Anda di halaman 1dari 14

ANTENA

Pendahuluan
Banyak sekali macam/tipe antenna gelombang micro yang dapat digunakan untuk
stasiun bumi atau pemancar teristerial, besarnya penggunaan (gain) dapat
diperkirakan dengan menggunakan persamaan :

Dimana : G = Faktor penguat antenna


D = Diameter antenna (m)
λ = Panjang gelombang sinyal ( m)
η = Effesiensi dari antenna yang bergantung kepada ketelitian bentuk
permikaan dankekasaran permukaan reflector antenna ( nilainya
biasanya berkisar antara 0,54 dan 0,65)
Sebagai contoh dari besarnya penguatan tersebut untuk stasiun-stasiun bumi yang
beroperasi dengan satelit PALAP A1, diperlukan daya antenna sebesar 50,7 dB untuk
4 GHz ( penerima) dan 53,1 (pemancar), dengan diameter dari antenna 10 m.
Pada Stasiun-stasiun bumi yang mempunyai G/T yang tinggi, selain antenna yang
besar diameternya, juga pesawat penerima harus didinginkan untuk memperoleh
G/T yang lebih besar dari 40,7 dB/°K , misalnya untuk stasiun-stasiun bumi
INTELSAT seperti stasiun bumi Jatiluhur.
Karena G/T untuk stasiun-stasiun bumi SKSD dari PT TELEKOMUNIKASI hanya
29,0 dB dB/°K , dipilih antenna dengan diameter 10 m, sedangkan pesawat
penerima mempunyai temperature derau 55 °K tanpa menggunakan perbandingan
khusus.
Untuk Stasiun bumi seperti VSAT, G/T ini bias lebih kecil lagi yaitu sekitar 18 dB,
tetapi dengan konsekwensi bahwa stasiun-stasiun hanya dapat beroperasi untuk
lebar pita frekuensi yang terbatas.
Dalam penentuan besarnya diameter antenna dari stasiun bumi, selain factor G/T
ada lain yang perlu diperhatikan yaitu:

A. Side lobe
Makin kecil antenna, makin besar side lobe dari antenna tersebut. Side lobe ini
penting sekali uintuk memperhitungkan pengaruh dari/ke gelombang micro lainya
baik terrestrial maupun satelit, tambahan derau dari bumi yang panas serta badan-
badan angkasa lainya.
B. Lebar dari berkas antenna
Makin kecil antenanya, makin besar/lebar berkas antenanya. Secara pendekatan,
lebar berkas suatu antenna adalah

Dimana, = lebar sudut yang membatasi berkas -3dB relative


Untuk side lobe ini, CCIR mengeluarkan rekomendasinya, yang membatasi tingkat
side lobe disbanding main lobenya, seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1.
Antenna Pattern suatu Antena Stasiun
Kepekaan sebuah Stasiun Bumi bias diukur/ditentukan oleh komponen-komponen
terdepennya yaiut :
• Parameter GRx = Rx Gain Antena dalam …..dBi
• Antena-Noise Temperatur (pada Elevasi tertentu dalam ….°K
• LNA/B/C Noise Temperatur ( = …….°K ; bukan Gainnya).
Maka rumus G/T dapat disederhanakan sebagai berikut :

G/T = G RxAnt – 10 log ( T RxAnt + T LNA ) dB/ °K

Biasanya T Rx + T LNA disebut “ System Noise” satuannya dalam dB/ °K


Sebagai Contoh antenna diameter 3,8 meter :
G/T = 42.1 – 10 log (20° + 50°)
= 42,1 – 10 log (70°
= 42,1 – 18,45
= 23,55 dB/°K
Besaran (relatip) G/T sebaik 23,5 dB/°K memenuhi rekomendasi PT Telkom untuk
sebuah stasiun Bumi Kecil. Adapun target “system Noise yang ≤ 70 °K
Contoh lain : Jika Antena A 4.6 meter, G = 43.9 dBi, Antena Noise T = 25°K,
terpasang LNA/B/C dengan specifikasi : 100°K
G/T = 43,9 – 10 log (25 + 100)
= 43,9 – 10 x 2,097
= 22,93 dB/K
Bila LNA/B diganti dengan terbaik, misalnya yang 38°K maka
G/T St Bumi itu menjadi = 43,9 – 10 log (25 + 38) = 25,91 dB/K
Dari contoh diatas kelihatan dengan mengganti LNA/B dari 100°K menjadi 38°K,
Stasiun berubah menjadi 3 dB lebih peka /sensitip.

2.1.Jenis- Jenis Antena Untuk Microwave/ Stasiun Bumi


2.1.1 Antena Paraboloid (focal feed)
Pemancaran gelombang radio ke ruang angkasa bebas dimulai pada titik focus
reflector antenna.
Kelebihannya :
Bentuk sangat sederhana, Karena sifatnya ini, tepat dipakai untuk stasiun bumi yang
transportable dengan G/T yang kecil yang menyebabkan efesiensinya relative lebih
bagus.
Kelemahanya:
– Mempunyai system noise yang relative tinggi terutama pada sudut elevasi yang
tinggi, karena pancaran dari “side lobe” primary feednya menuju bumi yang panas.
– Transmissi line antara penerima dan antenna menjadi panjang, sehingga
kehilangan yang diakibatkannya besar.
– Relatif sulit dalam pengaturan OMT nya maka hanya praktis sampai dengan
ukuran diameter 4,5 meter saja.

Gambar1.2. Antena parabola Prime Focus Feed

2.1.2. Antena Off-Set Feed


Sistem Offset Feed sebenarnya berawal pada Prime Focus juga, tapi disinai sedikit
lebih baik efesiensinya karena “blocking” (obstrusi ) berkurang. Relatip
ringan/praktis digelar misalnya untuk transportable (mobile).Pengaturan OMT jauh
lebih mudah disbanding Prime Focus Berkenaan dengan desain mekanik pada Feed
Supportnya, yang harus memiliki kekokohan tertentu, maka yang umum diproduksi
ialah 1,8 samapi 3,4 meter.
Gambar1.3. Antena parabola Off-Set Feed

2.1.3. Antena Cassegrain/ Gregorian


Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari paraboloid antenna, dipakai system
dengan dua reflector yang disebut Cassegrain antenna ( menurut nama William
Cassegrain, yang pada tahun 1672 menggunakan konsep dua reflector untuk
teleskop).
Disini ada 2 reflektor yaitu reflector utama (Main Reflector) yang berbentuk
parabola dan reflector ke dua (Sub Reflector) yang berbentuk hyperbola (lihat
gambar 1.4.)
Pemancar (feed horn) ditempatkan pada titik focus-1 hyperbola sehingga pancaran
dari feed akan terpantul dari focus-2 hyperbola yang juga merupakan titik Fokus
utama dari parabolanya. Sehingga sinar-sinar/pancaran gelombang yang mengenai
parabola, seolah-olah dating dari titik fokusnya, yang akan terpantul parallel/sejajar.
Keuntungannya :
– Mempunyai imbuhan Noise dari “Side lobe” yang lelatif lebih kecil, karena
pancaran dari side lobe primary feednya menuju angkasa yang dingin.
– Panjang “bumbung gelombang” untuk feed lebih pendek
– Fleksibel dalam rancangan feednya.
– “Feed System” secara mekanis lebih stabil sehingga pengarahan antenna lebih
tepat.
Kelemahan:
– Pemancar terhalang oleh sub-reflektor dan bagian-bagian penyangganya.
– Karena sub leflektor dimensinya kecil, “feed system” harus lebih terarah.
Antena jenis ini tepat digunakan pada stasiun bumi yang permanent, yang
kebanyakan mempunyai G/T yang besar.

Gambar1.4. Antena parabola Cassegrain

2.1.4. Antena Horn Reflektor


Pada dasarnya, antenna ini adalah offset reflector parabola dengan “horn feed”.
Ujung feed berimpitan dengan titik api reflector parabola
Keuntungan :
“Side Lobe” nya relatip kecil sekali, jika dibandingkan dengan reflector parabola.
Kelemahan :
Konstruksinya berat dan komplks, tetapi dalam kemajuan teknologi akhir-akhir ini
beberapa perusahaan mengintrodusir konstruksi yang ringan, misalnya dibuat dari
fiberglass.
Sistem ini baik untuk Stasiun Bumi yang mobil, atau digunakan di daerah-daerah
yang ada interferensi yang kuat dari jaringan gelombang mikro terresterial

Gambar 1.5. Skema dari Antena Horn Reflektor


2.1.5. Antena Helix
Antena helix dapat berbentuk uniform, tapered, variable pitch, envelop dan
sebagainya. Adapun model helix ada yang digunakan sebagai saluran transmisi
(mode transmisi) dan ada yang berfungsi sebagai antenna (mode radiasi). Untuk
dimensi helix dapat terlihata pada gambar dibawah ini ;

Gambar 1.6. Axial mode jenis cupped ground plane


Dimana :
D = diameter helix (center to center)
C = Circumference of helix = πD
S = Spacing beween turn
α = pitch angle = arctan S/ πD

Penggunaan Helix ini sering dilakukan dengan cara disusun dalam suatu array, hal
ini dilakukan untuk menaikan gain antenna. Adapun yang menjadi syarat untuk
mode axial diantaranya adalah :
• Circumference in free wavelengths ( 0,75 < Cλ < 1,33)
• Pitch angle (12° < α < 18° ).
• Number of turn helix.
Pada gambar 1.7. dibawah terlihat hubungan antara gain dengan radius pada
panjang helix yang berbeda-beda. Terlihat bahwa dalam seluruh panjang helix gain
maximum diperoleh jika circumference = λ.

Gambar 1.7. Hubungan gain radius pada antenna Helix untuk beberapa panjang
antenna.
2.1.6. Antena Conical Horn
Antena horn dapat dibagi dua, yaitu rectangular horn dan circular horn. Circular
horn terdiri dari exponmentially tapered, conical, TEM biconical, TE01 biconical.
Bentuk geometrid an perbandingan antara diameter antenna dengan besarnya gain
dari antenna conical horn dapat dilihat pada gambar 1.8. dan table 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.8. Geometri antenna conical horn

Tabel1.1
Perbandingan diameter antenna dengan gain

2.1.7. Antena Microstrip Ring.


Antena microstrip dapat berbentuk square, disk, rectangular, Elipse, pentagon, ring,
equilateraltriangle dan semi disk, seperti terlihat pada gambar 1.9.

Gambar 1.9. Macam-macam bentuk antenna microstrip

Radiasi dari antenna microstrip dapat dimengerti dengan kasus mudah pada
antewna microsstrip rectangulsar pada gambar 1.10a, dengan menganggap tidak ada
variasi dari medan elektrik. Konfigurasi dari radiator dapat diperlihatkan pada
gambar 1.10b, sehingga radiation pattern dibentuk oleh medan yang dipinggir antara
ujung konduktor antenna microstrip dan ground plane (gambar 1.10c)

Gambar 1.10 Prinsip dasar pembentukan medan pada antenna Microstrip

Antena microstrip ring merupakan salah satu bentuk yang sesering digunakan dalam
aplikasi komunikasi satelit bergerak. Fundamental mode elektromagnetik pada
antenna microstrip merupakan mode TMnm. Mode elektromagnetik tersebut
mempengaruhi bentuk dari radiation pattern antenna, biasanya pada system
komunikasi satelit bergerak dibutuhkan mode yang lebih tinggi untuk meningkatkan
gain pada sudut elevasi yang kecil, seperti terlihat pada gambar 1.11. dan gambar
1.12.

MODE RELATIVE
DIELEKTRIC
CONSTANT PEAK
DIRECTIVITY PEAK DIRECTION
FROM ZENITH RADIATOR
DIAMETER
_________ TM21 1,25 6,9 35 0,91
————– TM31 2,2 4,6 54 0,93
…………. TM41 4,2 4,0 69 0,83

Gambar 1.11. Radiation pattern antenna microstrip ring

Gambar 1.12. Medan elektromagnetik antenna microstrip

Bentuk dari antenna microstrip ring dapat kita lihat pada gambar 1.13

Gambar 1.13 Bentuk geometri antenna microstrip ring.


Perhitungan resonan adalah sebagai berikut :

Dimana : = frekuensi resonansi


ck = Kecepatan cahaya
= Konstanta dielektrika

2.2. Deplexer
Karena digunakan hanya satuantena baik untuk pengiriman maupun penerimaan ,
diperlukan suatu pengatur sehingga sinyal dari pemancar hanya pergi ke antenna
dan sinyal yang diterima dari antenna hanya pergi ke LNA. Untuk membedakan
sinyal kirim dan terima, dimanfaatkan perbedaan frekuensi (6 dan 4 Ghz) dan
polarisasi, sehingga deplexer ini disebut juga OMT ( Ortho Mode Transducer).
Rangkaian ini biasanya terdiri dari gabungan rangkaian –rangkain tapis dan hybrid
yang terdiri dari komponen-komponen bumbung gelombang. Biasanya
dipersyaratkan attenuasi frekuensi yang tidak diinginkan sebesar harga nominal -
40Db.

Gb. 1.14. Peralatan Out Door Unit (ODU)


yang biasa digunakan untuk Uplink dan Down Link

Contoh Jenis-jenis Antena Microwave parabolic

03. Propagasi Gelombang micro wave

Propogasi Gelombang yang dimaksud dalam pelajaran ini adalah mempelajari proses
perjalanan gelombang elektromagnetik / gelombang radio yang dilepaskan oleh
antenna pemancar samapai diterima oleh antenna penerima yang berjarak d.
Keadaan jarak yang ditempuh oleh gelombang radio tersebut ada beberapa
kemungkinan yang akan dialami oleh gelombang radio tersebut, tergantung pada
kondisi medan yang dilaluinya, mungkin berair / beruap, bergunung-gunung,
terhalang gedung, lembah atau hutan,padang tandus/ pasir.
Semua kondisi tersebut akan menyebabkan kondisi yang berbeda pula pada
gelombang Radio sewaktu diterima oleh antenna penerima.
Dalam pelajaran propagasi gelombang ini, akan lebih menekankan pada kondisi
medan datar, bergunung ( ada obstacle) atau ada penghalang gedung, karena hal-hal
ini yang cukup dominant ditemui dalam praktek.
Tujuan dari pelajaran ini adalah :
• Memprediksi wilayah jangkauan pemancar yang sudah ada dengan menghitung
besarnya kuat medan di suatu tempat.
• Mendesain system Pemancar dengan menghitung besar ERP yang dibutuhkan
setelah menentukan terlebih dahulu kuat medan yang diinginkan.
• Hal lain yang juga dapat diprediksi tentang adanya interferensi signal.

Perhitungan Kuat medan sendiri dilakukan dengan dua cara :


– Menggunakan rumus-rumus propagasi gelombang
– Menggunakan kurva yang telah dibuat oleh CCIR atau ITU

1. perhitungan kuat medan dengan menggunakan rumus-rumus :


a. Kuat medan pada bidang datar :
Kuat Madan E = Eo + Lr + Lj
Dimana Eo = Kuat medan diruang bebas
Lr = Faktor refleksi antara pemancar dan penerima.
Lj = Faktor kelengkungan bumi

[ V/m ]
+ 120 [ dBμV/m ]
Dimana d = jarak dari pemancar ke penerima
W = ERP yang dikeluarkan dari antenna pada arah yang diukur.
ERP = Daya pemancar x penguatan system antenna
= Ptx. Ga.
Ptx dalam watt dan Ga dalam times ( kali) jadi bukan dalam dB untuk rumus ini.

Kuat medan dengan obstacle / penghalang

Dimana: U = clearance parameter =


Cs = Tinggi penghalang dan gain Loss
Τs = radius firs freznel zone =
Apabila menemukan obstacle yang lebih dari dua maka perhitungan factor refleksi
hanaya pada bagian antara pemancar dengan penghalang pertama dan factor refleksi
pada bagian terakhir dengan penerima, karena pada praktekanya penghalang
diantaranya diabaikan.

2. Perhitungan kuat medan dengan menggunakan kurva atau grafik CCIR atau ITU
CCIR atau ITU-R telah negeluarkan kurva grafik untuk keperluan perhitungan kuat
medan, grafik yang digunakan diantarnya adalah : Grafik Rec. 370-4 dengan
• gambar nomor 1 untuk FS dengan ERP 1 kW, 50% time, 50% location
• gambar nomor 6 Definisi parameter ∆h ( derajat kerataan tanah).
• gambar nomor 7 faktor redaman terhadap ∆h dan d ( jarak ).

Cara menghitung kuat medan ;


Pertama harus diketahui terlebih dulu :
a. ERP kea rah lokasi yang akan dihitung . ( = X kW)
b. Jarak lokasi yang akan dihitung dari pemancar . ( = d km)
c. Bentuk profil permukaan tanah garis lurus dari Tx samapai lokasi pengukuran.
d. Dari profil dapat ditentukan ∆h dengan bantuan gambar no.6.
e. Hitung factor redaman akibat ∆h, dengan menggunakan gambar no 7. dengan
jarak d tarik garis tegak lurus keatas samapai menyentuh grafik besarnya ∆h, tarik
garis ke kiri samapi menyentuh garis sumbu redaman ( antara -10 s/d + 30 dB)
misalkan didapat Q dB.
f. Dengan gambar no1 , pada jarak d , tarik garis lurus ke atas samapai menyentuh
grafik tinggi antenna Tx ( dari 37,5 m s/d 1200m). Makla dari titik potong ini tarik
garis lurus ke kiri samapai menynetuh garis Field Strength Misalnya Y dBμV/m.
g. Dari sini dapat disimpulkan kuat medan dilokasi tersebut :
Grafik gambar 1 adalah untuk ERP = 1 kW, sedangkan Tx yang diukur = XkW

Ada factor koreksi sebesar ∆ ERP =


Jadi kuat medan : E = Y dBμV/m + Q dB + Z dB
E = Y + Q + Z [ dBμV/m ]

Rekomendasi CCIR /ITU-R tentang Kuat Medan untuk siaran radio FM.
Wilayah Mono [ dBμV/m ] Styereo [ dBμV/m ]
1 Kota kecil yang sepi 48 54
2 Kota 60 66
3 Kota besar yang ramai 70 74

3. Teknik Pemetaan Jangkauan


Peta topografi
Peta topografi adalah peta yang sangat teliti sekali yang lengkap dengan koordinat-
koordinatnya, ketinggian lokasi mulai dari dataran rendah/ pantai terus naik ke
gunung yang digambarkan dengan kontur-kontur yang menandai perbedaan tinggi.
Biasanya tiap kontur menunjukan perbedaan tinggi 25 m untuk peta dengan skala 1:
50.000 dan perbedaan tinggi 100m untuk peta skala 1:250.000. makin rendah skala
peta tersebut makin teliti peta tersebut demikian juga harganya. Peta tersebut
dikeluarkan oleh Dinas topographi ABRI, atau oleh Bakosurtanal.

Kelengkuangan Bumi
Karena bumi kita ini bulat maka dalam membuat profile/ irisan tegak lurus dari
suatu wilayah diperlukan suatu persyaratan tertentu, diantaranya form profile chart.
Forum ini mempunyai bermacam-macam skala biasanya tercantum di masing-
masing sumbu profile chart.

Sedangkan jarak maksimum yang dapat dijangkau secara LOS radio horizon
sebenarnya lebih jauh lagi ( sesuai dengan rumus yang telah diterangkan terlebih
dahulu)
Pembuatan Peta jangkauan
Salah satu referensi yang digunakan dalam pemeliharaan suatu system parameter
adalah adanya peta jangkauan, peta ini sangat penting baik dalam pemeliharaan dan
juga dalam peasaran/ busninees.

Peta jangkauan dapat dibuat dengan melalui beberapa tahap yaiotu ;


a. Persiapkan peta topographi 1 : 250.000 atau kalau memungkinkan 1 : 50.000.
b. Dibuat gambar profil tanah/permukaan tanah termasuk gedung-gedung yang
tinggi (kalau memungkinkan) berdasarkan peta topographi tersebut.
c. Pembuatan profil untuk kesemua arah (360°) dari lokasi pemancar dengan
perbedaan spasi sudut 10° , pembuatan profile ini dilakukan samapai sejauh mingkin
pada LOS ( line of sight) /daerah bebas pandang.
d. Dengan bantuan hasil gambar profile tersebut terlihat maksimum jarak yang
dapat ditempuh pada kondisi LOS.
e. Peta topographi dibuat potocopynya ( karena peta aslinya mahal, hanya untuk
master saja).
f. Pada peta topographi letakan titik maksimum LOS dari profile dengan
memperhatikan koordinat-koordinatnya.
g. Setelah diperoleh titik maksimum LOS dari profile dengan memperhatikan
koordinat-koordinatnya.
h. Stelah diperoleh titik maksimum LOS, hubungkan titik-titik tersebut sehingga
diperoleh gambaran wilayah jangkauan pemancar tersebut berdasarkan LOS.

Menentukan Testpoint di lapangan.


Testpoint ditentukan untuk sebagai titik referensi lokasi pengukuran di lapangan.
Test point dipilih setelah dilakukan survey peta, serta survey pengukuran lapangan
secara detail. Setelah diketahui hasil survey pengukuran di lapangan maka dipilih
daerah-daerah yang cukup mewakili daerah batasana jangkauan pemancar.Beberapa
hala yang harus dipertimbangkan dalam menentukan testpoint.
a. Lokasi tersebut harus bebas dari gangguan sekitar, baik gangguan secara fisik
( bangunan, ramai kendaraan dan lain sebagainya ) juga bebas gangguan elektrik
(tegangan tinggi, jalur microwave, kabel saluran telepon/listrik dan lain
sebagainya).
b. Terletak di wilayah jangkauan utama yang direncanakan.
c. Merupakan batas LOS dari wilayah jangkauan utama.
d. Jumalah test pont harus dapat mewakili wilayah jangkauan utama dan daerah
LOS dan dapat diambil suatu kesimpulan kualitas kuat medan secara keseluruhan.
Kalau melihat pertimbangan lokasi testpoint tersebut letak testpoint ada di dua
wilayah katagori :
– Yang terletak di dalam daerah jangkauan utamanya tujuannya untuk menjaga
kualitas jangkauan.
– Yang terletak di daerah perbatasan LOS tujuannya untuk melihat apakah adanya
penyimpangan arah jangkauan, terlalu berlebih (akan menginterferensi signal radio
lain) atau terlalu lemah ( berarti adanya penurunan daya Tx).

04. Pasif reflector


Pasif reflector dimaksudkan adalah suatu komponen pasif yang tidak menambahkan
suatu energi gelombang elektromagnetik tetapi hanya memantulkan gelombang
elektromagnetik yang diterimanya. Dari kata reflector itu sendiri sudah dapat
dipastikan berarti pemantul, tetapi dalam prakteknya penggunaan reflector dalam
system antenna sebagai media yang memancarkan atau menerima gelombang
elektromagnetik merupakan pendukung yang dapat diperhitungkan untuk
memperbesar penerimaan atau membelokan arah dari pancaran gelombang
elektromagnetik tersebut.
Dalam prakteknya penggunaan reflector disesuaikan dengan karakteristik dari
gelombang elektromagnetik yang akan dipantulkan, diantaranya :
• Sebagai reflector yang merupakan bagian dari suatu antenna ( reflector antenna
parabola, reflector antenna panel, reflector antenna Yagi).
• Sebagai reflector yang terpisah dari bagian antenna. ( reflector parabola microwave,
reflector antenna gelombang short wave)

Contoh gambar reflector bagian dari antenna.

Gambar 4.1.

Contoh gambar reflector di luar bagian dari antenna

Gambar 4.2.a. Reflektor microwave

Gambar 4.2.b. Reflektor SW


05. Sistem Antenna Panel Tx TV dan Radio FM

5.1. Dasar antenna


Sebelum mengenal Antena panel kita harus lebih dulu kembali mengingat
pengertian dasar dari antenna dalam hal ini antenna isotropis dan antenna
dipole.karena antenna panel adalah pengembangan dari system antenna dalam
rangka meningkatkan gain yang diinginkan.
Pendekatan pertama dengan memperhatikan suatu antenna isotrotic yang
mempunyai radiasi ke semua arah,. Power density p pada suatu jarak R adalah :

dimana Pt adalah total power yang diradiasikan.


Suatu antenna yang nyata memproduksi power density lebih besar dalam suatu arah
disbanding arah laianya. Kita definisikan fungsi directivity D(θ,ф) sebagai :

D(θ,ф) = [ kepadatan power dalam suatu arah (θ,ф) ] / [kepadatan power yang
dihasilkan oleh radiator isotropic dengan power radiasi yang sama.]
Nilai maksimum dari D(θ,ф) disebut directivity dari antenna.

Gain G (θ,ф) dari antenna mempertimbangkan power losses internal. Definisi yang
diambil sama dengan diatas bahwa radiator isotropic mempunyai input yang sama
.Maka,
G (θ,ф) = ηD(θ,ф)

Dimana η adalah efesiensi radiasi. Efesiensi radiasi biasanya akan lebih kentara pada
antenna yang besar, tetapi mungkin tidak kentara untuk antenna yang kecil ( disini
besar dan kecil dalam arti hubungan nya pada suatu panjang gelombang).
Maksimum kepadatan power untuk suatu antenna dengan input power Pt maka
PtG/4πR². Hasil PtG disebut Equivalent Isotropic Radiated Power ( EIRP).
Jika E (θ,ф) diketahui untuk suatu antenna kemudian kepadatan power yang
proporsional untuk kotak dari medan listrik dan directivity dapat ditulis :

Dimana penyebut integral atas lapisan dari aliran power sepanjang diferential sudut
ruang dΩ.
Dalam lapisan kordinat pernyataan ini menjadi :

Dimana rumus ini integral yang ditimbulkan seperti dalam ilustrasi gambar 5.1.

Gambar 5.1. Lapisan koordinat-koordinat dalam hubungan terhadap areal dA


dari sudut ruang dΩ

Berikut table yang diberikan kaitannya dengan directivity dari sejumlah antenna
yang umum digunakan sebagai acuan ( referensi )

Jenis Antena Directivity Ratio Directivity dB


Isotropic Radiator 1 0
Very Short Dipole 1.5 1.76
Half-Wave Dipole 1.64 2.15

Gambar 5.2.

Directivity diberikan dalam hubungannya dengan EIRP (Equivalent Isotropic


Radiated Power). Spesial untuk siaran terrestrial , pada VHF dan UHF, Hal ini secara
praktnya mgnggunakan istilah Equivalent Radiated Power (ERP) dengan satu half-
wave dipole sebagai antenna acuannya. Oleh sebab itu ERP adalah power yang
menjadi penting untuk diumpankan ke dalam suatu half wave dipole untuk
merreproduksi timbulnya kepadatan power dari antenna. Dari tabnel diatas , hal ini
dapat dilihat bahwa directivity dengan respect untuk suatu half-wave dipole adalah
1.64 kali (time) atau 2.15 dB dibandingkan dengan acuan antenna isotropic.

5.2. Antena Circular


Pengembangan dari system antenna untuk meningkatkan gain dari suatu antenna
maka dibuatlah antenna jenis Circular.
Antena Circular sebetulnya adalah suatu antenna panel yang minimal terdiri dari 2
elemen radiator dimana elemen radiator tersebut diberi umpan signal yang berbeda
phasa nya sehingga begitu keluar terpancar dari antenna akan secara berurutan
dengan beda phasa pula sehingga terbentuklah polarisasi seperti spiral, biasa
digunakan dalam broadcast, sedangkan bentuknya dapa ; ½ Ring 2 buah, Siku 2
buah, atau adapula berbentuk Dipole 2 buah bahkan samapi 4 buah dipole untuk
lebih jel;asnya lihat gambar dibawah ini :

Gambar 5.3.

Khusus untuk empat dipole pada contoh di atas, bentuk polarisasinya dapat diubah-
ubah sesuai dengan beda phasa pada input terminal masing-masing dipole. Sehingga
polarisasinya dapat “linier “ (jarang digunakan), Circular dan elliptical.
Gain untuk satu paner antenna circular biasanya -1,5 dBd atau 1,5 dB di bawah
antenna dipole. Namun jenis antenna yang menggunakan reflector sehingga gainya
lebih besar sekitar 3 dBd per panel.meskipun polarisasinya Circular.

5.3. Dipole panel dengan reflector.


Dalam broadcast untuk mendapatkan gain antenna yang besar, banyak digunakan
antenna Dipole dalam bentuk panel yang lengkap dengan reflektornya.
Ada beberapa jenis dipole panel yang terdapat di pasaran dan biasa digunakan untuk
broadcast adalah :
• Single Dipole Panel : perpanel hanya ada satu diple .( biasa digunakan pada TV dan
Radio broadcast), gain per p[anel sekitar 4 dBd..
• Double Dipole Panel : per Panel terdapat dua dipole yang sejajar, (biasa digunakan
pada TV dan Radio broadcast), gain per Panel sekitas 7,5 – 7,8 dBd.
• ]Dua Double Dipole Panel : per Panel terdapat dua double dipole yang sejajar. (
biasa digunakan hanya pada TV broadcast). Gain per panel sekitar 10 – 11 dBd.
Makin banyaknya dipole per panel akibatnya memperbesdar gain antenna tersebut.
Namun perlu dipertimbangkan dengan berat dan beban terhadap angina juga akan
makin besar.

Gambar 5.4.

5.4. Contoh Antena Panel yang digunakan TV


Type Antena untuk TV dalam upper VHF Band 174 – 230 Mhz
Type No. Description Frequency range Gain Polarization
K 52 30 5 2 dipole panel,steel 174 – 230 Mhz 8 dB Horizontal/Vertical
K 52 33 5 4 dipole panel,steel 174 – 230 Mhz 11 dB Horizontal
K 53 33 5 4 dipole panel,steel 174 – 230 Mhz 11 dB Vertical
K 52 34 5 2 dipole panel,steel 174 – 230 Mhz 7 dB Horizontal
K 52 31 5 2 dipole panel,aluminium 174 – 230 Mhz 7,5 dB Horizontal/Vertical
768 000 4 dipole panel,steel 174 – 230 Mhz 7,5 dB Horizontal&Vertical

Gambar 5.5. Antena Type No 768 000

5.5. Contoh Antena Panel yang digunakan Radio FM

Type Antena untuk Radio FM dalam upper VHF Band 87,5 – 108 Mhz
Type No. Description Frequency range Gain Polarization
K 52 31 187 2 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 7,5 dB Horizontal
752 119 2 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 7,5 dB Vertical
K 52 34 17 2 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 7 dB Horizontal
K 52 32 187 4 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 7,5 dB Horizontal&Vertical
754 154 2 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 3,5 dB Circular
768 476 2 dipole panel,steel 87.5 – 108 Mhz 6 dB Horizontal

Gambar 5.6. Antena type 758 476


06. Effective Radiated Power ( ERP )
6.1. Kalkulasi RF Power Radiasi
RF Power Radiasi biasa disebut pengukuran ERP ( Effective Radiated power)
Adapun ERP dinyatakan dalam formula sebagai berikut.

ERP = Gtx . Gsa


Dimana : Gtx = Daya yang datang ke antenna dari pemancar
Gsa = Gain system antenna pada arah tersebut.

Contoh Suatu menara dipasang dengan 4 arah : arah A, arah B , arah C dan arah D.
Masing-masing arah dipasang dengan jumlah antenna yang berlainan yaitu :
arah A Jumlah antenna = Na panel,
arah B Jumlah antenna = Nb panel,
arah C Jumlah antenna = Nc panel,
arah D Jumlah antenna = Nd panel,
Gain setiap panel antenna = Ga dB
Sedangkan perbandingan daya yang didistribusikan adalah untuk masing-masing
arah :
Xc : Ya : Zb : Wd
Maka gain antenna untuk masing-masing arah adalah :
Gain per arah = 10 log ( jumlah panel per arah) + gain antenna per panel

Gain arah A = 10 log (Na) + Ga


Gain arah B = 10 log (Nb) + Ga
Gain arah C = 10 log (Nc) + Ga
Gain arah D = 10 log (Nd) + Ga
Karena daya yang disalurkan ke antenna terbagi untuk beberapa arah melalui power
distributor maka akan terjadi perbedaan daya yang disalurkan sesuai dengan
perbandingan output distributor yaitu : Xc : Ya : Zb : Wd.
Apabila daya yang diberikan dari pemancar adalah P maka masing-masing arah
terdapat Loss yang besarnya adalah :

Dari rumus awal ERP = Ptx .Gsa


Sehingga Ptx dalam contoh diatas untuk arah A = P + La
Sedangkan Gsa = 10 log (Na) + Ga
Maka ERP untuk arah A = P + La + 10 log (Na) + Ga
= P + + 10 log (Na) + Ga

Gambar 6.1. Distribusi power ke empat arah

Hasil perhitungan ini akan dapat menjadi perkiraan untuk lebih tepatnya diukur
menggunakan fild Strength meter berapa kuat medan yang ada pada suatu titik
dalam daerah arah A. Karena dengan menghitung besar ERP yang dibutuhkan
setelah menentukan terlebih dahulu kuat medan yang diinginkan.

6.2. Bentuk Pola Radiasi Horisontal Antena Panel.

Pada distribusi pembagi daya pada empat arah seperti pada gambar 6.1. bila setiap
arah mempunyai daya yang sama maka akan terbentuk Pola Radiasi Horisontal
seperti pada gambar 6.2a.
Gambar 6.2a. Pola Radiasi Horisontal empat arah sama besar.

Gambar 6.2b. Lay out Tower empat arah sama besar


Bila mempunyai tiga muka ( Tower segi tiga/ segi empat ) maka arah yang sama
besar akan menghasilkan pola radiasi horizontal seperti pada gambar 6.3.a.

Gambar 6.3a. Pola Radiasi Horisontal tiga arah sama besar.

Gambar 6.3b Lay out Tower tiga arah sama besar

6.3. Bentuk Pola Radiasi Vertikal Antena Panel.

Pada distribusi pembagi daya pada empat arah seperti pada gambar 6.1. bila setiap
arah mempunyai daya yang sama masing-masing 3 bay maka akan terbentuk Pola
Radiasi Vertikal seperti pada gambar 6.3a.

Gambar 6.3a Pola Radiasi Vertikal dengan frekuensi 570Mhz dengan 3 bay

Bila kekuatan di tambah menjadi 5 bay maka pola radiasi vertical seperti gambar
6.3b.

Gambar 6.3b Pola Radiasi Vertikal dengan frekuensi 570Mhz dengan 5 bay

6.4. Interference Voltasge at Antena Base.

Gambar 6.4. field Strength dalam ruang bebas.

Gambar 6.5. field Strength dalam tanah datar.

Gambar 6.6. field Strength untuk antenna yang lebih rendah.

Gambar 6.7. field Strength untuk antenna yang lebih tinggi

Latihan Soal :
1. System Antena dengan mneggunakan antenna circular dipasang Vertikal sebanyak
12 buah.
Masing-masing antenna mempunyai gain = 1 dB
Masing-masing antenna mendapatkan Supply daya yang sama , artinya Power
Splitter membagi rata ke semua antenna.
Sedangkan daya Tx = 750 watt.
a) Berapakah gain antenna System tersebut?
b) Berapakah ERP nya.

2. Diketahui Daya Tx 100 watt, dengan Tinggi menara 65 meter, Gain antenna kea
rah penerima 5 dB , Frekuensi Tx = 100 Mhz.
a) Berapakah ERP Pemancar tersebut.
b) Berapakah Kuat medan di lokasi yang berjarak 22 km bila diterima dengan
antenna penerima setinggi 3 meter.

3. Suatu tower dengan tinggi 60 meter terpasang pada suatu lapangan dengan jarak
(d) = 800 meter dari sebuah pemancar dengan kekuatan 150 kW.
Bila diukur dengan volt meter maka Tower tersebut mempunyai tegangan berapa.

4. Di Stasiun penyiaran tempat bekerja anda terdapat Pemancar TV/Radio FM


dengan kekuatan dan frekuensi berapa .
Bila diasumsikan untuk System antenna pada setiap bay mempunyai gain 3 db untuk
Pemancar Radio FM dan 5 db untuk Pemancar TV.
Maka berapakah nilai ERP dari pemancar TV/Radio FM anda.

5. Gambarkan contoh antenna Panel untuk TV / Radio FM broadcast.

Anda mungkin juga menyukai