Anda di halaman 1dari 11

RANCANG BANGUN ANTENA BUMBUNG GELOMBANG PERSEGI

SEBAGAI PENGUAT PENERIMA SINYAL MODEM

Kresna Aditama1, Evyta Wismiana2, Bloko Budi Rijadi 3

Abstrak

Pada paper ini memaparkan upaya meningkatkan performa penerimaan sinyal seluler
berbasis 4G dengan menggunakan perangkat modem Huawei E5372s, maka dirancang
sebuah antena bumbung gelombang yang memiliki mode TM 11 dan beroperasi pada
frekuensi 2,3 GHz. Studi optimetric desain bumbung gelombang dilakukan dengan
variasi nilai probe pengeksitasi sebesar ¼λ, ½λ, ¾λ, dan 1λ. Iterasi pada ukuran sisi
bumbung dengan variasi nilai 100 mm, 110 mm, 120 mm, 130 mm, dan 140 mm. Dan
perubahan panjang bumbung gelombang dengan variasi nilai 145 mm, 147 mm, 149 mm,
151 mm, 153 mm, dan 155 mm. Sehingga didapatkan hasil nilai pengukuran antena
dengan nilai koefisien pantul -29,535 dB yang berosilasi di frekuensi 2,309 GHz pada
lebar pita 145 MHz. Pada hasil pengukuran kualitas sinyal, bumbung gelombang persegi
dengan gain 3,297 dBi, dapat memperbaiki nilai terimaan sinyal yang semula -42,258
dBm menjadi -36,884 dBm, dan meningkatkan kecepatan nilai rata-rata donwload sebesar
11,352 Mbps, atau 3× lebih cepat dibandingkan dengan modem tanpa antena
tambahannya.
Kata kunci : Bumbung Gelombang Persegi, Penguat Sinyal, LTE 2300

I. PENDAHULUAN untuk Keperluan Layanan Pita Lebar


Nirkabel (Wireless Broadband) pada Pita
1.1 Latar Belakang Frekuensi Radio 2,3 GHz [5,6].
Generasi keempat (4G) dari Berdasarkan dua hal tersebut,
broadband cellular network technology dilakukan studi peningkatan kualitas
hadir dengan dukungan transmisi data yang penerimaan sinyal seluler dengan
lebih tinggi, kapasitas yang lebih tinggi, merancang antena penguat sinyal untuk
dan latensi yang lebih rendah [1-3]. Namun beroperasi pada frekuensi seluler 2,3 GHz.
masih terdapat area yang memiliki kualitas Bumbung gelombang umumnya
penerimaan sinyal yang buruk, bahkan digunakan pada aplikasi media transmisi
blankspot, disebabkan bertambahnya sebagai antena eksternal [7,8]. Dengan
pembangunan gedung-gedung bertingkat konstruksinya yang sederhana, mudah
yang menghalangi cakupan sinyal. dalam pembuatan, serta dapat menekan
Pita frekuensi 2,3 GHz yang cost produksi.
sebelumnya ditempati oleh PT. Internux, Sebelumnya telah dilakukan penelitian
PT. First Media, Tbk. dan PT. Jasnita serupa untuk aplikasi berbeda tentang
Telekomindo, pada 28 Desember 2018 bumbung gelombang, namun hanya
tengah mengalami relokasi kepemilikan, memaparkan sedikit informasi mengenai
yang akhirnya ditangani operator seluler perancangan dan pengaruh iterasi
Smartfren dengan akses yang cukup luas di desainnya [9,10]. Pada penelitian ini
Indonesia untuk jaringan 4G LTE [4]. dilakukan studi untuk cakupan yang lebih
Relokasi beberapa slot pada band 40 luas, terkait dengan iterasi ukuran dinding
memungkinkan untuk kedepannya bumbung, serta panjang probe
digunakan operator telekomunikasi dengan pengeksitasi.
pelanggan masif. Berdasarkan Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika 1.2 Tujuan Penelitian
Nomor 08/PER/M.KOMINFO/01/2009 Tujuan dari penelitian desain
tentang Penetapan Pita Frekuensi Radio antena ini yaitu :

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1


a. Merancang dan merealisasikan antena b : tinggi bumbung gelombang
bumbung gelombang persegi yang (Meter).
dapat beroperasi pada frekuensi 2,3
GHz. 2.2 Voltage Standing Wave Ratio
b. Menganalisa desain perancangan Rasio gelombang pantul yang
dalam mengoptimalkan parameter bersuperposisi dengan gelombang datang,
antena yang dirancang. dan membentuk suatu pola saling
c. Mengoptimalkan penerimaan sinyal menguatkan pada suatu titik dan
pada modem Huawei E5372s. melemahkan pada titik lainnya di saluran
transmisi karena pengaruh matching
II. DASAR TEORI imedance (ZL dan Z0). Nilai VSWR dapat
dicari dengan persamaan (2) berikut [14] :
2.1 Antena Bumbung Gelombang
Persegi 1+|г| 𝑉𝑚𝑎𝑥
VSWR = = .........................(2)
Merupakan konduktor sempurna 1−|г| 𝑉𝑚𝑖𝑛

yang diisi dielektrik seluruhnya atau


sebagian untuk mengarahkan gelombang Dengan :
elektromagnetik [11]. Dalam keadaan VSWR : Voltage Standing Wave Ratio
udara tidak kering (σ ≠ 0), memungkinkan Г : Koefisien refleksi.
terdapat kerugian tangensial. Menurut Vmax : Tegangan maksimal (Volt).
Krauss dan Carver, nilai perbandingan Vmin : Tegangan minimal (Volt).
antar konduktivitas medium (σ) dengan ωε,
yang dinamakan “loss tangent ” (tan θ), 2.3 Koefisien Pantul
dapat menjadi indikator suatu medium Koefisien pantul adalah
tergolong dalam kategori dielektrik, quasi perbandingan amplitudo gelombang yang
konduktor, atau konduktor [12]. direfleksikan terhadap amplitudo
gelombang yang dikirim dalam logaritmik.
Apabila г = 0, maka RL = ∞ yang berarti
tidak ada daya yang dipantulkan kembali,
begitu juga sebaliknya. Besarnya RL dapat
dicari dengan persamaan (3) berikut [14]:
Gambar. 1. Vektor Bumbung
Gelombang
RL = 20 𝑙𝑜𝑔10 |г|......................................(3)
Pada mode TM, seluruh medan
Dengan :
magnetik transversal terhadap arah
RL : Nilai Koefisien pantul (dB).
perambatannya (Ez ≠ 0, Hz = 0)
berdasarkan persamaan gelombang 2.4 Bandwidth
Helmholtz, frekuensi cut-off mode-mode Bandwidth dinyatakan sebagai
gelombang dinyatakan dengan frekuensi perbandingan frekuensi operasi atas
cut-off mode TMmn seperti ditunjukkan (upper) dengan frekuensi bawah (lower),
pada persamaan (1) berikut [13]: atau seperti ditunjukkan dalam persamaan
(4) berikut [14]:
2 2
fc =
1
√(𝑚𝜋 ) + (𝑛𝜋) ............(1) BW = F2 – F1...........................................(4)
2𝜋 √𝜇𝜀 𝑎 𝑏
Dengan : Dengan :
fc : Frekuensi cut-off (Hertz). BW : Bandwidth (Hertz).
m : Jumlah gelombang intensitas F2 : Frekeunsi Upper (Hertz).
listrik atau magnet dalam arah X. F1 : Frekuensi Lower (Hertz).
n : Jumlah gelombang intensitas
listrik atau magnet dalam arah Y. 2.5 Pola Radiasi
a : lebar bumbung gelombang Pola radiasi adalah fungsi
(Meter). matematis yang merepresentasikan sifat

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2


meradiasikan atau menerima energi pada 850, 900, 1800, 1900, 2100, 2300 MHz)
ruang bebas. Pola radiasi menggambarkan atau pada spektrum baru seperti 700 MHz
jauhnya daerah medan radiasi pada fungsi dan 2,5 GHz [17]. Teknik pentransmisian
koordinat dengan arah tertentu [15]. Frequency Division Duplex (FDD) dan
Time Division Duplex (TDD) mengevolusi
2.6 Gain UMTS, HSPA, dan TD-SCDMA [18].
Gain antena adalah perbandingan
intensitas radiasi maksimum dari suatu III. PERANCANGAN ANTENA
antena terhadap intensitas radiasi
maksimum dari antena referensi dengan 3.1 Diagram Alir Perancangan
daya masuk sama. Gain antena dinyatakan Antena
pada persamaan (5) berikut [16]: Tahapan yang akan dilakukan
dalam perancangan bumbung gelombang
𝐺𝑡 𝐺𝑟 𝜆2 ini ditunjukkan dalam diagram aliran
𝑃𝑟 = (4𝜋𝑅𝑎 )2 𝑡
𝑃 .......................................(5)
(flowchart) pada gambar 3 berikut :

Dengan Pr, Pt, Gt, Gr, λ, Ra secara


berturut-turut adalah daya terima antena
(watt), daya pancar antena (watt), gain
antena pemancar (tanpa satuan), gain
antena penerima (tanpa satuan), panjang
gelombang (meter), dan jarak antara antena
pemancar dan penerima (meter). Ra
ditentukan dengan menggunakan
persamaan (6) berikut [16]

2𝐷𝑎 2
𝑅𝑎 > ..............................................(6)
𝜆

Dengan :
𝐷𝑎 : Dimensi terbesar antena (Meter).
𝜆 : panjang gelombang (Meter).

2.7 Wifi Modem


Modem wifi umumnya memiliki Gambar. 3. Flowchart Perancangan
output sinyal yang beroperasi pada dan Realisasi Antena
frekuensi 2,4 GHz dan 5 GHz sebagai
kanal koneksi antara modem dengan 3.2 Desain Awal
device. Pada gambar 2 berikut adalah blok Desain awal mengacu pada
diagram dari modem wifi secara umum : formulasi ukuran dimensi bumbung
gelombang seperti pada tabel 1 berikut :
Tabel 1 Desain Awal Antena
Parameter Keterangan Nilai
f Frekuensi kerja 2,3 GHz
fc Frekuensi cut-off 2,121 GHz
λ Panjang gelombang 130,4347 mm
Lebar dinding
bumbung
Gambar. 2. Blok Diagram Modem a=b 100 mm
gelombang
WiFi Secara Umum
Panjang bumbung
L 150 mm
gelombang
2.8 4G-LTE 32,6 mm,
Generasi keempat Long Term Panjang probe 65,2 mm,
Evolution (LTE) bekerja pada spektrum C
pengeksitasi 97,8 mm,
frekuensi tertentu seperti IMT-2000 (450, 130,4 mm

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3


Hasil simulasi port tunggal yang
didapatkan dari ukuran desain awal, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 4 berikut :

Gambar. 6. Hasil simulasi perubahan


lebar dinding bumbung gelombang

Gambar. 4. Hasil Simulasi Awal pada Lebar dinding bumbung


Port Tunggal gelombang akan optimal bila nilai a = 135
mm, agar dapat berosilasi tepat pada
Simulasi optimetrik pada inner frekuensi 2,3 GHz.
conductor menunjukkan hasil yang belum
memenuhi kriteria yang diinginkan, seperti 3.4 Optimetric Panjang Bumbung
pada tabel 2 di bawah ini : Gelombang
Tabel 2 Iterasi Inner Conductor Langkah selanjutnya yang
Nilai C 130,4 dilakukan dalam pengoptimalan desain
32,6 65,2 97,8
(mm)
adalah menyesuaikan panjang dari desain
Koefisien -5,44
-11,56 -12,99 -19,66 bumbung gelombang seperti pada gambar
pantul (dB)
Frekuensi 2,68 7 di bawah ini :
2,8 2,76 2,7
(GHz)

Kemungkinan terbaik dari keempat


variabel yang diujikan, yaitu probe dengan
panjang 97,8 mm atau setara dengan ¾ λ.
Gambar. 7. Panjang Bumbung
3.3 Optimetric Lebar Dinding Gelombang
Bumbung Gelombang Perubahan panjang dimulai dari
Pada persamaan (1) nilai a 145 mm - 155 mm, dengan interval 2 mm.
memiliki posisi berkebalikan dengan Hasil simulasi perubahan nilai L dapat
frekuensi cut-off. Maka bila nilai a semakin dilihat pada gambar 8 di bawah ini :
besar, hasil yang terjadi pada frekuensi cut-
off adalah semakin mengecil.

Gambar. 5. Panjang Bumbung


Gelombang Gambar. 8. Pengaruh Perubahan
Panjang Bumbung
Perubahan ukuran a mulai dari 100
mm hingga 140 mm. Hasil optimetric nilai Nilai L lebih mempengaruhi
a dipaparkan pada gambar 6 berikut : kedalaman nilai S11. Dari hasil tersebut,
panjang bumbung gelombang sebesar 155
mm menjadi pilihan terbaik dengan nilai
S11 paling rendah dan frekuensi resonansi

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4


pada 2,3 GHz seperti pada tabel 3 di bawah a. VSWR
ini : Data hasil pengukuran VSWR
Tabel 3 Iterasi Panjang Bumbung pada bumbung gelombang ini dipaparkan
Gelombang pada gambar 11 berikut :
Koef. Koef.
Nilai L f1 f2
pantul 1 pantul 2
(mm) (GHz) (GHz)
(dB) (dB)
145 -27,44 -18,52 2,36 -1,78
147 -21,48 -16,33 2,38 -1,78
149 -18,39 -23,58 2,38 -1,78
151 -21,57 -21,74 2,3 -1,78 Gambar. 11. Grafik Hasil Pengukuran
153 -29,98 -18,73 2,3 -1,78 VSWR
155 -36,21 -16,21 2,3 -1,78
Hasil yang didapatkan untuk
Sedangkan gain yang didapat, parameter VSWR menunjukkan frekuensi
ditampilkan pada gambar 9 berikut : 2,309 GHz dengan perolehan nilai VSWR
sebesar 1,07.

b. Koefisien pantul
Pengukuran koefisien pantul
dilakukan dengan mengamati nilai S11.
Antena dengan kinerja yang baik memiliki
nilai S11 dibawah -10 dB seperti yang dapat
dilihat pada gambar 12 berikut :
Gambar. 9. Pengaruh Panjang
Bumbung terhadap Gain

Pada frekuensi 2,3 GHz semakin


panjang bumbung akan pula menambah
nilai penguatan secara bertahap.

IV. PENGUKURAN DAN


ANALISIS
Gambar. 12. Grafik Pengukuran
4.1 Hasil Pengukuran Parameter Koefisien Pantul
Antena
Nilai koefisien pantul terkecil pada
4.1.1 Hasil pengukuran port tunggal hasil pengukuran yaitu -29,535 dB yang
Pengukuran dilakukan dengan berresonansi pada frekuensi 2,309 GHz.
menggunakan Vector Network Analyzer Berdasarkan persamaan (2) dan
pada rentang frekuensi sweep 1 – 3 GHz, (3), bila nilai г dari pengukuran koefisien
seperti skema yang ditunjukkan pada pantul dimasukkan ke dalam persamaan
gambar 10 berikut : (3), maka diperoleh nilai VSWR :

VSWR = (1+|г|) / (1-|г|)

Bila г = |10|(-RL/20), dan nilai


koefisien pantul adalah -29,535 dB, maka :

VSWR =(1 + г(-29,535/20)) / (1 - г(-29,535/20) )


= (1 + 0,03336) / (1 - 0,03336)
Gambar. 10. Panjang Bumbun
VSWR = 1,069
Gelombang

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5


Hal ini sesuai dengan hasil = 0,145 GHz atau 145 MHz
pengukuran dengan nilai VSWR sebesar
1,07. Begitu pula persamaan (3) berikut : Maka bandwidth pertama yang
terbentuk yaitu sebesar 58 MHz pada pita
RL = 20log10|г| 1,8 GHz, dan selanjutnya pada rentang pita
𝑉𝑆𝑊𝑅 – 1 frekuensi 2,3 GHz yaitu selebar 145 MHz.
RL = 20log10
𝑉𝑆𝑊𝑅 + 1
1,07 − 1
= 20log10 4.1.2 Pola Radiasi
1,07 + 1
= -29,517 dB Skema dalam pengukuran pola
radiasi ditunjukkan pada gambar 4.5
Terdapat kecenderungan frekuensi berikut ini :
resonansi lain pada rentang frekuensi 1,8
GHz. Hal ini disebabkan karena ukuran
bumbung gelombang yang semula 100
mm, menjadi 135 mm. Berdasarkan
persamaan (1) bila lebar bumbung sebesar
135 mm atau 0,135 meter, maka untuk
mode TM11, memiliki frekuensi cut-off
sebesar :
1 2 2
fc = √(𝑚𝜋) + (𝑛𝜋)
2π√(𝜇𝜀 ) 𝑎 𝑏
C 𝑚 2
fc = √( ) × 2
2 0,135 Gambar. 13. Skema Pengukuran Medan
fc = 1,57 GHz Jauh
Hal ini yang menyebabkan Hasil plotting dari pengukuran
kecenderungan frekuensi resonansi lain parameter pola radiasi yang didapatkan
yaitu pada rentang pita frekuensi 1,8 GHz. pada sudut azimuth dan elevasi
Iterasi pada lebar bumbung ditunjukkan pada gambar 4.6 di bawah ini:
gelombang juga menyebabkan mode TM
yang diterapkan tidak lagi bernilai TM11,
hal ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan persamaan (1) berikut :

1 𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2
fc = 2π√(𝜇𝜀 ) √( 𝑎
) + (𝑏)
C 𝑚 2
2,3 GHz = 2 √(0,135) × 2
Gambar. 14. Hasil Plotting Pola Radiasi
m = 1,463 Azimuth dan Elevasi

Mode bumbung gelombang tidak Pada sudut azimuth memiliki


lagi bernilai 1 untuk m dan n namun 1,463. bentuk yang menyerupai “sayap kupu-
kupu”. Main lobe pada arah azimuth
c. Bandwidth terpolarisasi pada sudut 10° hingga 80° dan
Berdasarkan persamaan (4) lebar 260° hingga 350°.
bandwidth dapat dihitung sebagai berikut : Pola radiasi pada sudut elevasi
berbentuk hampir seperti “angka delapan”
BW = F2 – F1 yang tidak sempurna. Main lobe pada sudut
elevasi terfokuskan pada sudut 330°.
Bila nilai F2 = 2,383 GHz, dan F1 = 2,238
GHz maka, 4.1.3 Gain
Berdasarkan frekuensi sweep
BW = 2,383 GHz - 2,238 GHz selama pengukuran yaitu 1 – 3 GHz, nilai

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6


pengukuran gain dapat disubtitusikan
kedalam persamaan (5) berikut : 4.2.2 Perbandingan S11
Perbandingan hasil simulasi
𝐺𝑡 𝐺𝑟 𝜆2 dengan hasil pengukuran S11 dapat dilihat
𝑃𝑟 = 𝑃
(4𝜋𝑅𝑎 )2 𝑡 seperti pada gambar 17 berikut :
8,433 × 10−8
× (4𝜋1)2
0,001
𝐺𝑟 =
7 × 0,017
𝐺𝑟 = 3,287 𝑑𝐵𝑖

Dari hasil perhitungan tersebut,


didapatkan nilai plotting gain seperti pada
gambar 15 sebagai berikut :

Gambar. 17. Perbandingan Nilai S11


Hasil Simulasi dan Pengukuran

Nilai koefisien pantul hasil


simulasi dan pengukuran masing-masing
yaitu -36,2156 dB dan -30,0078 dB pada
Gambar. 15. Grafik Pengukuran Gain frekuensi 2,3 GHz. Perbandingan nilai
koefisien pantul keduanya memiliki selisih
Hasil pengukuran level daya yang 17%. Hal ini sesuai dengan hasil
telah di-plotting menunjukkan bahwa nilai perbandingan VSWR pada gambar 16
penguatan antena dalam satuan dBi bernilai sebelumnya, sehingga berdampak pada
3,287 dBi pada frekuensi 2,3 GHz. kecilnya daya yang dipantulkan kembali ke
sumber gelombang.
4.2 Perbandingan Simulasi dan
Pengukuran 4.2.3 Perbandingan pola radiasi
Plotting radiasi sudut azimuth pada
4.2.1 Perbandingan VSWR gambar 18 di bawah, menunjukkan
Nilai VSWR hasil simulasi dan perbandingan yang hampir sesuai. Pola
hasil pengukuran masing-masing sebesar yang ditampilkan keduanya sama-sama
1,0314 dan 1,0652 seperti yang memiliki bentuk yang menyerupai “sayap
ditunjukkan pada gambar 16 berikut : kupu-kupu”, meskipun pada beberapa
sudut mengalami sedikit ketidaksesuaian.

Gambar. 16. Perbandingan Nilai VSWR


Hasil Simulasi dan Pengukuran Gambar. 18. Perbandingan Pola radiasi
Sudut Azimuth
Pada umumnya nilai VSWR sangat
dipengaruhi oleh teknik pencatuan, Sedangkan pada sudut elevasi,
kesesuaian impedansi beban dengan perbandingannya dapat dilihat pada gambar
saluran transmisi (matching impedance), 19 berikut :
juga penggunaan konektor penghubung
saluran transmisi dengan beban antena.

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7


4.3.1 Pengukuran signal strength tanpa
antena tambahan
Pengukuran pertama dilakukan di
dalam gedung Lab (LTRGM)-ITB dengan
jarak 234,86 meter ke BTS terdekat, yang
berada di area Sekolah Farmasi - ITB,
seperti pada gambar 21 berikut :

Gambar. 19. Perbandingan Pola radiasi


Sudut Elevasi

Main lobe hasil simulasi terlihat


lebih melebar dibandingkan dengan hasil Gambar. 21. BTS Terdekat dari
pengukuran. Selain lebih sempit, terlihat LTRGM
fokus mengarah pada sudut 330°.
Tabel 4 berikut adalah hasil
4.2.4 Perbandingan gain pengukuran sinyal terimaan di LTRGM :
Perbandingan Plotting nilai gain
hasil simulasi dan pengukuran medan jauh
yang disubtitusikan ke dalam persamaan
(5) seperti pada gambar 20 berikut ini :
Tabel 4 Signal Strength LTRGM
tanpa antena
Tanpa Antena Daya Terima Frekuensi
(dBm) (GHz)
Pengukuran 1 -42,01 2,332
Pengukuran 2 -41,7 2,332
Pengukuran 3 -43,47 2,332
Pengukuran 4 -42,82 2,351
Pengukuran 5 -41,29 2,353
Rata-rata -42,258 -

Gambar. 20. Perbandingan Gain


Pengukuran sinyal yang dilakukan
di LTRGM menunjukkan nilai rata-rata
Penurunan gain pada bumbung
sinyal terimaan sebesar -42,258 dBm.
gelombang yang diukur sebesar 1,398 dBi,
Pengukuran selanjutnya dilakukan
hasil simulasi menunjukkan gain sebesar
di area GKU Barat – ITB, jarak dari GKU
4,685 dBi, sedangkan hasil pengukuran
Barat ke BTS terdekat yaitu 146,86 meter,
sebesar 3,287 dBi.
seperti pada gambar 22 berikut :
Selain dari tingkat kepresisian yang
tidak 100%, pengaruh udara basah di
dalam bumbung gelombang juga menjadi
penyebab penurunan gain serta perbedaan
bentuk pola radiasi.

4.3 Pengukuran Modem Huawei


E5372s Gambar. 22. BTS Terdekat dari GKU-
Pengukuran performa modem Barat
dilakukan dengan menguji kualitas sinyal
modem dengan metode speed test dengan Pada tabel 5 berikut adalah hasil
menggunakan perangkat lunak berbasis pengukuran modem tanpa antena tambahan
web, yaitu Speedtest by Ookla. yang dilakukan di GKU Barat :

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8


Tabel 5 Signal Strength GKU-Barat 7 berikut merupakan hasil pengukuran
tanpa antena yang dilakukan di LTRGM – ITB :
Tanpa Antena Daya Terima Frekuensi Tabel 7 Signal Strength LTRGM
(dBm) (GHz) dengan antena
Pengukuran 1 -24,11 2,354 Daya Terima Frekuensi
Pengukuran 2 -24,12 2,352 Dengan Antena
(dBm) (GHz)
Pengukuran 3 -23,73 2,353 Pengukuran 1 -37,15 2,337
Pengukuran 4 -25,07 2,35 Pengukuran 2 -36,53 2,332
Pengukuran 5 -23,23 2,351 Pengukuran 3 -35,33 2,333
Rata-rata -24,052 - Pengukuran 4 -37,26 2,332
Pengukuran 5 -38,15 2,332
Hasil pengukuran sinyal yang Rata-rata -36,884 -
dilakukan di GKU Barat menunjukkan
nilai rata-rata sebesar -24,052 dBm. Hasil Hasil pengukuran sinyal terimaan
pengukuran kali ini menunjukkan nilai sebesar -36,884 dBm menunjukkan nilai
daya terimaan yang lebih baik. Hal ini yang lebih baik dibandingkan dengan hasil
dikarenakan lokasi pengukuran yang lebih pengukuran tanpa antena tambahan di
dekat dengan BTS pemancar. LTRGM pada tabel 4 sebelumnya.
Lokasi terakhir pengukuran sinyal Tabel 8 adalah hasil pengukuran
terimaan yaitu di area LabTek ITB dengan modem dengan antena tambahan yang
jarak 63,07 meter ke BTS terdekat, seperti dilakukan di GKU Barat – ITB :
yang ditunjukkan pada gambar 23 berikut : Tabel 8 Signal Strength GKU-Barat
dengan antena
Dengan Antena Daya Terima Frekuensi
(dBm) (GHz)
Pengukuran 1 -21,57 2,332
Pengukuran 2 -22,73 2,331
Pengukuran 3 -19,36 2,351
Pengukuran 4 -20,43 2,331
Pengukuran 5 -18,06 2,332
Rata-rata -20,43 -
Gambar. 23. BTS Terdekat dari LabTek
Rata-rata pengukuran sinyal
Tabel 6 berikut ini adalah hasil dengan antena tambahan di GKU Barat
pengukuran modem tanpa antena tambahan sebesar -20,43 dBm.
yang dilakukan di LabTek : Tabel 9 adalah hasil pengukuran
Tabel 6 Signal Strength LabTek modem tanpa antena tambahan yang
tanpa antena dilakukan di LabTek – ITB :
Tanpa Antena Daya Terima Frekuensi Tabel 9 Signal Strength LabTek
(dBm) (GHz) dengan antena
Pengukuran 1 -18,61 2,357
Dengan Antena Daya Terima Frekuensi
Pengukuran 2 -17,83 2,35 (dBm) (GHz)
Rata-rata -18,22 - Pengukuran 1 -15,61 2,331
Pengukuran 2 -13,72 2,35
Pengukuran sinyal di LabTek Rata-rata -14,665 -
hanya dilakukan dua kali, karena
terbatasnya kapasitas baterai Spectrum Pengukuran kali ini menunjukkan
Analyzer. Rata-rata pengukuran sinyal nilai rata-rata hasil pengukuran sinyal
terimaan sebesar -18,22 dBm. terimaan sebesar -14,665 dBm.

4.3.2 Pengukuran signal strength 4.3.3 Pengukuran speed test tanpa


dengan antena tambahan antena tambahan
Pengukuran selanjutnya juga Hasil speedtest modem tanpa
dilakukan di tiga tempat yang berbeda, antena tambahan seperti pada tabel 10 :
pada masing – masing tempat dilakukan Tabel 10 Speedtest tanpa antena.
pengukuran lebih dari satu kali. Pada tabel

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9


Tanpa Ping Download Upload V. KESIMPULAN
Antena (ms) (Mbps) (Mbps) Berdasarkan data hasil simulasi,
Pengukuran 1 21 2,8 3,98 pengukuran, serta hasil dari analisanya,
Pengukuran 2 41 3,27 3,5 dapat disimpulkan bahwa :
Pengukuran 3 39 3,83 3,35 1. Bumbung gelombang persegi telah
Pengukuran 4 37 2,4 4,08
sesuai dengan spesifikasi antena penguat
sinyal, dengan nilai VSWR 1,07, koefisien
Pengukuran 5 66 3,02 3,4
pantul -29,535 dB pada frekuensi 2,309
Rata-rata 40,8 3,064 3,662 GHz, dengan bandwidth 145 MHz, dan
gain 3,287 dBi, serta ukuran 155 mm × 135
Rata-rata ping tanpa antena mm × 135 mm.
tambahan sebesar 40,8 ms, kecepatan 2. Hasil pengukuran VSWR 1,07 dan
download rata-rata 3,064 Mbps, dan koefisien pantul -29,535 dB pada frekuensi
kecepatan upload rata-rata 3,662 Mbps. 2,309 GHz, dengan bandwidth 145 MHz,
dan gain 3,287 dBi, memiliki nilai yang
4.3.4 Pengukuran speed test dengan hampir mendekati hasil simulasi yaitu nilai
antena tambahan VSWR sebesar 1,0314, koefisien pantul -
Speed test modem dengan antena 36,2156 dB pada frekuensi resonansi 2,309
tambahan ditunjukkan pada tabel 11 GHz, dengan bandwidth 134,5 MHz dan
berikut : gain antena 4,685 dBi.
Tabel 11 Speedtest dengan antena 3. Kecepatan download pada modem
Dengan Ping Download Upload dengan antena tambahan yaitu 11,352
Antena (ms) (Mbps) (Mbps) Mbps lebih cepat dari modem tanpa antena
Pengukuran 1 57 11,67 4,08 tambahan sebesar 3,064 Mbps, atau 3×
Pengukuran 2 65 15,15 3,75 lebih cepat.
Pengukuran 3 109 14,74 3,34
REFERENCES
Pengukuran 4 38 15,86 3,73
[1] M. Rumney, LTE and the
Pengukuran 5 50 14,66 3,49 Evolution to 4G Wireless Design
Rata-rata 63,8 14,416 3,678 and Measurement Challanges, John
Wiley & Sons, West Sussex, UK, 2nd
Pengukuran ping server StarNet- edition, 2013.
Bogor menunjukkan nilai rata-rata sebesar [2] H. Holma and A. Toskala, LTE for
63,8 ms, kecepatan download data 14,416 UMTS: Evolution tp LTE-Advanced,
Mbps, dan kecepatan upload 3,678 Mbps. John Wiley & Sons, West Sussex,
UK, 2nd edition, 2011.
4.4 Analisis Hasil Keseluruhan [3] E. Dahlam, S. Parkvall, and J. Skold,
Kecepatan rata-rata download 4G: LTE/LTE-Advanced for Mobile
modem tanpa antena tambahan yaitu 3,064 Broadband, Elsevier, Oxford, UK, 1st
Mbps, sedangkan dengan antena tambahan edition, 2011.
kecepatan download mencapai 14,416 [4] https://inet.detik.com/telecommunicati
Mbps, atau selisih 11,352 Mbps. Besarnya on/d-4365736/smartfren-gercep
downling modem dengan tambahan antena tampung-pelanggan-bolt-beri-internet-
disebabkan pengaruh gain bumbung gratis, (diakses pada 11 Maret 2019)
gelombang sebesar 3,287 dBi. [5] https://www.indotelko.com/read/1539
Pengukuran upload menunjukkan 829835/kominfo-sederhanakan-2-3
selisih rata-rata sebesar 0,016 Mbps. Nilai ghz., (diakses 11 Maret 2019)
upload dari seluruh percobaan berkisar 3 [6] “Perubahan Atas Peraturan Menteri
Mbps sampai 4 Mbps. Hal ini dikarenakan Komunikasi Dan Informatika Nomor
nilai upload operator Smartfren memang 08/Per/M.Kominfo/01/2009 Tentang
berkisar pada 2 Mbps hingga 4 Mbps. Penetapan Pita Frekuensi Radio
Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar
Nirkabel (Wireless Broadband) Pada

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10


Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz”, [18] Sesia, Stefania, Issam Toufik, LTE
Peraturan Mentri Komunikasi dan The UMTS Long Term Evolution.
Informatika Republik Indonesia, London : Wiley, pp. l-2 ,2011.
Peraturan Nomor 28 Tahun 2014,
Menteri Komunikasi dan PENULIS
Informatika Republik Indonesia. 1. Kresna Aditama, S.T. Alumni
[7] R. Rambousky, J. Nitch, S. (2019) Program Studi Teknik
Tkachenko, “Application of Elektro, Fakultas Teknik,
transmission-line super theory to Universitas Pakuan Bogor.
calssical transmission line with Email : kresna7aditama@gmail.com
risers,” Adv. Radio Sci., 13, 161-168, 2. Evyta Wismiana, S.T., M.T. Staf
2015. Dosen Program Studi Teknik
[8] T. Ismanto, M. Alaydrus, Elektro, Fakultas Teknik,
“Perancangan Transisi Koaxial ke Universitas Pakuan Bogor.
Waveguide WG8,” Jurnal Teknik Email : evytawismiana@unpak.ac.id
Elektro, Universitas Mercu Buana, 3. Bloko Budi Rijadi, S.T., M.T. Staf
Vol. 4 No. 2, hal. 36-40, Mei 2013. Dosen Program Studi Teknik
[9] K. Aditama, E. Wismiana, B. B. Elektro, Fakultas Teknik,
Rijadi, A. Munir, “Pengembangan Universitas Pakuan Bogor.
Antena Bumbung Gelombang Persegi Email : dd_bloko@yahoo.com
Mode TM untuk Aplikasi RF Energy
Harvesting,” SNTE 2018, hal. 25,
Oktober 2018.
[10] M. P. K. Praja, M. S. Arifianto, A.
Munir, “Bumbung Gelombang
Lingkaran Susun 2 x 2 untuk Aplikasi
Energy Harvesting,” SMAP 2018,
Desember 2018.
[11] S. Y. Liao, Microwave Devices and
Circuits, 3rd ed., Prentice Hall, 1996.
[12] E. Rustam, dkk., “Medan
Elektromagnetika Terapan”, Erlangga,
hal.127, Jakatra, 2007.
[13] S. F. Mahmoud, Electromagnetic
Waveguides: Theory and
applications, The Institution of
Engineering and Technology, 1991.
[14] David M. Pozar, Microwave
Engineering, 4th ed., John Wiley &
Sons, Inc., 2012.
[15] Balanis, Constantine A. “Antenna
Theory Analysis and Design”
(2nded.), New York: John Wiely &
Sons, Inc. 1997.
[16] J. D. Kraus dan R. J. Marhefka,
Antennas for All Applications, 3rd.,
Mc Graw Hill, 2002.
[17] Riyansah, Deris. Long Term
Evolution (LTE) dan Base Trasceiver
Station (BTS). Depok: Universitas
Indonesia.

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 11

Anda mungkin juga menyukai