Anda di halaman 1dari 16

JUDUL PROPOSAL :

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR-TRIANGULAR


ARRAY 4 ELEMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DEFECTIVE
GROUND STRUCTURE UNTUK ..

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Fitri Anisa Rahmi


1315030007
Riza Fahlevi
1315030076

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2018

1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Antena merupakan suatu bagian terpenting dan tak terpisahkan dalam sistem
telekomunikasi nirkabel pada saat ini. Saat ini banyak sekali yang berupaya bagaimana
aplikasi untuk memaksimalkan kinerja antena supaya meminimalisir gangguan saat
melakukan komunikasi. Dikarenakan oleh kebutuhan antena yang memiliki performa
yang tinggi maka teknologi perancangan antena juga harus semakin berkembang.
Antena mikrostrip merupakan salah satu antena yang dapat memenuhi kebutuhan ini.
Antena mikrostrip memiliki beberapa kelebihan dari antena lainnya yaitu
bentuknya kecil, tipis, dan memiliki bobot yang ringan, dan sangat mudah untuk
difabrikasi, dapat membangkitkan polarisasi linear(vertikal dan horizontal) atau
melingkar dengan hanya menggunakan teknik pencatuan yang sederhana. Akan tetapi
antena mikrostrip memiliki kelemahan, yaitu gainnya rendah, bandwidth yang sempit,
efisiensi rendah, dan menimbulkan gelombang permukaan yang akan menyebabkan
masalah pada antena mikrostrip.
Gelombang permukaan ini dapat meningkatkan jumlah sidelobe, mengurangi
efisiensi antena, menaikan nilai VSWR, meningkatkan return loss. Salah satu untuk
menanggulangi masalah ini dengan menggunakan teknik Defective Ground Structure
(DGS) yaitu dengan cara mencacatkan (defecting) pada sisi grounding antena
mikrostrip. Yang dimaksud mencacatkan disini adalah memberikan beberapa etchingan
pada sisi ground antena. Teknik DGS ini akan menekan gelombang permukaan yang
ditimbulkan oleh antena mikrostrip sehingga dapat memperbaiki parameter-parameter
antena sehingga performa antena mikrostrip akan menjadi lebih baik.

2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam tugas akhir ini, yaitu :
1. Bagaimana cara membuat antena rectangular- triangular array 4 elemen
2. Bagaimanak cara membuat Defective Ground Structure (DGS)
3. Bagaimana perbandingan antara mikrostrip dengan DGS dan tanpa teknik DGS
4. Bagaimana cara menaikkan parameter-parameter antena mikrostrip
5. Bagaimana cara mengimplementasikan antena mikrostrip rectangular – triangular
array 4 elemen dengan teknik DGS

2
3. Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah membuat antena mikrostrip rectangular-triangular
array 4 elemen dengan teknik Defective Ground Structure (DGS) untuk meningkatkan
performa parameter kinerja antena.

4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuktikan teknik DGS
untuk antena mikrostrip dapat meingkatkan performansi parameter kinerja antena dan
dapat diimplementasikan

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip merupakan salah satu dari berbagai jenis antena yang ada pada
saat ini. Ide dari antena mikrostrip mulai berkembang sejak tahun 1953 dan telah
dipatenkan tahun 1955 namun baru mulai mendapatkan perhatian yang serius sejak
tahun 1970-an. Antena mikrostrip telah diaplikasikan pada berbagai bidan seperti
komunikasi satelit, komunikasi radar, militer, aplikasi bergerak, dan kesehatan.
Struktur dasar dari antena mikrostrip terdiri dari 3 elemen lapisan. Yaitu elemen
peradiasi (radiation patch), substrat, dan elemen pentanahan (ground plane) seperti
gambar dibawah ini:

Gambar komponen dasar pada antena Mikrostrip


Elemen peradiasi atau patch berfungsi untuk meradiasi gelombang elektromagnetik.
Lapisan substrat merupakan bagian dielektrik yang membatasi elemen peradiasi dengan
elemen grounding. Bagian ini memiliki konstanta dielektrik (𝜀𝑟) dimana nilai
konstanta dielektrik ini mempengaruhi frekuensi kerja, efisiensi, dan juga bandwidth
3
dari antena. Elemen yang terakhir yaitu elemen ground atau pentanahan bagi sistem
mikrostrip.
Saat ini telah dikembangkan berbagai macam bentuk patch dari antena mikrostrip,
seperti segiempat (rectangular), segitiga (triangular), lingkaran cincin (ring), ellips, dan
lain lain. Bentuk patch yang paling sering digunakan yaitu patch yang berbentuk
segiempat dan lingkaran. Hal ini dikarenakan bentuk patchnya mudah difabrikasi,
dianalisis, dan difabrikasi.
2.2 Parameter Antena Mikrostrip
2.2.1 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
VSWR adalah rasio perbandingan antara gelombang datang dan gelombang pantul
dimana kedua gelombang tersebut membentuk gelombang berdiri. Gelombang berdiri
(Standing Wave) merupakan gabungan antara refleksi dan interferensi yaitu geombang
pantul menginterferensi gelombang datang sehingga fasa gelombang datang terganggu oleh
gelomabang pantul yang mengakibatkan gelombang datang mengalami kerusakan.
Semakin tinggi nilai VSWR berarti performansi dari antena tersebut semakin tidak baik
atau gelombang yang terinterferensi semakin besar
VSWR juga dapat di artikan sebagai perbandingan antara gelombang maksimum
dengan gelombang minimum. VSWR merupakan parameter yang juga sebagai penentu
matching antara antena dan transmitter.
Kondisi yang paling di harapkan untuk nilai VSWR terbaik yaitu bernilai 1 namun
untuk nilai VSWR paling besar yang bisa di toleransi berdasarkan teori yaitu bernailai 2.
Mengapa demikian akan dijelaskan berdasarkan perumusan di bagian Retrun Loss :

4
Grafik VSWR area yang bernilai 1 sampai dengan 2

Rumus-Rumus VSWR :

VR = Tegangan Pantul
VT = Teganagan yang di transmisikan
PR = Daya Pantul
PT = Daya yang di transmisikan
V0+ = Tegangan Gelomabang yang di transmisikan
V0- = Tegangan Gelomabng yang di pantulkan

2.2.2 Return Loss


Return loss adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui berapa
banyak daya yang hilang pada beban dan tidak kembali sebagai pantulan. Retrurn loss pada
dasarnya memiliki asal yang saling bersinergi dengan VSWR yaitu terjadi disebabkan oleh
pencampuran antara gelombang yang ditransmisikan dan gelombang yang di panutulkan
yang sama-sama menentukan matching antara perangkat transmiter dengan antena. Return
loss juga dapat digunakan untuk melihat atau mengindikasi hilangannya suatu daya yang
ditransmisikan dan seberapa besar Recaiver menerima daya yang di transmisikan. Dan juga
dalam penentuan nilai performansi berbanding lurus dengan VSWR yaitu semakin kecil
nilai Return lossnya maka akan semakin baik pula performansi antena tersebut. Hal ini
dapat di simpulkan bahwa semakin sedikit daya yang hilang pada pentransmisian antena
maka akan semakin bagus antena tersebut.
Kondisi yang paling di harapkan untuk nilai Return loss terbaik yaitu kurang dari -
10dB karena menyatakan nilai kehilangan suatu daya namun jika dilihat dalam
5
pengolahan data matematis nilai dari return loss dinyatakan dengan nilai positif. Jadi nilai
return loss maksimum yang di perbolehkan adalah bernilai 10dB. Lain halnya jika dilihat
dalam grafik ukur maka yang di pakai adalah kurang dari -10 dB, bisa kita lihat pada grafik

Grafik Return Loss Nilai dibawah 10dB


Ada beberapa hal yang mempengaruhi return loss :

1. Tidak samnya Impedansi saluran dengan impedansi antena


2. Kerusakan pada feeder antena
3. Kerusakan pada conector media transmisi
4. Tidak sesuai antara conector ntena dengan conector media transmisi

Rumus-Rumus Return Loss

Rumus Return Loss :

2.2.3 Keterarahan (Directivity)


Keterarahan dari sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan intensitas
radiasi pada arah tertentu terhadap intensitasradiasi rata-rata pada semua arah. Intensitas
radiasi rata-rata sama dengan total daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4𝜋.
Jika arah tidak ditentukan, arah dari intensitas radiasi maksimum merupakanarah yang
dimaksud. Keterarahan tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑢 4𝜋𝑈
D= =
𝑢𝑜 𝑃𝑟𝑎𝑑

6
D= Directivity
U= intensitas radiasi
Uo= Intensitas radiasi pada sumber isotropik
Prad= Daya radiasi
2.2.4 Pola Radiasi
Polarisasi antena adalah arah medan listrik yang diradiasikan oleh antena. Jika arah
tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah gain maksimum.
Polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan arah dari tengah antena, sehingga
bagian lain dari pola radiasi mempunyai polarisasi yang berbeda.
Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefinisikan sebagai suatu keadaan gelombang
elektromagnet yang menggambarkan arah dan magnitudo vektor medan elektrik yang
bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga dapat didefinisikan sebagai
gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh antena pada suatu arah tertentu. Polarisasi
dapat diklasifikasikan sebagai linear (linier),circular (melingkar), atau elliptical (elips).

2.2.4.1 Polarisasi Linier


Polarisasi linier terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada suatu titik
di ruang memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut selalu berorientasi
pada garis lurus yang sama pada setiap waktu.

Gambar polarisasi linear


2. Polarisasi Melingkar
Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada suatu
titik memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut berada pada jalur
lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai jenis
polarisasi ini adalah :

7
i. medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus linier
ii. kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama
iii. kedua komponen tersebut harus memiliki perbedaan fasa waktu pada
kelipatan ganjil 900
Polarisasi melingkar bagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular
Polarization (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi
ketika d = +𝜋/2 sebaliknya d = -𝜋/2

Gambar Polarisasi Melingkar


3. Polarisasi Ellips
Polarisasi elips terjadi ketika gelombang yang berubah menurut waktu memiliki vektor
medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur kedudukan elips pada ruang. Kondisi yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan polarisasi ini adalah :
a. Medan harus mempunyai dua komponen linier orthogonal
b. Kedua komponen tersebut harus beada pada magnitudo yang sama
atau berbeda
c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama perbedaan fasa
waktu antara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai 00 atau kelipatan 1800 (karena
akan menjadi linier). Jika kedua komponen berada pada magnitudo yang sama makan
perbedaan fasa diantara kedua komponen tersebut harus tidak merupakan kelipatan ganjil
dari 900 (karena akan menjadi lingkaran).
2.2.5 Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi dimana kerja yang
berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, pola radiasi,
beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss, axial ratio) memenuhi
spesifikasi standard.

8
Gambar rentang Frekuensi yang menjadi Bandwidth

𝑓2 −𝑓1
𝐵= ................................................................................................. (10)
𝑓𝑐

Dimana: f2 = frekuensi tertinggi

f1 = frekuensi terendah

fc = frekuensi tengah

Ada beberapa jenis bandwidth diantaranya:

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana patch antena berada


pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena
impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai
frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR.
Nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah kurang dari -
9.54 dB dan 2, secara berurutan.

b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana beamwidth, sidelobe


atau gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai
tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai
bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio adalah rentang frekuensi dimana polarisasi
(linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi
melingkar adalah kurang dari 3 dB.

9
2.2.6 Input Impedance

Sebuah impedansi yang masuk ke terminal antena yang dikondisikan dalam


keadaan seimbang dengan impedansi karakteristik dari saluran transmisi.
Input impedansi dinyatakan dalam persamaan:
1+Γ
𝑍𝑖𝑛 = 𝑍𝑜
1−Γ
Zin= Impendance input
Zo= Impedansi Karakteristik antena
R = Koefisien refleksi

2.3 Microstrip Patch Antena

Sebuah patch antena mikrostrip terdiri dari sebuah patch dengan bentuk geometri
planar pada satu sisi substrat dielektrik, serta bagian pentanahan (grounding) pada sisi
yang lain. Terdapat banyak pola patch untuk antena mikrostrip, namun pada dasarnya
bentuk konfigurasi patch yang dapat digunakan di dalam merancang suatu antena
mikrostrip seperti bujur sangkar, persegi empat, ring dan el1ips.

2.3.1 Patch Persegi Panjang

Perancangan sebuah patch peradiasi dari sebuah antena mikrostrip dibuat pada sisi
permukaan lapisan atas dari dielektrik substrate. Salah satu bentuk umum dari patch
peradiasi adalah persegi panjang, disamping bentuk lingkaran (circular) dan segi tiga
(triangular).
Gambar 2.3 memperlihatkan struktur sebuah patch dari antena mikrostrip pada
lapisan permukaan dielektrik substrate dengan ketebalan (h), dimana patch persegi
panjang dengan dimensi ukuran panjang (L) dan lebar (W) dengan ketebalan (t)
konduktor patch. Pada sisi lapisan bawah konduktor dijadikan sebagai bidang ground.
Bentuk struktur dari patch persegi panjang terhadap frekuensi resonansi (fr)
dipengaruhi oleh mode dominan propagasi gelombang tranverse magnetic (TM) mn,

10
dimana m dan n mode orde. Sehingga dimensi patch persegi panjang diperoleh melalui
persamaan:
𝑓𝑟 =

1
𝑐 𝑚 2 𝑛 2 2
2√𝜖𝑟
[( 𝐿 ) + (𝑊) ] ………………………..(1)

Gambar 2.3. Struktur dan patch antena mikrostrip

Untuk mencari nilai W atau lebar dari patch dapat menggunakan persamaan (2)

………………………………………………….(2)

Dimana 𝑓𝑟 adalah frekuensi resonansi dalam Hertz, 𝜀𝑟 adalah konstanta dielektrik


efektif c adalah kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Untuk mode dominan TM10 , maka
panjang sisi (L) patch persegi panjang diperoleh melalui persamaan:
𝑐
𝐿10 = ...................................................................................... (3)
2𝑓𝑟 √𝜀𝑟

Untuk sisi panjang efektif patch bujur sangkar dengan pertimbangan terhadap efek
fringing pada sisi tepi peradiasi diperluas dengan menambahkan ΔL seperti yang terlihat
pada gambar 4. Besarnya ΔL dapat diperhitungkan dengan persamaan:
𝑊
(𝜀𝑟𝑒𝑓f +0.3)( +0.264)

∆𝐿 = 0.412ℎ 𝑊 .................................................. (4)
(𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 −0.258)( +0.8)

Dimana,
11
1
𝜀𝑟 +1 𝜀𝑟 −1 1+12ℎ −2
𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 = + ( ) ...................................................... (5)
2 2 𝑊

Gambar 2.4. Efek fringing patch radiator

Sehingga panjang efektif untuk sisi patch bujur sangkar diperoleh melalui
persamaan:
𝐿𝑒𝑓𝑓 = 𝐿 + 2∆𝐿 .......................................................................... (6)

2. Defective Ground Structure


Propagasi gelombang permukaan merupakan masalah serius pada antena mikrostrip.
Gelombang permukaan mereduksi efisiensi, gain, membatasi bandwidth, meningkatkan
radiasi end-fire, meningkatkan tingkat cross polarization, membatasi rentang frekuensi,
serta meningkatkan mutual coupling pada antena array. Dengan kata lain, terdapat
halangan untuk memperkecil dimensi antena mikrostrip untuk mencapai keadaan itu
dibutuhkan konstanta dielektrik yang sangat besar dan beresiko terhadap timbulnya
gelombang permukaan.
DGS merupakan salah satu cara untuk menekan gelombang permukaan yang sering
dipakai dibeberapa antena mikrostrip. Teknik DGS dilakukan dengan cara meng-etch
daerah pentanahan (grounding) pada substrat. Dengan kata lain, di bagian ground antena
mikrostrip dibuat slot juga.

12
3. Cara Kerja Alat
Antena ini bekerja sebagai penerima siaran TV digital yang bekerja pada
frekuensi UHF dari 500-600 MHz. Antena mikrostrip ini akan
memperlihatkan kinerja dengan menggunakan teknik grounding (DGS) dan
tanpa DGS. Dengan membuat ukuran parameter antena sesuai yang
dibutuhkan lalu dibuat Etchingan sedikit pada sisi grounding untuk
meningkatkan performansi antena mikrostrip.
1. Diagram Blok

Gambar 9. Diagram blok sistem kerja siaran live.

13
D. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal kegiatan Tugas Akhir

Bul an ke - Bul an ke - Bul an ke - Bul an ke -4 Bul an ke -5


Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 Minggu ke -
No Kegi at an
ke- ke- ke- ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 S tudi Pust aka
2 P emb el i an
3 P erancangan
Komponen
P
Alemb
at uat an
4
Al at
5 P enguj i an
Al at
6 P enyem purnaan
7 P enyusunan
Al at
8 Kons ul t asi
Laporan

E. Perkiraan Biaya
Tabel 3. Perkiraan biaya
No Nama Barang Jumlah Harga
1. Drone MJX101 1 Rp.1.000.000
2. Kamera Syma X5C-13 1 Rp. 300.000
3. Plat aluminium 1mx2m Rp. 60.000
4. TFT LCD 7 inch 1 Rp. 415.000
5. SMA connector 3 @Rp. 34.000
6. RP-SMA connector 3 @Rp. 36.000
8. Kabel coaxial RG6 300 meter Rp. 520.000
9. Kabel RCA 5 meter Rp. 48.000
10. Kawat copper 10 meter Rp. 40.000
12. Transmitter 5.8GHz 1 Rp. 1.375.000
13. Receiver 5.8GHz 1 Rp. 1.375.000
15. Biaya tak terduga Rp. 400.000

14
Jumlah Rp. 5.743.000

DAFTAR PUSTAKA
Artiyasa, Marina, dkk. 2015. RANCANG BANGUN ANTENA HELIX DAN
SIMULASI DENGAN SOFTWARE MMANAGAL UNTUK APLIKASI
PENGUAT WIFI. Jurnal Rekayasa Nusaputra Vol.1, No. 1.
Fadila, Dwi, dkk. 2010. Antena Biquad untuk WLAN 2,4 GHz. Jurnal EECCI
Vol. IV, No. 2, Desember.
Ibrahim, Reza A. 2013. Desain dan Realisasi Antena Bowtie Pada Frekuensi 500
MHz – 700 MHz untuk Aplikasi TV Digital (DVB-T dan DVB-T2) di
Indonesia. Bandung. Institut Teknologi Telkom.
Liao, Dun Wei, dkk. 2016. A Novel Impedance Matching Method of Helix Antena.
Cina: Xidian University.
Moon, Ivan, dkk. 2009. Antena Project EE172 Extra Credit Project. Amerika:
San Jose State University.
Rismarani, Bertha. 2016. RANCANG BANGUN ANTENA AMOS 5 ELEMEN
DAN ANTENA HEXAQUAD UNTUK MENINGKATKAN LEVEL SINYAL
4G LTE PADA PERANGKAT MiFi FREKUENSI 2,3 GHz “Antena
Hexaquad”. Makalah Antena dan Propagasi Mahasiswa Politeknik Negeri
Jakarta.

15
Setijadi, Eko, dkk. 2012. Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz
Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano. Jurnal Teknik
ITS Vol.1, No. 1.

16

Anda mungkin juga menyukai