Anda di halaman 1dari 44

Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara

bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan


Multiplexing disebut Multiplexer atau disebut juga dengan istilah Transceiver / Mux.
Dan untuk di sisi penerima, gabungan sinyal - sinyal itu akan kembali di pisahkan
sesuai dengan tujuan masing masing. Proses ini disebut dengan Demultiplexing.
Receiver atau perangkat yang melakukan Demultiplexing disebut dengan Demultiplexer
atau disebut juga dengan istilah Demux.

Tujuan Muliplexing
- meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan
cara berbagi akses bersama.

Jenis Teknik Multiplexing


Teknik Multiplexing yang umum digunakan adalah :
a. Time Division Multiplexing (TDM) : - Synchronous TDM
- Asynchronous TDM
b. Frequency Division Multiplexing (FDM)
c. Code Division Multiplexing (CDM)
d. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
e. Optical code Division Multiplexing (ODM)

Time Division Multiplexing (TDM)


Secara umum TDM menerapkan prinsip pemnggiliran waktu pemakaian saluran
transmisi dengan mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai
saluran (user).

TDM yaitu Terminal atau channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan
setiap channel membutuhkan waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-
slicing). Biasanya waktu tersebut cukup digunakan untuk menghantar satu bit (kadang-
kadang dipanggil bit interleaving) dari setiap channel secara bergiliran atau cukup
untuk menghantar satu karakter (kadang-kadang dipanggil character interleaving atau
byte interleaving). Menggunakan metoda character interleaving, multiplexer akan
mengambil satu karakter (jajaran bitnya) dari setiap channel secara bergiliran dan
meletakkan pada kabel yang dipakai bersama-sama sehingga sampai ke ujung
multiplexer untuk dipisahkan kembali melalui port masing-masing. Menggunakan
metoda bit interleaving, multiplexer akan mengambil satu bit dari setiap channel secara
bergiliran dan meletakkan pada kabel yang dipakai sehingga sampai ke ujung
multiplexer untuk dipisahkan kembali melalui port masing-masing. Jika ada channel
yang tidak ada data untuk dihantar, TDM tetap menggunakan waktu untuk channel
yang ada (tidak ada data yang dihantar), ini merugikan penggunaan kabel secara
maksimun. Kelebihanya adalah karena teknik ini tidak memerlukan guardband jadi
bandwidth dapat digunakan sepenuhnya dan perlaksanaan teknik ini tidak sekompleks
teknik FDM. Teknik TDM terdiri atas :
Synchronous TDM
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang
menerapkan teknik Synchronous TDM dijelaskan secara skematik pada gambar

Gambar Synchronous TDM

Cara kerja Synchronous TDM dijelaskan dengan ilustrasi dibawah ini

Gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line

Asynchronous TDM
Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot
waktu yang kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna) pada saat
sampling setiap input line, maka pada Asynchronous TDM proses sampling hanya
dilakukan untuk input line yang aktif saja. Konsekuensi dari hal tersebut adalah
perlunya menambahkan informasi kepemilikan data pada setiap slot waktu berupa
identitas
pengguna atau identitas input line yang bersangkutan.

Penambahan informasi pada setiap slot waktu yang dikirim merupakan overhead pada
Asynchronous TDM.
Gambar di bawah ini menyajikan contoh ilustrasi yang sama dengan gambar Ilustrasi
hasil sampling dari input line jika ditransmisikan dengan Asynchronous TDM.
Gambar Frame pada Asysnchronous TDM

Frequency Division Multiplexing (FDM)


Prinsip dari FDM adalah pembagian bandwidth saluran transmisi atas sejumlah kanal
(dengan lebar pita frekuensi yang sama atau berbeda) dimana masing-masing kanal
dialokasikan ke pasangan entitas yang berkomunikasi. Contoh aplikasi FDM ini yang
polpuler pada saat ini adalah Jaringan Komunikasi Seluler, seperti GSM ( Global System
Mobile) yang dapat menjangkau jarak 100 m s/d 35 km. Tingkatan generasi GSM
adalah sbb:

First-generation: Analog cellular systems (450-900 MHz)

Frequency shift keying for signaling


FDMA for spectrum sharing
NMT (Europe), AMPS (US)

Second-generation: Digital cellular systems (900, 1800 MHz)

TDMA/CDMA for spectrum sharing


Circuit switching
GSM (Europe), IS-136 (US), PDC (Japan)

2.5G: Packet switching extensions

Digital: GSM to GPRS


Analog: AMPS to CDPD

3G:

High speed, data and Internet services


IMT-2000
Gambar Pemakaian Frekwensi pada GSM

FDM yaitu pemakaian secara bersama kabel yang mempunyai bandwidth yang tinggi
terhadap beberapa frekuensi (setiap channel akan menggunakan frekuensi yang
berbeda). Contoh metoda multiplexer ini dapat dilihat pada kabel coaxial TV, dimana
beberapa channel TV terdapat beberapa chanel, dan kita hanya perlu tunner (pengatur
channel) untuk gelombang yang dikehendaki. Pada teknik FDM, tidak perlu ada
MODEM karena multiplexer juga bertindak sebagai modem (membuat permodulatan
terhadap data digital). Kelemahan Modem disatukan dengan multiplexer adalah
sulitnya meng-upgrade ke komponen yang lebih maju dan mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi (seperti teknik permodulatan modem yang begitu cepat meningkat).
Kelemahannya adalah jika ada channel (terminal) yang tidak menghantar data,
frekuensi yang dikhususkan untuk membawa data pada channel tersebut tidak
tergunakan dan ini merugikandan juga harganya agak mahal dari segi pemakaian
(terutama dibandingkan dengan TDM) kerana setiap channel harus disediakan
frekuensinya. Kelemahan lain adalah kerana bandwidth jalur atau media yang dipakai
bersama-sama tidak dapat digunakan sepenuhnya, kerana sebagian dari frekuensi
terpaksa digunakan untuk memisahkan antara frekuensi channelchannel yang ada.
Frekuensi pemisah ini dipanggil guardband.

Gambar Frequency Division Multiplexing


Pengalokasian kanal (channel) ke pasangan entitas yang berkomunikasi diilustrasikan
pada gambar dibawah ini :

Gambar Contoh penerapan FDM dengan 4 pengguna

Code Division Multiplexing (CDM)


Code Division Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi
kelemahankelemahan yang dimiliki oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM
dan FDM.. Contoh aplikasinya pada saat ini adalah jaringan komunikasi seluler CDMA
(Flexi) Prinsip kerja dari CDM adalah sebagai berikut :
1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit)
yang disebut chip spreading code.

2. Untuk pengiriman bit 1, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.

3. Sedangkan untuk pengiriman bit 0, yang digunakan adalah inverse dari kode
tersebut.

4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan
ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.

5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan
kode unik dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika jumlah hasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit 1,
- jika jumlahnya mendekati 64 dinyatakan sebagai bit 0.

Contoh penerapan CDM untuk 3 pengguna (A,B dan C) menggunakan panjang kode 8
bit (8-chip spreading code) dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengalokasian kode unik (8-chip spreading code) bagi ketiga pengguna :

- kode untuk A : 10111001


- kode untuk B : 01101110
- kode untuk C : 11001101

b. Misalkan pengguna A mengirim bit 1, pengguna B mengirim bit 0 dan pengguna C


mengirim bit 1. Maka pada saluran transmisi akan dikirimkan kode berikut :

- A mengirim bit 1 : 10111001 atau + - + + + - - +


- B mengirim bit 0 : 10010001 atau + - - + - - - +
- C mengirim bit 1 : 11001101 atau + + - - + + - +
- hasil penjumlahan (sum) = +3,-1,-1,+1,+1,-1,-3,+3

c. Pasangan dari A akan menginterpretasi kode yang diterima dengan cara :

- Sinyal yang diterima : +3 1 1 +1 +1 1 3 +3


- Kode milik A : +1 1 +1 +1 +1 -1 1 +1
- Hasil perkalian (product) : +3 +1 1 +1 +1 +1 +3 +3 = 12
Nilai +12 akan diinterpretasi sebagai bit 1 karena mendekati nilai +8.

d. Pasangan dari pengguna B akan melakukan interpretasi sebagai berikut :

- sinyal yang diterima : +3 1 1 +1 +1 1 3 +3


- kode milik B : 1 +1 +1 1 +1 +1 +1 1
- jumlah hasil perkalian : 3 1 1 1 +1 1 3 3 = -12
berarti bit yang diterima adalah bit 0, karena mendekati nilai 8.

Wavelength Division Multiplexing (WDM).


Teknik multiplexing ini digunakan pada transmisi data melalui serat optik (optical
fiber) dimana sinyal yang ditransmisikan berupa sinar. Pada WDM prinsip yang
diterapkan mirip seperti pada FDM, hanya dengan cara pembedaan panjang gelombang
(wavelength) sinar. Sejumlah berkas sinar dengan panjang gelombang
berbeda ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi
mode optical fiber).

Gambar Wavelength Division Multiplexing

Optical code Division Multiplexing.


Prinsip yang digunakan pada ODM serupa dengan CDM, hanya dalam hal ini yang
dikode adalah berupa sinyal analog (sinar) dengan pola tertentu. Sejumlah berkas sinar
dengan pola sinyal berbeda ditransmisikan melalui serat optik dengan menggunakan
prinsip TDM (berupa temporal-spectral signal structure). Di sisi penerima setiap berkas
sinar tersebut akan diinterpretasi untuk setiap pasangan pengguna untuk memperoleh
kembali data yang dikode tersebut dengan cara mengenali terlebih dahulu pola sinyal
yang digunakan.

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
suatu serat optik pada domain waktu. OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss,
reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi pada layer
tampilan.

mini-otdr.jpg

Mekanisme Kerja OTDR

Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut :

1. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik.

2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.

3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.


4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.

mekanisme kerja otdr.jpg

Berdasarkan mekanisme kerja di atas dapat ditentukan beberapa parameter yang dapat diukur pada
OTDR salah satunya yaitu :

1. Jarak Dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan.

2. Loss Loss untuk masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu link.

3. Atenuasi Atenuasi dari serat dalam suatu link. 4. Refleksi Besar refleksi (return loss) dari suatu event.

Fungsi OTDR

Beberap fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu :


1. Mengukur Loss per satuan panjang. Loss pada saat instalasi serat optik mengasumsikan redaman
serat optik tertentu dalam loss per satuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan
setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau
beban yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

X [dBW] = A [dB] . L [dB}

X = Besarnya daya untuk jarak

L A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini,

Amax adalah 31

dBW = Redaman (dB/km)

L = Panjang Sehigga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat (redaman), dan dengan
membandingkannya dengan loss budget akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidaknormalan.

2. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman
sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan.

3. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat terjadi pada saat atau instalasi
atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidaknormalan tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak
sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/ kerekatan (asumsi set OTDR benar). End of
fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya <3 dB (dapat disesuaikan dengan menset) yang
berfluktuasi. OTDR, pulse width, disperse, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth,
merupakan domain frekuensi.

Istilah Pada OTDR


Adapun beberapa istilah yang perlu diketahui dalam pengukuran yaitu :

a. Dead zone Daerah pada serat optik dimana perubahan daya terjadi tidak secara linier, dan hal ini tidak
dapat dianalisis. Panjang dead zone ini biasanya untuk serat optik yang ada di pasaran adalah 25 m.
Pada OTDR, grafiknya akan terlihat seperti lonjakan daya sesaat pada awal serat optik.

b. Dynamic Range Panjang (jangkauan) maksimum yang dapat ditampilkan oleh OTDR pada sumbu
horizontal.

c. Even Zone Daerah dimana dua kejadian akan terdeteksi sebagai satu kejadian.

d. End of Fiber Merupakan ujung dari fiber optik.


Beberapa Konsep Dasar Jaringan Access Fiber Optik
Konsep Multiplexing

Multiplexing merupakan penggabungan beberapa kanal sinyal informasi ke dalam satu kanal
informasi dengan tujuan agar sinyal-sinyal informasi tsb dapat dikirimkan secara simultan dalam
1 kanal. Beberapa jenis metoda multiplexing, adalah sbb:

FDM (Frequency Division Multiplexing)


Teknik penggabungan kanal sinyal informasi dengan menggunakan kanal kanal frekuensi
yang berbeda. Lihat gambar 1. Prinsipnya adalah n buah kanal dengan frekuensi yang
berbeda-beda ditransmisikan secara simultan pada 1 saluran transmisi. Teknik ini
digunakan untuk sistem analog maupun sistem digital.

TDM (Time Division Multiplexing)


Teknik penggabungan kanal informasi dengan menggunakan bandwidth frekuensi yang
sama, namun secara bergantian. Lihat gambar 2. TDM merupakan proses multiplexing
dengan cara membagi waktu menjadi slotslot waktu yang menyatakan informasi dari tiap
kanal. Teknik ini hanya mungkin untuk sinyal digital.

WDM (Wavelength Division Multiplexing)


Teknik ini serupa dengan FDM, hanya menggunakan domain panjang gelombang sebagai
variabelnya. WDM biasa digunakan pada sistem komunikasi serat optik. Lihat gambar 3.

PCM (Pulse Code Modulation)

PCM (Pulse Code Modulation), yaitu proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.
Prosesnya ada 3, yaitu: sampling, quantizing, dan coding. Jenis PCM yang banyak digunakan
adalah PCM 30, berfungsi sebagai analog to digital converter, multiplexing, dan sebagai line
coding. Berikut adalah proses PCM-30 :

Bandpass Filter
Sampling (Pencuplikan)

Proses sampling adalah proses pengambilan sample dari sinyal suara dengan lebar pita frekwensi
antara 300- 3400 Hz; di mana proses ini dikerjakan oleh modulator amplitudo. Prinsip kerja dari
sampler ini sama seperti pintu/gate atau saklar, yang membuka dan menutup dengan periode
waktu yang tertentu dan kontinyu; yang mana membuka dan menutupnya pintu/gate atau saklar
ini dikerjakan oleh suatu frekwensi, yang dikenal sebagai frekwensi sampling. Untuk frekwensi
sampling ini, seorang ahli Perancis bernama Harry Nyquist telah mengadakan percobaan-
percobaan sbb. :
a) Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah lebih kecil dari 2
x lebar frekwensi suara (2 x BW Finf) :
Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah = 2 x lebar
frekwensi suara (2 x BW Finf) :

Quantizing (Kuantisasi)

Proses Pemberian harga terhadap sinyal PAM; yang besarnya kecilnya disesuai dengan
harga tegangan pembanding terdekat
Setiap pulsa akan diletakan kedalam suatu polaritas positif atau polaritas negatif.
Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub segment(interval)Kuantisasi ada 2 macam
:

Uniform (seragam) (Linear)

Non-uniform (tidak seragam) (Non-linear)


Coding
Coding adalah proses mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A D Converter). Pada
PCM-30 berlaku Hukum Companding-A :
a. Setiap pulsa PAM ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan
ditandai dengan huruf S
Untuk Polaritas Positif S = 1
Untuk Polaritas Negatif S = 0
b. Setiap polaritas dibagi menjadi 8 segment; segment ke -0 s/d 7, dan
ditandai dengan huruf ABC.

Setiap segment dibagi menjadi 16 sub-segment (interval); interval ke-0 s/d 15, dan ditandai
dengan huruf WXYZ
Sehingga sinyal PAM akan berubah menjadi sinyal dengan susunan bitbitnya sbb:

Dalam kaitan dengan proses kuantisasi dan coding ini, dikenal adanya hukum companding; dan
didalam PCM-30 berlaku Hukum Companding A, yang mempunyai aturan sbb. :
1. Meletakan sinyal kedalam 2 polaritas; yaitu polaritas positif, yang ditandai dengan satu digit
1; atau polaritas negatif yang ditandai dengan satu digit 0.
2. Setiap Polaritas dibagi menjadi 8 segment; yang ditandai dengan tiga digit 0 dan/atau 1,
dengan nomor mulai dari 0 s/d 7.
3. Setiap segment dibagi lagi menjadi 16 subsegment, atau interval; dan ditandai dengan empat
digit 0 dan/atau 1, dengan nomer mulai dari 0 s/d 15.
Fungsi PCM 30 setelah A/D Converter adalah multiplexing :
a. Prinsip: Time Division Multiplexing
b. Methode: Word-by-Word Interleaving atau Byte-by-byte Interleaving; atau Cyclic Word
Interleaving atau Cyclic Byte Interleaving.
c. Menggabungkan :
30 kanal telepon 64 kbps,
1 kanal signalling 64 kbps
1 kanal FAS 64 kbps.
Menjadi satu deretan sinyal serial 2048 Kbps.
d. Setiap kanal menempati satu Time Slot (TS) :
TS-0 untuk FAS/Alarm
TS-1 s/d TS-15 untuk kanal telepon 1 s/d 15
TS-16 untuk Signalling
TS-17 s/d TS-31 untuk kanal telepon 16 s/d 30 .
Dan fungsi yang berikutnya adalah: line coding, yaitu konversi sinyal unipolar NRZ 2048 Kbps
menjadi sinyal HDB-3:
Digit 1 dikodekan menjadi tegangan positif atau negatif bergantian, yang polaritasnya selalu
berlawan dengan digit 1 sebelumnya
Digit-0 dikodekan menjadi tegangan 0 volt.
Deretan digit 0 berturutan maksimum 3 buah.

Struktur Frame PCM-30


1. Satu Multi Frame, dengan panjang waktu 1 Multi Frame 2 mS
2. Enam belas Frame, dengan panjang waktu 1 Frame 125 S
3. 32 TS/Frame, dengan panjang waktu 1 TS 3,9 S
4. 8 Bit/TS, dengan panjang waktu 1 bit 488 nS
5. Jumlah bit/Frame 256 bit
6. Jumlah bit/Multi Frame 4096 bit
7. Bit FAS sebanyak 7 bit ( 0011011); bit-2 s/d 8 TS-0, Frame-frame genap (frame- 0, 2, 4,
dstnya.)
8. Bit MFAS sebanyak 4 bit, dengan susunan 0000; terletak pada bit-1 s/d 4 TS-16, Frame-0.
9. Bit Signalling (4 bit/kanal); pada bit-1 s/d 4, dan bit-5 s/d 8 TS-16, Frame-1 s/d Frame-15
10. Bit Alarm (A1) sinyal 2 Mbit/s terletak pada bit-3 TS-0, Frame-frame ganjil (1, 3,5 dstnya)
11. Bit Alarm (A2) sinyal 64 Kbit/s (Signalling) terletak pada bit-6 TS-16, Frame- 0.

Gambar (15) berikut memperlihatkan Struktur Frame


PCM-30
PLESIOCHRONOUS DIGITAL
HIERARCHY (PDH)
Multiplex PDH; dibagi menjadi 2 kelompok, yakni:
1. Order Rendah (Low Order); sering juga disebut sebagai Order Pertama,
atau yang paling populer disebut PCM-30
2. Order Tinggi (High Order); terdiri dari Order-2, Order-3 dan Order-4

Blok diagram PDH

Cara kerja PDH:

1. Konverter HDB-3/Unipolar NRZ.


Berfungsi untuk mengubah sinyal HDB-3 Bipolar menjadi Sinyal Unipolar NRZ (Sinyal Binary).
Sinyal yang diterima dari perangkat sebelumnya adalah sinyal dengan kode saluran HDB-3
Bipolar; oleh rangkaian Konverter HDB-3/Unipolar NRZ, sinyal HDB-3 Bipolar ini diubah
menjadi sinyal Unipolar NRZ, atau sinyal Binary.
Buffer Memory.
Berfungsi untuk menyamakan kecepatan sinyal Unipolar NRZ (Sinyal Binary), dengan
kecepatan sinyal Unipolar NRZ lainnya. Buffer Memory akan menyimpan sinyal Unipolar NRZ
keluaran dari konverter HDB-3/Unipolar NRZ;
dan kemudian Buffer Memory ini akan mengeluarkan sinyal yang disimpannya berdasarkan
clock baca yang datang dari Pembangkit Frekwensi Clock. Dalam hal ini ke-4 Buffer Memory
akan menerima clock baca yang berasal dari sumber yang sama, sehingga keluaran dari Buffer
Memory akan berupa sinyal yang sudah sinkron antara satu dengan yang lainnya. Lihat Gambar
(18).

Multiplex.
Berfungsi menggabungkan 4 sinyal digital yang sudah disinkrronkan oleh Buffer Memory
menjadi 1 deretan sinyal serial; untuk addres mana kanal 1, 2, 3, dan mana kanal 4, pada deretan
4 sinyal serial ini akan ditambahkan bit-bit FAS. Proses Multiplexing pada Multiplex digital
Order Tinggi berjalan secara bit-by-bit interleaving, di mana setiap 4 bit dari 4 kanal akan
membentuk 1 word (1 TS).
Lihat Gambar 19

Konverter Unipolar NRZ /Bipolar.

Sinyal hasil multiplexing adalah sinyal Unipolar Non Return to Zero (NRZ).Sinyal ini sebelum
ditransmisikan harus diubah terlebih dahulu menjadi sinyal bipolar:
a. HDB-3, untuk PDH Order-2 dan Order-3
b. CMI, untuk PDH Order-4
Lihat Gambar (20).
5. Pembangkit Frekwensi Clock.
Berfungsi untuk membangkitkan frekwnesi clock yang dibutuhkan untuk seluruh proses pada
arah kirim.
6. Frame Pattern.
Berfungsi membangkitkan bit-bit Frame Alignment Signal, di mana:
! Untuk Order II dan Order III bit-bit FAS sebanyak 10 bit, dengan susunan adalah
1111010000

Untuk Order IV bit-bit FAS sebanyak 12bit, dengan susunan adalah 111110100000.
Oscillator.
Berfungsi sebagai pembangkit utama dari frekwensi clock, yang biasanya berupa X-tall
Oscillator.
8. Struktur Frame.
Susunan frame multiplex PDH ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Struktur Frame Multiplex PDH 8,448 Mbit/s
2) Struktur Frame Multiplex PDH 34,368 Mbit/s
3) Struktur Frame Multiplex PDH 139,264 Mbit/s
SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)

SDH (Synchronous Digital Hierarchy), adalah multiplex digital yang berfungsi menggabungkan:

1. Sinyal digital 2 Mbit/s, 34 Mbit/s, 140 Mbit/s menjadi :


Sinyal STM-1 (155,52 Mbit/s) atau
Sinyal STM-4 (622,08 Mbit/s).
2. Sinyal STM-1 menjadi :
Sinyal STM-4, atau
Sinyal STM-16 (2,48832 Gbit/s).
3. Sinyal STM-4 menjadi :
Sinyal STM-16,
Sinyal STM-64 (9,95328 Gbit/s)
4. Sinyal-sinyal PDH dan STM-n menjadi sinyal SDH dengan level yang
lebih tinggi.

Fungsi SDH
Mengubah sinyal bipolar PDH input pada tributary port, menjadi sinyal unipolar NRZ.
2. Menempatkan sinyal unipolar NRZ pada containernya masing-masing :
a. C-12 untuk sinyal 2048 Kbps.
b. C-3 untuk sinyal 34368 Kbps
c. C-4 untuk sinyal 139264 Kbps
3. Melengkapi sinyal-sinyal C-12, C-3 dan C-4 dengan byte-byte :
a. Over Head (POH), dan
b. Pointer
4. Menggabungkan sinyal-sinyal yang sudah dilengkapi dengan byte-byte Over Head dan Pointer
menjadi satu deretan sinyal serial.
5. Mengubah sinyal hasil multiplexing menjadi :
a. Sinyal Bipolar CMI, untuk STM-1 yang dikirimkan melalui Radio Gelombang Mikro Digital
SDH, atau melalui level SDH yang lebih tinggi.
b. Sinyal dengan daya optik untuk STM-1 yang dikirmkan melalui kabel optik.

Cara Kerja SDH:


1. Proses Mapping
a. Mapping Sinyal PDH Kedalam Container (C).
Karena kapasitas container dibuat lebih besar dari pada kapasitas sinyal sinyal PDH, maka
mapping sinyal-sinyal PDH kedalam container selalu dilakukan dengan cara menambahkan bit-
bit yang dibutuhkan, untuk menyamakan kapasitas sinyal-sinyal PDH dengan kapasitas container
(gambar 22).

Mapping Sinyal Container Kedalam Virtual Container (VC). Mapping sinyal-sinyal container
(C) kedalam Virtual Container (VC) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Path
Over Head (POH) kedalam sinyal sinyal C. Lihat Gambar 23.
POH ini berfungsi untuk :
Mengirimkan bit-bit pengecek error
Mengirimkan indikasi sinyal, normal atau gangguan
Mengirimkan label sinyal
2. Proses Aligning.
a. Aligning VC Kedalam Tributary Unit (TU).
Proses aligning sinyal-sinyal virtual container (VC) kedalam Tribuatry Unit (TU) dilakukan
dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer (PTR) kedalam sinyal sinyal VC. Proses ini
berlaku untuk VC-12 dan VC-3. Lihat Gambar (24) berikut.

Pointer berfungsi untuk :


Mengindikasikan awal dari suatu VC
Menyamakan bit rate VC dengan bit rate TU
Mengindikasikan kondisi sinyal yang dikirimkan/diterima
b. Aligning VC Kedalam Administrative Unit (AU)
Proses aligning sinyal virtual container (VC) kedalam Administrative Unit (AU) dilakukan
dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer (PTR) kedalam sinyal VC. Proses ini berlaku
untuk VC-4. Lihat Gambar 25 berikut.

Proses Multiplexing.
a. Multiplexing TU Menjadi Tributary Unit Group (TUG).
i) Multiplexing 3 x TU-12 Menjadi TUG-2
ii) Multiplexing 1 x TU-3 Menjadi TUG-3
iii) Multiplexing 7 x TUG-2 Menjadi TUG-3
iv) Multiplexing 3 x TUG-3 Menjadi VC-4
v) Multiplexing 1 x AU-4 Menjadi AUG
vi) Multiplexing 1 x AUG Menjadi STM-1
vii) Multiplexing 4 x STM-1 Menjadi STM-4
viii) Multiplexing 16 x STM-1 Menjadi STM-16
ix) Multiplexing 4 x STM-4 Menjadi STM-16
Struktur Frame STM 1
Frame STM-1 :
1. Kapasitas sebesar 9 baris x 270 kolom = 2.430 byte.
2. Bit Rate STM-1 sebesar 2430 byte x 64 kbit/s = 155,520 Mbit/s
3. Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan setiap Frame
sebesar 8.000 Hz.
4. Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom)
pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.
Section Over Head (SOH)
Byte SOH yang ditambahkan ke AU-4 berfungsi :
1. Berisi informasi frame STM-1.
2. Informasi monitoring perfomansi section ybs.
3. Maintenance
4. Fungsi-fungsi operasi (seperti monitoring regenerator intermediate dan pengontrol switching
proteksi).
5. Baris 1 s/d 3 dari SOH digunakan untuk byte RSOH, baris ke-4 untuk Pointer AU-4, dan baris
5 s/d 9 digunakan untuk byte MSOH.
4.3.2. Path Over Head (POH)
Byte POH yang ditambahkan ke VCn berfungsi :
1. Membawa informasi yang dibutuhkan sesuai dengan payload VC-4 yang dikirimkan.
2. Menandai payload yang bersangkutan, dan akan tetap ada sampai payload di-demultiplex.
3. POH terdiri dari 9 byte, yang ditandai dengan J1, B3, C2, G1, F2, H4,
Z3, Z4 dan Z5.

Fungsi Pointer:
1. Untuk menekan keterlambatan transmisi, VC diletakkan di mana saja didalam payload;
process ini disebut floating .
2. ntuk menunjukkan awal dari VC didalam payload, setelah process floating kemudian akan
ditambahkan pointer; jadi pointer berfungsi untuk mengindikasikan alamat byte pertama dari
VC tersebut.
Ada 2 jenis pointer; yaitu :
1. Pointer AU (pointer Administration Unit), yaitu pointer yang terletak pada baris ke-empat dari
Section Over Head (SOH) frame STM-N, yang berfungsi mengindikasikan lokasi awal dari
VC-4.
2. Pointer TU (pointer Tributary Unit), yaitu pointer yang terletak didalam section payload dari
frame STM-N, digunakan untuk mengindikasikan lokasi awal dari VC-12/ VC-3.
4.4. Arsitektur Jaringan SDH
Ada 2 level penggunaan elemen-elemen jaringan SDH dalam jaringan transmisi :
1. Jaringan Akses (Access Network) untuk mengkombinasikan dan mendistribusikan layanan-
layanan yang menggunakan semua jenis bit rate (64 kbps, VC-12, VC-3, VC-4) dan dengan bit
rate transmisi STM-1, STM-4, STM-16 dan STM-64.
2. Level Transport untuk transmisi sinyal-sinyal STM-1 STM-4, STM-16 dan STM-64 serta
node-node jaringan dengan sistem Cross-Connect yang menggunakan semua jenis bit rate (VC-
12, VC-3 dan VC-4).
Elemen Jaringan adalah suatu interface yang ditempatkan pada Node SDH dan berfungsi untuk
komunikasi antara Node SDH dengan jaringan Supervisi (Telecomunication Management
Network ).
Jenis-jenis elemen jaringan :
1. Terminal Multiplexer (MUX)
4. Digital Cross Connect (DXC)

TELECOMUNICATION MANAGEMENT NETWORK (


TMN )
Suatu peralatan pendukung yang sangat diperlukan guna menangani pengelolaan seluruh
jaringan SDH di mana menawarkan pengaturan yang lebih luas dalam pengelolaan fungsi-fungsi
perangkat pada setiap waktu. Salah satu keuntungannya adalah jaringan SDH akan berfungsi
menjadi suatu sistem operasi dan pemeliharaan yang terpusat. Konfigurasi TMN dapat terdiri
dari Elemen Jaringan, Mediation Device, Operations System dan Work Station.

Konfigurasi TMN

Fungsi dari tiap-tiap bagian didalam TMN adalah :


1) Operating System (OS); Berfungsi untuk memproses seluruh informasi yang diperlukan untuk
monitoring dan kontrol jaringan.
2) Data Communication (DC). Berfungsi sebagai basis untuk komunikasi antar elemen-elemen
TMN.
3) Mediation Device (MD). Berfungsi sebagai penanggung jawab untuk mengendalikan
pertukaran informasi antara OS dan NE.
4) Network Element (NE). Bagian yang menjadi obyek bagi TMN.
5) Q dan F adapter (Qn dan F). Penghubung antar bagian didalam TMN
PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) 3
! Jaringan Plesiochronous (hampir sinkron) (Internally free running oscilator) Asynchronous
multiplex Jika suatu tributary dimultiplek ke tributary dengan bit rate lebih tinggi, digunakan bit
stufing/ penambahan bit dan buffer memori untuk menjadikannya sinkron dengan bit rate yang
lebih tinggi tersebut.
! Bit rate tributare dengan orde lebih tinggi > daripada penjumlahan bit rate yang dimultiplex :
untuk sinkronisasi, signaling dan bit stufing Setiap level multiplex mempunyai format frame
tersendiri
! Bit by bit multiplexing
! Timing alignment menggunakan bit-by-bit justification/ stuffing
! Akses ke kanal individual hanya dimungkinkan setelah dilakukan proses demultiplexing
! Bit rate distandarkan sampai 140 Mbps

SDH (Synchronous Digital HierarchySDH (Synchronous


Digital Hierarchy)
ITU-T G-707

! Jaringan sinkron(osilator internal disinkronisasi dengan clock referensi external)


! Teknik multiplex sinkron
! Semua sinyal multiplex mempunyai struktur frame yang identik
! Byte by byte multiplexing
! Akses ke kanal individual bisa dilakukan menggunakan pointer, tanpa harus mendemultiplex
semuanya lebih dulu.
! Bit rate distandarkan berbasis 155 Mbps

Kelebihan SDH
! Standarisasi bit rate di atas 140 Mbps secara internasional
! Sinyal optik yang ditransmisikan distandarkan/ Kompatibilitas antar vendor
! Struktrur modular
Bit rate multiplex merupakan kelipatan dari bit rate dasar (155.52 Mbps)
Struktur frame sinyal multiplex identik dengan struktur frame sinyal dasar
! Akses ke suatu kanal individual bisa dilakukan tanpa harus mendemultiplex sinyal keseluruhan,
hanya kanal yang diperlukan yang didemultiplex. Metode ini sangat bermanfaat untuk sistem
cross connect dan pencabangan (add and drop multiplexer)
! Mengakomodasi sinyal PDH
! Transmisi sinyal broadband

Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection , Multiplex section protection)
! Software configuration (add, drop, crossconnect)
! Centralized management
remote alarm
remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines)
remote service activation and configuration of interfaces
S/W download to card level

Format Frame SDH


Sonet (Synchronous Optical Network) : Bellcore Amerika
! Bit rate dasar sinyal : 50.688 Mbps (STS-1 = Synchronous
Transport Signal)

Interface V5.x

Standard interface ETSI

Menghubungkan jaringan akses (AN) dengan sentral lokal (LE)


Open interface (interface multivendor, memungkinkan AN dari vendor mana saja dapat
berhubungan dengan LE mana saja) .
Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex statik dan interface
V5.2 berdasarkan prinsip multiplex dinamik dan konsentrator.
Keuntungan Penggunaan Interface V5.x
Tidak tergantung kepada salah satu vendor untuk penyediaan jaringan akses (access network).
Mendukung pengembangan teknologi dan struktur jaringan akses yang lebih efektif dari segi
biaya.
Mendukung suatu standar interface bagi manajemen network.

Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis


Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2Mb/s, menghubungkan LE dengan AN via kabel
tembaga,
optik maupun media radio.
Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.
Signalling time slot 15, 16 dan 31 digunakan sebagai TS
signalling, pada kondisi normal menggunakan TS 16 (TS 16 mandatory).

Interface V5.2
Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis
Menggunakan multilink sampai dengan 16 link 2048 kb/s (ETSI)
Didukung fungsi konsentrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat
dihubungkan.
Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.
Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada kanal signaling.
Fungsi utama OLTE
Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya.
Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama.
Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik.
Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-off.
Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas.
Unit B/U Converter
Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks.
Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi).
Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ).
Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder.
Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm.

Unit Coder
Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel
/auxilary.
Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan.
Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

Unit Optical Sender


Mengatur lebar pulsa dan bentuk pulsa listrik unipolar yang diterima dari unit coder.
Mengendalikan arus listrik yang mengalir pada sumber optik.
Mengubah sinyal pulsa listrik unipolar yang sudah dikondisikan menjadi sinyal pulsa optik.
Mengirimkan sinyal pulsa optik ke terminal lawan melalui serat optik.
Jika terjadi gangguan maka akan mengirimkan alarm signal.
Melaksanakan pemutuskan pancaran sumber optik jika menerima sinyal shut-off.

Optical Sender
Ada 2 jenis Sumber Optik :
1. LED ( Light Emitting Diode ).
2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ).
Unit Detektor Optik
Menerima sinyal optik yang dari lawan melalui serat optik.
Mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik unipolar.
Menguatkan sinyal elektrik unipolar.
Mengirimkan sinyal elektrik unipolar ke unit decoder.
Mengirimkan sinyal alarm ke unit pengonrtol alarm.

Optical Receiver
Ada 2 jenis Optical Photodiode, yaitu :
1. Diode pin ( Positive Intrinsic Negative )
2. APD ( Avalanche Photo Diode )

Decoder
Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik.
Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel).
Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

U/B Converter
Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit decoder.
Mengubah sinyal elektrik unipolar menjadi sinyal elektrik bipolar.
Memperbaiki karakteristik sinyal akibat adanya redaman kabel.
Mengirimkan sinyal elektrik bipolar ke perangkat demultipleks.
Jika tidak menerima sinyal dari unit decoder, maka akan mengirimkan sinyal alarm ke unit
pengontrol alarm.

Anda mungkin juga menyukai