar elemen atau panjang boomnya. Dengan panjang boom 0.45 λ antenna
emapat elemen Yagi diharapkan akan memberikan gain sebesar 9.5 – 10 dB dengan front to back
ration antara 15 -25 dB.

Untuk antenna Yagi empat elemen, perhitungan elemen serta spacing menjadi:

 Reflektor elemen 153 / f (dalam MHz) meter.

 Driven elemen 144 / f (dalam MHz) meter.

 Director 1 137 / f (dalam MHz) meter.

 Director 2 135 / f (dalam MHz) meter.

 Spacing 36.6 / f (dalam MHz) meter.

Diameter tubing, panjang masing bagian elemen, serta ketinggian antenna akan
berpengaruh terhadap kepanjangan elemen Yagi. Rumus diatas akan memberikan panjang teoritis
yang masih perlu koreksi lingkungan

8. Antenna Yagi untuk VHF

Antenna Yagi untuk band VHF dua meteran biasanya elemennya dibuat lebih banyak untuk
mendapatkan gain yang memuaskan penggunanya. Walaupun penambahan director yang semakin
banyak akan memberikan tambahan gainyang semakin kecil, akan tetapi karena wujud fisik antenna
tersebut kecil dan ringan, maka penambahan elemen yang banyak tidak mempunyai dampak yang
buruk bagi ketahanan boom dan ketahanan terhadap tiupan angina serta jumlah bahan yang
dipakai.

Seperti halnya dengan antenna Yagi untuk HF, maka driven element dapat berupa dipole, akan
tetapi kebanyakan mengunakan gamma matching device. Untuk band dua meteran, dimensi gamma
matching device dibuat lebih kecil. Sedangkan bahan untuk elemen dapat digunakan tubing
aluminium dari ¼ inch dan tidak perlu dibuat teleskopik.

Untuk VHF dua meteran, konfigurasi elemen-elemen dibuat tegak untuk mendapatkan polaritass
vertical. Yang perlu diperhatikan feeder line harus diatur sedemikaian sehingga tegak lurus dengan
arah bentengan elemen. Feeder line dapat ditarik ke arah belekang mengikuti boom atau dapat juga
ditarik tegak lurus dengan boom dan tegak lurus pula dengan bentengan elemen.
Pada gambar diperkihatkan contoh antenna Yagi untuk VHF diameter dengan tujuh elemen,
terdiri atas driven elemen, reflector dan lima buah director.

Matching dilakukan dengan mengatur gamma rod dan bracket sehingga didapatkan SWR yang
baik. Menggerakkan bracket berarti mengatur induktansi dan menggerakkan rod berarti mengatur
kapasitansi. Antara gamma rod dan inner coaxial membentuk suatu kondensator, nilai kapasitasnya
ditentukan oleh panjang coaxial cable dalam gamma rod.

sumber:

http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Gambaran_Umum_Antenna_Amatir_Radio

http://ensiklo-mini.blogspot.com/2013/08/antena-yagi-uda-penjelasan-super-lengkap.html?m=1

Diposting oleh bayihamka di 23.02 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

antena propagasi
Propagasi adalah transmisi atau penyebaran sinyal dari suatu tempat ke tempat lain.

Media perambatan atau biasa juga disebut saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik yaitu

sepasang kawat konduktor, kabel koaksial dan berupa non fisik yaitu gelombang radio atau sinar laser.

Pada Gambar merupakan gambaran singkat tentang propagasi gelombang (J, Herman, 1986: 1.4)

Propagasi terdiri dari 3 metode yaitu:

- Propagasi Gelombang Ground (Ground Wave Propagation)

Karakteristiknya:

- Frekuensinya dibawah 2MHz

- Muka gelombang yang melambat dikarenakan arus EM

- Di induksikan ke bumi (miring ke bawah)

- Mengalami difraksi dan penyebaran dari atmosfir

- Propagasi Gelombang Udara (Sky Wave Propagation)


Aplikasi ini biasanya digunakan untuk aplikasi radio amatir.

Karakteristiknya:

- Frekuensinya 2 - 30 MHz

- Transmisi sinyal dibiaskan oleh ionosfir dipantulkan ke bumi

- Pantulan mengakibatkab sinyal diambil ribuan kilometer dari transmisi

- Line of Sight

Karakteristiknya:

- Frekuensi di bawah 30 MHz, dimana gelombang ground dan udara tidak beroperasi

- Tidak ada pembiasan dari ionosfir

Diposting oleh bayihamka di 21.44 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Prinsip Kerja Antenna Reflektor Parabola. Reflektor parabola adalah antena


Microwave. Untuk pemahaman yang lebih baik dari antena ini, konsep
reflektor parabola akan dibahas dibawah ini.

Rentang Frekuensi Antenna Reflektor Parabola


Rentang frekuensi yang digunakan untuk aplikasi antena reflektor Parabolic
atas 1 MHz. Antena ini banyak digunakan untuk radio dan aplikasi nirkabel.

Prinsip Kerja Antenna Reflektor Parabola


Definisi standar parabola adalah - Fokus dari point, yang bergerak dalam
sedemikian rupa sehingga jarak dari titik tetap (disebut fokus) ditambah
jarak dari garis lurus (disebut directrix) adalah konstan.

Gambar berikut ini menunjukkan geometri dari reflektor parabola. Titik F


adalah fokus (Feed diberikan) dan V adalah simpul. Garis yang
menghubungkan F dan V adalah sumbu simetri. PQ adalah sinar tercermin di
mana L mewakili garis directrix di mana poin kebohongan tercermin (untuk
mengatakan bahwa mereka sedang collinear). Oleh karena itu, sesuai
dengan definisi di atas, jarak antara F dan L berbaring konstan terhadap
gelombang yang difokuskan.
Gelombang yang dipantulkan membentuk sebuah front gelombang
colllimated, dari bentuk parabola. Rasio panjang fokus untuk ukuran aperture
(yaitu., F / D) yang dikenal sebagai "f lebih rasio D" merupakan parameter
penting dari reflektor parabola. Nilainya bervariasi 0,25-0,50.

Hukum refleksi menyatakan bahwa sudut datang dan sudut refleksi sama.
Hukum ini bila digunakan bersama dengan parabola, membantu fokus balok.
Bentuk

parabola bila digunakan untuk tujuan refleksi gelombang, menunjukkan


beberapa sifat dari parabola, yang membantu untuk membangun antena,
menggunakan gelombang tercermin.

Sifat Antenna Reflektor Parabola

1. Semua gelombang yang berasal dari fokus, memantulkan kembali ke sumbu parabola.

Oleh karena itu, semua gelombang mencapai aperture berada dalam fase.

2. Sebagai gelombang berada dalam fase, sinar radiasi sepanjang sumbu parabola akan

menjadi kuat dan terkonsentrasi.

Berikut titik-titik ini, pemantul parabolik membantu dalam memproduksi directivity tinggi dengan

lebar balok sempit.


Konstruksi dan Cara Kerja Antenna Reflektor Parabola
Jika antena Parabolic reflektor digunakan untuk transmisi sinyal, sinyal dari
feed, keluar dari dipole atau antena tanduk, untuk fokus gelombang ke
parabola. Artinya, gelombang keluar dari titik fokus dan menyerang reflektor
paraboloidal. Gelombang ini sekarang akan tercermin sebagai front
gelombang collimated, seperti yang dibahas sebelumnya, untuk
mendapatkan ditransmisikan.

Antena yang sama digunakan sebagai penerima. Ketika gelombang


elektromagnetik hits bentuk parabola, gelombang akan tercermin ke titik
feed. Dipol atau antena tanduk, yang bertindak sebagai antena penerima di
feed, menerima sinyal ini, untuk mengubahnya menjadi sinyal listrik dan
meneruskannya ke sirkuit penerima.

Gambar berikut menunjukkan Parabolic Reflector Antenna.

Gain dari paraboloid adalah fungsi dari rasio aperture (D / λ). The Radiated
Power Efektif (ERP) dari antena adalah perkalian dari daya input diumpankan
ke antena dan gain kekuatannya.

Biasanya gelombang antena panduan tanduk digunakan sebagai radiator


Feed untuk antena paraboloid reflektor. Seiring dengan teknik ini, kita
memiliki jenis lain dari pada feed yang diterima untuk antena paraboloid
reflektor, yang disebut sebagai feed Cassegrain.

Cassegrain Feed
Casse gandum adalah jenis lain dari pada feed yang diterima ke antena
reflektor. Pada tipe ini, feed terletak di titik dari paraboloid, tidak seperti di
reflektor parabola. Sebuah reflektor cembung berbentuk, yang bertindak
sebagai hyperboloid ditempatkan berlawanan dengan Feed antena. Ia juga
dikenal sebagai reflektor hyperboloid sekunder atau sub-reflektor. Hal ini
ditempatkan sedemikian rupa sehingga yang salah satu fokus bertepatan
dengan fokus paraboloid tersebut. Dengan demikian, gelombang akan
tercermin dua kali.
Gambar di atas menunjukkan model kerja Feed Cassegrain.

Cara Kerja Antenna Cassegrain


Ketika antena bertindak sebagai antena pemancar, energi dari Feed
memancarkan melalui antena tanduk ke reflektor cekung hyperboloid, yang
lagi-lagi memantulkan kembali ke reflektor parabola. sinyal akan tercermin
ke dalam ruang dari sana. Oleh karena itu, pemborosan listrik dikendalikan
dan directivity akan ditingkatkan.

Ketika antena yang sama digunakan untuk penerimaan, gelombang


elektromagnetik menyerang reflektor, akan tercermin pada hyperboloid
cekung dan dari sana, mencapai feed. Panduan gelombang antena tanduk
menyajikan sana untuk menerima sinyal ini dan mengirimkan ke sirkuit
penerima untuk amplifikasi.

Kita lihat gambar berikut. Ini menunjukkan reflektor paraboloid dengan Feed
Cassegrain.
Keuntungan Antenna Reflektor Parabola
Berikut ini adalah keuntungan dari reflektor antena Parabolic :

1. Pengurangan lobus minor

2. Pemborosan daya dikurangi

3. focal length setara dicapai

4. Pakan dapat ditempatkan di setiap lokasi, sesuai dengan kenyamanan kita

5. Penyesuaian balok (penyempitan atau pelebaran) dilakukan dengan menyesuaikan

permukaan mencerminkan

Kerugian Antenna Reflektor Parabola


Berikut ini adalah kelemahan dari reflektor antena Parabolic:

1. Beberapa kekuatan yang akan terpantul dari reflektor parabola terhambat. Hal ini menjadi

masalah dengan parabola dimensi kecil.


Penggunaan Antenna Reflektor Parabola
Berikut ini adalah aplikasi dari reflektor antena Parabolic:

1. Pakan Cassegrain reflektor parabola terutama digunakan dalam komunikasi satelit.

2. Juga digunakan dalam sistem telekomunikasi nirkabel.

3. Mari kita lihat jenis lain dari Feed disebut sebagai feed Gregorian untuk reflektor parabola.

Gregorian Feed
Ini adalah jenis lain dari Feed yang digunakan. Sepasang konfigurasi tertentu
yang ada, dimana beamwidth pakan semakin meningkat sementara dimensi
antena diadakan tetap. Seperti jenis Feed dikenal sebagai Feed Gregorian. Di
sini, hyperboloid cembung berbentuk casssegrain diganti dengan paraboloid
reflektor cekung berbentuk, yang tentu saja, lebih kecil dalam ukuran

Ini jenis Feed Gregorian reflektor dapat digunakan dalam empat cara :

1. Sistem Gregorian menggunakan reflektor ellipsoidal sub-reflektor di F1 fokus.

2. Sistem Gregorian menggunakan reflektor ellipsoidal sub-reflektor di F2 fokus.

3. Sistem Cassegrain menggunakan hyperboloid sub-reflektor (cembung).

4. Sistem Cassegrain menggunakan hyperboloid sub-reflektor (cekung tapi Feed menjadi

sangat dekat untuk itu.)

Ini semua hanya untuk menyebutkan karena mereka tidak populer dan tidak
banyak digunakan. Mereka punya keterbatasan mereka.
Angka tersebut jelas menggambarkan pola kerja semua jenis reflektor. Ada
jenis lain dari Reflektor paraboloid seperti -

1. cut paraboloid
2. silinder Parabolic

3. Parabola Kotak

4. Namun, semua dari mereka jarang digunakan karena keterbatasan dan disavantages

mereka miliki dalam kondisi kerja mereka.

Oleh karena itu, semua jenis antena reflektor, pemantul parabola sederhana
dan Feed Cassegrain reflektor parabola adalah yang paling umum digunakan.

Diposting oleh bayihamka di 21.41 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

karakteristik dan parameter antena


KARAKTERISTIK DAN PARAMETER ANTENA
PENDAHULUAN

Antena (antenna) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang

elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena

merupakan perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai

sifat yang sesuai dengan media kabel pencatunya.


Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: bentuk dan

arah radiasi yang diinginkan, polarisasi yang dimiliki, frekuensi kerja, lebar band (bandwidth), dan

impedansi input yang dimiliki.

Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF bawah, sering mennggunakan jenis

antena kawat (Gambar 1). Antena jenis ini, dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang

dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya,

sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena.

Untuk antena gelombang mikro, penggunaan antena luasan (aperture antena) seperti antena horn,

antena parabola (Gambar2), akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat. Karena antena

yang demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang

elektromagnetik.

1. KARAKTERISTIK DAN PARAMETER ANTENA

1. Radiasi Gelombang Elektromagnetik

Struktur pemancaran gelombang elektromagnetik yang paling sederhana adalah radiasi gelombang

yang ditimbulkan oleh sebuah elemen arus kecil yang berubah-ubah secara harmonik. Elemen arus

terkecil yang dapat menimbulkan pancaran gelombang elektromagnetik itu disebut sumber

elementer (Lihat Gambar 3 ).

Jika medan yang ditimbulkan oleh setiap sumber elementer di dalam suatu konduktor antena dapat

dijumlahkan secara keseluruhan, maka sifat-sifat radiasi dari sebuah antena akan diketahui. Timbulnya

radiasi karena adanya sumber yang berupa arus bolak-balik ini diketahui secara matematis dari

penyelesaian gelombang Helmhotz. Persamaan Helmholtz merupakan persamaan hasil penurunan

lebih lanjut dari persamaan-persamaan Maxwell (lihat lampiran) dengan memasukkan kondisi Lorentz

sebagai syarat batasnya. Dari hasil penyelesaian persamaan differrensial Helmholtz dengan

menggunakan dyrac Green’s function, ditemukan bahwa potensial vektor pada suatu titik yang

ditimbulkan oleh adanya arus yang mempunyai distribusi arus J adalah :

(1)

dimana : Az = vektor potensial pada arah z

J= kerapatan arus

b = bilangan gelombang (2p/l)

R= jarak titik pengamatan P dengan suber elementer

v’ = sumber elementer.

Persamaan di atas berlaku untuk segala bentuk sumber dan semua sistem koordinat, sehingga untuk
mencari medan yang ditimbulkan oleh bermacam-macam bentuk dapat dipilih sistem koordinat yang

sesaui dengan bentuk antena. Dengan diketahui potensial vektor A dari suatu sistem, maka medan

magnet H dan medan listrik E yang dipancarkan oleh sumber itu akan dapat diketahui. Untuk medan

magnet H dapat diperoleh dari persamaan :

H =Ñ x A (2)

Sedangkan medan listrik E dapat diperoleh dari salah satu bentuk persamaan Maxwell :

Ñ x H = J + jw e E (3)

Sehingga medan listrik E untuk daerah di dalam konduktor sumber adalah :

E = (Ñ x H – J) (4)

Dan untuk daerah di luar konduktor di mana J = 0, maka medan listrik E dari persamaan .. menjadi :

E = Ñ x H (5)

Apabila elemen sumber dan medan radiasinya berada di dalam koordinat bola, maka arah

propagasi gelombangnya akan searah dengan vektor jari-jarinya. Sedangkan medan listrik dan

medan magnet hanya mempunyai komponen q atau f, yang dalam ruang bebas akan berlaku :

Hf = dan Hq = (6)

Dengan :h= ( impedansi intrinsik medium)

(Lihat Gambar 1.2 Vektor medan dan poynting vektor pada koordinat bola)

2. POLA RADIASI

Pola radiasi antena adalah pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada

medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern)

apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang

digambarkan poynting vektor. Untuk dapat menggambarkan pola radiasi ini, terlebih dahulu harus

ditemukan potensialnya.

Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah diketahui, keduanya memiliki

komponen vetor q dan f. Sedangkan poynting vektornya dalam koordiant ini hanya mempunyai

komponen radial saja. Besarnya komponen radial dari poynting vektor ini adalah :

Pr = ½ (7)

Dengan :| E | = (resultan dari magnitude medan listrik)

Eq : komponen medan listrik q

Ef : komponen medan listrik f


h: impedansi intrinsik ruang bebas (377 W)

Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat digambarkan dalam bentuk absolut

atau dalam bentuk relatif. Bentuk relatif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap

harga dari pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya. Sehingga pola

radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang ternormalisasi akan mempunyai bentuk :

F(q,f ) = (8)

Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus

dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya apabila dinyatakan dalam pola

ternormalisasi, tidak lain sama dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu.

P(q,f ) = | F(q,f ) |2 (9)

Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan decibel (dB). Intensitas medan

dalam decibel didefinisikan sebagai :

F(q,f ) dB = 20 log | F(q,f ) | (dB) (10)

Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah :

P(q,f ) dB = 10 log P(q,f )

= 20 log | F(q,f ) | (11)

Semua pola radiasi di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan jauh. Dalam pengukuran pola

radiasi, faktor jarak mempengaruhi hasil pengukuran yang baik dan teliti. Semakin jauh jarak

pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk melakukan

pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak

mungkin. Untuk keperluan pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan yang diradiasikan oleh

antena sudah dapat dianggap sebagai tempat medan jauh apabila jarak antara sumber radiasi

dengan antena yang diukur memenuhi ketentuan berikut :

r > (12)

r >> D dan r >> l

Dimana :r: jarak pengukuran

D: dimensi antena yang terpanjang

l : panjang gelombang yang dipancarkan sumber.

2.a Side Lobe Level


Ukuran yang menyatakan besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main

lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar

dengan harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel (dB), dan
ditulis dengan rumus sebagai berikut :

SLL = 20 log dB (13)

Dengan :F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar

F(maks) : nilai maksimum dari main lobe

Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).

2.b Half Power Beam Width (HPBW)

HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe, yang dapat

dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

HPBW = | q HPBW left - q HPBW right | (14)

Dengan q HPBW left dan q HPBW right : titik-titik pada kiri dan kanan dari main lobe dimana pola daya

mempunyai harga ½ .

Suatu antena yang mempunyai pola radiasi broad side adalah antena dimana pancaran utama

maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada. Sedangkan antena end

fire adalah antena yang pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang utama

antena. Namun ada juga antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main

lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang disebut dengan intermediate.(lihat pola

radiasipada gambar 4).

3. Direktivitas dan Gain

Hal terpenting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi

pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain. Karakteristik

tersebut dinamakan direktivitas (directivity) dan power gain. Power gain dinyatakan relatif terhadap

suatu referensi tertentu, seperti sumber isotropis atau dipole ½ l.

Intensitas radiasi adalah daya yang diradiasikan pada suatu arah per unit sudut dan mempunyai

satuan watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat dinyatakan sebagai berikut :

U(q,f) = ½ Re (E x H*) r2 = Pr r2 (15)

U(q,f) = Um | F(q,f) |2 (16)

Dimana : Pr = kerapatan daya

Um = intensitas maksimum

| F(q,f) |2 = magnitudo pola medan normalisasi

Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh ruangan pada suatu

harga U(q,f). Dan untuk sumber non isotropis, intensitas radiasinya tidak tetap pada seluruh ruangan

tetapi suatu daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai berikut :

Uave = (17)

Dengan :dW = sin q dq df


PT : kerapatan daya total

3.a Direktivitas Antena

Directive gain adalah perbandingan intensitas radiasi pada suatu arah dengan intensitas radiasi rata-

rata, yang dinyatakan sebagai berikut :

D(q,f) = (18)

Dimana : U(q,f) = intensitas radiasi, Uave = intensitas radiasi rata-rata

Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan r2 maka akan diperoleh rasio kerapatan daya dengan

kerapatan daya rata-rata. Dengan memasukkan persamaan 16 dan 17 kedalam persamaan 18 maka

akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

(19)

Dengan WA = (20)

Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan

dengan :

D = (21)

3.b. Gain Antena

Penggunaan antena biasanya lebih memperhatikan efisien dalam memindahkan daya yang terdapat

pada terminal input menjadi daya radiasi. Untuk menyatakan ini, power

gain (atau gain saja) didefinisikan sebagai 4p kali rasio dari intensitas pada suatu arah dengan daya

yang diterima antena, dinyatakan dengan :

G(q,f) = 4p (22)

Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh ketidaksesuaian impedansi (impedance

missmatch ) atau polarisasi. Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas radiasi

atau harga maksimum dari persamaan (22), sehingga dapat dinyatakan dengan :

G = 4p (23)

Jika tidak ada arah yang ditentukan dan harga power gain tidak dinyatakan sebagai suatu fungsi dari

q dan f, diasumsikan sebagai gain maksimum.

Direktivatas dapat ditulis sebagai D = 4p , jika dibandingakan dengan persamaan (23) maka

akan terlihat bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya

yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antena jika seluruh daya input menjadi
daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya

input (Pin) yang tidak muncul sebagai daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat

dengannya. Hal tersebut menimbulkan suatu definisi baru, yaitu yang disebut dengan efisiensi radiasi,

dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

e = (24)

dengan harga e diantara nol dan satu ( 0 < e < 1) atau ( 0 < e < 100%).Sehingga gain maksimum suatu

antena sama dengan direktivitas dikalikan dengan efisiensi dari antena, yang dapat dinyatakan

sebagai berikut :

G = e D (25)

Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas (directivity) dan

efisiensi yang dimilikinya, karena diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Salah satu metode

pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar 5. Sebuah antena sebagai sumber

radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula

antena standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai

antena penerima seperti terlihat pada gambar 5a. Kedua antena kemudian saling diarahkan

sehingga diperoleh daya output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya

antena standard diganti dengan antena yang akan dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat

pada gambar 5b. Dalam posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang sama dengan

antena standard dan diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum.

Apabila pada antena standard sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari

pengukuran gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung dengan :

Gt = Gs (26)

Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah :

Gt (dB) = Pt (dB) - Ps (dB) + Gs (dB) (27)

4. IMPEDANSI ANTENA

Impedansi input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat

dengannya. Untuk mempermudah dalam pembahasan diasumsikan antena terisolasi.

Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan dengan :

Zin = Rin + j Xin (28)

Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu

karena panas pada struktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang

meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang

tersimpan pada medan dekat dari antena. Disipasi daya rata-rata pada antena dapat dinyatakan

sebagai berikut :
Pin = ½ R | Iin |2 (29)

Dimana : Iin = arus pada terminal input

Faktor ½ muncul karena arus didefinisikan sebagai harga puncak. Daya dissipasi dapat diuraikan

menjadi daya rugi ohmic dan daya rugi radiasi, yang dapat ditulis dengan :

Pin = Pohmic + Pr (30)

Dimana : Pr : ½ Rin | Iin |2

Pohmic = ½ Rohmic | Iin |2

Sehingga definisi resistansi radiasi dan resistansi ohmic suatu antena pada terminal input adalah :

(31a)

(31b)

Resistansi radiasi adalah relatif terhadap arus pada setiap titik antena. Biasanya digunakan arus

maksimum, dengan kata lain arus yang digunakan pada persamaan 30 adalah arus maksimum.

Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena

haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda). Jika hal

ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima, sesaui

dengan persamaan sebagai berikut :

GL = (32)

Dengan : e- L = tegangan pantul ZL = impedansi beban

e+ L = tegangan datang Zin = impedansi input

Sedangkan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :

VSWR = (33)

Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih kecil dari 2 (dua).

5. POLARISASI ANTENA

Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang diradiasikan oleh antena pada

arah propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan

berpolarisasi linier.

Jika vektor medan listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan

berpolarisasi lingkaran. Jika vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi

tangan kanan (right hand polarize) dan yang searah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kiri (left

hand polarize).

Gelombang yang menghasilkan polarisasi ellip adalah gelombang berjalan sepanjang sumbu z yang
perputarannya dapat ke kiri dan ke kanan, dan vektor medan listrik sesaatnya e mempunyai arah

komponen ex dan ey sepanjang sumbu x dan sumbu y. Harga puncak dari komponen-komponen

tersebut adalah E1 dan E1.

Harga ralatif dari E1 dan E2, dapat dinyatakan sebagai berikut :

(34)

Sudut kemiringan ellips t adalah sudut antara sumbu x dengan sudut utama ellips. d adalah fase,

dimana komponen y mendahului komponen x. Jika komponennya sefase (d =0), maka vektor akan

berpolarisasi linier.

Orientasi dari polarisasi linier tergantung tergantung harga relatif dari E1 dan E2,.

jika : E1 = 0 maka terjadi polarisasi linier vertikal

E2 = 0 maka terjadi polarisasi linier horisontal

E1= E2 maka terjadi polarisasi linier membentuk sudut 450

Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama dengan

polarisasi antena pemancar. Kadang terjadi antara antena penerima dan pemancar berpolarisasi

berbeda. Hal tersebut akan mengurangi intensitas sinyal yang diterima.

Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan polarisasi yang tidak diinginkan (polarisasi silang

/cross polarized) dan berakibati mengurangi gain.

6. Bandwidth Antena

Antena dituntut bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada

band frekuensi tertentu. Bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari antena pada range

frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari batas yang diijinkan.

Daerah frekuensi kerja dimana antena dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth

antenna. Misal sebuah antena bekerja pada frekuensi sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja

dengan baik pada frekuensi f1 < fC sampai dengan f2 > fC, maka lebar bandwidth dari antena tersebut

adalah (f1 – f2). Apabila dinyatakan dalam prosen, maka bandwidth antena tersebut adalah :

BW = x 100 % (35)

Bandwidth yang dinyatakan dalam prosen digunakan untuk menyatakan bandwidth antena

dengan band sempit (narrow band). Untuk band yang lebar (broad band) digunakan definsi rasio

antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.

BW = (36)

Bandwidth antena dipengaruhi oleh luas penampang konduktor dan bentuk geometrinya. Misalnya

pada antena dipole akan mempunyai bandwidth yang semakin lebar apabila penampang konduktor
yang digunakannya semakin besar. Demikian pula pada antena yang mempunyai susunan fisik yang

berubah secara smoth akan menghasilkan pola radiasi dan impedansi input yang berubah

secara smoth terhadap perubahan frekuensi. Pada jenis antena gelombang berjalan (tavelling wave)

ternyata ditemukan lebih lebar range frekuensi kerjanya daripada antena resonan.

1. KESIMPULAN

1. Antena jenis antena kawat dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana sistem

bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga

semakin pendek panjang fisik suatu antena. Untuk antena gelombang mikro, menggunakan antena

luasan (aperture antena) karena mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan

gelombang elektromagnetik.

2. Dalam pengukuran pola radiasi, faktor jarak mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran. Semakin

jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk

melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal

yang tak mungkin.

3. Karakter yang penting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu

mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada

arah yang lain.

4. Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena

haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda).

5. Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama dengan

polarisasi antena pemancar. Antena bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari antena

pada range frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari batas

yang

PENDAHULUAN.
Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang
elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena merupakan
perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match)
dengan media kabel pencatunya. Prinsip ini telah diterangkan dalam saluran transmisi.
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
– bentuk dan arah radiasi yang diinginkan
– polarisasi yang dimiliki
– frekuensi kerja,
– lebar band (bandwidth), dan
– impedansi input yang dimiliki.
Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF bawah, jenis antena kawat (wire antenna)
dalam prakteknya sering digunakan, seperti halnya antena dipole 1/2l, antena monopole dengan ground plane,
antena loop, antena Yagi-Uda array, antena log periodik dan sebagainya. Antena-antena jenis ini, dimensi
fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka
semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena.
Untuk antena gelombang mikro (microwave), terutama SHF ke atas, penggunaan antena luasan (aperture
antena) seperti antena horn, antena parabola, akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat pada
umumnya. Karena antena yang demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan
gelombang elektromagnetik..
Antena merupakan sebuah perangkat yang digunakan memancar dan/atau menerima gelombang
elektromagnetik secara efisien. Sebagai contoh penggunaan antena yaitu;
a. Komunikasi Tanpa Kabel
(Wireless Communication) berupa sistem komunikasi personal (PCS), sistem Global Positioning Satellite (GPS),
Wireless Local Area Netrworks (WLAN), Direct Broadcast Satellite (DBS) Television, Mobile Communications,
Telephone Microwave/Satellite Links, Broadcast Television dan Radio, dan lain – lainnya.
b. Penginderaan jauh (Remote Sensing)
Radar [Penginderaan Jauh aktif yang bekerja meradiasi dan menerima gelombang], Pemakaian untuk militer
sebagai pencari target dan tracking, radar cuaca, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan mobil,
pengatur lalu lintas (magnetometer), ground penetrating radar (GPR), pemakaian untuk pertanian. Radiometry
[Penginderaan jauh pasif yang bekerja dengan cara menerima emisi gelombang]. Penggunaan militer dalam
bentuk perlakuan gelombang dan penggabungan sinyal.
1 Antena Isotropis
Antena Isotropis adalah antena titik yang memancarkan daya ke segala arah dengan intensitas yang sama
besar Sebuah antena yang meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai antena
isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola. Namun, jika sebuah antena memiliki
arah tertentu, di mana pada arah tersebut distribusi sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah lain, maka
antena ini akan memiliki directivity. Semakin spesifik arah distribusi sinyal oleh sebuah antena, maka
directivity antena tersebut semakin besar
2 Antena Omnidirectional
Antena omnidirectional adalah antena yang memancarkan kekuatan sistem seragam dalam satu pesawat
dengan bentuk pola direktif pada bidang tegak lurus. This pattern is often described as “donut shaped”. Pola ini
sering digambarkan sebagai “” berbentuk donat. Omnidirectional antenna can be used to link
multiple directional antenna in outdoor point-to-multipoint communication systems
including cellular phone connections and TV broadcasts. antena Omnidirectional dapat digunakan untuk
antena directional di outdoor -to-multipoint jalur
menghubungkan beberapa
komunikasi sistem termasuk sambungan telepon selular dan siaran TV.
l Antena Omnidirectional dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
¡ Antena Omnidirectional dengan Polarisasi Vertical
¡ Antena Omnidirectional dengan Polarisasi Horizontal
¡
l Antena Omnidirectional dengan Polarisasi Vertical
Macamnya:
a) Antena Koaksial dan antena Brown
b) Antena Vertikal dengan penguatan tinggi
 Antena Omnidirectional dengan Polarisasi Horizontal
Macamnya :
a) Antena Super Turnstile
b) Antena Super Gain
DIREKTIVITAS ANTENA
Directive gain merupakan perbandingan dari intensitas radiasi pada suatu arah tertentu dengan intensitas
radiasi rata-rata, yang dinyatakan sebagai berikut :
= (1.18)
Dimana :
U = intensitas radiasi
Uave = intensitas radiasi rata-rata
Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan r2 maka akan diperoleh rasio kerapatan daya dengan kerapatan
daya rata-rata. Dengan memasukkan persamaan 1.16 dan 1.17 kedalam persamaan 1.18 maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut :
(1.19)
Dengan :
WA = (1.20)
Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan dengan :
D = (1.21)
IMPEDANSI ANTENA
Impedansi input suatu antena adalah impedansi pada terminalnya. Impedansi input akan dipengaruhi oleh
antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat dengannya. Untuk mempermudah dalam pembahasan
diasumsikan antena terisolasi.
Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan dengan :
Zin = Rin + j Xin (1.29)
Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu karena
panas pada srtuktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan
tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari
antena. Disipasi daya rata-rata pada antena dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pin = ½ R | Iin |2 (1.30)
Dimana :
Iin : arus pada terminal input
Faktor ½ muncul karena arus didefinisikan sebagai harga puncak. Daya dissipasi dapat diuraikan menjadi daya
rugi ohmic dan daya rugi radiasi, yang dapat ditulis dengan :
Pin = Pohmic + Pr (1.31)
Dimana :
Pr : ½ Rin | Iin |2
Pohmic = ½ Rohmic | Iin |2
Sehingga definisi resistansi radiasi dan resistansi ohmic suatu antena pada terminal input adalah :
(1.32a)
(1.32b)
Resistansi radiasi merupakan relatif terhadap arus pada setiap titik antena. Biasanya digunakan arus
maksimum, dengan kata lain arus yang digunakan pada persamaan 1.30 adalah arus maksimum. Sifat ini
sangat mirip dengan impedansi beban pada teori rangkaian. Antena dengan dimensi kecil secara listrik
mempunyai reaktansi input besar, sebagai contoh dipole kecil mempunyai reaktansi kapasitif dan loop kecil
mempunyai reaktansi induktif,
Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena haruslah
conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda). Jika hal ini tidak terpenuhi
maka akan terjadi pemanulan energi yang dipancarkan atau diterima, sesaui dengan persamaan sebagai
berikut :
GL = (1.33)
Dengan :
e–L = tegangan pantul ZL = impedansi beban
e+L = tegangan datang Zin = impedansi input
Sedangkan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :
VSWR = (1.34)
Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih kecil dari 2 (dua).
Gain Antena
wDefinisi daripada keterarahan antena dan penguatan antena secara esensialnya mempunyai
kesamaan kecuali pada bagian daya yang digunakan. Penguatan G merupakan perbandingan densitas radiasi
antena pada jarak titik tertentu terhadap
daya input total antenna (Pin) yang diradiasikan secara isotropis. Maka, penguatan antena akan tergantung
pada daya total yang melayani terminal masukan antena,
serta perhitungan untuk rugi-rugi ohmic pada antena dilakukan ketika keterarahan tergantung pada daya
total radiasi dan tidak termasuk efek rugi-rugi ohmic.
Pancaran gelombang radio oleh antena makin jauh makin lemah, melemahnya pancaran itu berbanding
terbalik dengan kuadrat jaraknya, jadi pada jarak dua kali lipat kekuatannya menjadi 1/(2 * 2) atau
seperempatnya. Angka tersebut masih belum memperhitungkan melemahnya pancaran karena hambatan
lingkungan dalam perjalanannya.
Kecuali sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena adalah bahwa kekuatan pancaran ke berbagai arah
cenderung tidak sama. Pancaran gelombang radio oleh antena vertikal mempunyai kekuatan yang sama ke
segala arah mata angin, pancaran semacam ini dinamakan omni-directional. Pada antena dipole, pancaran ke
arah tegak lurus bentangannya besar sedang pancaran ke samping kecil, pancaran semacam ini disebut bi-
directional.
Dalam teknik radio kekuatan pancaran ke segala arah digambarkan sebagai pola pancaran (radiation pattern)
seperti terlihat pada gambar berikut ini. Pola 1 adalah pola pancaran antena dipole (antena 1), apabila ada
antena lain (antena 2) yang mempunyai pola radiasi seperti pada pola 2, maka titik A akan menerima signal
lebih kuat daripada pancaran antena 1, dikatakan bahwa antena 2 mempunyai GAIN. Gain dinyatakan dengan
dB, sebagai pembanding untuk menentukan besarnya gain adalah dipole.
Ketika antena digunakan pada suatu sistem, biasanya lebih tertarik pada bagaimana efisien suatu antena
untuk memindahkan daya yang terdapat pada terminal input menjadi daya radiasi. Untuk menyatakan ini,
power gain (atau gain saja) didefinisikan sebagai 4π kali rasio dari intensitas pada suatu arah dengan daya
yang diterima antena, dinyatakan dengan :
G= 4π (1.22)
Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh ketidaksesuaian impedansi (impedance missmatch )
atau polarisasi. Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas radiasi atau harga
maksimum dari persamaan (1.22), sehingga dapat dinyatakan kembali :
G= 4π (1.23)
Jadi gain dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari q dan f, dan juga dapat dnyatakan sebagai suatu harga
pada suatu arah tertentu. Jika tidak ada arah yang ditentukan dan harga power gain tidak dinyatakan sebagai
suatu fungsi dari q dan f, diasumsikan sebagai gain maksimum.
Direktivatas dapat ditulis sebagai D = 4π , jika dibandingakn dengan persamaan (1.23) maka akan terlihat
bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya yang digunakan.
Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antena jika seluruh daya input menjadi daya radiasi. Dan hal ini
tidak mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul
sebagai daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat dengannya. Hal tersebut menimbulkan suatu
definisi baru, yaitu yang disebut dengan efisiensi radiasi, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
e = (1.24)
dengan catatan bahwa harga e diantara nol dan satu ( 0 < e < 1) atau ( 0 < e < 100%).
Sehingga gain maksimum suatu antena sama dengan direktivitas dikalikan dengan efisiensi dari antena, yang
dapat dinyatakan sebagai berikut :
G =eD (1.25)
Peersamaan di atas adalah persamaan yang secara teoritis bisa digunakan untuk menghitung gain suatu
antena. Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas (directivity) dan
efisiensi yang dimilikinya, karena untuk mendapatkan directivity antena memang diperlukan perhitungan yang
tidak mudah. Sehingga pada umumnya orang lebih suka menyatakan gain maksimum suatu antena dengan
cara membandingkannya dengan antena lain yang dianggap sebagai antena standard (dengan metode
pengukuran). Salah satu metode pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar 1.5. Sebuah
antena sebagai sumber radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula antena
standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai antena penerima seperti
terlihat pada gambar 1.5a. Kedua antena ini kemudian saling diarahkan sedemikian sehingga diperoleh daya
output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya dalam posisi yang sama antena standard
diganti dengan antena yang hendak dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat pada gambar 1.5b. Dalam
posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang samadengan antena standard dan selanjutnya
diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum. Apabila pada antena
standard sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari pengukuran di atas gain maksimum antena yang
dicari dapat dihitung dengan :
Gt = Gs (1.26)
Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah :
Gt (dB) = Pt (dB) – Ps (dB) + Gs (dB) (1.27)
Pin Ps
Gs
(a) PENGUKURAN DAYA OUTPUT YANG DITERIMA OLEH ANTENA STANDARD (PS)
Pin Pt
Gt
(b)
(b) PENGUKURAN DAYA OUTPUT YANG DITERIMA OLEH ANTENA YANG DI TEST (Pt)
POLA RADIASI
Pola radiasi antena merupakan sebuah gambar grafik yang melambangkan perangkat radiasi antena sebagai
sebuah fungsi posisi pada koordinat spheris (koordinat bola). Jenis – jenis umum pola radiasi antena berupa
Pola Daya yang menggambarkan normalisasi daya terhadap posisi koordinat spheris, dan Pola Medan yang
menggambarkan normalisasi medan terhadap posisi koordinat spheris.
Jenis – jenis Medan Antena :
a) Medan Reaktif yang merupakan bagian karakteristik medan antena akibat gelombang berdiri yang
melambangkan energi yang tersimpan.
b) Medan Radiasi yang merupakan bagian karakteristik medan antena akibat radiasi gelombang (propagasi)
yang melambangkan energi dipancarkan oleh antena.
Daerah – daerah medan antena :
a) Daerah medan dekat reaktif yang merupakan daerah yang berada disekitar antena dimana medan raktif
sangat dominan (energi tersimpan – gelombang berdiri).
b) Daerah medan dekat Fresnel yang merupakan daerah antara medan dekat reaktif dan medan jauh
dimana radiasi medan sangat dominan dan distribusi medan tergantung jarak dari antena.
c) Daerah medan jauh Fraunhofer merupakan daerah paling terjauh dari antena dimana distribusi medan
secara esensial berdiri sendiri dari jarak antena sumber (propagasi gelombang).
Definisi – definisi pola radiasi antenna
a) Pola isotropis adalah pola sebuah antena didefinisikan sebagai radiasi serba sama ke segala arah, pola
ini dibentuk oleh sebuah radiator isotropis (sumber titik, sebuah antena non-fisik yang tidak mempunyai arah).
b) Pola keterarahan merupakan sebuah pola dikarakterisasi oleh beberapa radiasi yang efisien dalam satu
arah dibandingkan arah lainnya (secara fisik antena yang dapat direalisasikan adalah antenna pengarah saja).
c) Pola omnidirectional merupakan sebuah pola yang serba sama dalam pemberian ruang radiasinya.
d) Pola bidang utama yaitu pola bidang E dan bidang H dari sebuah polarisasi linier antena.
Bidang E adalah bidang yang terdiri vektor medan elektrik dan arah radiasinya maksimum.
Bidang H adalah bidang yang terdiri vektor medan magnetik dan arah radiasinya maksimum.
Parameter – parameter Pola Antena;
1. Cuping radiasi (radiation lobe) merupakan puncak intensitas radiasi tertinggi disekitar daerah intensitas radiasi
terendah.
2. Cuping Utama (Main Lobe) merupakan cuping radiasi pada arah radiasi maksimum.
3. Cuping Minor (Minor Lobe) merupakan cuping radiasi lainnya dari pada cuping utama.
4. Cuping Sisi (Side Lobe) merupakan sebuah cuping radiasi dalam arah lainnya daripada arah radiasi yang
dipusatkan.
5. Cuping Belakang (Back Lobe) merupakan kebalikan daripada cuping radiasi terhadap cuping utama.
6. Half Power Beamwidth (HPBW) merupakan lebar sudut berkas utama pada titik setengah daya antena.
7. First Null Beamwidth (FNBW) merupakan lebar sudut antara bagian null (kosong) pertama pada sisi lain berkas
utama.
Pola yang ditunjukkan dalam Gambar menyatakan bahwa antenna mempunyai pengarahan yang baik, karana
sebagian besar energi diradiasikan melalui batasan sempit, yang dinamakan lobe utama (main lobe). Selain
itu, pola ini juga mempunyai lobe-lobe kecil (minor lobes), yang dinamakan lobe sisi (side lobes) dan lobe
belakang (back lobes). Dalam aplikasi, lobe-lobe kecil ini biasanya tidak diinginkan, karana menyebabkan
pemborosan energi dan penyebab interferensi utama bila dioperasikan sebagai antena penerima.
Side Lobe Level
Suatu contoh pola daya antena digambarkan dengan koordinat polar. Lobe utama (main lobe) adalah lobe
yang mempunyai arah dengan pola radiasi maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil
dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain
yang dimaksud.
Secara praktis disebut juga minor lobe. Side lobe dapat berharga positif ataupun negatif. Pada kenyataannya
suatu pola mempunyai harga kompleks. Sehingga digunakan magnitudo dari pola medan atau pola daya
Ukuran yang menyatakan seberapa besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main
lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar dengan
harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel (dB), dan ditulis dengan
rumus sebagai berikut :
SLL = 20 log dB (1.13)
Dengan :
F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar
F(maks) : nilai maksimum dari main lobe
Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).
Half Power Beam Width (HPBW)
HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe, Seringkali dibutuhkan
antena yang mempunyai pola radiasi broad side atau end fire. Suatu antena broad side adalah antena dimana
pancaran utama maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada. Sedangkan antena
end fire adalah antena yang pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang utama dimana
antena berada. Namun demikian ada juga antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main
lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang disebut dengan intermediate. Antena yang
mempnyai pola radiasi intermediate banyak dijumpai pada phased array antenna. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar
a) BROAD a) BROAD
SIDE SIDE b) INTERMEDIATE

Frekuensi
c) END FIRE
Frekuensi adalah benyaknya
getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah
detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz. frekuensi radio (RF) radiasi adalah himpunan bagian
dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 100 km untuk 1 mm, yang
merupakan frekuensi 3 kHz sampai 300 GHz, [1] masing-masing. This range of electromagnetic radiation
constitutes the radio spectrum and corresponds to the frequency of alternating
current electrical signals used to produce and detect radio waves . Ini rentang radiasi
elektromagnetik merupakan spektrum radio dan sesuai dengan frekuensi arus bolak- sinyal
listrik yang digunakan untuk menghasilkan dan mendeteksi gelombang radio . RF can refer to
electromagnetic oscillations in either electrical circuits or radiation through air and space. RF dapat
mengacu pada osilasi elektromagnetik baik dalam rangkaian listrik atau radiasi melalui udara dan
ruang angkasa. Like other subsets of electromagnetic radiation, RF travels at the speed of light . Seperti
himpunan bagian lain dari radiasi elektromagnetik, RF perjalanan pada kecepatan cahaya .

Anda mungkin juga menyukai