Anda di halaman 1dari 19

VI.

MIKROSEL

VI.1 BEBERAPA IMPLEMENTASI SEL DALAM SELULAR

Dalam usaha menyediakan area layanan yang lebih baik maupun guna
meningkatkan kapasitas trafik, terdapat beberapa implementasi sel sbb:

 MACROCELL / MAKROSEL
Pada umumnya punya daya yang besar dan antena yang tinggi.
 UMBRELLA CELL
Merupakan makrosel dengan area layanan yang diperluas oleh
beberapa sel, terutama guna menanggulangi masalah blankspot atau
overtraffic.
 MICROCELL / MIKROSEL :
Merupakan suatu sel kecil diluar gedung dalam wilayah urban, serta
daya output kecil dengan ketinggian antena sekitar ( 5 -10 )m diatas
permukaan tanah.
 INDOORCELL / PICOCELL
Merupakan mikrosel didalam gedung dengan area layanan sesuai
bentuk gedung.

VI.2 PENGERTIAN UMUM

Sebagai suatu istilah mikrosel dapat diartikan sel yang berukuran kecil,
yakni kurang dari I km.
Karena utamanya mikrosel ini ditujukan untuk melayani pelanggan yang
berada dalam bangunan/gedung tertentu, maka pemasangan antenanya
dilakukan lebih rendah dari atap gedung, agar radiasi maupun rambatan
frekuensi radionya dapat menjangkau semua ruangan dalam bangunan
tersebut.

Mikrosel membentuk layer/lapisan arsitektur,melengkapi jaringan yang


sudah ada, dimana sel yang sudah ada sebelumnya akan berfungsi
sebagai payung bagi mikrosel, sebagaimana pada Gbr.VI-1.
Pada umumnya penempatan mikrosel adalah untuk menangggulangi
suatu wilayah blankspot atau untuk menampung overload traffic pada
cakupan / sektor tertentu dari suatu BTS.

VI-1
Makrosel

Mikrosel 1
Mikrosel 2

I II
III

Gbr.VI-1: Layer arsitektur : sektor 2 dan sektor 3 cakupan suatu


BTS masing-masing memayungi satu mikrosel.

VI.3 KELEBIHAN MIKROSEL

Kelebihan / keuntungan Mikrosel dalam sistem GSM antara lain dapat


dikemukakan sebagai berikut:
1. Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi menjadi lebih tinggi.
Radius cakupan sel yg lebih kecil menyebabkan jarak pengulangan
sel juga menjadi semakin kecil, sehingga dalam luas wilayah yang
sama jumlah sel kokanal akan relatif lebih banyak.
2. Menambah daya tampung / kapasitas trafik pada wilayah dimana
trafik tumbuh dengan cepat.
3. Menyediakan cakupan yg lebih baik dimana makrosel tidak sanggup
melayaninya.
4. Memperluas wilayah cakupan.
Mikrosel disamping untuk menampung luapan trafik atau mengatasi
blankspot, juga dapat dimanfaatkan bagi perluasan cakupan seluler.
5. Punya kemampuan penetrasi yang lebih baik dibanding makrosel.
6. Dapat menciptakan sel-sel khusus bagi ruangan yang spesifik.

VI-2
VI.4 ANTENA PADA MIKROSEL

Antena yang digunakan dalam mikrosel dapat berupa :


1. Antena directional:
 Dimanfaatkan untuk mencakup jalan/jalur ruang yang panjang
sesuai kebutuhan.
 Penguatan ekstra dalam arah tertentu
 Menekan sinyal dalam arah berlawananan guna menghindari
interferensi.
2. Antena omni directional :
 Dimanfaatkan untuk mencakup wilayah terbuka seperti lapangan,
plaza, ruangan besar ( ruang sidang,/ auditorrium )
 Untuk disain best server, guna menghindari kemungkinan terjadi
handover yang melampaui batas.
 Menciptakan corner crossroad cell, berupa sel transient pada
persimpangan jalan.

VI.5 TEORI PERENCANAAN MIKROSEL

Tahapan yang harus dilalui dalam perencanaan suatu mikrosel adalah


sebagai berikut:

1. Demand jumlah pelanggan


2. Penentuan besarnya trafik
3. Penentuan jumlah kanal
4. Penentuan frekuensi kerja
5. Penentun lokasi antena dan wilayah cakupan mikrosel
6. Integrasi ke jaringan yang ada.

VI.5.1 DEMAND PELANGGAN


Untuk wilayah yang belum memiliki jaringan seluler, demand pelanggan
dapat diperkirakan dengan mengamati data demografi seperti distribusi
penduduk , distribusi tingkat pendapatan, PDRB dan senagaimya.
Akan tetapi untuk wilayah yang sudah memililiki jaringan GSM, tidak lagi
diperlukan demand pelanggan, karena dengan mengamati pertumbuhan
trafik pada waktu-waktu sebelumnya, jumlah trafik dimasa mendatang
sudah dapat diperkirakan.

VI-3
VI.5.2 PENENTUAN BESARNYA TRAFIK

Penentuan besarnya trafik merupakan langkah awal perencanaan GSM,


karena dengan mengetahui besarnya trafik akan menentukan jumlah
dan kapasitas unit perangkat yang harus diimplementasian bagi layanan
dimaksud.
Besarnya trafik dapat diturunkan sebagai berikut:

A = { (Call attemp x Average Holding Time) / 60 } Erlang …... VI-1

dimana:
A : Intensitas / kepadatan trafik ( Erlang )
Call attemp : Banyaknya panggilan yang dilakukan
Average holding time : Waktu genggam rata-rata dalam menit.

Contoh:
Bila pada jam sibuk terjadi 400 panggilan / jam, dengan waktu rata-rata
3 menit, maka tentukanlah intensitas trafik A yang dibangkitkannya.
Penyelesaian:
Intensitas trafik A = ( 400 x 3 ) / 60 Erlang = 20 Erlang.

VI.5.3 PENENTUAN JUMLAH KANAL

Setelah diketahui besarnya intensitas trafik A yang harus dilayani, maka


ditetapkan pula Grade of Service (GOS) dari sistem.
Selanjutnya dengan bantuan Tabel B-Erlang dapatlah diketahui jumlah
kanal trafik yang harus disediakan.
Standard perangkat 1 (satu) TRX pada sistem GSM menyatakan bahwa
setiap frekuensi carrier punya 8 kanal yang sesuai ketentuan terdiri dari
7 kanal suara dan 1 kanal kontrol.

Contoh :
Bila bagi intensitas trafik A=20 Erlang ditetapkan B = 0,1 %, berarti :
Trafik yang tidak dapat terlayani adalah 0,02 Erlang
Jumlah kanal yang dibutuhkan ( dari tabel B-Erlang) adalah 35.
Karena 1 TRX punya 7 kanal suara, berarti untuk melayani trafik
ini dibutuhkan 5 TRX.

VI-4
VI.5.4 PENENTUAN FREKUENSI KERJA

Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan frekuensi kanal adalah


rekomendasi dari Federal Communication Commision (FCC), yakni:
1. Spasi antar frekuensi Carrier pada antena yg sama minimal 400 KHz.
2. Pemakaian frekensi carrier yang bersebelahan pada suatu sel tidak
diperbolehkan.
3. Pemakaian frekuensi Carrier bersebelahan pada sel yg berdekatan,
sebaiknya dihindari.
Pada umumnya masing-masing operator selular telah punya “kapling”
spektrum frekuensi, sehingga pemilihan frekuensi Carriernya dilakukan
berdasar rekomendasi FCC pada kapling masing-masing.

VI.5.5 PENENTUAN LOKASI ANTENA DAN CAKUPAN MIKROSEL

Pemilihan lokasi antena hendaknya dengan pertimbangan :


 Kontur permukaan, guna mengoptimalkan jarak jangkau
 Fasilitas pendukung yang sudah ada, guna ekonomis biaya.
Untuk menentukan radius atau luas cakupan wilayah pelayanan, terlebih
dahulu perlu diketahui:
 Distribusi dari calon pelanggan yang akan dilayani, agar disaat
operasional nanti mekanisme hand-off masih berjalan dengan baik.
 Cakupan BTS, yang amat ditentukan oleh daya pancar, penguatan
antena, ketinggian antena serta redaman feeder.

Radius mikrosel dapat diturunkan dengan menggunakan persamaan


model Walfish- Ikegami yang merupakan rumus analisis praktis sbb:
1. Path loss = Pancaran daya BTS - Penerimaan daya MS.
2. Path loss maks = Pancaran daya BTS - Penerimaan min daya MS.
3. Loss / redaman yang dimaksud disini merupakan penjumlahan dari:
 Lcombiner : Redaman pada percabangan Tx & Rx (dB)
 Lfeed : Redaman saluran antara Tx/Rx dan antena (dB).
 Lconnect : Redaman pada titik hubung (dB).
 Lpath : Redaman lintasan (dB) yang terdiri dari :
o Lo : Redaman ruang bebas (dB)
o L rts : Redaman gedung (dB)
o L mds : Redaman akibat difraksi tembok / kaca (dB)
Perlu ditambahkan bahwa model Walfish-Ikegami ini hanya berlaku bagi
radius < 1 km dan tinggi antena < 50m.

VI-5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gbr.VI-2.

EIRP

Gt
Lconnect

Lpath = Lo + L rts + L msd


Lfeed
Gm = 0
nth
Lcomb MSdisain
Rx nR
BTS MS
NM
nt Tx

Keterangan :
nt : Level daya penerima (dBm)
Gt : Gain antena BTS (dB)
EIRP : Effective Intensity Radiated Power ( dBm)
Gm : Gain antena MS
nth : Level daya terima minimum MS yg direncanakan (dBm)
nS : Sensitivitas MS ( tergantung spesifikasi pabrik )
: Level daya terima minimum MS (dBm)
nR : Level daya terima MS (dBm)
NM : Net Margin (dB)
Lcombiner : Loss combiner (dB)
Lfeed : Loss feeder (dB)
Lconnect : Loss connector (dB)

Gbr.VI.2: Parameter yang mempengaruhi transmisi sinyal BTS-MS

VI-6
1. EIRP = nT – Lcombiner – Lfeed – Lconnect + Gt ………………… VI-2
dimana:
EIRP : Effective Intensitate Radiated Power Level ( dBm)
nT : Level daya pancar (dBm)
Lcombiner : Redaman pada percabangan Tx & Rx (dB)
Lfeed : Redaman saluran antara Tx/Rx dan antena (dB).
Lconnect : Redaman pada titik hubung (dB).
Gt : Penguatan antena pancar (dB)

2. nTh = nS + NM ….……………………………….…………... VI-3


dimana:
nTh : Threshold power level
: Level daya terima min. MS yg direncanakan (dBm)
nS : Sensitivitas MS ( tergantung spesifikasi pabrik )
: Level daya terima minimum MS (dBm)
NM : Net Margin (dBm)

3. Lpath maks = EIRP - nTh …………………………..…….. VI-4


4. Lpath = EIRP - nR …....………………….……….. VI-5
dimana:
Lpath : Path losss
: Redaman lintasan (dB)
EIRP : Effective Intensitate Radiated Power (dBm)
nS : Sensitivitas MS
: Level daya terima minimum MS (dBm)
nR : Level daya terima MS (dBm)
Contoh:
nS : - 104 dBm
nth : - 95 dBm
NM : 9 Db
nR : - 70 dBm

5. Redaman lintasan Lpath = Lo + L rts + L msd ……… VI-6


dimana:
Lpath : Redaman lintasan (dB)
Lo : Redaman ruang bebas (dB)
L rts : Redaman gedung (dB)
L mds : Redaman akibat difraksi tembok / kaca (dB)
VI-7
6. Redaman ruang bebas Lo = 32,4 + 20 log d + 20 log f …. VI-7

dimana:
d : Jarak BTS-MS (km)
f : Frekuensi kerja (MHz)

7. Redaman gedung :

L rts = -16,9 – 10 log w + 10 log f + 20 log (hr – h2) + Lcri … VI-8

dimana:
w : Lebar jalan (m)
f : Frekuensi kerja (MHz)
hr : Tinggi gedung (m)
h2 : Tinggi antena MS (m)
Lcri : Faktor koreksi orientasi jalan, yang besarnya:

Lcri = -10 + 0.354  untuk 0o <  < 35o ……… VI-9


Lcri = 2,5+ 0,07 ( - 35) untuk -35o   < 55o ……… VI-10
Lcri = 4 - 0,114 ( - 55) untuk -55o <  < 90o ……… VI-11

Nilai  dapat ditentukan melalui Gbr.VII-3, yakni :

 = arc tan ( h1 /d ) ………………………..……………. VI-12


h1(m) 
 


h2(m)
d (m)
Gbr.VII-3: Metode perhitungan sudut koreksi 
Sebagai ketentuan digunakan h2= 1,5 m

VI-8
8. Redaman akibat difraksi tembok / kaca :

L msd = L bsh + ka + kd log d + k r log f - 9 log b …………. VI-13

dimana:
b = spasi antara gedung (m)
L bsh = -18 log (1+ h1 – hr ) , untuk h1 > hr
=0 untuk h1 < hr
ka = 54 untuk h1 > hr
= 54 - 0,8 ( h1 – hr ) untuk d  0,5m dan h2  hr
= 54 - 0,8 ( h1 – hr ) (d/0,5) untuk d < 0,5m dan h2  hr
kd = 18 untuk h1 > h2
= 18 - 15 ( h1 – hr ) / h1 untuk h2  h1
k r = - 4 + 0,7 ( f/925 – 1 ) untuk kota sedang
k r = - 4 + 1,5 ( f/925 – 1 ) untuk kota metropolitan

VI.5.6 LUAS CAKUPAN BTS


Luas cakupan BTS tergantung kepada jarak jangkau maksimum dan
pola radiasi antena yang digunakan, yakni :
1. Pola radiasi Omnidirectoanal, luas cakupan  R2
2. Pola radiasi sektor 60o , luas cakupan 1/6 (  R2 )
3. Pola radiasi sektor 120o , luas cakupan 1/3 (  R2 )

VI-9
VI.6 CONTOH PERENCANAAN MIKROSEL

Rencanakan suatu mikrosel pada plasa Maricaya (suburban / kota sedang)


guna menampung limpahan trafik dari sektor 2 BTS Komselindo ( berlokasi
dijalanPenyederhanaan
Sudirman ) sebesar 4,24dapat
Gbr VI.3 Erlangdiperlihatkan
(lihat peta). sebagaimana dibawah ini

Gbr VI.3. Radius cakupan Mikrosel Plasa Maricaya

VI-10
Penyederhanaan Gbr VI.3 dapat diperlihatkan sebagaimana dibawah ini

Gbr.VI.4: Penyederhanaan cakupan Mikrosel Maricaya

VI-11
VI.6.1 PERHITUNGAN DEMAND PELANGGAN
Demand pelanggan diperlukan bagi perencanaan selular pada lokasi yg
belum memiliki komunikasi selular.
Karena perencanaan yang diminta adalah guna menampung limpahan
trafik yang sudah diketahui besarnya, berarti demand pelanggan tidak
lagi dibutuhkan.

VI.6.2 PERHITUNGAN BESARNYA TRAFIK


Besarnya trafik yang akan dilayani telah diketahui, yakni 4,24 Erlang.

VI.6.3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN KANAL


Jumlah kanal dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Intensitas trafik yang akan dilayani A = 4,24 Erlang
Ditetapkan Grade of Service dengan B = 2 %
Dengan bantuan Tabel B-Erlang diperoleh jumlah kanal N=9.

Karena setiap 1 (satu) perangkat TRX memiliki 8 kanal yang terdiri dari
7 kanal suara dan 1 kanal kontrol, berarti dengan demikian diperlukan 2
TRX dengan kapasitas:
 14 kanal suara dengan daya tampung 8,20 Erlang
 2 kanal kontrol

VI.6.4 PEMILIHAN FREKUENSI KERJA

Pemilihan frekuensi kerja berdasarkan alokasi frekuensi masing-masing


operator (Telkomsel,Satelido, Excelcomindo,dst) serta rekomendasi dari
Federal Communication Commision (FCC).
Misal :
1. BCCH : Absolute Radio Frequency Channel Number (ARFCN) 582

Uplink 1.724,2 MHz


Downlink 1.819,2 MHz
2. TCH : Absolute Radio Frequency Channel Number (ARFCN) 586
Uplink 1.725,0 MHz
Downlink 1.820,0 MHz

VI-12
VI.6.5 PENENTUAN LOKASI ANTENA DAN CAKUPAN MIKROSEL
Dari tinjauan lapangan terlihat bahwa kondisi wilayah Maricaya :
 Kondisi area : suburban / kota sedang
 Tinggi rata-rata gedung h1 = 12 m
 Spasi antar gedung b = 40 m
 Lebar jalan w = 8 m

Mengacu kepada luas wilayah dimana pelanggan terdistribusi, maka


ditetapkanlah radius cakupan = 200 m
Berdasarkan kondisi diatas dipilih spesifikasi perangkat Mikrosel:
 Tinggi BTS hr = 10,0 m , panjang feeder = 12m
 Tinggi MS h2 = 1,50 m
 Polaradiasi antena = Omnidirectional
 Level daya pancar nt = 39 dBm
 Gain antena BTS Gt = 8 dBi
 Lcombiner = 3 dB
 Lfeeder = 10,5 dB /100 m sehingga Lfeeder = 1,26 dB /12,0 m
 Lconnect = 0,1 dB
 nS = - 104 dBm
 NM = 8 dB

EIRP
Gt
Lconnect

Lpath = Lo + L rts + L msd Gm= 0


Lfeed nR= - 73,706dBm
nth=- 96 dBm
NM = 8 dB
Lcomb nS =- 104 dBm
Rx BTS MS
nt Tx d=200m

Gbr.VII.4: Parameter yang mempengaruhi transmisi sinyal BTS-MS

VI-13
1. EIRP = nT – Lcombiner – Lfeed – Lconnect + Gt
= 39 – 3 – 1,26 – 0,1 + 8 = 42,64 dBm ………….…… VI-14

2. Redaman ruang bebas :

Lo = 32,4 + 20 log d + 20 log f


= 32,4 + 20 log 0,2 + 20 log 1800 = 83,526 dB

3. Redaman gedung :

L rts = -16,9 – 10 log w + 10 log f + 20 log (hr – h2) + Lcri


= -16,9 - 10 log 8 + 10 log 1800 + 20 l0g (12-1,5) + Lcri VI-15

h1=12m 


 h2=1,5m
d= 0,2km
Gbr.VII-5: Metode perhitungan sudut koreksi 



Dari Gbr VII-5 diperoleh  = arc tan ( h1 /d )
= arc tan 10,5/200
= 2,86o

Lcri = -10 + 0.354  = -10 + 0.354 (2,86 ) = - 8,98 dB ….… VI-16


Dari pers.VII-14 dan VII-15 diperoleh :

L rts = -16,9 - 10 log 8 + 10 log 1800 + 20 l0g (12-1,5) + Lcri


= -16,9 - 10 log 8 + 10 log 1800 + 20 l0g (12-1,5) – 8,98
= 18,06 dB ………………………..……. …… VI-17

4. Redaman akibat difraksi tembok / kaca :

L msd = L bsh + ka + kd log d + k r log f - 9 log b …………... VII-18

VI-14
Karena:
b = 40 m
L bsh = 0 untuk h1 < hr
ka = 54 untuk h1 > hr
= 54 - 0,8 (10 -12 ) (0,2/0,5) untuk d < 0,5km dan h2  hr
= 54,64
kd = 18 - 15 ( h1 – hr ) / h1 untuk h2  h1
= 18 - 15 ( 10 -12 ) / 10
= 21,0
kr = - 4 + 0,7 ( f/925 – 1 ) untuk kota sedang / suburban
= - 4 + 1,5 ( f/925 – 1 ) untuk kota besar / urban
= -4 + 0,7 (1800/925 – 1 )
= - 3,34

Maka pers VII-18 menjadi:


L msd = 0 + 54,64 + 21 log (0,2) + (-3,34 log 1800) - 9 log 40
= 0 + 54,64 – 14,67 -10,8 -14
= 14,76 ……………………. …………..………….. VI-19

5. Redaman lintasan Lpath = Lo + L rts + L msd


=83,526 + 18,06 + 14,76
= 116,346 ………………..… VI-20

Dari pers VII-14 dan VII-20 diperoleh :


nR = EIRP - Lpath
= 42,64 – 116,346
= - 73,706 dBm.….……..…………………….……….. VI-21
= Level sinyal penerima MS pada jarak terjauh (200m)

nTh = nS + NM
= - 104 + 8
= - 96 dBm …………………………….………… VI-22
= Level sinyal penerima minimum MS yang disyaratkan
dalam perencanaan.

Kesimpulan:
 nR > nTh
 Karena sinyal yang diterima pada jarak terjauh dari cakupan sel
masih lebih besar dibanding dgn level penerimaan minimum yang
direncanakan, berarti disain ini telah memenuhi syarat.

VI-15
VI.6.6 LUAS CAKUPAN BTS
Karena antena yang digunakan punya pola radiasi Omnidirectional,
maka luas cakupan =  R2
=  (0,2)2 = 0,04  km2

VII.6.7 INTEGRASI DENGAN JARINGAN YANG SUDAH ADA

MSC BSC BTS PLASA


PNK TLKMS KMSELNDO MARICAYA
( Jln.Sudirman ) ( Jln.S.Saddang )

Gbr.VII-6: Konfigurasi jaringan MSC-Mikrosel Maricaya

Konfigurasi jaringan Gelombang Mikro Digital antara MSC Panakkukang


dan mikrosel Maricaya yang direncanakan dapat dilihat pada Gbr.VII-4.

VI-16
VI.7 PERHTUNGAN JANGKAUAN MAKSIMUM MIKROSEL

Jangkauan maksimum diperoleh pada saat sinyal yang ditangkap oleh


MS adalah sinyal terkecil sesuai ketentuan.
Dengan parkataan lain , jangkauan maksimum diperoleh pd saat dimana
redaman total berada pada nilai maksimum yang diizinkan.

Permasalahan :
Tentukan jangkauan maksimum mikrosel Maricaya, apabila spesifikasi
perangkat maupun kondisi lingkungan sama halnya sebagaimana yang
berlaku pada Bab VII.6.

Dari tinjauan lapangan terlihat bahwa kondisi wilayah Maricaya :


 Kondisi area : urban / kota sedang
 Tinggi rata-rata gedung hr = 12 m
 Spasi antar gedung b = 40 m
 Lebar jalan w = 8 m

EIRP
Gt
. Lcon
Path loss
Gm= 0
Lfeed nr- 96 dBm
nth=- 96 dBm
NM = 8 dB
Lcomb nS =- 104 dBm
Rx BTS MS
nt Tx d=?m

Gbr.VI.7: Parameter yang mempengaruhi jangkauan maksimum BTS

VI-17
Berdasarkan kondisi diatas dipilih spesifikasi perangkat Mikrosel:
 Tinggi BTS hr = 10,0 m
 Tinggi MS h2 = 1,50 m
 Polaradiasi antena = Omnidirectional
 Level daya pancar nt = 39 dBm
 Gain antena BTS Gt = 8 dBi
 Lcombiner = 3 dB
 Lfeeder = 10,5 dB /100 m sehingga Lfeeder = 1,05 dB /10,0 m
 Lconnect = 0,1 dB
 nS = - 104 dBm
 NM = 8 dB

Berdasarkan Gbr.VI- 7 dapat dikemukakan :

1. EIRP = nT – Lcombiner – Lfeed – Lconnect + Gt


= 39 – 3 – 1,426 – 0,1 + 8 = 33,4 dBm
= 42, 64 dBm ………………………… ……………….…… VII-22

Redaman ruang bebas :


Lo = 32,4 + 20 log d + 20 log f
= 32,4 + 20 log d + 20 log f dB ………………..….……….. VI-23

2. Redaman gedung :
L rts = -16,9 – 10 log w + 10 log f + 20 log (hr – h2) + Lcri
= 18,06 dB ……………….....………………. ..…… VI-24

3. Redaman akibat difraksi tembok / kaca :


L msd = L bsh + ka + kd log d + k r log f - 9 log b
= 0 + 54,64 + 21 log d maks + (-3,34 log 1800) - 9 log 40
…………....……….... VI-25

4. Redaman lintasan :
Lpath = Lo + L rts + L msd
= 97,5 + 20 log d maks + 18,06 + 29,34 + 20,5 log d maks
=…………….……………….………………………..….. VI-26

VI-18
5. Pth = EIRP - Lpath
EIRP = Pth + Lpath ………………………….…………… VI-27

Dari pers. VI-22 , VI-26 dan VI-27 , dapat diperoleh nilai dari d maks .

VI-19

Anda mungkin juga menyukai