Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR PENGUKURAN

ANTENA
Nama Anggota:

Ilham Wirangga Jati (10)


M. Zulfikar Al Kautsar B. (12)
M. Bondan Syafi’i (14)
Nindi Karyninna L. T. (16)
Pembahasan pada 1. Daerah Pengukuran Antena
Prosedur Pengukuran 2. Pengukuran Pola Radiasi
3. Pengukuran Directivity dan Gain
Antena
4. Pengukuran Impedansi dan
Efisiensi

2
Daerah Pengukuran Antena
Tujuan menentukan daerah untuk pengukuran antenna antara lain:

1. Untuk melihat karakteristik dari antenna yang telah didesain. Karena tidak semua jenis
antena mudah untuk dianalisis, ada banyak juga antena yang tidak dapat diteliti secara
analitis disebabkan karena struktur dan metoda pencatuannya yang sangat rumit.

2. Untuk menguji data-data teoritis yang didapat dari hasil sintesa dan analisis

3
Daerah Pengukuran Antena

Reactive Near-field (1) Fresnel (2) Fraunhofer (3)

Daerah Antena / Reactive Near-field, Daerah Medan Dekat / Daerah Daerah Medan Jauh / Daerah
benda-benda didaerah ini saling Fresnell, di daerah ini medan listrik Franhoufer, di daerah ini medan listrik
mempengaruhi dengan antena dan magnet belum transversal dan magnet transversal penuh dan
(impedansi dan pola pancar) → penuh → distribusi medan masih keduanya tegak lurus terhadap arah
distribusi medan tergantung jarak tergantung jarak perambatan gelombang → distribusi
medan tidak tergantung jarak
4
Pola Radiasi
DEFINISI
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan
grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan
jauh sebagai fungsi arah.

Pola radiasi antenna terdiri dari 2 unit radiasi, yaitu pada radiasi
bidang E (vertikal) dan bidang H (horisontal). Keduanya memiliki
komponen vetor q dan f, yaitu Eq dan Ef serta Hq dan Hf.

5
Metode Pengukuran Pola radiasi

Metode Pengukuran Pola Radiasi pada Bidang E Metode Pengukuran Pola Radiasi pada Bidang H
 Jarak antara kedua antenna diatur sejauh jarak pisah minimum yang dirumuskan:

 Antena dipole standar diatur pada frekuensi yang dikehendaki dengan level tertentu

 Sinyal generator diatur frekuensinya sama dengan pada antenna dipole

 Pengukuran dilakukan dengan membuat variasi terhadap q (pada bidang H) dan f (pada bidang E) dengan step 10 derajat
6
Pola Radiasi
 Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis,
pola tersebut dapat digambarkan dalam dalam
bentuk relatif. Sehingga pola radiasi medan,
apabila dinyatakan didalam pola yang
ternormalisasi akan mempunyai bentuk:

  

 Lalu untuk pola daya apabila dinyatakan dalam


pola ternormalisasi, tidak lain sama dengan
kuadrat dari pola medan yang sudah
dinormalisasikan itu.

7
Pengukuran Directivity (Pengarahan)

DEFINISI
 Directivity adalah kemampuan antena untuk  Pola radiasi antena ternormalisai dapat ditulis dalam
memusatkan energy di arah yang tertentu sewaktu fungsi koordinat spherical F(,) .
memancarkan, atau untuk menerima energi dari arah  Pola radiasi antena ternormalisasi sama dengan pola
yang tertentu sewaktu menerima. radiasi tapi magnitudenya yang terbesar diset menjadi 1.

 Rumus dari Directivity:

8
Directivity
Jika daya radiasi sama baik pada semua arah atau F(θ,Φ) = 1 untuk semua θ dan
Φ maka ΩA = 4π,sehingga diperoleh D = 1. Nilai tersebut adalah keterarahan
untuk sumber isotropis dan merupakan nilai terkecil yang mampu dimiliki
antena. Maka ΩA harus selalu sama dengan atau lebih kecil dari 4π, sedangkan
keterarahan harus selalu sama atau lebih besar dari 1.

9
Pengukuran Gain (Penguatan)

DEFINISI METODE PENGUKURAN


 Penguatan (gain) merupakan besaran nilai yang  Pengukuran Absolut
menunjukkan adanya penambahan tingkat sinyal dari • Metode 2 Antena
sinyal masukan menjadi sinyal keluaran. Penguatan • Metode 3 Antena
bergantung pada keterarahan dan efisiensi. Semakin  Pengukuran Banding / Relatif
tinggi keterarahan maka semakin besar pula
→ dengan rumus:
penguatannya.

 Gain (Penguatan) bukanlah kuantitas yang bisa


didefinisikan dalam bentuk fisik seperti Watt atau Ohm,
tetapi Gain adalah rasio yang tidak berdimensi.

10
PENGUKURAN
IMPEDANSI
Impedansi antena adalah hubungan
antara tegangan dan arus pada input
antenna,

11
Impedansi Antenna
 Jika ada tegangan (dgn frekuensi f) pada input antenna

Maka arus akan

 Nilai real dari impedansi merepsentasikan daya yang diradiasikan oleh antena
keluar atau daya yang diserap oleh antena.
 Nilai imajiner memrepresentasikan daya yang disimpan pada medan dekat.
 Antena dengan nilai real saja (imaginer=0), disebut resonant.
 Impedansi antena akan berubah terhadap frekuensi.

12
 Pengukuran impedansi antena sangat tergantung
pada frekuensi operasinya. Jadi, berdasarkan rentang
frekuensi tersebut, terdapat dua metode pengukuran

Impedansi impedansi.
 Pada dasarnya, untuk aplikasi frekuensi rendah yaitu

Antena di bawah 30 MHz. Sebaliknya, untuk rentang


frekuensi tinggi yaitu di atas 1000 MHz.
 Selain itu, dalam rentang frekuensi antara 30 hingga
1000 MHz, bisa digunakan tetapi itu tergantung pada
kenyamanan dan ketersediaan peralatan.

13
Efisiensi Antena
 Efisiensi antena berhubungan dengan daya yang dikirim ke antena dan daya yang
dipancarkan atau dihamburkan di dalam antena. Antena efisiensi tinggi memiliki sebagian
besar daya yang ada di masukan antena terpancar. Antena dengan efisiensi rendah
memiliki sebagian besar daya yang diserap sebagai kerugian di dalam antena, atau
dipantulkan karena ketidakcocokan impedansi.
 Efisiensi antena ditulis sebagai perbandingan antara daya yang diradiasikan dan daya yang
dicatukan ke antena:

14
 Efisiensi total antena adalah efisiensi radiasi
dikalikan dengan hilangnya ketidaksesuaian
impedansi antena, ketika dihubungkan ke saluran
transmisi atau penerima (radio atau pemancar). Ini

Efisiensi dapat diringkas dalam perrsamaan:

Antena  adalah efisiensi total, loss antena karena


impedansi mismatch, dan efisiensi radiasi.

 biasanya antara 0 dan 1 sehingga efisiensi total


selalu lebih kecil dari efisiensi radiasi.

15
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai