Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Link Satelit

Menurut Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), link satelit merupakan tautan radio
antara stasiun bumi pengirim dan stasiun bumi penerima melalui satu satelit. Link satelit
terdiri dari uplink dan downlink.

Dale Jansesen berpendapat link satelit mengacu pada teknologi yang membantu
mengirimkan siaran satelit melalui berbagai rentang frekuensi, termasuk Ku band dan C
band, menggunakan berbagai metode. Sistem satelit memungkinkan pengiriman audio dan
video yang efisien sebagai bagian dari layanan siaran premium modern. Contoh teknologi
link satelit termasuk TV satelit dan layanan radio satelit. TV satelit bersaing dengan kabel
atau pengiriman siaran televisi terestrial, sedangkan layanan radio satelit baru menggantikan
opsi menara berbasis darat dalam pengiriman radio otomotif. Link satelit terdiri dari dua fase:
uplink, yang mengirimkan sinyal siaran asli ke luar angkasa, dan downlink, yang
mengirimkan sinyal tersebut ke pelanggan individu. Pelanggan menerima sinyal melalui
penggunaan antena parabola yang dipasang di rumah.

Prof. Sean Victor Hum menyimpulkan bahwa link satelit digunakan untuk
menyediakan komunikasi pada jarak yang sangat besar (cakupan global). Ini dicapai dengan
menggunakan satelit sebagai repeater. Sebuah stasiun bumi menyampaikan sinyal ke satelit
pada frekuensi yang dikenal sebagai frekuensi uplink. Satelit menerima sinyal ini dan siaran
ulang pada frekuensi downlink ke stasiun bumi lain. Jika komunikasi digital sinyal
digunakan, sinyal dapat dibuat ulang sebelum dikirim kembali ke Bumi.

Gambar 1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Link Satelit

(https://www.elektroindonesia.com/elektro/assi_jan03.html, 18 Juni 2019, 10.17 WIB)


2.2 Parameter Yang Mempengaruhi Link Satelit

Pada sistem komunikasi satelit agar kualitas komunikasi yang dihasilkan pada
keadaan yang terbaik, maka sebelum dilakukan hubungan komunikasi ada beberapa nilai
ukuran yang harus diperhitungkan pada link satelitnya. Yang mana nilai ukuran tersebut
sangat berpengaruh pada performance link satelit itu sendiri. Semakin baik performa link
satelit maka semakin baik pula kualitas komunikasi yang dihasilkan.

Parameter link satelit adalah ukuran yang harus dipenuhi oleh link satelit agar link
satelit tersebut memiliki performance yang baik. Sehingga parameter link satelit adalah
sangat penting untuk diperhitungkan dan diketahui oleh bagian perencana sistem komunikasi
satelit dan juga bagi teknisi yang mengoperasikan sistem komunikasi satelit. Adapun
beberapa parameter - parameter link satelit diantaranya :

2.2.1 Effective Isotropically Radiated Power (EIRP)

EIRP adalah total energi yang dikeluarkan oleh sebuah access point dan
antenna. Saat sebuah Access Point mengirim energinya ke antena untuk di pancarkan,
dan sebuah kabel mungkin ada diantaranya. Beberapa pengurangan besar energi
tersebut akan terjadi di dalam kabel. Untuk mengimbangi hal tersebut, sebuah antena
menambahkan power/Gain, dengan demikian power bertambah. Jumlah penambahan
power tersebut tergantung tipe antena yang digunakan.

2.2.2 Diameter Antena Satelit Bumi (D)

Parameter antena yang penting adalah diametemya, semakin besar diameter


antena akan diperoleh gain yang besar juga disamping itu akan diperoleh juga
beamwidth yang sempit/runcing. Dengan semakin banyaknya satelit yang mengorbit
di GSO, dimana jarak antara satelit hanya 20 menyebabkan timbulnya carrier liar dari
satelit-satelit yang berdekatan dan saling mengganggu satu dengan yang lainnya.

2.2.3 Low Noise Amplifier (LNA)

Low Noise Amplifier (penguat yang berderau rendah) adalah bagian dari
sistem penerima yang menimbulkan noise (noise temperature), bila dikombinasikan
dengan gain antena penerima maka akan diperoleh nilai G/T dari sistem penerima.
Dengan kemajuan teknologi solid state saat ini sudah dapat diperoleh LNA dengan
noise temperature 35°K sedangkan yang banyak digunakan saat ini adalah LNA
dengan noise temperature sistem 55°-80oK.
2.2.4 SFD (Saturated Flux Density) & PFD (Power Flux Density)

SFD (Saturated Flux Density) merupakan rapat daya maksimum yang diterima
oleh antenna satelit dari stasiun bumi yang menghasilkan nilai EIRP saturasi dari
sistem satelit.

PFD (Power Flux Density) menunjukan besar daya yang dipancarakan suatu
dari terminal bumi yang dapat diterima satelit.

2.2.5 Free Space Loss, dan Redaman Hujan

FSL (Free Space Loss) merupakan redaman yang muncul akibat perambatan
sinyal dari pemancar ke penerima melalui ruang hampa pada komunikasi satelit. Rain
attenuation (redaman hujan) yang dipenngaruhi oleh frekuensi yang digunakan, curah
hujan dan jarak lintasan propagasi yang melalui hujan.

2.2.6 Suhu Derau (T)

Suhu derau atau Noise Temperature atau disebut juga Equivalent Noise
Temperature adalah faktor yang berpengaruh dalam perhitungan besarnya daya total
dari noise yang timbul pada suatu konduktor. Noise temperatur antena dapat
didefinisikan sebagai temperatur suatu tahanan yang dapat memberikan daya derau
yang sama kepada terminal input penerima. Seperti halnya antena yang dihubungkan
dengan penerima itu.

2.2.6 Suhu Derau Suatu Sistem (Ts)

Sistem penerimaan dari suatu stasiun bumi tersusun alas beberapa jenis
peralatan yaitu mulai dari antena, saluran transmisi, LNA, serta receiver dan lain-lain.
Suhu derau sistem sangat dipengaruhi oleh suhu derau antena, berarti sangat
dipengaruhi oleh sudut elevasi antena. Suhu derau sistem sangat dipengaruhi oleh
suhu feeder dari antena ke LNA, berarti dipengaruhi oleh loss feeder dari antena ke
LNA. Makin panjang feeder dari antena ke LNA, makin besar loss-nya berarti makin
tinggi suhu derau sistemnya. Oleh karena itu dapat dimengerti jika letak LNA pada
stasiun bumi sangat dekat dengan antena. Suhu derau sistem juga sangat dipengaruhi
oleh suhu derau LNA, makin kecil suhu derau LNA makin rendah suhu derau sistem,
oleh karena itu diusahakan agar suhu derau LNA serendah mungkin. Pada umumnya
LNA tidak hanya terdiri atas satu tingkat penguat, maka suhu derau penguat LNA
tingkat I sangat menentukan suhu derau LNA.
2.2.7 Noise Factor atau Noise Figure (F)

Untuk suatu penguat yang juga merupakan sumber derau, maka selain suhu
derau juga dikenal istilah “FAKTOR DERAU” atau “NOISE FACTOR” atau
“NOISE FIGURE”. Noise factor adalah perbandingan antara sinyal to noise pada
terminal input dengan sinyal to noise pada terminal output, yang biasanya diukur pada
suhu standar 290°C.

2.2.8 Level Penerimaan (C)

Pada sistem komunikasi satelit, LNA harus sanggup menerima sinyal yang
sangat lemah dari satelit dan harus mampu memperkuat sinyal tersebut sampai
beberapa puluh dB agar dapat dicapai level yang cukup untuk diberikan ke perangkat
penerima. Faktor yang menyebabkan lemahnya level sinyal dari satelit, yaitu:

1. Daya pancar satelit yang sangat terbatas.


2. Jauhnya letak satelit terhadap lokasi stasiun bumi sehingga propagasi dari satelit
ke stasiun bumi sinyal tersebut mengalami redaman lintasan yang cukup besar.
3. Besarnya level sinyal yang diterima oleh stasiun bumi tergantung pada daya
pancar satelit yang dinyatakan sebagai EIRP satelit dan tergantung pada besarnya
gain terima stasiun bumi.

2.2.9 Gain to Noise Temperature Ratio (G/T)

G/T adalah perbandingan antara gain antena penerima terhadap temperatur


derau sistem penerima. Besaran ini sangat menentukan kepekaan dalam penerimaan
sinyal.

Anda mungkin juga menyukai