D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Reza Fajarsyah
NIM : 41413120100
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..…….………1
BAB II SISTEM PEMANCAR DAN PENERIMA………………………………...….………6
1. SISTEM PEMANCAR…………………………….…………………………….…..6
2. SISTEM PENERIMA………………………………………………………….…...12
3. PRINSIP KERJA…………………………………………………………….……..20
4. APLIKASI KERJA…………………………………………………………..……..21
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………......26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya yang disebut sebagai rangkaian sistem penyiaran adalah meliputi sistem
pemancar, media penghubung, dan penerimanya. Pada rangkaian ini dilibatkan dua sinyal, yaitu,
sinyal informasi (modulating signal) dan sinyal pembawa (carrier). Media penghubung yang
dalam hal ini adalah udara, tidak dibahas dalam modul ini. Kedua sistem, pemancar dan
penerima sistem AM, masing-masing dilukiskan diagram bloknya yang disederhanakan pada
Gambar-1.
Pada sistem pemancar, seperti telah diuraikan di modul sebelumnya, terjadi proses
modulasi, proses mixing dalam proses translasi frekuensi, penguatan sinyal termodulasi
(modulated signal), proses penyesuaian impedansi, dan proses pemancaran ke udara dengan
menggunakan satu sistem antena. Di sisi sistem penerima, yang pada dasarnya melalui proses
sebaliknya dari sistem pemancar, terjadi proses tuning dan mixing untuk mendapatkan sinyal IF.
Kemudian pada sinyal IF dilakukan deteksi atau demodulasi untuk mendapatkan sinyal
informasinya kembali. Diagram blok Gambar-1 tersebut dapat berlaku, baik untuk sistem AM
maupun sistem FM. Tetapi untuk lebih spesifik bagi sis-tem penerima FM, diberikan diagram
blok sistem penerimanya pada Gambar-2.
3
Pada sistem penerima terdapat tahapan penguat IF yang masih merupakan sinyal termo-
dulasi dengan frekuensi tertentu yang merupakan nilai frekuensi perantara atau interme-diate.
Nilai frekuensi perantara ini, untuk masing-masing sistem telah dibakukan besar-annya yang
merupakan rekomendasi ITU-R. Masing-masing nilai IF tersebut ditabula-sikan pada Tabel-1.
Walaupun nilai IF tersebut telah dibakukan oleh ITU-R dalam Rekomendasinya, tetapi terdapat
beberapa sistem yang dirancang mempunyai dua atau tiga nilai IF tersendiri, dengan tujuan lebih
meningkatkan kinerja sistem penerima. Jadi terdapat dua atau tiga tahapan translasi frekuensi,
yang berarti terjadi proses mixing sebanyak dua atau tiga kali. Dengan metoda ini, maka kinerja
penyeleksian penerima tersebut makin baik atau selektivitas penerima bersangkutan makin
tajam. Ini diterapkan misalnya pada sistem komunikasi maritim yang bekerja pada pita 300
MHz, atau sistem penerima radio penyiaran yang dirancang oleh Sony Corporation.
Pada Gambar-1(a) nampak, bahwa blok sistem pemancar terdiri dari dua jalur, yaitu, jalur
sinyal pembawa yang diawali dengan blok osilator RF, dan jalur sinyal pemodulasi yang diawali
dengan sumber sinyal. Sinyal pada kedua jalur itu mengalami penguatan daya sedemikian
sehingga sesuai dengan daya pancar dan derajat modulasi yang dikehendaki. Metoda
modulasinya mengikuti salah satu dari dua cara yang ada, yaitu, modulasi level rendah dan
modulasi level tinggi, yang telah diuraikan pada Modul-11. Selanjutnya, sinyal yang termodulasi
itu disalurkan ke antena dengan melalui rangkaian penyesuai impedansi untuk memberikan
keadaan match antara pemancar dengan antenanya disamping untuk menekan harmonik yang
muncul. Karena pemancar secara per bagian telah dibahas, maka pada Modul-14 ini hanya
membahas sisi penerima saja.
Sistem penerima dapat dikelompokkan menjadi dua model, yaitu, sistem penerima yang
merupakan bagian dari sistem penerus-pancar (link), dan sistem penerima yang akhirnya
mendeteksi sinyal pemodulasi yang dibawanya.
a. Simplex
Data disalurkan hanya ke satu arah, sehingga perangkat pada masing-masing sisi berfungsi tetap,
yaitu sebagai pengirim dan sisi yang lain sebagai penerima. Metoda ini jarang digunakan pada
sistem komunikasi data, sementara pada sistem komunikasi radio luas digunakan. Diagram
hubungan simplex ditunjukkan pada Gambar dibawah:
3
untuk jaringan komputer. Pada sistem ini, data dikirimkan secara sinkron, misalnya sistem
CCITT V.27bis yang menggunakan laju bit sebesar 4800 bps. Metoda full duplex dilukiskan pada
Gambar 1.5(c).
Dan dari gambar diatas terlihat perbedaan Pemancar AM dan FM, dimana sinyal pancar FM
berasal dari ouput Modulator FM yg dilipatkan frekuensinya, dalam contoh dilipat 8x . Hal ini
dilakukan karena modulasi frekuensi tidak dapat bekerja pada frekuensi yang terlalu tinggi, maka
digunakan frekuensi menengah intermediate frequency) fIF , setelah itu barulah frekuensinya
dinaikkan dengan bantuan Frequency Multiplier.
3
BAB II
SISTEM PEMANCAR DAN PENERIMA
1. SISTEM PEMANCAR
Diagram blokpemancar
Pada pemancar yang dimodulasi langsung (direct), deviasi frekuensi puncak tetap
kecil, dan sinyal yang dimodulasi dari osilator diteruskan ke sebuah rangkaian pengali
frekuensi yang menaikkan frekuensi keluaran ke frekuensi pembawa yang dikehendaki,
sebuah penguat daya yang mendorong antena. Gambar 2.14berikutmenunjukan diagram
blokpemancar yang dimodulasilangsung :
3
Bilasuatusinyal FM dilewatkanmelaluirangkaianpengalifrekuensi,
sepertisebuahpenguatkelas C yang
ditangkikeluarannyaditalapadaharmonisasikeduaatauketiga,
bukanhanyafrekuensipembawasaja yang akandikalikan, tetapijugadeviasifrekuensinya.
Perbandinganperkalianakansamadenganangkaharmonisaterhadapkeluaranditala.
Modulasifasadapatdigunakanuntukmemperolehmodulasifrekuensidenganmetodeti
daklangsung.Hanyadiperlukanintegrasisinyalmodulasisebelummemaukannyake
modulator fasa.Gambar di bawahinimenunjukan diagram blokdaripemancar FM
denganmetodetidaklangsung :
Input
Modulator Buffer
Rangkaian pemancar digunakan untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang
berupa audio frequency (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio
Frequency) sebagai output daya yang kemudian diumpankan ke sistem antenna untuk
dipancarkan.
Osilator adalah suatu sistem atau alat yang menghasilkan sejumlah periodic atau
sinyal listrik yang mempunyai daya kurang dari satu watt sampai dengan ribuan watt.
3
Getaran itu disebut periodik karena selalu menggunakan sejumlah waktu yang sama
untuk setiap ayunan bolak-balik.
3. Buffer
Semua jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi untuk
menstabilkan frekuensi dan amplitude osilator akibat dai pembebanan tingkat
selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2 tingkat penguat transistor yang
dibias sebagai kelas A. Dengan penguat kelas A akan didapatkan penguatan dan
linearitas yang tinggi. Meskipun demikian, penguat kelas A memiliki efisiensi yang
paling rendah dibandingkan penguat kelas lainnya.
Gambar di atas merupakam gambar osilator yang dibuat dari komponen LC yang
diparalel (tank circuit). Osilasi akan terjadi pada frekuensi resonansi yaitu pada saat
reaktansi induktif sama dengan reaktansi kapasitif (XL = XC). Untuk menentukan
besarnya frekuensi kerja pada osilator ini maka digunakanlah persamaan berikut:
1
𝑓𝑟 = (𝐻𝑧)
2𝜋√𝐿𝐶
Osilator diberi rangkaian penyangga yang merupakan rangkaian penguat transistor
2 tingkat. Rangkaian penyangga berfungsi untuk menjaga agar frekuensi keluaran dari
osilator tetap stabil. Rangkaian penyangga menggunakan transistor C829 dan C930,
berikut ini gambar rangkaian penyangga.
3
Penguatantegangansebesar 50 kali, akantetapikarenaVinlebihdarikisaran mV,
makapenguatantegangantidakakansampaisebesar 50 kali.
2. SISTEM PENERIMA
Penguat IF
RF Mixer Detektor
Amplifier
Local Penguat
Oscilator Audio
Gambar 2.1 Diagram Blok penerima Superheterodyne
Berikut ini merupakan fungsi dari tiap-tiap blok diagram, yaitu sebagai berikut :
1. Penguat RF
Digunakan untuk memperkuat gelombang frekuensi RF yang diterima dan
menyalurkan kebagian mixer.
2. Mixer
Menyampur RF dengan frekuensi local oscilator sehingga selisihnya menjadi
frekuensi antara (intermediate frequency).
3. Local Oscilator
Untuk membangkitkan getaran listrik berfrekuensi tinggi yang getarannya
disesuaikan dengan getaran RF yang diterima sehingga selisihnya = 10.07 MHz
yang disebut IF.
4. IF Amplifier
Bagian ini terdiri dari dua tingkat berfungsi untuk menguatkan frekuensi antara
(IF) =10.07 MHz, sehingga intensitasnya cukup kuat untuk dideteksi oleh bagian
detector. Bagian penguat IF ini dibuat agar semua radio frequency (RF) yang
masuk memiliki intensitas yang mana bila di deteksi oleh bagian detector
sehingga penangkapan radio menjadi merata dan selektif.
5. Detector
Bagian ini berfungsi untuk memisahkan frekuensi suara dari frekuensi pembawa
atau carrier.
6. Penguat Audio
Bagian ini berfungsi untuk menguatkan frekuensi suara yang telah dipisahkan dari
frekuensi antara (IF) oleh bagian detector.
Penguat
RF Amplifier Detektor
Penguat
Audio
3
Gambar 2.2 Diagram Blok Penerima TRF
Pada umumnya radio jenis ini digunakan untuk range frekuensi antara 533 KHz
dan 1640 KHz. Rangkaiannya relatif lebih sederhana dan mempunyai sensitifitas yang
cukup baik namun selektifitasnya buruk. Berikut ini akan dijelaskan mengenai blok
diagram dari penerima Tuned Radio Frequency :
1. Penguat RF
Bagian yang berfungsi untuk memperkuat intensitas RF yang masuk
2. Detector
Bagian penerima yang berfungsi memisahkan AF dari carrier yang disebut
demodulasi.
3. Penguat Audio
Bagian penguat AF yang masih lemah yang dihasilkan detector, agar dapat
menggetarkan membran loudspeaker.
4. Pengeras Suara (Loudspeaker)
Alat yang berfungsi mengubah getaran listrik menjadi getaran mekanik agar dapat
didengar telinga manusia.
2.1.2.1 Sensitivitas
Definisi umum :
- Sinyal terkecil yang masih dapat ditangkap oleh sistem antena.
- Kuat medan listrik E / Tegangan V / daya RF W yang harus diberikan
kepada antena penerima guna menghasilkan output standard 0.5 Watt pada
output Audio Amplifier.
- Input x
Volt menghasilkan output Audio Amplifier 0,5 Watt
Definisi khusus :
Besarnya amplituda tegangan dari gelombang carrier dengan pemodulasi dan indek modulasi m
= 0,3 yang harus diberikan kepada input RF Amplifier
2.1.2.2 Selektivitas
Definisi :
Kurva yg menggambarkan kesanggupan suatu penerima dlm
memisahkan sinyal carrier RF yang diinginkan dari sinyal RF lainnya.
Terdapat 2 tipe kurva selektivitas, yakni :
- Kurva selektivitas berdasar redaman
- Kurva selektivitas berdasar penguatan
3
Kurva selektivitas yang berdasarkan (a)Redaman a (dB); (b)Penguatan k (dB)
a) Suatu penerima mempunyai kualitas yang semakin baik apabila redaman dari frekuensi
carrier (RF) yang diinginkan semakin kecil, sedangkan untuk frekuensi lainnya
diusahakan redaman sebesar mungkin.
b) Dengan demikian kurva redaman yang terbaik adalah kurva yang punya slope /
kecuraman terbesar.
a) Suatu penerima mempunyai kualitas yang semakin baik apabila penguatan dari frekuensi
carrier (RF) yang diinginkan semakin besar, sedang untuk frekuensi lainnya diusahakan
penguatan sekecil mungkin.
b) Dengan demikian kurva redaman yang terbaik adalah kurva yang punya slope /
kecuraman terbesar.
2.1.2.3 Fidelitas
Titik pengukuran dan sinyal informasi pada TX – RX (a) Sinyal pemodulasi (audio) dititik A
pada Tx; (b) Sinyal pemodulsi (audio) dititik B pada Rx
Definisi:
Gambaran yang menyatakan perubahan output Audio Amplifier utk berbagai frekuensi
pemodulasi, sebagaimana dijelaskan pada Gambar diatas.
Walau pada pengirim berbagai frekuensi dari sinyal pemodulasi / audio (300-10.000)Hz dititik A
mempunyai amplituda yang sama, akan tetapi setelah sampai dititik B amplituda berbagai
frekuensi (300-10.000)Hz tsb tdk lagi sama.
Hal ini terutama diakibatkan tahapan proses yang berlangsung disepanjang transmisinya
memberikan efek yang berbeda bagi masing-masing frekuensi.
Nilai minimum sinyal yang masih dapat dideteksi oleh suatu penerima, antara lain ditentukan
oleh besarnya noise / derau yang menyertainya.
Noise / derau yang menyertai tersebut berasal dari berbagai sumber, seperti misalnya :
3
o Derau dari komponen aktif (transistor,IC) yang menghasilkan juncton noise ataupun
breakdown noise.
o Magnetic noise yang terjadi bila trafo tidak tertutup
o Contact noise yang muncul pada kontak / switch / selector.
G
a
G
Gambar 2.3 Rangkaian Penerima FM
1. Rangkaian RF
Sinyal yang ditangkap oleh antenna masuk kedalam rangkaian tuner. Selanjutnya
tuner akan memisahkan sesuai dengan resonansi sinyal yang dibutuhkan.
Keluarannya adalah pin 3 yang masuk pada pin 1 IC LA1260. Pin 1 ini berfungsi
sebagai input FM.
Pin 2 dan pin 3 IC LA1260 ini berfungsi sebagai bypass untuk memungkinkan
hanya sinyal yang dikehendaki saja yang diteruskan ke detector. Pin 2 dan Pin 3
ini dipasangkan dua buah kapasitor yang berfungsi sebagai filter. Pin 5 adalah
detector yang berfungsi untuk memisahkan sinyal pembawa (carrier) dengan
frekuensi informasi. Pin 5 ini dihubungkan dengan osilator yang berfungsi untuk
membangkitkan frekuensi. Sinyal keluaran dari penerima FM terdapat pada pin 8
yang akan diteruskan ke rangkaian penguat. Pin 7 berfungsi sebagai tuning led
yang akan menyala jika ada sinyal yang diterima. Pin 7 ini dihubungkan dengan
pin 8, jadi jika ada sinyal keluaran dari pin 8 akan menyalakan led.
2. Rangkaian Demodulator
Rangkaian demodulator digunakan untuk memisahkan sinyal audio yang berasal
dari radio penerima agar dapat didengar menjadi frekuensi sinyal kiri dan sinyal
kanan. Rangkaian decoder ini menggunakan IC LA 3361. Rangkaian IC LA3361
ini ditambah dengan kapasitor dan resistor sebagai filter untuk memperhalus nada
suara yang membawa noise di ground kan sedangkan sinyal suara diteruskan.
Berikut ini rangkaian IC LA3361 :
Gambar 2.4 adalah IC demodulator yang mempunyai keluaran pin 4 dan 5. Pin 4
merupakan keluaran frekuensi sinyal kanan dan pin 5 merupakan keluaran
3
frekuensi sinyal kiri. Baik pin 4 dan pin 5 terhubung dengan rangkaian filter yang
berfungsi untuk memperhalus nada suara. Sedangkan pada pin 6 terhubung
dengan LED yang berfungsi sebagai indicator ada atau tidaknya siaran yang
ditangkap
3. PRINSIP KERJA
Prinsip kerja penerima pada alat ini secara garis besar dapat di jelaskan
berdasarkan diagram blok berikut ini :
MOTOR MOTOR
DC DC
PINTU 1 PINTU 2
Pada penerima FM, data yang diterima dari pemancar FM akan diubah menjadi
data asli berupa bilangan biner yaitu B11110001 yang bernilai 1 dari button DTMF,
B11110010 yang bernilai 2 dari button DTMF, B11110100 yang bernilai 4 dari button
DTMF dan B11110101 yang bernilai 5 dari button DTMF yang kemudian dihubungkan
ke mikrokontroler. Pada mikrokontroler, port yang digunakan adalah port 1 dan port 2,
dimana P1.0-P1.3 dihubungkan dengan IC DTMF MT8870D dan P2.0-P2.3 dihubungkan
dengan rangkaian motor DC yang berfungsi untuk menggerakkan pintu 1 dan pintu 2.
4.1 Aplikasi pada sistem pemancar dan penerima digunakan pada Prototype Rumah Tahanan
dengan menggunakan Transceiver FM dan Notifikasi SMS Bagi Pengunjung.
Alat ini berfungsi untuk membuka dan menutup pintu masuk rumah tahanan yang terdiri
dari 2 buah pintu yang harus dilewati sebelum memasuki ruang kunjungan dimana pintu ini
dikendalikan dengan menggunakan pemancar FM yang telah terpasang pada ruang pengawas,
selain itu adanya buku tamu (guest book) yang langsung diisi menggunakan PC/Laptop yang
telah tersedia dan telah terhubung dengan PC/Laptop yang berada di ruang pengawas dan adanya
notifikasi SMS yang akan diterima oleh pengunjung pada 10 menit terakhir waktu kunjungan.
Sistem kerja keseluruhan ditunjukkan dalam diagram Blok pada gambar 3.1
dibawah ini:
3
GUESTBOOK
(PC/LAPTOP)
MOTOR MIKROKONTROLER
DC AT89S52
PINTU 1 MOTOR
DC
PINTU 2
Transceiver
Amplifier
Antena
Omnidirecti
onal
SWR (standing
wave ratio)
4.3 Aplikasi Pada Antenna BWA (Broadband Wireless Access)
Berikut ini adalah antena BWA, antenna BWA berfungsi sebagai transceiver paket data dan
telephony, biasanya terdapat di cabang Bank. Antena BWA yang berada di rooftop (bagian
paling atas gedung) terhubung dengan Modem (alat pembagi data) yang berada di ruang
server oleh kabel coaxial. Antena BWA berfungsi sebagai transceiver yang berhuby=ungan
degan BTS (Base Transceiver Station)
Modem
Antenna
BWA
4.4 Aplikasi Pada BTS (Base Transceiver Station)
BTS memancarkan sinyal broadcast, seperti stasiun radio FM, ke handphone-handphone
pelanggan. Sebaliknya handphone-handphone pelanggan juga bisa memancarkan sinyal yang
bisa dan harus diterima oleh BTS-BTS.
3
4.5 Aplikasi Pada Televisi
Di dalam Pemancar TV terdapat dua sinyal yang dipancarkan sekaligus, yaitu sinyal
gambar dan sinyal suara. Frekuensi kerja Pemancar TV berada pada spektrum frekuensi VHF
(174 - 230 MHz) dan UHF (470 - 806 MHz). Kedua sinyal tersebut dibangkitkan terlebih
dahulu di frekuensi antara (IF) dimana sesuai rekomendasi CCIR frekuensi sinyal pembawa
gambar telah ditetapkan sebesar 38,9 MHz dan frekuensi sinyal pembawa suara 33,4 MHz.
Dari sini kemudian frekuensi kedua sinyal ini digeser ke frekuensi kerjanya sesuai dengan
nomor kanal yang dikehendaki. Tentang mekanisme penggeseran frekuensi ini bisa dibaca
lebih lanjut dalam artikel Translasi Frekuensi, sedangkan untuk mengetahui lebih detail
tentang pembangkitan sinyal gambar dan sinyal suara dapat dibaca dalam artikel Modulator
Gambar dan PLL sebagai Modulator FM.
Gambar (1) memperlihatkan diagram dari sebuah pemancar TV dimana di dalamnya terdapat
dua buah amplifier. Satu amplifier sebagai penguat sinyal gambar dan satu amplifier lagi
sebagai penguat sinyal suara. Dua buah RF amplifer di dalam Pemancar TV seperti ini sering
disebut dengan Separate Amplifier.
Di era sebelum tahun 90-an satu-satunya RF Amplfier yang mampu menghasilkan daya
pancar yang besar hanyalah tabung klystron. Tabung klystron memiliki gain yang sangat
besar (40dB), sehingga dengan gain sebesar ini penguat tabung klystron mampu
menghasilkan daya pancar hingga 70 kW cukup di-drive dengan sinyal input sebesar 7 watt
saja. Di sisi lain penguat driver dengan output 7 watt secara praktis sangat mudah dibuat,
sehingga dengan demikian transistor sebagai penguat driver dan tabung klystron sebagai
penguat akhir (Po-Amp) menjadi pasangan yang sangat serasi pada jamannya.
Kelemahan dari penguat tabung klystron adalah sifatnya yang kurang linier, sehingga tidak
cocok untuk digunakan memperkuat dua sinyal sekaligus (sinyal gambar dan suara). Sebab
sifat ketidak-linieran-nya itu akan menyebabkan intermodulasi antar kedua sinyal (saling
memodulasi satu sama lain). Itulah sebabnya di masa itu pemancar-pemancar TV berdaya
pancar besar, dengan tabung klystron sebagai amplifiernya, selalu menggunakan sistem
Separate Amplifier. Penjumlahan sinyal gambar dan sinyal suara kemudian dilakukan di sisi
output kedua amplifier.
Transistor-transistor RF dengan daya output yang besar kini juga semakin banyak tersedia.
Selain itu transistor, ketika dioperasikan pada titik kerja yang tepat, akan mampu
menghasilkan penguatan yang sangat linier. Selanjutnya, berhubung transistor bekerja pada
tegangan yang relatif rendah (48 volt), maka beberapa penguat transistor dapat disusun
secara paralel sedemikian rupa sehingga diperoleh penjumlahan arus RF dari masing-masing
penguat. Perkalian dari tegangan dan jumlah arus RF ini akan menghasilkan daya RF output
yang lebih besar. Susunan penguat transistor dengan daya RF output hingga 20 kW kini
sudah banyak tersedia di pasar.
Bila menginginkan daya pancar yang lebih besar lagi maka penguat Tabung Tetroda dan
penguat IOT (Inductive Output Tube) menjadi pilihan berikutnya. Penguat Tabung Tetroda
misalnya, mampu menghasilkan daya RF output sebesar 30 kW, sedangkan penguat IOT
mampu menghasilkan daya output hingga 100 kW. Kedua jenis penguat tabung ini juga
dikenal sangat linier sehingga cocok digunakan pada pemancar TV dengan sistem Common
Amplifier. Untuk mengetahui lebih rinci tentang keistimewaan kedua penguat ini dapat
dibaca lebih lanjut dalam artikel Penguat Tabung dan Penguat IOT.
3
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penerima (receiver) melakukan beberapa fungsi yaitu memindahkan sebuah sinyal yang
dikehendaki dari sebuah sinyal lain yang mungkin diterima oleh antena dan menolak semua
sinyal lain tersebut.