Anda di halaman 1dari 55

Parameter impedansi

dan aperture antena


A. Adya Pramudita & B. Syihabuddin

Catatan Ajar 3, TTH3G3 – Antena dan Propagasi

S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom, 2020


1
Capaian pembelajaran

• Peserta mampu menjelaskan karaktersitik


circuit antena dengan mendeskripsikan
dengan parameter impedansi antena.
• Peserta mampu menjelaskan karaktersitik
antena sebagai aperture.

2
Impedansi antena

Impedansi gandeng pada antena pemancar

Impedansi gandeng pada antena penerima

Pokok Pengaruh jarak dan orientasi antena terhadap


impedansi gandeng
bahasan
Aperture antena

Contoh aperture antena

Aperture dan directivity gain

3
Impedansi antena

4
Impedansi antena
• Dari sisi saluran transmisi,
antena dipandang sebagai
jaringan 2 terminal yang
Zo A Zo ZA disebut sebagai impedansi
terminal / titik catu
• Impedansi Sendiri
Jika antena terisolasi dari
Impedansi antena keadaan sekelilingnya
= Impedansi sendiri + • Impedansi Gandeng
Impedansi gandeng Jika terdapat ‘benda-benda’
lain di sekitar antena dan
mempengaruhi antena 5
Impedansi sendiri

• Impedansi sendiri
Z
dz Iz atau self impedance,
V11
I1
L=
l adalah impedansi
2
yang muncul akibat
antena ‘terisolasi’ dari
z=0
keadaan sekeliling.

• Pada bahasan, antena yang digunakan berupa


antena dipol atau antena linear tipis.
6
Impedansi sendiri

Dengan asumsi, pada antena dipol berupa


Z
dz Iz • Arus sinusoidal
I1 • L kelipatan ½l,
l
V11 L=
2 Maka impedansi sendiri sebesar,

Z11 = R 11 + j X11 = 30 Ein ( 2n )


= 30Cin ( 2n ) + j Si ( 2n )
z=0 = 300,577 + ln(2n ) − Ci ( 2n ) + j Si ( 2n )

Resistansi Sendiri = R11 = 30 Cin (2n)

Reaktansi Sendiri = X11 = 30 Si (2n)


7
Impedansi sendiri
( dari Proc. IRE no. 32 April 1934 )
Jika memiliki Panjang sembarang, maka sebesar,

 2 L  2 L 
1 − cot 2 Cin 2 L + 4 cot 2 Cin L 
R 11 = 30   
 L 
+ 2 cot 2 (Si 2 L − 2 Si L ) 

Untuk panjang L << (kecil sekali) , dari persamaan diatas


direduksi menjadi :

R 11 = 5(L )
2

8
Impedansi sendiri

Jika antena ditempatkan di atas groundplane , dengan


konduktivitas  → , maka :

1
ZA = Z A ( dgn panjang 2 antenna tsb )
2
Atau seolah-olah menjadi monopol.

9
Karakteristik antena dipol

Dipole pedek λ/2 λ 3λ/2

Pola radiasi

10
Karakteristik antena dipol

 J 0 l − j r 1
E = j e sin  (1 + )
 4r j r
j  J 0 l − j r 1
H = ( e sin  )(1 + )
4r j r 11
Karakteristik antena dipol

12
Impedansi
gandeng antena
pemancar

13
Impedansi gandeng

Ez2
• Impedansi gandeng atau
mutual impedance, adalah
I z1 I z2 impedansi yang muncul
akibat ‘benda-benda’ lain di
V1 V21 sekitar antena dan
mempengaruhi antena.
• Pada bahasan, antena yang
digunakan berupa antena
dipol atau antena linear tipis.
d 14
Impedansi gandeng

V1 = Z11 I z1 + Z12 I z 2
Ez2 V2 = Z 21 I z1 + Z 22 I z 2
Z11 : Impedansi sendiri antena 1
I z1 I z2
Z 22 : Impedansi sendiri antena 2
Z 21 : Impedansi gandeng antena 1 ke antena 2
V1 V21 Z12 : Impedansi gandeng antena 2 ke antena 1
V1
Z11 =
I z1 I antena 2 tidak ada
z 2=0
Z antena terpasang = Z11 + Z 21
V2
Z 21 =
d I z1 I antena 2 tidak dicatu 15
z 2=0
Impedansi gandeng
Coupling Coupling
𝐼1 𝐼2
Voltage Voltage
Ez2
+ 𝑉12 + 𝑉21
𝑉𝑠1 ~

𝑉𝑠2 ~

I z1 I z2
𝑍𝑠1 𝑍11 𝑍𝑠2 𝑍22

V1 V21
Mutual impedance dari antena 1 ke 2
−𝑉21
𝑍21 = ቤ
𝐼1 𝐼
2 =0,𝑉𝑠2 =0
Mutual impedance dari antena 2 ke 1

d −𝑉12
𝑍12 = ቤ
Antena Pemancar 𝐼2 𝐼 16
1 =0,𝑉𝑠1 =0
Impedansi
gandeng antena
penerima

17
Impedansi gandeng
Antena Penerima : tidak ada sumber terhubung
Gelombang datang

Jika 𝑉𝑢1 dan 𝑉𝑢2 tegangan yang


Antena 1 Antena 2 terukur pada 𝑍𝑇1 dan 𝑍𝑇2 saat
antena diisolasi
V sumber
Mutual impedance dari antena 1 ke 2
𝑉𝑟1 𝑉𝑟2 𝑉𝑢2 − 𝑉𝑟2
𝑍21 = ቤ
𝑍𝑇1 𝑍𝑇2 𝐼1 𝐼2 =0,
Mutual impedance dari antena 2 ke 1
d
𝑉𝑢2 − 𝑉𝑟2
𝑍𝑇1 dan 𝑍𝑇2 adalah impedansi beban pada 𝑍12 = ቤ
terminal antena 1 dan 2
𝐼2 𝐼
1 =0,
18
Pengaruh
impedansi
gandeng

19
Pengaruh impedansi gandeng

1. Mengubah matching impedance


2. Mengubah besar tegangan atau arus yang
diterima pada terminal antena
3. Mengubah Polaradiasi (Gain atau
Direktivitas)

20
Mengubah matching impedance

Antena 1 Antena 2

V sumber

𝑉𝑠1 ~ 𝑉𝑠2 ~

𝑍𝑠1 𝑍𝑠2

d 𝐼1 Coupling Voltage 𝐼2

+ 𝑉12 + 𝑉21
𝑉𝑠1 ~

𝑉𝑠2 ~

𝑍𝑠1 𝑍11 𝑍𝑠2 𝑍22

21
Mengubah matching impedance

𝐼1 Coupling Voltage 𝐼2

+ 𝑉12 + 𝑉21
𝑉𝑠1 ~

𝑉𝑠2 ~

𝑍𝑠1 𝑍11 𝑍𝑠2 𝑍22

−𝑉21 𝑍𝑠1 = 0
𝑍21 = ቤ
𝐼1 𝐼 𝑍𝑠2 = 0
2 =0,𝑉𝑠2 =0
𝑉𝑠1 = 𝐼1 𝑍11 + 𝐼2 𝑍12
−𝑉12 𝑉𝑠2 = 𝐼1 𝑍21 + 𝐼2 𝑍22
𝑍12 = ቤ
𝐼2 𝐼
1 =0,𝑉𝑠1 =0
22
Mengubah arus pada terminal

−𝑉21 𝑍𝑠1 = 0
𝑍21 = ቤ
𝐼1 𝐼 𝑍𝑠2 = 0
2 =0,𝑉𝑠2 =0
𝑉𝑠1 = 𝐼1 𝑍11 + 𝐼2 𝑍12
−𝑉12 𝑉𝑠2 = 𝐼1 𝑍21 + 𝐼2 𝑍22
𝑍12 = ቤ
𝐼2 𝐼
1 =0,𝑉𝑠1 =0

Arus Saat ada mutul coupling


Arus Saat terisolasi 𝑉𝑠1 −𝑉12
𝐼1 =
𝑉𝑠1 𝑍11
𝐼1 =
𝑍11
𝑉 𝑉𝑠2 −𝑉21
𝐼2 = 𝑍𝑠2 𝐼2 =
22 𝑍22
23
Mengubah pola radiasi


Antena isotropik
0 d
Distribusi Arus 𝐼1𝑜 𝐼2𝑜 Arus Saat ada
Arus Saat mutual coupling
𝐸 = (𝐼1𝑜 +𝐼2𝑜 𝑒 𝑗𝑑𝑐𝑜𝑠(∅) ) terisolasi
𝑉𝑠1 −𝑉12
𝐼1 =
𝑉𝑠1 𝑍11
𝐼1 = 𝑍11
Jika distribusi arus berubah maka E 𝑉𝑠2 𝑉𝑠2 −𝑉21
𝐼2 = 𝐼2 =
juga akan berubah 𝑍22 𝑍22
24
Mengubah gain

Antena 1 Antena 2

-d/2 d/2
~
𝑉𝑠
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃 = 𝑃1 + 𝑃2 = 2𝐼12 𝑍11 + 𝑍12
V sumber 𝑃
𝐼1 =
2 𝑍11 + 𝑍12
Jika daya P dieksitasikan pada 1 antena saja
𝑃
𝐼𝑜 =
𝑍11
25
Mengubah gain

Antena 2 Jika antena 1 dan 2 identik, 𝐼1 dan 𝐼2 sama


Antena 1
dan sefasa maka
𝑉𝑠1 = 𝐼1 (𝑍11 + 𝑍12 )
Daya pada antena 1 : 𝑃1 = 𝐼12 (𝑍11 + 𝑍12 )

𝑉𝑠2 = 𝐼2 (𝑍22 + 𝑍21 )
-d/2 d/2 Daya pada antena 2 : 𝑃2 = 𝐼22 (𝑍22 + 𝑍21 )
~
𝑉𝑠
Dengan 𝐼1 = 𝐼2 , 𝑍11 = 𝑍22 , 𝑍21 = 𝑍12
V sumber 𝑃 𝑑𝑐𝑜𝑠∅
𝐸𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 2 𝑎𝑛𝑡 = 2 cos( )
2 𝑍11 + 𝑍12 2

𝑃
𝐸1 𝑎𝑛𝑡 =
𝑍11

2𝑍11 𝑑𝑐𝑜𝑠∅
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝐺𝑓1 = cos( )
𝑍11 + 𝑍12 2
26
Pengaruh jarak
dan orientasi
antena

27
Impedansi gandeng

• Side by side

3 macam posisi • Kolinier


relatif,

• Staggered

28
Impedansi gandeng

• Side by side

3 macam posisi • Kolinier


relatif,

• Staggered

29
Side by Side / paralel

r1
d=r Besar impedansi
gandeng dengan
z L susunan side by side atau
r2 tersusun parallel dapat
dihitung dengna
r1 = d 2 + z 2
persamaan R21 dan X21
r2 = d 2 + (L − z) 2


R21 = 30 2Ci ( d ) − Ci  (  d + L + L)− Ci (  d + L − L)
2 2 2 2

X 21 = −302 Si ( d ) − Si (  d + L + L)− Si (  d + L − L)


2 2 2 2
30
Side by Side / paralel

Atau menggunakan grafik dipole ½l, dengan jarak tertentu.

31
Side by Side / paralel

Ilustrasi
pengaruh
Panjang dipol
terhadap
resistansi
gandeng yang
tersusun paralel
32
Side by Side / paralel

Ilustrasi
pengaruh
Panjang dipol
terhadap
reaktansi
gandeng yang
tersusun paralel
33
Kolinear

Besar impedansi gandeng dengan susunan kolinear


dapat dihitung dengna persamaan R21 dan X21
  h 2 − L2 
R21 = −15 cos  h 2Ci 2  h + Ci 2  (h − L ) + Ci 2  (h + L ) − ln 2
 
  h 
+ 15 sin  h2 Si 2  h − Si 2  (h − L ) − Si 2  (h + L )

X 21 = −15 cos  h2 Si 2  h − Si 2  (h − L ) − Si 2  (h + L )


  h 2 − L2 
+ 15 sin  h 2Ci 2  h − Ci 2  (h − L ) − Ci 2  (h + L ) − ln 2
 
  h 

s= h – L➔ h = s + L 34
Kolinear

Atau menggunakan grafik dipole ½l, dengan jarak tertentu.

35
Aperture antena

36
Resiproksitas Carson

Teorema resiproksitas
Carson membuktikan VA IB IA
bahwa karakteristik antena
~ ~ VB
sebagai pemancar juga
berlaku pada antena
sebagai penerima.
Dengan asumsi dasar
transmisi energi antara I1 I2
antena A dan B melalui VA Z1 Z2 IB
IA Z1 Z2
medium homogen, ~ Z3 Z3 ~ VB
isotropis, linear dan pasif, ZV ZI ZI
maka dapat dimodelkan
dengan rangkaian-T.
37
Aperture antena

Konsep aperture antena memandang sebuah antena sebagai luasan


yang menerima atau menangkap daya dari gelombang elektromagnetik
Besar daya akan sebanding dengan luasan penampang dari antena.
Aperture antena biasanya antara 50%-70% dari ukuran sesungguhnya
dan daya yang tidak diterima antena akan menjadi panas, dipantulkan
Kembali dan sebagainya.
38
Jenis aperture antena

1. Aperture efektif
Effective aperture
2. Aperture hambur
3. Aperture redaman
Losses Aperture Scattering Aperture
4. Aperture pengumpul
5. Aperture fisik
Phyisical Aperture

39
Konsep aperture antena
I

 ZA
P ZT
ZT
~ V beban

Antena Rangkaian pengganti

Antena dengan ZT = RT + jX T
beban catu ZT I=
V
menerima rapat Z A + ZT Z A = RA + jX A

data P RA = Rr + RL

Rr = Radiation resistance
RL = Ohmic resistance 40
Konsep aperture antena

ZT = RT + jX T
V
I=
Z A + ZT Z A = RA + jX A
RA = Rr + RL

Rr = Radiation resistance
RL = Ohmic resistance

W = I2R
V V 2R
I= W=
(R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2 (R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2

W V 2R
Aperture = =

P P (R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2 
41
Aperture efektif

Jika RT adalah impedansi dari daya yang dikirim ke penerima

WT V 2R T
Ae = =
P 
P. (R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2 
Aperture efektif diperoleh dengan kondisi, antena memiliki
orientasi optimal ( = 0 ), sepadan ( Z T = Z A* ) dan tidak ada rugi
ohmic (RL= 0),
WT ' V2 V2
Aem = = =
P 4 P.Rr 4 P.RT

42
Aperture efektif

Effectiveness Ratio (  ), atau antena efisiensi akan sebanding


dengan,

 = Ae Aem dengan 0   1

Daya yang dikirim akan lebih kecil dari WT, jika pada saluran
transmisi terdapat redaman. Seperti contoh, secara umum pada
antena dipol memiliki Panjang efektif sebesar 70% dari Panjang
sebenarnya.

43
Aperture hambur

Rr adalah daya yang dipantulkan kembali ke ruang bebas,

WS V 2R r
AS = =

P P. (R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2 

Jika antena lossleees, RL = 0, Rr = RT, XT = - XA (kondisi matched),


maka,

V2 V2 As’ = Aperture hambur sepadan


As' = =
4 P.Rr 4 P.RT

44
Aperture hambur

V2 V2
As' = =
4 P.Rr 4 P.RT
V2
Jika ZT =0 maka Asm =( P.Rr
)= 4 x As’ atau
Asm = 4 x Aem.
Ini merupakan konsep dari parasitic elemen
antena Yagi serta reflector antena
Ratio hambur

 = As 0
Ae
45
Aperture redaman

RL adalah daya yang menjadi panas, maka


aperture redaman adalah,

WL V 2R L
AL = =

P P. (R r + R L + R T ) 2 + (X A + X T ) 2 

46
Aperture fisik

Aperture fisik adalah luasan maksimum yang tegak


lurus terhadap arah datang gelombang EM.

P 
Ap L
P
d 2
Ap =
D 2 4
Ap =
4 d Ap = Ld 
P
Ratio serapan (absorption ratio),
Aem 0
=
Ap
47
Contoh aperture
antena

sebagai pemancar
48
Dipole pendek

Antena dipol pendek ( L < 0,1 l )

0,119l
V = E.L
80 2 L2
Rr = l
l2
V2 V2
E2 E2 Aem = =
P= = 4P.R r 4P.R T
0 (120)
120. .E 2 .L2 l2 3l2
Aem = = = 0,119λ 2

320. 2 .E 2 .L2 8
Aperture efektif dari antena dipol pendek
49
Dipole 1/2 l

Antena dipol 1/2 l


2y y
I = I 0 . cos
l
2y -l/4 +l/4
dV = E.dy = E 0 .dy. cos dy
l RT
l/4
2y El
V =  dV = 2  E 0 cos dy = 0 V2 V2
0
l  Aem = = = 0,13λ 2
4P.R r 4P.R T
Rr = 73 ohm

l/4
atau Aem >> Ap

50
l/2
Aperture dan
directivity gain

51
Hubungan aperture, direktivitas
dan gain antena

Direktivitas antena sebanding dengan aperture


D1 Aem1
=
D 2 Aem 2

Dan hubunga gain dengan direktivitas,

G1 D1eff 1 eff 1  Aem1 Ae1


G = eff. D = = =
G 2 D 2 eff 2 eff 2  Aem 2 Ae 2

eff =  = EFECTIVENESS RATIO

52
Hubungan aperture, direktivitas
dan gain antena

Pada antena isotropis dengan D = 1

Aem 2 Aem X
Aem ISO = =
D2 DX

Maka antena lain dapat dihitung dengan,


4
D X = 2 Aem X
l
3 2
Aem 2 = l dan D2 = 3/2 = 1,5
8
53
Hubungan aperture, direktivitas
dan gain antena

Maka antena lain dapat dihitung dengan,


4
D X = 2 Aem X
l

Antena Aem D D (dB)


Isotropis l2/(4) = 0,79l2 1 0
Dipole 3l2/(8) = 0,119l2 1,5 1,76
pendek
Dipole l/2 30l2/(73) = 0,13l2 1,64 2,14

54
Terima kasih
55

Anda mungkin juga menyukai