Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BESAR

MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT


ANALISIS PERBANDINGAN KOMUNIKASI SATELIT
FREKUENSI C-BAND DAN KA-BAND DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Febri Arif Setiawan
18101048

Dosen Pengampu : Imam MPB,S.T.,M.T


Kelas : SITT06B

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO

2022
LATAR BELAKANG
Kondisi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan banyak daerahnya
sangat terpencil yang masih minim infrastrukturnya membuat sistem komunikasi
satelit menjadi populer. Salah satu kemajuan dari sistem komunikasi satelit adalah
dengan ditemukannya teknologi VSAT. Teknologi VSAT menawarkan beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki jaringan terestrial terutama karena harganya yang
relatif murah dan kemudahan instalasinya serta cakupannya yang luas. Untuk
keperluan telekomunikasi komersial frekuensi yang biasa digunakan adalah C, Ku,
Ka-band. C-band adalah frekuensi paling popular digunakan di Indonesia,
frekuensinya yang rendah relatif lebih tahan terhadap gangguan hujan. Namun,
penggunaan frekuensi C-band sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan komunikasi
yang akan datang. Alternatif solusi dengan pemakaian frekuensi yang lebih tinggi
dari C-band yaitu Kuband. Keuntungan dari frekuensi Ku-Band yaitu dengan
antena yang lebih kecil dapat menghasilkan bandwidth yang besar (broadband),
pemakaian frekuensi Ku-band juga terhindar dari interferensi karena relatif tidak
dipergunakan di sistem terestrial [1]. Pada tugas ini dilakukan perhitungan link
budget dari link Hub - Merauke menggunakan frekuensi Ku-band pada satelit
Palapa D di Indonesia. Pemilihan link Hub – Merauke karena merupakan link
terjauh sehingga apabila link Hub – Merauke memenuhi syarat untuk diterapkan
maka link-link lain diasumsikan dapat diterapkan pula.
PENDAHULUAN
Komunikasi di era milenial menuntut pertukaran informasi real time dengan
kecepatan akses yang tinggi termasuk di Indonesia. Indonesia adalah negara tropis
dengan tingkat curah hujan tinggi yang juga merupakan negara maritim
membutuhkan satelit untuk pertukaran informasi secara cepat. Satelit komersil yang
bekerja dipita frekuensi Cband sudah sejak awal melayani jalur komunikasi di
Indonesia. Saat ini, banyak negara-negara asing berlomba-lomba meluncurkan
satelit Ka-band. Sayangnya, curah hujan yang tinggi menjadi kendala penerapan
satelit Ka-band tersebut sehingga diperlukan berbagai persyaratan dalam
merancang komunikasi data menggunakan satelit Ka-band. Pelayanan dan
performansi komunikasi satelit sangat tergantung erat dengan faktor-faktor jumlah
redaman-redaman yang muncul sepanjang jalur komunikasi (lintasan stasiun bumi–
satelit–stasiun bumi), besar daya pancar dan penguatan antena, serta pemilihan
teknik modulasi. Oleh karena itu paper ini bertujuan untuk menganalisis
perbandingan komunikasi satelit berfrekuensi C-band dan Ka-band. Penelitian ini
menempatkan satelit GEO berfrekuensi C-band dan Ka-band dengan satu stasiun
bumi Hub (Jakarta) dan tiga stasiun bumi lainnya (Medan, Surabaya dan Makassar)
dengan menggunakan teknik modulasi digital QPSK. Orbit satelit terletak di
108°BT dengan pita frekuensi C dan Ka. Satelit tersebut untuk frekuensi C
mempunyai EIRP 55,6 dBW dan figure of merit 22,7 dBK, sedangkan frekuensi
yang lainnya menggunakan EIRP 73,1 dBw dan G/T 19,7 dB/K.
DASAR TEORI
C-Band
C band lebih dahulu digunakan untuk sistem komunikasi satelit. C band
mengoperasikan antena berukuran besar (minimal berdiameter 1,8 meter) memiliki
rentang frekuensi 3.7 – 4.2 GHz untuk komunikasi dari satelit ke penerima di bumi
(downlink), dan 5.9 – 6.4 GHz untuk komunikasi dari penerima di bumi ke satelit
(uplink).

Kelebihan Layanan pada Frekuensi C Band Dibandingkan KU Band dan KA Band


Saat ini C band masih digunakan secara luas, karena ketahanannya yang lebih
terhadap cuaca. Telah menjadi keyakinan yang berlangsung lama bahwa C Band
bisa digunakan di wilayah yang memiliki curah hujan tinggi. Hal ini disebabkan
perangkat C Band (parabola atau dish) lebih stabil karena lebih besar dari sistem
perangkat KU dan KA Band.

Kekurangan Layanan pada Frekuensi C Band Dibandingkan KU Band dan KA Band


C band memiliki dua masalah yang signifikan, yakni logistik perangkat berukuran
besar dan rentang frekuensinya yang digunakan juga untuk sistem komunikasi
terestrial radio gelombang mikro, termasuk dalam hal ini adalah 5G nantinya. Ada
sejumlah besar sistem gelombang mikro terestrial yang berkaitan dengan
komunikasi komersial. Akibatnya, lokasi penerima perlu dibatasi dalam rangka
untuk mencegah interferensi tersebut. Itu sebabnya penggunaan C Band di masa
depan mungkin akan menurun.

KU-BAND
KU Band merupakan jaringan yang lahir setelah C Band. KU Band memiliki
rentang frekuensi 11,7-12,2 GHz untuk komunikasi dari satelit ke penerima di bumi
(downlink). 14,0-14,5 GHz untuk komunikasi dari penerima di bumi ke satelit
(uplink). KU Band, biasanya, digunakan untuk siaran dan koneksi internet dua arah.
Rentang frekuensi KU Band dialokasikan secara eksklusif untuk digunakan oleh
sistem komunikasi satelit, sehingga menghilangkan masalah interferensi dengan
sistem terestrial gelombang mikro. Karena panjang gelombang yang lebih kecil
dan bandwidth yang lebih lebar, maka dimungkinkan untuk menggunakan antena
penerima beserta power yang lebih kecil namun kapasitas kecepatan internet-
nya lebih besar.

Kelebihan Layanan pada Frekuensi KA Band dibandingkan KU Band dan C Band


kemampuan sharing bandwidth pada kapasitas bandwidth yang lebih besar,
berdampak pada biaya bandwidth yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan C
Band. Faktor keunggulan ini seakan dilipatgandakan pada layanan di jaringan KA
Band.
Layanan pada jaringan KA Band memiliki sharing ratio yang lebih besar lagi –
memanfaatkan rentang frekuensi yang lebih lebar pada frekuensi KA Band,
menjadikan layanan ini menghadirkan solusi kecepatan internet broadband yang
sesungguhnya kepada pelanggan
Kekurangan Layanan pada Frekuensi KA Band Dibanding KU Band dan C Band

Perangkat KA Band memang memiliki biaya yang lebih tinggi dari perangkat KU
Band, dikarenakan spesifikasi perangkat yang lebih tinggi. Ketahanannya terhadap
cuaca tetap menjadi persoalan. Hal ini dikarenakan frekuensi yang dipakai adalah
frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi Ku Band. Secara alami jaringan pada
frekuensi KA Band akan memiliki resiko terganggu oleh cuaca lebih tinggi.
Pembuktian kestabilan layanan pada jaringan KA Band ini membutuhkan waktu
untuk terus dievaluasi dan mungkin diperbaharui.
Ketika terjadi hujan di lokasi, dampaknya mirip pada layanan jaringan KU Band.
Pertama sinyal pada modem akan hilang (sesaat) pada awal terjadinya hujan. Sesaat
setelah sistem perangkat KA Band selesai melakukan restart maka sistem akan
menghidupkan kembali akses internet dengan modulasi yang lebih rendah secara
otomatis.

Frekuensi Band Sattelite


Link
Istilah link mengacu pada jalur yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
satelit, terdiri dari: 1. Uplink : mengirimkan sinyal dari stasiun bumi ke satelit
2. Downlink : mengirimkan sinyal dari satelit ke stasiun bumi
3. Crosslink : mengirimkan sinyal dari satelit ke satelit lainnya.
4. Telemetry, tracking, and command (TT&C) link : bagian dari uplink dan
downlink yang digunakan untuk mengendalikan fungsi satelit dan memonitor
kelayakan satelit. Uplink dan downlink rentan terhadap interferensi karena
kekuatan sinyal radio saat mencapai antena penerima sinyal seringkali lemah
sehingga sinyal gangguannya tidak perlu kuat. Link juga bisa diganggu dengan
menempatkan sesuatu yang kedap terhadap gelombang radio seperti sehelai bahan
penghantar di jalur antara satelit dan stasiun bumi.
Segmen Satelit dengan Stasiun Bumi
Satelit komunikasi merupakan microwave repeater di antariksa. Transponder
menerima sinyal pada frekuensi yang diberikan (uplink), menguatkan dan
mengirimkan kembali sinyal tersebut pada frekuensi yang berkaitan (downlink)
Gambar 1 Segmen satelit dengan bumi
PEMBAHASAN
Parameter Link Budget
Redaman Ruang Bebas (FSL)
Redaman ruang bebas merupakan redaman yang dipengaruhi oleh frekuensi kerja
dan jarak antara stasiun bumi – satelit. Besar redaman FSL dinyatakan dengan
menggunakan persamaan FSL = 92,4 + 20log f + 20logd

Frekuensi menyumbang redaman terbesar pada FSL ini. Redaman FSL komunikasi
satelit C-band dan Kaband untuk komunikasi keempat stasiun bumi ke satelit
terlihat seperti pada tabel

Redaman Hujan
Redaman hujan juga menjadi perhatian dalam komunikasi satelit ini karena terjadi
pelemahan sinyal yang signifikan. Para peneliti terdahulu telah melakukan banyak
kajian tentang redaman hujan yang memberikan beberapa metode untuk
memprediksinya [5] [6]. Rekomendasi ITU-R P.618-12 dijadikan landasan
perhitungan redaman hujan pada penelitian ini. Redaman-redaman hujan untuk
kedua komunikasi satelit berbeda frekuensi dapat dilihat pada tabel tabel ini.

Redaman hujan komunikasi satelit C-band


Redaman hujan komunikasi satelit C-band

Azimuth dan Elevasi


Suatu posisi antenna stasiun bumi dapat diselesaikan dengan menggunakan sudut
Azimuth (A) dan sudut Elevasi (E) berdasarkan data posisi lintang (θi) dan posisi
bujur (θL) stasiun bumi serta bujur satelit (θS). Sudut Azimuth didefinisikan
sebagai sudut yang diukur searah jarum jam dari posisi utara memotong bidang
horizontal TMP dan bidang TSO yaitu melewati stasiun bumi, satelit, dan pusat
bumi. Besarnya sudut Azimuth adalah berkisar antara 00 sampai 3600 , tergantung
pada lokasi stasiun bumi. Sudut Azimuth (A) diberikan sebagai berikut :
1. Belahan bumi utara Stasiun bumi terletak di barat satelit: A = 180 – A’ (derajat)
Stasiun bumi terletak di timur satelit: A = 180 + A’ (derajat)
2. Belahan bumi selatan Stasiun bumi terletak di barat satelit: A = A’ (derajat)
Stasiun bumi terletak di timur satelit: A = 360 – A’ (derajat) dimana A’
merupakan sudut positif berdasarkan gambar elevasi (derajat). Sudut Elevasi (E)
didefnisikan sebagai sudut yang dihasilkan dengan memotong bidang horizontal
TMP dan bidang TSO dengan garis pandang antara stasiun bumi dan satelit. Sudut
Elevasi (E) dan Azimuth (A) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Slant Range
Selain sudut “coverage”, sistem link satelit lain yang penting dan tidak boleh
diabaikan adalah slant range dari stasiun bumi ke satelit. Dimana range ini
merupakan jarak dari suatu stasiun bumi ke satelit. Rumus perhitungan slant range
(d) dapat dijelaskan sebagai berikut

Interferensi
Interferensi merupakan energi frekuensi radio yang tidak diinginkan yang berasal
dari sumber interferensi yang timbul pada penerima (receiver). Pada jaringan VSAT
terdapat dua tipe interferensi, yaitu :

1. Self Interface
a. Co-channel interference merupakan kerugian dari penggunaan pengulangan
frekuensi yang bertujuan meningkatkan kapasitas dari sistem karena bandwidth
sistem yang terbatas. Interference cochannerl berasal dari isolasi yang tidak
sempurna antar beam pada satelit dan juga disebabkan oleh ketidaksempurnaan
isolasi antara pengulangan polarisasi orthogonal pada frekuensi yang sama.
b. Adjecent Channel Interference merupakan interferensi yang berasal dari daya
carrier penginterferensi terhadap sinyal yang diinginkan yang diterima oleh stasiun
bumi.
2. External Interference
a. Interferensi dari sistem terrestrial.
b. Interferensi dari sistem yang berdekatan. Untuk menganalisa interferensi ke atau
dari sistem satelit yang berdekatan maka perlu mempertimbangkan link satelit dan
interferensi antara dua sistem satelit A dan satelit B. Gambar 2.1 menunjukkan
interferensi antar satelit

Gambar 2 Interferensi Antar Satelit


Persamaan carrier to interference dirumuskan :

Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)


EIRP digunakan untuk menyatakan daya pengiriman dari stasiun bumi atau satelit.
EIRP stasiun bumi dilambangkan dengan EIRPES yang mempunyai persamaan
KESIMPULAN
Komunikasi satelit C-band untuk ketiga teknik modulasi terbukti handal dalam
melayani komunikasi di keempat wilayah Indonesia yaitu Jakarta, Medan, Surabaya
dan Makassar untuk semua waktu pengamatan. Sementara itu, komunikasi satelit
Ka-band tetap aman diterapkan di wilayah-wiayah tersebut untuk komunikasi yang
melalui stasiun Hub Jakarta pada availability 99,1% - 99,5%. Pengembangan
penelitian ini dapat dilakukan dengan meninjau penempatan satelit di orbit tertentu
dan persen waktu pengamatan yang lainnya serta memperhatikan diversitas stasiun
bumi berjarak tertentu pada suatu wilayah untuk mengantisipasi curah hujan tinggi
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. A. Atayero, “Satellite link design: A tutorial,” Int. J. Electr. Comput. Sci.
IJECS-IJENS, vol. 11, no. 4, 2011.
[2] Z. B. Hasanuddin, “Design of Ka-band Satellite Links in Indonesia,” J. Electr.
Comput. Energ. Electron. Commun. Eng., vol. 8, no. 8, 2014.
[3] R. L. Freeman, Radio system design for telecommunications, vol. 98. John
Wiley & Sons, 2006.
[4] Recommendation ITU-R p.618-10. 2009. Propagation Data and Prediction
Methods Required for the Design of Earth-Space Telecommunication Systems.
Geneva: ITU..
[5] A. K. Kundu, M. T. H. Khan, W. Sharmin, M. O. Goni, and K. A. Barket,
“Designing a mobile satellite communication Antenna and Link Budget
Optimization,” in 2013 International Conference on Electrical Information and
Communication Technology (EICT), 2014, pp. 1–6.

Anda mungkin juga menyukai