Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

MENENTUKAN LINK BUDGET

3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui daya yang akan dipancarka oleh antena transmitter


dan daya yang akan diterima oleh antena receiver.
2. Untuk mengetahui rugi-rugi yang terjadi pada link komunikasi.
3. Untuk memperkirakan biaya yang dikeluarkan berdasarkan parameter
yang digunakan dalam link komunikasi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut :

1. PC atau Laptop

2. Software PathLoss V4

3.3 Dasar Teori

3.3.1 Link Budget


Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang
dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau
sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth). Tujuannya untuk menjaga
keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan
di receiver. Sehingga jarak maksimum antara transmitter dan receiver dapat
bekerja dengan baik dapat ditentukan. Parameter-parameter yang
mempengaruhi link komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang
radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi.
Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi
redaman juga semakin besar. Parameter yang memengaruhi kondisi propagasi
yaitu rugi-rugi propagasi.
b. Rugi-rugi Propagasi
Perambatan gelombang radio di ruang bebas dari stasiun pemancar ke
stasiun penerima akan mengalami penyebaran energi di sepanjang lintasannya,
yang mengakibatkan kehilangan energi yang disebut rugi (redaman) propagasi.
Rugi propagasi adalah akumulasi dari redaman saluran transmisi, redaman
ruang bebas(free space loss), redaman oleh gas (atmosfer), dan redaman hujan.

1. Redaman saluran transmisi


Redaman saluran transmisi ditentukan oleh loss feeder dan branching.
Redaman feeder terjadi karena hilangnya daya sinyal sepanjang feeder,
sehingga redaman feeder identik dengan panjang dari feeder tersebut.
Sedangkan redaman branching terjadi pada percabangan antara perangkat
transmisi radio Tx/Rx.

2. Redaman ruang bebas (free space loss)

Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi akibat


dari media udara yang dilalui oleh gelombang radio antara pemancar dan
penerima perambatan gelombang radio di ruang bebas akan menghalangi
penyebaran energi di sepanjang lintasannya sehingga terjadi kehilangan
energi. Adapun untuk mencari FSL dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

3. Redaman oleh gas (atmosfer)


Pada prinsipnya gas-gas di atmosfer akan menyerap sebagian dari
energi gelombang radio, dimana pengaruhnya tergantung pada frekuensi
gelombang, tekanan udara dan temperatur udara. Pengaruh redaman paling
besar berasal dari penyerapan energi oleh O2dan H2O, sedangkan pengaruh
penyerapan gelombang radio oleh gas-gas seperti CO, NO, N2O, NO2, SO3,
O3 dan gas lainnya dapat diabaikan. Untuk sistem transmisi yang beroperasi
pada frekuensi kerja di bawah 10 GHz, redaman gas atmosfer dapat
diabaikan karena kecil pengaruhnya, akan tetapi untuk frekuensi di atas 10
GHz, redaman gas atmosfer perlu diperhitungkan.
4. Redaman Hujan
Tetes-tetes hujan menyebabkan penghamburan dan penyerapan energi
gelombang radio yang akan menghasilkan redaman yang disebut redaman
hujan. Besarnya redaman tergantung pada besarnya curah hujan. Redaman
hujan mulai terasa pengaruhnya pada frekuensi diatas 10 GHz. Redaman
hujan tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi ditentukan secara statistik.
c. Gain Antena
Antenna gain adalah perbandingan antara daya pancar suatu antena
terhadap antena refrensinya. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam
satuan fisis pada umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu
bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain
adalah desibel. Persamaan untuk mencari gain antena adalah sebai berikut :
2
π.D
G=η
λ ( ) , Gt,Gr = 10 log G

Dimana efisiensi (�) dianggap 55%, Diameter antena (D) dalam satuan
meter dan panjang gelombang ( λ ) dalam satuan meter.

Gambar 3.1 Proses Transmisi Dalam Link Komunikasi

Daya yang dihasilkan oleh radio link pada transmitter akan di alirkan
melalui kabel transmisi dan akan terjadi pelemahan atau redaman oleh kabel.
Namun, daya akan dikuatkan oleh gain antena sebelum daya itu dipancarkan.
Dimana selanjutnya daya tersebut akan disebut EIRP (Effective Isotropic
Radiated Power).

EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu


antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus :

dimana :
PTX = daya pancar (dBm)
GTX = penguatan antena pemancar (dB)
LTX = rugi-rugi pada pemancar (dB)
Selanjutnya, daya yang dipancarkan oleh transmitter akan mengalami
redaman daerah bebas dan redaman atmosfer. Sehingga, daya yang diterima
oleh antena receiver akan dikuatkan oleh gain antena. Selanjutnya, daya akan
melalui kabel transmisi dan akan mengalami pelemahan atau redaman dan daya
akan disimpan pada radio link penerima. Dimana daya yang diterima oleh
penerima dinyatakan RSL (Receive Signal Level).

RSL (Receive Signal Level) adalah level sinyal yang diterima di


penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima
(RSL ≥ Rth). Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu
perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat
dihitung dengan persamaan berikut :

EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)


Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)

3.3.2 Parameter – Parameter Link budget


Untuk dapat menghitung link, perlu memasukkan parameter – parameter
berikut, yaitu:
1. Jarak (d) terjauh antara pemancar (Tx) dengan antenna penerima (Rx)
2. Frekuensi antenna pemancar dan antenna penerima
3. Tx power, merupakan daya dari AP (access Point) yang akan kita gunakan
4. Tx Cable Loss, merupakan loss atau kerugian yang terjadi karena kabel
yang digunakan
5. Tx Antenna Gain merupakan daya yang terpancarkan dari antenna
basestation yang digunakan
6. Tx antenna Gain merupakan daya yang di hasilkan dari antenna penerima,
missal menggunakan antenna grid 15dB
7. Rx cable loss sebenarnya hamper sama dengan Tx Kable Loss, hanya saja
ini terjadi pada daerah penerima atau antenna penerima. Missal 2 dB
8. Rx Sensitivity merupakan sensitivity dari antenna penerima dalam hal
9. Menangkap sinyal wifi dari antenna pemancar. Misalnya sebesar -68 dBm

3.3.3 Perhitungan Link Budget


1. Daya pemancar. Dinyatakan dalam milliwatts atau di dBm
2. Penguatan Antena. Antenna adalah perangkat pasif yang dapat membuat
efek amplifikasi berdasarkan bentuk fisik mereka. Antenna memiliki
karakteristik yang sama ketika menerima dan transmisi
3. Minimal Received Singal Level (RSL), adalah sensitivitas dari penerima.
Minimum RSL selalu dinyatakan sebgai dBm negative (-dBm).
4. Kerugian kabel(Loss kabel) Beberapa energi sinyal akan hilang di kabel
dikonektor atau pada perangkat lain, pada saat sinyal merambat dari radio
ke antena.

3.3.4 Persamaan Link Budget


Konversi Watt ke dBm
Untuk mengkonversikan perhitungan daya, rumus yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
dBm = 30 + Log10 (Watts)………………..…….(3.1)
Watts = 10^((dBm – 30)/10)…………….……….(3.2)
MilliWatts = 10^(dBm/10)……………………...…….(3.3)
Untuk kemudahan perlu mengkonversikan ke meter jika dibutuhkan, maka
rumus konversi tersebut:
Meter = Feet*0.3048………………..…….(3.4)
Km = Miles*1.609344………...……….(3.5)

a. Antenna Gain

Antenna gain adalah perbandinga antara daya pancar suatu antenna


terhadap antenna refrensinya. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur
dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya,
melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang
digunakan untuk gain adalah desibel.
17.6 + 20 * log10 (f*d)dBi………...……….(3.4)

Keterangan :
d = diameter antenna (meter)
f = frekuensi (Ghz)

b. Free Space Loss

Menentukan free space loss untuk menghitung besarnya redaman


ketika sinyal merambat ke udara.
Free Space Loss (dB) = 32.5 + 20log(d) + 20log(f) ...……….(3.6)

Keterangan :
d = jarak (km)
f = frekuensi (Mhz)

c. Fresnel Zone Clearance

Menghitung fresnel zone clearance untuk memperoleh Line of Sight


dan perkiraan ketinggian minimal yang perlu di sediakan agar antenna dapat
bekerja dengan baik
R = 17.32 sqrt (d/4f) ...………………..(3.7)
Keterangan :
R = radius dari fresnel zone dalam meter
d = jarak antara dua titik dalam km
f = frekuensi dalam GHz
Maka ketinggian antenna adalah :
Tinggi antenna = tinggi rintangan + FZC...………………..(3.8)

d. System Operating Margin (SOM)

Perhitungan System Operating Margin (SOM) dilakukan untuk


meyakinkan bahwa sistem yang dirancang akkan bekerja secara benar. Nilai
dari System Operating Margin dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
SOM = Rx signal level – Rx sensitivity...………………….(3.9)
Dimana :
Rx signal level = Tx power – Tx cable loss + Tx antenna gain – FSL + Rx
antenna gain – Rx cable loss...………………….(3.10)
e. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

Perhitungan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) untuk


menentukan daya maksimum gelombang sinyal mikro yang keluar
transmitter antenna
EIRP (dBm) = TX Power – TX Cable Loss + TX Power Antenna
Gain……….(3.11)

f. Isotropic Received Level (IRL)

Perhitungan Isotropic Received Level (IRL) dengan menggunakan rumus :


IRL (dBm) = EIRP (dBm) – Free Space Loss (dB) ……….(3.11)

g. RSL (Receive Signal Level)

Receive Signal Level (RSL) adalah level sinyal yang diterima di


penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima
( RSL >= Rth). Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu
perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
RSL (dBm) = IRL(dBm) + Antenna Gain(dBi) + LRx……….(3.11)
LRx – Receiver Loss (dB)

3.4 Langkah Percobaan


1. Menentukan jenis antena, desain antena, kabel dan radio penerima pada
link komunikasi radio yang dirancang
2. Mencari data sheet dari jenis antena, kabel dan radio penerima yang telah
ditentukan
3. Menggunakan software pathloss untuk desain antena
4. Membandingkan hasil dari software pathloss dengan perhitungan
manual.
3.5 Hasil Percobaan

1. Antena
2. Kabel

3. Radio ODU
4. Worksheet

5. Redaman Hujan
6. Full report
polinema rampal1

Elevation (m) 497.44 453.72


Latitude 07 56 41.68 S 07 58 22.60 S
Longitude 112 36 54.36 E 112 38 19.70 E
True azimuth (°) 139.87 319.87
Vertical angle (°) -0.63 0.60

Antenna model UKY 210 95/SC11 UKY 210 95/SC11


Antenna height (m) 40.00 40.00
Antenna gain (dBi) 32.00 32.00
TX line type EFX2-50 EFX2-50
TX line length (m) 50.00 50.00
TX line unit loss (dB /100 m) 7.42 7.42
TX line loss (dB) 3.71 3.71

Frequency (MHz) 7500.00


Polarization Vertical
Path length (km) 4.06
Free space loss (dB) 122.13
Atmospheric absorption loss (dB) 0.04
Net path loss (dB) 65.59 65.59

Radio model ML 7E HP 8E1.raf ML 7E HP 8E1.raf


TX power (watts) 0.63 0.63
TX power (dBm) 28.00 28.00
EIRP (dBm) 56.29 56.29
Emission designator 14M2G7W 14M2G7W
TX Channels 1L 12957.5000V 1H 13223.5000V
RX threshold criteria BER 10-3 BER 10-3
RX threshold level (dBm) -87.00 -87.00
Maximum receive signal (dBm) -20.00 -20.00

RX signal (dBm) -37.59 -37.59


Thermal fade margin (dB) 49.41 49.41

Geoclimatic factor 5.59E-06


Path inclination (mr) 10.78
Fade occurrence factor (Po) 1.64E-06
Average annual temperature (°C) 10.00

Worst month - multipath (%) 100.00000 100.00000


(sec) 6.35e-05 6.35e-05
Annual - multipath (%) 100.00000 100.00000
(sec) 1.91e-04 1.91e-04
(% - sec) 100.00000 - 0.00

Rain region ITU Region P


0.01% rain rate (mm/hr) 145.00
Flat fade margin - rain (dB) 49.41
Rain rate (mm/hr) 1916.63
Rain attenuation (dB) 49.41
Annual rain (%-sec) 100.00000 - 0.00
Annual multipath + rain (%-sec) 100.00000 - 0.00

Thu, Dec 06 2018

Reliability Method - ITU-R P.530-7/8


Rain - ITU-R P530-7
Keterangan :
a. Panjang Kabel Transmisi
Transmitter : 50 meter
Receiver : 50 meter
b. Frekuensi Kabel Transmisi
Frekuensi : 400 MHz

Redaman : 7,42 dB/100m

3.6 Analisis
3.6.1 Lokasi A (Gedung AS POLINEMA)

Diketahui :
Gain Tx = 32 dBi
Gain Rx = 32 dBi
Diameter Antena = 0,60 m
Jarak (D) = 4,06 km
Power Output = 28 dBm
Connecctor Loss = 1 dB
Feeder Loss = 7,42 dB/100 m
Panjang Feeder = 50 m
Frekuensi = 7500 MHz
Parameter Hasil Simulasi
FSL 122,13 dB
EIRP 56,29 dBm

1. Panjang Gelombang
c
λ=
f
8
3 x 10 m/s
λ= 9
7,5 x 10 Hz
λ=0,04 m

2. Gain Antena

a. Antena Transmitter b. Antena Receiver


2 2
π.D
G=η ( )λ ( )
G=η
π.D
λ
2 2
3,14 x 0,6
G=0,55 (
0,04 )
3,14 x 0,6
G=0,55 (
0,15 )
G=1220.1255 G=1220.1255
Gt = 10 log G
= 10 log 1220.1255 dB
= 30,86404 dB
Gt = 10 log G
= 10 log 1220.1255 dB
= 30,86404 dB
3. Free Space Loss (FSL)

FSL = 32,45 + 20 log D (km) + 20 log F (MHz)


= 32,45 + 20 log 4,06 + 20 log 7500
= 122,1217 dB
4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP = Po – Connector Loss – Feeder Loss + GRX


= 28 – 0 – 0,0742 + 30,86404
= 58,78984 dBm
5. Receive Signal Level (RSL)

IRL = EIRP – FSL (dB)


= 58,78984 – 122,1217
= -63,33186 dB
6. Receive Signal Level (RSL)

RSL = IRL + GRX + Connector Loss


= (-63,33186) + 30,86404 + 0
= -32,46782 dB
 Rugi-rugi Antena = Power Output – Feeder Loss + GTX
= 28 – 0,0742 + 30,86404
= 58,78984 dB

3.6.2 Lokasi B (Lapangan Rampal)

Diketahui :
Gain Tx = 32 dBi
Gain Rx = 32 dBi
Diameter Antena = 0,60 m
Jarak (D) = 4,06 km
Power Output = 28 dBm
Connecctor Loss = 1 dB
Feeder Loss = 7,42 dB/100 m
Panjang Feeder = 50 m
Frekuensi = 7500
Parameter Hasil Simulasi
FSL 122,13 dB
EIRP 56,29 dBm

1. Panjang Gelombang
c
λ=
f
3 x 108 m/s
λ=
7,5 x 10 9 Hz
λ=0,04 m
2. Gain Antena

b. Antena Transmitter c. Antena Receiver


2 2
π.D
G=η ( )
λ ( )
G=η
π.D
λ
2 2
3,14 x 0,6
G=0,55 ( ) G=0,55 (
3,14 x 0,6
0,04 0,15 )
G=1220.1255 G=1220.1255
Gt = 10 log G Gt = 10 log G
= 10 log 1220.1255 dB = 10 log 1220.1255 dB
= 30,86404 dB = 30,86404 dB

3. Free Space Loss (FSL)

FSL = 32,45 + 20 log D (km) + 20 log F (MHz)


= 32,45 + 20 log 4,06 + 20 log 7500
= 122,1217 dB
4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP = Po – Connector Loss – Feeder Loss + GRX


= 28 – 0 – 0,0742 + 30,86404
= 58,78984 dBm
5. Receive Signal Level (RSL)
IRL = EIRP – FSL (dB)
= 58,78984 – 122,1217
= -63,33186 dB
6. Receive Signal Level (RSL)

RSL = IRL + GRX + Connector Loss


= (-63,33186) + 30,86404 + 0
= -32,46782 dB
7. Rugi-rugi Antena = Power Output – Feeder Loss + GTX
= 28 – 0,0742 + 30,86404
= 58,78984 dB

a. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
- Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua
parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx
sampai Rx Site A Tower Politeknik Negeri Malang ke New Site B
(Lapangan Rampal) melalui media transmisi. Link budget merupakan
parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang menggunakan media
transmisi berbagai macam. Link budget ini dihitung berdasarkan jarak
antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung
karena adanya penghalang antara Tx dan Rx misal gedung atau
pepohonan. Link budget juga dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada
pada antenna.
- Dengan menggunakan Tx Power 28 dBm menghasilkan EIRP sebesar
58,78984 dBm dan RSL sebesar -32,46782 dBm.
- Menghasilkan Free Space Loss (FSL) sebesar 122,1217 dBm

- Jenis perangkat yang digunakan menurut hasil desain antena pada pathloss
adalah :
1. Antena yang digunakan model UKY 210 89/SC15, diameter 0,6 meter
dan frekuensi 7500 MHz dengan jarak site A ke site B sejauh 4,06 km
2. Kabel yang digunakan jenis EFX2-50
3. Radio yang digunakan jenis ML13E HP 8E1

Anda mungkin juga menyukai