Salah satu konsep yang amat penting dalam sistem selular adalah multiple
access, agar sejumlah pelanggan / pengguna jasa dapat dilayani secara
bersamaan. Secara teknis, .Multiple Access adalah suatu cara yang
memungkinkan, sehingga suatu titik (MSC,BSC,BTS) dapat diakses oleh
titik yang berbeda ( para pelanggan) tanpa saling mengganggu.
amplituda
time
burst
t1 A B C D E A‟ B‟ C‟ D‟ E‟
f1 f2 f3 f4 f5 f1„ f 2„ f3 „ f 4„ f 5‟ frekuensi
VIII-1
Setiap link komunikasi pada FDMA terdiri dari 1 (satu) pasang frekuensi
yakni uplink-downlink frequency ( frekuensi kirim-terima).
Penggambaran dalam sumbu frekuensi dapat dilihat pada Gbr.IX-1.
VIII-2
Setiap frekuensi carrier digunakan secara bersama berdasar pembagian
waktu, sehingga efisiensi penggunaan spektrum menjadi lebih efisien
dibanding dengan FDMA.
Sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII-2, pentransmisian burst dilaksanakan
secara bergantian.
amplituda time
t3 E E‟
t2 C C‟
t1 A A‟
f f’ frekuensi
Prinsip TDMA didasari teori bahwa untuk pengiriman suatu sinyal tidak
diperlukan bentuk gelombang secara keseluruhan sebagaimana halnya
sinyal analog.
Cukup diambil sample gelombang tersebut pada interval waktu tertentu,
dan setelah sample-sample ini dirobah kedalam bentuk digital yang disebut
burst barulah dikirimkan / ditransmisikan.
TDMA membagi spektrum yang tersedia menjadi beberapa grup kanal
yang disebut frame dan masing-masing frame berisi sejumlah time slot.
Pada sistem GSM satu frame berisi 8 time slot, sehingga setiap grup kanal
dapat diduduki oleh 8 pelanggan / pembicara secara bersamaan.
Tiga pemeran penting sistem selular yang menggunakan sistem TDMA ini :
Global System for Mobile (GSM)
Japanese Digital Cellular (JDC)
American Digital Cellular (JDC)
VIII-3
VIII.4. FDMA - TDMA
t3 K L M N O K‟ L‟ M‟ N‟ O‟
t2 F G H I J F‟ G‟ H‟ I‟ J‟
t1 B C D E A‟ B‟ C‟ D‟ E‟
f1 f2 f3 f4 f5 f1„ f 2„ f3 „ f 4„ f 5‟ frekuensi
VIII-4
Amplituda time burst
t3 WX YZ
t2 KL MN OP QR ST K’L’ M ’ ‘ ‘
t1 A CDE EF GH I A C’D E’ ’ I’ J’
f1f1„ f2 f2„ f3 f3„ f4 f4„ f5 f5‟ f6f6„ f7f7„ f8 f8„ f9 f9„ f10 f10‟ frekuensi
Keterangan: : Uplink
: Downlink
Catatan:
1. Bila dibandingkan multiple access FDMA, TDMA, FDMA –TDMA, serta
TDD – TDMA, maka yang paling efisien dalam penggunaan spektrum
frekuensi adalah TDD – TDMA.
2. Meskipun diantara sistem multi access diatas, TDD-TDMA adalah yang
paling tinggi efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensinya, namun saat
ini telah muncul bentuk lain yang jauh lebih tinggi efisiensi pemanfaatan
spektrumnya, yakni CDMA.
VIII-5
VIII.6 CDMA
……
N
. ………..
Time(sec)
5 ………..
t5
t4 4 ………..
t3 3 ………..
t2
2
t1
1 1 2 3 4 5 ……………M (PN Code)
VIII-6
Pada Gbr.VIII-1 terlihat bahwa saat t1 ada sejumlah M paket informasi
yang megakses secara bersama, maka masing-masingnya diberi Pseudo
Noise (PN) Code yang berbeda-beda, sehingga total PN Code juga M.
Dari Gbr.VIII-1 juga terlihat ada N total kanal yang tersedia, dan setiap
paket spektrum akan menyebar / mengisi keseluruhan bandwidth dari N
kanal yang tersedia.
Dgn pemanfaatan TDM ( t1,t2 ,t3,t4,t5 ) kapasitas CDMA semakin meningkat
3 dB
| |
| | |
8
|
6
|
3 dB
4
2
|
0
|
BS
Frekuensi (Hz)
BSS
Gbr VIII-2: Spektrum sinyal informasi / data sebelum dan
Sesudah penyebaran
VIII-7
VIII.6.2 TEKNIK SPREADING SEBAGAI ANTI JAMMING
Usai Perang Dunia II, teknik spread spectrum terutama dikembangkan bagi
kepentingan komuniksi militer dengan tujuan anti jamming.
Spread Spectrum Multiple Access (SSMA) atau CDMA dalam aplikasinya
menggunakan teknik penyebaran spektrum.
1. Chips :
Dalam Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) atau DS-CDMA, tiap
bit informasi disimbolkan oleh sejumlah kode bit yg disebut chips,yakni
total kanal frekuensi yg akan digunakan sebagai tempat pengkodean.
VIII-8
Sebagai contoh:
Suatu informasi yang ditransmisikan dgn kecepatan Rb = 10 KBPS
punya lebar pita BS = 10KHz.
Jika tiap bit-nya dikodekan dengan 100 chips (kanal), maka :
= 10 log 100 = 20 dB
VIII-9
W
Ka nal untuk
hopping
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 No. kanal
R Rg Rg Rg Rg Rg Rg
1 2 3 4 5 6 6 3 4 5 1 2
t1 t2 t3 t4 t5 t6
T tn
a b
Gbr.VIII-4: Pengiriman sinyal informasi dengan Time Hopping
a. Sinyal informasi awal
b. Sinyal informasi setelah mengalami Time Hopping
VIII-10
Bila sejumlah informasi dengan kecepatan data R membutuhkan waktu
kirim dengan interval T, maka untuk pengakesan dengan metode time
hopping, informasi ini kemudian dibagi-bagi sebesar Rg tiap burst-nya
dengan tenggang waktu atau guard time tn , dikirim secara acak menurut
Pseudo Random atau Pseudo Noise yang dimilikinya, sebagaimana terlihat
pada Gbr.VIII-4.
S1(t-T1)
BPF X1(t-T1)
MODEM
f0 G1(t)
S1(t-T2) G1(t-T2)+ S2(t-T2).G2(t-T2)
VIII-11
Operasi end to end sistem CDMA yg diperlihatkan pada Gbr.VIII-5 terdiri
dari 1 Base Station dengan 2 kanal.
Sebelum sinyal informasi X1(t) dan X2(t) ditransmisikan dengan kecepatan
data R, terlebih dahulu harus dimodulasi oleh sinyal carrier f0 yang sama,
selanjutnya setelah sinyal termodulasi ini dikalikan dengan PN Code akan
diperoleh sinyal yang dipancarkan BTS, yakni :
Kedua penerima akan menangkap semua sinyal yang berasal dari BTS,
dan sinyal ini punya waktu tunda propagasi sebesar T detik. sehingga :
VIII-12
Feedback
1 0 0 0
Output :
X1 X2 X3 X4
0001001101011111
Clock
Tg
Bila keluaran akhir sama dengan masukan awal, maka proses akan
berhenti atau akan berlangsung selama (2n – 1 ) kali.
Dapat disimpulkan :
Panjang kode PN adalah 15 untuk kasus n = 4
Deret PN adalah 0001 0011 0101 1111 , yang berasal dari nilai digit
akhir atau nilai X4
Nilai PN yang dihasilkan memiliki perioda waktu :
TPN = LTC dimana L = 2n – 1
Deret PN yang dihasilkan disebut juga chip G(t).
VIII-13
VIII.6.5 SINKRONISASI TC
PN Code G1
PN Code G2
PN Code G1x G2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
VIII-14
Proses ini dilakukan dengan cara mengalikan PN Code yg ditransmisikan
dengan kode yang tergeser. Jika suatu PN Code bergeser sejauh N bit,
maka diperoleh nilai derajat korespondensi sebesar -1/N = –1/15 (minimal
N=1), sedangkan untuk PN Code yang tidak tergeser maka derajat
korespondensinya adalah 1 (maksimum), sebagaimana terlihat pada
Gbr.VIII-9
TC
PN Code G1
PN Code G1
PN Code G1x G2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
VIII-15
Untuk menentukan keadaan sinkron, penerima mengamati harga auto-
korelasi pada setiap pergeseran waktu sepanjang selang N chips.
Jika penerima belum mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka chip
akan terus digeser hingga mendapatkan harga maksimum autokorelasi.
Jika penerima telah mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka pada
saat itu terjadi keadaan sinkron antara pengirim (BTS) dan penerima (MS),
karena posisi kedua PN Code keduanya sudah tepat sama.
Dengan demikian barulah komunikasi dapat berlangsung.
VIII-16
A
C 1 R-4
= ….…….. VIII-3
I 1 (m1 -1)R + ( 2 m2 +3 m3 ) R + (2 R) + (2,633 R)
-4 -4 -4 -4
a b c d
dimana :
a = interferensi yang berasal dari sel sendiri
b = interferensi yang berasal dari 2 sel berdekatan
c = interferensi yang berasal dari 3 sel berjarak sedang
d = interferensi yang berasal dari 6 sel terjauh
= 4 m4 + 5 m5 + 6 m6
= 7 m7 + 8 m8 + 9 m9 + 10 m10 + 11 m11 + 12 m12
i = daya yang dipancarkan masing-masing kanal suara dalam sel
mi = adalah jumlah kanal maksimum per sel
i = ( 1 , 2, …12 )
= daya yg dipancarkan dari sel berdekatan pd jarak 2R
= daya yg dipancarkan dari sel berdekatan pd jarak 2,633R
Dari pers.VIII-2 dan VIII-3 diperoleh jumlah kanal maksimum per sel :
1 2 m2 +3 m3
mi = +1 + + (2)-4 – (2,633)-4 maka :
C/ I 1 1 1
1
mi = +1 , dengan kontrol daya, sehingga interferensi sel berdekatan b = 0
C/ I
…………………………………………VIII-4
VIII-17
2. PENGGUNAAN FREQUENCY REUSE : F
Pada multi-cell dikenal adanya faktor pengulangan frekuensi yang
didefinisikan sebagai perbandingan total daya interferensi ( yg berasal
dari sel itu sendiri dan sel-sel tetangganya) dibagi dgn daya interferensi
dari sel-sel tetangganya.
Qualcomm menyatakan bahwa interferensi dari sel lain adalah 61%,
sehingga faktor penggunaan ulang frekuensi FCDMA = 1,6 .
Angka ini masih lebih kecil dibanding dengan FGSM = 4 dan FAMPS = 7.
Secara ideal F berharga 1.
1f
1e
6
5 7
1a 1
4 2
3 1d
1b
1c
= { I(1) + I(1a) +I(1b) + I(1c) +I(1d) + I(1e) +I(1f) } / { I(1a) +I(1b) + I(1c) +I(1d) + I(1e) +I(1f) }
VIII-18
3. PEMANFAATAN VOICE ACTIVATION FACTOR :
Mengingat kapasitas CDMA dibatasi oleh daya interferensi, maka dapat
disimpulkan bahwa bila suatu percakapan tidak selalu memancarkan
sinyal radio, interferensi dengan sendirinya akan turun.
Dari hasil pengukuran Bell Lboratories diketahui bahwa pengguna
hanya aktif selama (35-40)% dari waktu percakapan.
Angka ini dikenal sebagai Voice Activation Factor (VOX) yang nilainya
sekitar 0,4 sehingga kapasitas bisa naik 2,5 kali.
Secara matematis , akan memberikan nilai dari m menjadi :
1200 1200
a. b.
VIII-19
CONTOH :
Misal parameter yang terdapat pada model DS-CDMA adalah :
Bw = 1,25 MHz = bandwidth
Rb = laju bit / detik = 8 KBPS dan
Eb/IO 7 dB sesuai dengan standard IS-95 bagi sistem CDMA .
Parameter lainnya adalah :
= faktor akivitas pembicaraan = 40% = 0,4
G = sektorisasi 120 = 2,55
F = faktor reuse = 1,6
Hitunglah peningkatan kapasitas radio sistem CDMA.
PENYELESAIAN :
VIII-20
2. PENGGUNAAN FREQUENCY REUSE : F
FAMPS = 7 , FGSM = 4 , FCDMA = 1,6
Peningkatan kapasitas radio CDMA terhadap AMPS :
F = (7/1,6) X 100% = 437,5 % atau 4,38 kali
Peningkatan kapasitas radio CDMA terhadap AMPS :
F = (4/1,6) X 100% = 250% atau 2,50 kali
1. AMPS
Total kanal = 1,25 106 / 3 104 = 41,667 kanal
Faktor reuse = 7
Kapasitas radio m = 41,667 / 7 6 kanal/sel
2. GSM
Total kanal = 1,25 106 / 2 105 = 6,25 kanal
Faktor reuse = 4
Kapasitas radio = 6,25 / 4 = 1,56 kanal/sel
Karena untuk setiap kanal terdapat 8 time slot (pengguna),
maka m = 1,56 x 8 = 13 pengguna/sel
VIII-21
3. CDMA
Total kanal m = (156,25 x 2,55 ) / ( 5,011x1,6 x 0,4 ) 124 kanal
dimana:
Processing Gain = 156,25
Sektorisasi 1200 G = 2,55
Eb /IO = 5,012
VIII-22