Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PERHITUNGAN POWER LINK BUDGET UNTUK


KOMUNIKASI TERESTERIAL RADIO LINK

DI SUSUN OLEH

CHRISTIAN DWI H.F.M

D411 12 259

MOHAMMAD SYAIFUL LUTFI

D411 12 262

MUZAYYAR MAHBUB

D411 12 271

MUJAHIDAH ACHIRU

D411 12 275

FREZY SUSANTO M.H.

D411 12 277

BAYU SUKARTA

D411 12 279

MAHARANI AYU LESTARI

D411 12 285

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Komunikasi Teresterial


Kata Teresterial berasal dari bahasa Inggris terresterial, yang berarti
membumi atau berada di permukaan tanah. Bila dikaitkan dengan sistem
telekomunikasi, yaitu sistem teresterial, maka akan berarti sistem telekomunikasi
yang menggunakan gelombang frekuensi radio (RF, radio frequency) yang beroperasi
di permukaan tanah. Tentunya tidak termasuk disini sistem komunikasi satelit. Jadi
sistem teresterial dapat berarti satu sistem pemancar radio atau televisi, sistem
komunikasi microwave, sistem komunikasi point-to-point, yang termasuk juga sistem
komunikasi seluler, baik yang fixed ataupun bergerak (mobile).

2. Sifat-sifat komunikasi teresterial:


a. Parabolic dish
b. Focused beam
c. Line of Sight
d. Long haul telecommunication
e. Higher frequency give higher data rates.

3. Ciri-ciri komunikasi teresterial


a. Transmisi bersifat land-based
b. Aplikasinyanya komunikasi jarak pendek antardua titik.
c. Frekuensi yang lebih tinggi digunakan untuk kecepatan (datarate) yang lebih
tinggi, bisa mencapai ratusan juta bit per detik.
d. Kekuatan transmisi mudah terganggu (melemah) oleh air hujan.

4. Kelebihan dan kekurangan komunikasi teresterial


Kelebihan komunikasi teresterial dibandingkan komunikasi satelit:
a. Biaya lebih rendah (dapat menghindari biaya penyewaan satelit yang terlalu
tinggi atau mahal)
b. Mengurangkan delay (waktu pentransmisian lebih cepat dibandingkan dengan
satelit sehingga delay dapat diminimalkan)

c. Meningkatkan fleksibilitas.
d. Frekuensi radio beroperasi dengan jarak yang lebih pendek dan memerlukan daya
pancar yang lebih kecil disbanding satelit.

Kekurangan komunikasi teresterial dibanding komunikasi satelit:


a. Sistem sangat mudah dipengaruhi oleh gangguan atmosfer, cuaca seperti hujan
dank abut, dan lain-lain sehingga rentan terhadap redaman dan distorsi.
b. Memerlukan repeater (tower) atau mendapatkan lisensi daripada federal.
c. Perlu membeli jalur frekuensi atau mendapatkan lisensi daripada Federal
Communication Comission (FCC).

Kelebihan sistem radio terrestrial adalah waktu pengiriman data yang


relatif lebih cepat dibandingkan dengan sistem komunikasi satelit. Kekurangan
dari sistem radio terrestrial adalah sangat terpengaruh oleh kondisi geografis
dan bentuk permukaan bumi.Selain itu, di dalam system komunikasi radio
terrestrial jarak antar hop dibatasi oleh suatu jarak tertentu, hal itu disebabkan
oleh bentuk permukaan bumi yang melengkung.Namun kekurangan tersebut
dapat mudah diatasi dengan melakukan perencanaan jaringan yang matang
dan teliti.

5. Model Kanal Propagasi


System komunikasi radio terrestrial sangat erat kaitannya dengan
bentuk relief permukaan bumi.Sebagian besar permukaan bumi adalah tidak
rata, ada lembah, ada bukit, ada pegunungan ada pula daerah yang ditutupi
pohon. Berikut contoh model kanal propagasi:
Daerah 1 adalah daerah dimana signal langsung lebih mendominasi.
Prosentase signal langsung lebih besar daripada signal pantulan tanah.
Daerah 2 adalah daerah dimana perbandingan antara signal langsung dan
signal pantul relative sama.
Daerah 3 adalah daerah yang tidak menerima signal langsung. Signal yang
diterima pada daerah tersebut adalah signal hasil difraksi pepohonan.

Daerah 4 adalah daerah yang tidak menerima signal langsung. Signal yang
diterima adalah signal hasil difraksi puncak bukit dan scattering dari lapisan
ionosfer dan troposfer.
Daerah 5 adalah daerah yang tidak menerima signal langsung. Signal yang
diterima di daerah tersebut adalah signal hasil multiple diffraction.
Dari contoh kasus di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi radio
terrestrial sangat dipengaruhi oleh relief dan keadaan geografis permukaan
bumi.

6. Contoh jaringan teresterial


Layanan RadioLink merupakan layanan telekomunikasi teresterial
yang terselenggara melalui jaringan wireless. Penerapan layanan RadioLink
dapat menggunakan topology point-to-point atau point-to- multipoint dengan
daerah cakupan dibatasi oleh jangkauan microwave radio. Ketersediaan tower
antenna untuk microwave radio merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan layanan RadioLink.
Layanan RadioLink banyak digunakan oleh Pelanggan Oil&Gas dan
Korporasi yang membutuhkan sarana telekomunikasi dalam satu area operasi
yang belum memiliki sarana telekomunikasi yang memadai. Layanan ini dapat
memenuhi kebutuhan dedicated bandwith pada topology point-to-point atau
share bandwith pada topology point-to-multipoint untuk menyalurkan trafik
data, suara dan video secara terpadu. Seluruh trafik ini diolah oleh Customer
Equipment disalurkan melalui modem jaringan RadioLink ke lokasi tujuan.
WLAN adalah jaringan komputer yang menggunakan frekuensi radio
sebagai media transmisi data.WLAN sering disebut sebagai jaringan nirkabel
atau jaringan wireless.Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah salah satu standar
Wireless Networking tanpa kabel.IEEE (Institude of Electrical and Electronics
Engineering) merupakan suatu organisasi yang mengeluarkan standarisasi
untuk mengatur komunikasi data melalui wireless. Teknologi WLAN 2,4 GHz
merupakan pengembangan dari standar IEEE 802.11a, IEEE 802.11b, IEEE
802.11g, yang mempunyai kelebihan dalam segi ekonomis.

Secara umum teknologi Wireless LAN hampir sama dengan teknologi


jaringan komputer yang menggunakan kabel (Wire LAN atau Local Area
Network). Teknologi Wireless LAN ada yang menggunakan frekuensi radio
untuk mengirim dan menerima data yang tentunya mengurangi kebutuhan atau
ketergantungan hubungan melalui kabel.Akibatnya pengguna mempunyai
mobilitas atau fleksibilitas yang tinggi dan tidak tergantung pada suatu tempat
atau lokasi.Teknologi Wireless LAN juga memungkinkan untuk membentuk
jaringan komputer yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh jaringan
komputer yang menggunakan kabel.
Dalam implementasi jaringan WLAN dapat menggunakan point to
point (PTP) atau Point to Multipoint (PTMP). Radio PTP mempunya sistem
pengiriman satu arah yaitu didalam prinsip kerjanya radio tersebut hanya
dapat berkomunikasi dengan satu lawan saja dan radio tersebut tidak dapat
berkomunikasi dengan radio yang lain walaupun berdekatan dikarenakan pada
setiap radio terdapat sistem keamanan yaitu keamanan dalam hal frekuensi
(kanal tertentu), keamanan dalam hal ID dan peng-addressan masing masing.
Jadi, walaupun banyak pengguna radio dalam satu area mereka pada dasarnya
tidak akan dapat saling menerima jika bukan pasangannya.
Sedangkan

radio

jenis

PTMP

mempunyai

kelebihan

dapat

mengirimkan ke semua arah dimana base station (BS) dapat berkomunikasi


dengan beberapa remote station (RS) dengan sarat keduanya dapat saling
mengenal didasarkan pada ID, Frekuensi, dan pengaddressan yang sesuai.
Dalam sebuah jaringan WLAN bisa menggunakan koneksi PTP dan koneksi
PTMP dengan berbagai layanan yang dapat disediakan.

BAB II
PEMBAHASAN

I. PERENCANAAN SAMBUNGAN
Sebuah komunikasi teresterial sederhana yang berbasis radio link adalah
komunikasi dengan dua perangkat radio atau wireless yang masing-masing
terhubung ke antena dan terpisah oleh patch berupa free space. Seperti pada
gambar berikut :

II. SAMBUNGAN WIRELESS (RADIO LINK)


Untuk ilustrasi sambungan wireless dapat diperhatikan pada gambar
berikut dimana terdapat parameter jarak dan Fresnel zone :

III. ISTILAH-ISTILAH DALAM RADIO LINK


a. Daya pancar. Dinyatakan dalam milliwatts atau di dBm. Daya pemancar
berkisar 30mW sampai 800mW atau lebih.
b. Penguatan Antena. Antena adalah perangkat pasif yang dapat membuat
efek amplifikasi berdasarkan bentuk fisik mereka(dinyatakandengandBi).
c. MinimumReceived Signal Level (RSL),atau sensitivitas dari penerima.
Minimum RSL selalu dinyatakan sebagai dBm negatif (-dBm)
d. Kerugian kabel. Beberapa energi sinyal akan hilang di kabel, di konektor
atau pada perangkat lain, pada saat sinyal merambat dari radio ke antena.

IV. PATHLOSS
Path loss merupakan komponen penting dalam perhitungan dan
analisis desain link budget sistem telekomunikasi. Perhitungan pathloss
dengan menggunakan rumus Okumura-Hata model untuk urban area, dimana
daerah urban merupakan kawasan perkotaan yang baru bertumbuh dengan
banyak bangunan, rumah rumah, gedung gedung bertingkat, serta pohon
pohon yang tinggi. Model Hata didasarkan atas pengukuran empiris ekstensif
yang dilakukan di lingkungan perkotaan. Dengan jarak antara mobile station
ke base station dibuat teratur. Persamaan Hata untuk daerah urban dapat
diringkas sebagai berikut :

Keterangan : Lhata : Path loss okumura hata (dB) f : frekuensi (MHz) ht :


tinggi antenna pemancar (m) d : jarak Tx-Rx (km) A (hr) : Faktor koreksi (m)
hr : tinggi antenna penerima (m).

Pathloss dengan nilai exponent ini merupakan nilai pathloss yang


disertai nilai pathloss exponent (n).Nilai n ini berbeda-beda sesuai dengan
kondisi lingkungan.
PL = PLdo + 10 n log 10 (d/d0) (3)
Keterangan : PLdo = path loss okumura hata di d0 (dB) d0 = 100 m (jarak
terdekat dengan BTS) (m) n = path loss exponent d = jarak base station ke
mobile station (m).

V. COVERAGE
Two-ray model digambarkan seperti gambar di bawah dengan tinggi
antena pemancar ht dan antena penerima hr. Pemodelan ini berlaku untuk
komunikasi Line of sight, tidak ada halangan diantara stasiun pemancar dan
penerima.Pemodelan ini mengasumsikan dua sinar, 1 sinar jalur langsung dan
1 sinar pantul yang dominan (biasanya dari tanah).Dengan menjumlahkan
pengaruh dari masing-masing sinar, daya terima (Pr) dapat dihitung
berdasarkan persamaan.

Dimana : ht = ketinggian antena pemancar (Tx) hr = ketinggian antena


penerima (Rx) d = jarak antara antena pemancar dan penerima Pt = daya
pancar Pr = daya terima = panjang gelombang r1 = pancaran langsung dari
Tx ke Rx r2 = jarak pancaran dari Tx ke titik pantul pada tanah = koefisien
refleksi yang tergantung dari sudut datang = sudut datang k = 2 /
Besarnya koefisien refleksi tergantung pada besar sudut datang ()
yang dapat dihitung menggunakan persamaan.

dengan =90- dan a=1/r untuk polarisasi vertical, a=1 untuk polarisasi
horizontal, konstanta dielektrik relatifnya bernilai r=15-j60, dimana untuk
konduktivitas permukaan tanah () adalah 0,005 mho/m.

VI. PARAMETER-PARAMETER RADIO LINK


Ada beberapa parameter yang memerlukan perhitungan untuk meyakinkan
bahwa sistem itu akan bekerja dengan baik, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Transmitter Power Level (TX Power = Daya Pancar)
Semua radio akan mempunyai daya pancar tertentu. Daya
pemancar diukur dalam dua satuan, dengan menggunakan Watt (atau
milliwatt) atau menggunakan satuan dBm. Daya dalam dBm dihitung
dengan dBm =1010 log P (daya dalam milliwatt), sehingga pemancar dari
100mW (0.1Watt) adalah setara dengan 20 dBm
b. Penguatan Antena (Gain)
Penguatan antena (gain) adalah besarnya penguatan antena yang
dapat dilakukan oleh antena pada saat memancarkan dan menerima sinyal
dengan antena ditetapkan sebagai keluaran daya pada arah tertentu
dibandingkan keluaran yang dihasilkan pada arah sembarang oleh antena
omnidirectional sempurna (antenna isotropic).

c. Sensitivitas penerima (Minimal Received Signal Level)


Sensitivitas perangkat (receiver sensitivity) merupakan kepekaan
suatu

perangkat

threshold.Receiver

pada

sisi

Sensitivity

penerima

yang

menunjukkan

dijadikan

besarnya

ukuran

sensitivitas

penerima sebagai tolak ukur penerimaan sinyal yang ditransmisikan.


d. Receive Level Signal (Rx Level)
Receive Level Signal adalah tingkat sinyal yang diterima di
perangkat penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas
perangkat panerima (Receive Sensitivity). Jika receive level signal lebih
kecil nilainya dari sensitivitas penerima berarti sinyal yang dipancarkan
tidak dapat diterima dengan baik oleh perangkat penerima. Secara
matematis dinyatakan seperti pada persamaan berikut:
Rx level = EIRP FSL + GRx LRx
Dimana : GRx = Gain antena penerima
LRx = loss kabel antena penerima

e. Effective Isotropically Radiated Power (EIRP)


EIRP adalah total energi yang di keluarkan oleh sebuah access
point dan antena. Saat sebuah Access Point mengirim energinya ke antena
untuk di pancarkan, pengurangan besar energi akan terjadi di dalam kabel.
Secara matematis dinyatakan seperti pada persamaan berikut :
EIRP = PTx LTx + GTx

Dimana : PTx = Daya pancar antena pemancar


LTx = Loss kabel di antena pemancar

f. Redaman ( Loss)
Adapun beberapa redaman yang perlu diperhatikan antara lain :
redaman propagasi, rugi-rugi konektor dan saluran transmisi. Beberapa
energi sinyal akan hilang di kabel, di konektor atau pada perangkat lain,
pada saat sinyal merambat dari radio ke antena. Hilangnya tergantung

pada jenis kabel dan panjangnya.Kerugian sinyal untuk kabel coaxial


pendek (tidak lebih dari satu meter) termasuk konektornya biasanya
cukup rendah, yang berkisar antara 0.25- 0.5dB.

g. Propagasi Non Line Of Sight (NLOS)


Pada kondisi NLOS, sinyal akan sampai pada penerima setelah
melalui pemantulan (reflection), pemencaran (scattering) dan pembiasan
(difraction). Kondisi multipath ini akan memberikan perbedaan polarisasi,
redaman, delay pancar dan ketidakstabilan dibandingkan dengan sinyal
yang diterima secara langsung melalui direct path. Perhitungan loss
propagasinya dapat dilihat pada persamaan:
Lpropagasi = Ld0 + 10 n log 10 (d/d0) + Lf + Lh + s (dB) (3)
Dimana :
Ld0 = free path loss di d0
d0 = 100 m (jarak referensi)
n = path loss exponent
d = jarak base station dan subscriber
station (m)
Lf = faktor koreksi frekuensi
Lh = faktor koreksi tinggi antena penerima
s = shadow fading komponen
Perhitungan faktor koreksi frekuensi dapatdilihat dari persamaan:

Perhitungan faktor koreksi tinggi antena penerima dapat dilihat


dari persamaan

Dimana : h = tinggi antena2 penerima Perhitungan path loss eksponen


dapat dilihat dari persamaan

Dimana : hb= tinggi base station 10 m hb 80 m

h. Free Space Loss (FSL)


Redaman ruang bebas atau free space loss merupakan penurunan
daya gelombang radio selama merambat di ruang bebas. Redaman ini
dipengaruhi oleh besar frekuensi dan jarak antara titik pengirim dan
penerima dimana pengaruh difraksi, refraksi, refleksi, absorbs maupun
blocking dianggap tidak ada. Nilai free space loss dihitung dengan
persamaan di bawah ini:
Lfs = 32,45 + 20 log d + 20 log f
Dimana:
Lfs = redaman ruang bebas ( dB )
d = jarak antara antena pemancarke penerima (km)
f = frekuensi (MHz)

i. Line of Sight (LOS)


Transmisi radio membutuhkan sebuah jalur kosong yang
dibutuhkan oleh dua antena untuk saling berkomunikasi, ini dinamakan
radio line of sight. Untuk mendapatkan daerah visual yang bersih pada
sebuah line of sight, diantara 2 buah titik tersebut diusahakan tidak
terdapat hambatan antara lain adalah bentuk tofografi contoh pegunungan,
hutan, sudut permukaan bumi, gedung tinggi, rumah, bangunan-bangunan
lain dan pohon seperti yang ditunjukkan dalam Gambar :

j. Fresnell Zone (Zona Fresnell)


Teori fresnel zone digunakan untuk menguantifikasi Radio Line of
Sight. Bayangkan sebuah fresnel zone sebagai lorong berbentuk bola
rugby dengan antena pemancar dan penerima di ujung-ujungnya.
Beberapa orang menggunakan konsensus bahwa harus 80% dari fresnel
Zone tidak ada yang menghalangi untuk memperoleh Radio LOS yang
baik. Gambar berikut menunjukkan kondisi fresnel zone untuk
mendapatkan kualitas link.

Untuk menyederhanakan kalkulasi radius dari fresnel zone, kita


dapat menyederhanakan rumusnya menjadi:
R = 17,3 sqrt (d1 x d2 /fd)
Dimana,
R = radius dari fresnel zone dalam meter
d = jarak antara dua titik dalam meter
f = frekuensi dalam MHz
ketinggian antena adalah : tinggi penghalang +FZC

k. System Operating Margin (SOM)


Alasan

utama

menghitung

Wireless

Link

budget

adalah

merancang dan membangun sebuah koneksi yang reliable. Sinyal


gelombang mikro pada umumnya akan berinteraksi dengan banyak hal di
lingkungannya seperti fading. Untuk mengalahkan efek fading dan
menghasilkan koneksi yang bagus, setiap link gelombang mikro

membutuhkan ekstra sinyal diatas minimum threshold receiver. Ekstra


sinyal ini disebut fade margin atau sering juga disebut System operating
margin (SOM) dimana batas minimal nilai SOM untuk perancangan
sinyal yang baik bernilai 15 dBm.

VII. CONTOH

KASUS

PERENCANAAN

SAMBUNGAN

DENGAN

RADIO LINK

1. Jarak rumah ke ISP = 10 km. Akan dibuat radio link dg frek2.4 GHz
Menggunakansepasang WLAN dg TxPower= 15 dBm, Rx Sensitivity=
-83 dBm. Antena parabolicyang digunakan dirumah Gt= 22 dB, antenna
yang di ISP Gr= 19 dB. Loss/redaman)saluran transmisi dari WLAN ke
Antena

diabaikan.Pertanyaan:

Apakah

rumah

dan

ISP

dapat

berkomunikasi dengan baik?


Jawaban :

Lfs = 92.5 + 20 Logf + 20 Logd


= 92.5 + 20 Log2.4 + 20 Log10
= 120 dB

RSL= Tx+ Gt Lfs+ Gr


= 15 + 22 120 + 19
= - 64 dBm

Lihat RSL(-64 dBm) > Rx Sensitivity(-83 dBm)


RSL sebesar 19 dB lebih besar dari level minimum yang diperlukan
sehingga
rumah dan ISP dapat berkomunikasi dengan rate maksimum.
Dalam praktek RSL 15 dB diatas Rx Sensitivity sudah cukup(disebut
Fading margin
atau Sistem Operating Margin)

2. Sebagai contoh, kami ingin memperkirakan kelayakan sambungan 5


km, dengan satu akses point dan satu klien radio. Akses point terhubung
ke sebuah antena omnidirectional dengan penguatan 10 dBi, sementara
klien terhubung ke antenna sectorial dengan penguatan 14 dBi. Daya
pancar AP adalah 100mW (atau 20 dBm) dan sensitivitas adalah -89
dBm. Daya pancar klien adalah 30mW (15 dBm) dan sensitivitas adalah
-82 dBm. Kabel yang cukup pendek, dengan kerugian 2dB di setiap
sisi.
Jawaban :

Menambah semua penguatan dan mengurangi loss untuk AP ke


sambungan klien akan memberikan:

20 dBm

(TX Power Radio 1)

+ 10 dBi
- 2 dB

(Antenna Gain Radio 1)


(Cable Losses Radio 1)

+ 14 dBi
- 2 dB

(Antenna Gain Radio 2)


(Cable Losses Radio 2)

-------------------------------------------40 dB = Total Gain

Path loss untuk sambungan 5 km, hanya mempertimbangkan free space


loss adalah:

Path Loss

= 40 + 20log(5000) = 113 dB

Mengurangi kerugian path dari penguatan total

40 dB - 113 dB = -73 dB
Karena -73 dB lebih besar daripada sensitifitas penerima minimum dari
klien radio (-82 dBm), level sinyal cukup untuk klien radio agar dapat
mendengar akses point. Hanya ada margin 9 dB (82 dB - 73 dB) yang

cukup untuk bekerja dengan baik dalam cuaca cerah, tetapi mungkin
tidak cukup proteksi untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrim.

Selanjutnya kita menghitung sambungan dari klien kembali ke akses


point:

15 dBm
+ 14 dBi
- 2 dB
+ 10 dBi
- 2 dB

(TX Power Radio 2)


(Antenna Gain Radio 2)
(Cable Losses Radio 2)
(Antenna Gain Radio 1)
(Cable Losses Radio 1)

------------------------------------------35 dB

= Total Gain

Tentunya, path loss akan sama pada perjalanan sebaliknya. Jadi level
penerimaan sinyal pada sisi akses point adalah:

35 dB - 113 dB = -78 dB

Karena sensitifitas penerima AP adalah -89dBm, menyisakan kita 11dB


untuk margin (89dB - 78dB). Secara keseluruhan, sambungan ini
mungkin akan bekerja tetapi dapat menggunakan penguatan sedikit
lebih. Dengan menggunakan antena parabola 24dBi pada sisi klien lebih
baik daripada antenna sektoral 14dBi, Anda akan mendapatkan
tambahan 10dBi atas penguatan pada kedua arah sambungan (ingat,
efek antena adalah timbal balik). Pilihan yang lebih mahal adalah
menggunakan daya pancar radio yang lebih tinggipada kedua ujung
sambungan, tetapi dicatat bahwa menambahkan amplifier atau daya
yang lebih tinggi untuk sebuah sisi umumnya tidak membantu
keseluruhan kualitas sambungan.

KESIMPULAN

Komunikasi teresterial adalah komunikasi antara dua titik melalui medium


berupa wireless

Komunikasi teresterial ini menggunakan prinsip radio link

Radio link adalah jenis komunikasi dengan menggunakan wireless

Dalam komunikasi radio link ada beberapa paramter yang perlu


diperhatikan yang biasa disebut dengan istilah power link budget

Power link budget adalah semua parameter yang dapat dihitung yang
memperngaruhi penerimaan daya di sisi Rx.

DAFTAR PUSTAKA

http://pengertiandancontohmakalah.blogspot.com/2014/11/pengertian-teresterial.html

http://elearning.d3ti.mipa.uns.ac.id/files/document/BAB_III_perhitungan_link_bu
dger_pada_sistem_komunikasi_nirkabel.pdf
http://repo.pens.ac.id/995/1/paper.pdf
http://repo.pens.ac.id/995/1/paper.pdf
http://siti-tkj01.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-cara-kerja-wireless-lan.html
http://www.oke.or.id/wp-content/uploads/2012/10/Menghitung-Radio-LinkBudget.pdf
Khan, Narra.Teresterial vs Satelit.
https://www.scribd.com/doc/60971637/Teresterial-vs-Satelit
Mujahidin, Maulana. Wireless LAN.
http://kohan161.blogspot.com/2009/06/propagasi-gelombangelektromagnetik.html
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Perencanaan_Sam
bungan
https://kustant0.files.wordpress.com/2013/09/link-budget.pptx

Anda mungkin juga menyukai