Rencanakan suatu perencanaan sistem transmisi dari GSM, dari suatu tempat ke
tempat yang lain, lengkap dengan perhitungannya!
Jawab :
Pada studi kasus perencanaan system transmisi GSM ini dibatasi hanya pada perencanaaan
power, atau power link budget. Perhitungan ini tidak mencakup coverage cell ataupun
traffic, parameter – parameternya antara lain sebagai berikut :
Selanjutnya dihitung path loss Uplink dan downlink. Dimana uplink adalah perhitungan
path loss dari MS ke BTS dan sebaliknya downlink adalah perhitungan path loss dari
BTS ke MS.
Kuat sinyal pada jaringan radio dapat mengalami fluktuasi dan fading. Fluktuasi ini dapat
menjadi lebih besar maupun lebih kecil dari nilai sensitivitas receiver (penerima). Oleh
karena itu proses perancangan jaringan radio juga akan memperhitungkan apa yang
disebut dengan fade margin. Tahap perancangan (planning) akan dilakukan sedemikian
rupa sehingga kuat medan dari sinyal akan lebih besar dari nilai sensitivitas receiver
dengan cara menyesuaikan terhadap fade margin tersebut. Jadi, meski saat terjadi
fading (slow fading atau shadowing paling mencolok), maka level sinyal setelah fading
tetap akan lebih besar daripada level sensitivitas receiver.
Diasumsikan bahwa kondisi dari propagasi radio antar BTS adalah LOS (Line of Sight)
atau tanpa penghalang. Sesuai dengan parameter diatas maka free space loss dapat dihitung
sebagai berikut :
Dari sistem diatas dapat dihitung nilai fade margin nya adalah sebagai berikut :
Di Eropa, pada awalnya GSM di desain untuk beroperasi pada frekuensi 900 Mhz. Pada
frekuensi ini, frekuensi uplinks-nya digunakan frekuensi 890–915 MHz , sedangkan
frekuensi downlinksnya menggunakan frekuensi 935–960 MHz. Bandwith yang
digunakan adalah 25 Mhz (915–890 = 960–935 = 25 Mhz), dan lebar kanal sebesar 200
Khz. Dari keduanya, maka didapatkan 125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk suara
dan satu kanal untuk sinyal.
Pada perkembangannya, jumlah kanal 124 semakin tidak mencukupi dalam pemenuhan
kebutuhan yang disebabkan pesatnya pertambahan jumlah pengguna. Untuk memenuhi
kebutuhan kanal yang lebih banyak, maka regulator GSM di Eropa mencoba menggunakan
tambahan frekuensi untuk GSM pada band frekuensi di range 1800 Mhz dengan frekuensi
1710-1785 Mhz sebagai frekuensi uplinks dan frekuensi 1805-1880 Mhz sebagai frekuensi
downlinks.
➢ Arsitektur GSM
Secara umum, network element dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi
menjadi:
1. Mobile Station (MS)
2. Base Station Sub-system (BSS)
3. Network Sub-system (NSS),
4. Operation and Support System (OSS)
4) Operation and Support System atau OSS, merupakan sub sistem jaringan GSM
yang berfungsi sebagai pusat pengendalian, diantaranya fault management,
configuration management, performance management, dan inventory management.
Dan untuk hubungan antara BTS dan BSC dapat dapat dijelaskan dengan konfigurasi berikut
ini :
Skematik diagram
BTS
Fungsi BTS juga antara lain :
- Memperlengkapi koneksi radio antara mobile user
dan switch.
- Satu sistem wireless di area metropolitan yang besar memerlukan ratusan base station
untuk mengirim coverage yang berhubungan dan memperlengkapi kapasitas yang
cukup untuk menangani semua pengguna yang memungkinkan.
➢ BSC
BSC mengatur semua fungsi hubungan sumber radio untuk sebuah BTS atau lebih. BSC
menangani radio-channel setup, frequency hopping, and handover intern BSC. Beberapa
BSC dapat dikontrol oleh setiap MSC. Fungsi BSC antara lain :
- Menekan speech signal agar transmisi lebih efisien diatas spektrum radio yang jarang.
- Mengendalikan base station dan perangkat handoff panggilan dari satu base station ke
lainnya sebagai penggerak user melewati sistem.
3. Jelaskan dengan gambar dan dengan analisis yang baik, sehingga jelas aslinya
mengenai macro-cell-micro.
Jawab :
Berikut ini yaitu struktur hierarki dari sel pada GSM :
➢ Macrocells
Jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab
ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan
ketinggian sekitar 50 meter. Ciri macro cell yakni
memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan
converage lebih luas. Umumnya macro cell banyak
ditempatkan di daerah pinggiran kota yang mempunyai
kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai bagi
pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar
operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro cell mempunyai
jangkauan hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya beroperasi hingga 20 km saja
dan digunakan untuk daerah frekuensi 150 – 1000 MHz dan 1500 – 2000 MHz. Ini
disebabkan adanya halangan-halangan yang mengganggu penetrasi signal.
Sel ini biasanya diaplikasikan untuk daerah rural dan sub urban karena akan menghasilkan
jari-jari sel yang besar. Namun demikian, implementasi sel ini juga dilakukan untuk daerah
Urban dengan tujuan meningkatkan kapasitas trafik dengan menopang sel micro-cell (cell
splitting).
Persamaan umum dalam menentukan jari –jari sel GSM 900 adalah
Karakteristik lain pada sel ini yaitu ketinggian antena yang berkisar 4 m – 50 m. 00.
Persamaan umum untuk menghitung jari-jari sel.
Perencanaan micro-cell biasanya digunakan untuk perencanaan sel dengan trafik seperti dalam
kota, oleh sebab itu ada beberapa parameter tentang keadaan daerah seperti lebar jalan,
tinggi gedung, sudut orientasi, dan jarak antar gedung yang merupakan ciri-ciri perkotaan
atau daerah urban.
Walaupun model Hatta tidak memiliki koreksi lintasan spesifik seperti yang disediakan
model Okumura, tetapi persamaan-persamaan diatas sangat praktis untuk digunakan
dan memiliki akurasi yang sangat baik. Hasil prediksi dengan model Hata hampir
mendekati hasil dengan model Okumura, untuk jarak d lebih dari 1 km. Model ini
sangat baik untuk sistem mobile dengan ukuran sel besar, tetapi kurang cocok untuk
sistem dengan radius sel kurang dari 1 km.
d. Multipath
Jawab :
Multipath fading terjadi ketika sinyal frekuensi radio (RF) mengambil jalur berbeda dari suatu
sumber ke tujuan/penerima. Sebagian dari sinyal langsung ke tujuan sedangkan bagian
lain terlebih dahulu memantul ke penghalang. Sebagai hasilnya, sebagian sinyal
menempuh jarak yang lebih jauh dan mengalami penundaan. Multipath fading adalah
suatu bentuk gangguan atau interferensi sinyal RF yang timbul ketika sinyal memiliki
lebih dari satu jalur dari transmitter ke receiver.
Adanya objek yang menyebabkan pantulan dan hamburan pada saluran mengakibatkan
berkurangnya energi sinyal pada amplitudo dan fasa. Sinyal yang diterima merupakan
resultan dari sinyal LOS dan pantulan, atau sering kali hanya merupakan resultan dari
sinyal pantulan. Efek ini menjadikan sinyal yang diterima di receiver bervariasi yang
mengakibatkan fluktuasi sinyal sehingga terjadi fading dan distorsi. Propagasi
multipath juga mengakibatkan perbedaan waktu yang menyebabkan timbulnya
intersimbol ineterference.
Lintasan jamak yang terjadi disebabkan oleh adanya refleksi, difraksi dan scattering
pada propagasi gelombang.
Dari gambar diatas dapat kita amati bahwa
dengan adanya lintasan jamak tersebut akan mengakibatkan sinyal informasi yang
dikirim dari Tx ke Rx akan diterima berulang kali dengan level daya yang berbeda dan
dengan jeda waktu yang berbeda pula. Dengan adanya multipath, maka komponen
sinyal yang diterima pada sisi Rx dapat berupa sinyal yang datangnya secara direct path
yaitu sinyal yang perambatannya langsung ke arah penerima dan ada juga berupa sinyal
indirect path yaitu sinyal yang datang ke Rx tidak secara langsung melainkan melewati
pantulan, pembiasan, ataupun penghamburan.
➢ Reflection
Refleksi atau pantulan terjadi pada saat suatu sinyal bertumbukan dengan suatu permukaan
yang lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang sinyal tersebut atau Refleksi
terjadi saat pancaran gelombang elektromagnetik berbenturan dengan suatu obyek yang
memiliki dimensi yang lebih besar jika dibanding dengan panjang gelombang yang
dikirimkan. Refleksi terjadi pada permukaan bumi,gedung dan dinding.
➢ Diffraction
Difraksi terjadi saat suatu sinyal menabrak suatu ujung yang tidak dapat ditembus oleh sinyal yang
mempunyai bentuk tidak beraturan atau Difraksi terjadi bila jalur gelombang antara
transmitter dan receiver terhalang oleh sesuatu yang memiliki permukaan yang tajam, tidak
teratur atau tepi dari suatu permukaan. Dalam frekuensi tinggi pun, difraksi terkadang
tampak seperti refleksi tergantung dari geometri obyek seperti amplitudo, phase dan
polarisasi yang dimiliki gelombang elektromagnet
➢ Scattering
Untuk komunikasi nirkabel dalam ruang bisa dipastikan ada salah satu atau lebih dari
mekanisme propagasi di atas yang terjadi dalam proses perambatan sinyal yang bisa
menyebabkan timbulnya lintasan jamak. Mekanisme propagasi di atas diilustrasikan oleh
Gambar 2.1 di bawah :
Proses handover
Hal ini dideteksi oleh sistem yang kemudian akan memindah link radio ke BTS sebelahnya.
Proses ini kemudian melakukan penyambungan panggilan ke sebuah kanal frekuensi baru
pada sel yang baru tanpa penyelaan panggilan atau pemberitahuan kepada pelanggan
tersebut.
➢ GSM identik dengan mobile (bergerak), bergerak artinya disini tidak dibatasi oleh
wilayah/area. Proses perpindahan posisi dari sebuah Mobile Station (MS) ini
dinamakan handover, handoff atau roaming yang terjadi ketika sebuah MS berpindah
posisi. Proses handover ini bisa terjadi ke channel yang berbeda dalam satu cell yang
sama, ke cell yang beda dalam BSC yang sama, ke cell yang beda dalam BSC yang
beda namun masih dalam MSC yang sama, atau ke cell yang beda dengan MSC yang
berbeda pula. Yang perlu dicatat adalah sejauh apapun si MS berpindah, tetap berada
dibawah kontrol MSC awalnya. Jadi misalnya MS berpindah dari MSC A ke MSC B
kemudian ke MSC C, sebelum MSC B meng-handover ke MSC C terlebih dahulu dia
menyerahkan kontrol ke MSC A. Hal ini berkaitan dengan sistem billing, jadi
kemanapun MS bergerak sistem billingnya tetap menjadi tanggung jawab MSC
originalnya. Algoritma dari proses Handover ini sendiri tergantung kepada kebijakan
dari vendor dan operator selular.
Ada beberapa jenis handover dalam jaringan. GSM skenario dari ntipe-tipe handover yang
berbeda tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut ini
Intra-sytem handover terjadi dalam satu sistem. Yang selanjutnya dapat dibagi menjadi
intra-frequency HO dan inter-frequency HO. Intra-frequency terjadi di antara sel-sel
yang memiliki carrier WCDMA yang sama, sementara interfrequency terjadi di antara
sel-sel yang menggunakan carrier WCDMA yang berbeda.
Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua teknologi akses radio
(Radio Access Technology : RAT) yang berbeda atau mode akses radio (Radio Access
Mode : RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini
diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA dan GSM/EDGE.
HHO adalah kelompok dari prosedur HO dimana semua hubungan yang lama
dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru dibentuk. Bagi pembawa (bearer) real-
time hal ini berarti pemutusan-hubungan yang singkat dari bearer; bagi bearer non-
real-time HHO berarti lossless. Hard handover dapat menjadi intra atau inter-
frequency handover.
Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua sel atau
lebih secara bersamaan yang memiliki BS yang berbeda dari RNC yang sama (intra-
RNC) atau RNC yang berbeda (inter-RNC). Semua hubungan yang lama tidak akan
dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk.
e. Softer Handover
Prosedur Handover
Inter-system HO terjadi di antara sel-sel yang memiliki dua teknologi akses radio (Radio
Access Technology : RAT) yang berbeda atau mode akses radio (Radio Access Mode :
RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini diperkirakan terjadi
antara sistem WCDMA ke GSM (3G–2G) begitu juga sebaliknya (2G–3G). Dilihat dari
arsitektur jaringannya, gambar 2.10 berikut ini menunjukkan proses handover yang terjadi
dalam jaringan WCDMA-UMTS dan GSM.
Pilot Sets
Pilot set atau kanal pilot diidentifikasikan oleh pilot offset dan penempatan frekuensi.
Kanal inilah yang menjadi acuan dalam penentuan kondisi handover:
a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BTS dimana UE tersebut aktif. BS
menginformasikan isi active set dengan channel assignment message atau handover
direction message.
b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk active set. Pilot ini harus diterima
dengan sinyal yang baik untuk mengindikasikan bahwa kanal trafik link forward yang
dibawa dapat dimodulasikan dengan baik.
c. Neighbor Set, adalah pilot yang digunakan untuk memberitahukan sel terdekat untuk
proses handover.
Perencanaan Sistem Transmisi Page 20
d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang termasuk
kedalam active set, candidate set dan neighbor set.
Terdapat dua tujuan utama dalam perencanaan RF GSM maupun RF lainnya, yaitu:
a) mendapatkan nilai gain dan loss sistem secara detail dan menyeluruh dengan tepat dari
lintasan RF.
b) mendapatkan nilai loss yang diizinkan dalam jaringan.
● Bulding Loss
● Vehicle Loss
● Body Loss
● Ambient Loss
● RF Feeder Loss
● Antenna Gain
Parameter-parameter ini tergantung pada frekuensi yang digunakan. Untuk GSM yang
beroperasi di Indonesia digunakan frekuensi operasi 900 MHz,1900 dan 2100 MHz.
Proses terjadinya building loss propagation dibagi menjadi dua buah kasus :
1. Ketika pemancar (BTS) berada di luar gedung dan penerima (MS) berada di dalam
gedung (kasus into).
2. Pemancar dan penerima berada dalam gedung yang sama.
Metode guna mencari nilai loss propagasi pada kasus pertama adalah pendekatan model p
ropagasi pada outdoor. Dengan kata lain, kita menggunakan faktor jarak user (pemodelan
propagasi seluler umum) ditambah dengan factor building loss.
Menurut literature, building loss berkisar antara 5 sampai dengan 40 dB atau lebih dari itu.
Dense Urban 20 dB
Urban 15 dB
Sub Urban 10 dB
Rural 8 dB
Metode lain yang digunakan untuk mendapatkan building loss adalah dengan menggunakan
parameter yang spesifik, yaitu dengan memasukkan parameter material penyusun bangunan,
tinggi antena, panjang lintasan, luas lantai, jumlah ruang dan lantai.
● Vehicle Loss
Vehicle Loss adalah turunnya level daya terima yang diakibatkan oleh pergerakan user
dalam lingkungan sel yang dicakup.
Vehicle Loss biasanya berkisar antara 5-12 dB, tetapi dalam perencanaan digunakan 5-
8 dB.
● Body Loss
Body Loss adalah turunnya level daya terima yang diakibatkan oleh redaman tubuh user
berdasarkan fungsi jarak tubuh user dengan MS.
● Ambient Loss
Ambient Loss adalah turunnya level daya terima yang bersifat stabil pada waktu yang
lama yang disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar. Loss ini terbesar disebabkan
oleh perbuatan manusia seperti kendaraan bermotor, pabrik, mesin dan lain sebagainya.
● RF Feeder Loss
Feeder loss adalah loss atau hilangnya daya akibat adanya redaman pada saluran
transmisi (feedline) yang digunakan. Feeder loss biasanya diberikan oleh vendor
feedline dengan satuan dB/meter.
● Antenna
Antena merupakan bagian penting dalam power link budget. Antena biasanya memiliki
keuntungan nilai cadangan daya yang disebut gain antena. Gain merupakan fungsi dari
Perencanaan Sistem Transmisi Page 22
luas apperture antenna, polarisasi, dan faktor efisiensi. Bila digunakan antenna array,
maka gain merupakan fungsi dari polarisasi d2an jumlah elemen array antenna. Gain
antenna biasanya sesuai dengan ukuran antenna, semakin besar ukurannya maka
semakin besar gain-nya.
Beamwidth horizontal maupun vertikal direferensikan sebagai nilai pattern pancaran daya.
Untuk memilih antena dalam perencanaan jaringan seluler perlu diperhatikan beberapa
faktor :
➢ Ukuran dan berat antena. Karena kita akan memasang antena di atas tower, maka perlu
diperhatikan bobot antena dan akibat hembusan angin.
➢ Pola beamwidth. Pola beamwidth akan mempengaruhi performa sel site. Pola
horizontal yang lebih lebar akan menginterferensi sektor sebelahnya. Ini menjadi nilai
sumber interferensi begi sektor lainnya.
Kalibrasi digunakan untuk menentukan parameter pelemahan dari model teori yang tergantung
dari keadaan lingkungannya. Kalibrasi yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan perkiraan
daya pancar yang baik.
Dalam hal ini digunakan persamaan HATA-OKUMARA. Didaerah pemukiman (urban) dan
ukuran sel yang menengah, pelemahan pancaran ditentukan oleh rumus sebagai berikut :
Dimana
Kh1 = parameter yang tergantung dari frekuensi dan tinggi antena dari BS
Dimana K2 merupakan nilai konstanta yang tergantung pada kondisi morphologi, K2 diatur untuk
menentuka nilai Kh2.
1. Perairan
Pada umumnya A1 cukup luas, selama pancaran didaerah perairan sangat baik
nilai A2 sangat tegantung pada kelebatan hutan, dan perlu dicatat pancaran juga tergantung pada
cuaca sehingga pepohonan bisa mempengaruhi penerimaan pancaran
3. Daerah terbuka
4. Daerah quasi-open
Metode yang digunakan untuk mengkalibrasi bentuk pancaran adalah sebagai berikut :
Mengatur nilai rata-rata dari faktor koreksi yang dihasilkan dari semua hasil pengukuran.
Pada persamaan dasar HATA-OKUMARA, parameter K1 dan K2 diatur dari site ke site, diperlikan
untuk menspesifikasi variasi dari morphostructure yang mungkin merupakan lingkungan yang
berbeda dari spesifikasi.
Penentuan Jumlah Sel Yang Dibutuhkan
Dalam perencanaan ini kota Malang dan sekitarnya diklasifikasikan dalam daerah sub-urban.
Untuk menghitung jumlah sel dan jumlah BTS yang dibutuhkan,pertama kali perlu diketahui luas
daerah pelayanan dan menghitung radius cakupan sel, sesuai dengan spesifikasi standar sistem yang
digunakan.
Menurut Lee, level sinyal yang diterima oleh MS pada daerah yang datar ( dalam hal ini
pengamatan dilakukan terhadap propagasi sinyal dari BS ke MS ), dapat dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan :
Nilai P0 dan diperoleh dari percobaan pada beberapa wilayah jangkauan sinyal, yang
menunjukkan nilai path loss slope pada beberapa daerah berdasarkan pengukuran yang dilakukan
dengan metode yang dikemukakan oleh Lee.
r1 = 3,896 km.
r2 = 4,445 km
Luas Heksagonal : EQ
Untuk menghitung jumlah masing-masing jenis sel yang dibutuhkan, adalah dengan
membagi luas wilayahyang direncanakandengan luas masing-masing sel.
❖ Jumlah sel sektor yang dibutuhkan ,sehingga agar dapat menjangkau wilyah
pelayanan yang direncanakan dibutuhkan 3 sel sektor.
Sesuai dengan distribusi trafik yang diuraikan sebelumnya, agar dapat diperkirakan jumlah
kanalyang dibutuhkan setiap sel. Dalam memperkirakan jumlah kanal digunakan Tabel Erlang B
dengan melihat besarnya kebutuhan trafik tiap sel omnidirectional dan tiap sektorpada sel sektor.
a. Sektor
Dari hasil perencanaan yang telah dilakukan didapatkan besarnya jumlah kanal yang
dibutuhkan oleh setiap sektor pada tiga sektor, yaitu N = 6. kanal suara tiap sektor.
b. Sel Omnidirectional
Dari hasil yang telah dilakukan didapatkan besarnya jumlah kanal yang dibutuhkan oleh
setiap sel omnidirectional, yaitu N = 10 kanal suara tiap selomnidirectional.
Dengan memasukkan nilai jari-jari yang telah dihitung pada bagian sebelumnya maka dapat
dihitung besarnya daya pancar MS untuk menentukan jenis MS yang bisa digunakan pada wilayah
pelayanan yang direncanakan.
❖ Daya pancar pada sel omnidirectional
-104 = {(Pt – 40) - 58 – 38,4 log 3,896 + 20 log (40/30) + 10 log (1,5/3) + (9 -–
6) + 0 + 4 – 8,2 – 15,612} dBm
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa MS yang dapat digunakan pada daerah
pelayanan yang direncanakan, masing-masing harus berdaya pancar minimal 2,5 Watt untuk
sel omnidirectional dan 2,53 Watt untuk sel sektor dan yang dapat memenuhi kriteria tersebut
adalah MS (power class) kelas 3 yang berdaya pancar maksimal 5 Watt .