Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Percobaan I
Enkoder Stereo MPX

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Elektro MK14022 Laboratorium Teknik Elektro

Abstract Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami dan • Menjelaskan proses stereo dan
mejelaskan proses stereo dan cara cara kerja rangkaian encoder
kerja encoder multiplexer, multiplexer stereo.
menginterpretasi bentuk gelombang
pada rangkaian encoder multiplexer • Menginterpretasi bentuk
stereo gelombang pada rangkaian
encoder multiplexer stereo.
• Mengukur besaran tegangan
signal – signal dalam rangkaian
encoder multiplexer stereo.
Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi
I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini, anda diharapkan dapat :


1. Menjelaskan proses stereo dan cara kerja rangkaian encoder multiplexer stereo.
2. Menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian encoder multiplexer stereo.
3. Mengukur besaran tegangan signal – signal dalam rangkaian encoder multiplexer stereo.

II. Pendahuluan

Dari perkembangan dunia audio yang demikian pesat, lahirlah sistem audio stereo
yang dianggap oleh sementara orang hampir menyamai suara aslinya (hi fidelity). Hal ini turut
mempengaruhi juga perkembangan sistem komunikasi, terutama komunikasi radio siaran
(broadcast).
Sesuai dengan laju perkembangan tersebut maka pada stasiun siaran yang tadinya
menggunakan sistem modulasi AM, beralih ke sistem modulasi FM mono dan kemudian
meningkat lagi menjadi sistem modulasi FM stereo.
Seperti diketahui, perangkat pemancar hanya akan memproses satu sinyal informasi
yang akan dimodulasikan pada frekuensi pembawa. Oleh karena itu, apabila sinyal yang
akan diproses terdiri atas dua sinyal informasi (stereo), kedua sinyal tersebut harus diproses
terlebih dahulu menjadi satu sinyal saja. Salah satu teknik yang dipakai dalam pemrosesan ini
adalah dengan cara multiplekser, yaitu suatu rangkaian yang berfungsi untuk
mengkonversikan dua buah sinyal audio (kiri/kanan − left/right) menjadi satu sinyal saja.
Untuk mendapatkan sinyal yang diharapkan, suatu proses yang biasa dinamakan matriks
harus dilaksanakan.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


2 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada percobaan ini akan dibahas proses perubahan sinyal audio stereo menjadi sinyal matriks.

Gambar 1.1 Gambar blok encoder stereo MPX

Seperti digambarkan di atas, dua kanal (channel) dari sumber suara masuk melalui pre-
emphasis yang berfungsi menaikkan tanggapan frekuensi (frequency response) di atas 3
kHz dari sinyal audio dan memperbaiki perbandingan sinyal ke derau (signal-to-noise ratio).
Keluaran dari pre-emphasis ini masuk ke rangkaian matriks menghasilkan dua keluaran,
penjumlahan (L+R) dan selisih (L-R). Sinyal (L+R) merupakan sinyal
transmisi mono yang diterima oleh radio FM mono bila menerima siaran dari transmisi stereo.
Sinyal lainnya, yaitu (L-R) ini diproses pada demodulasi stereo pada radio penerima FM
stereo, yaitu sinyal (L-R) akan dijumlahkan dengan sinyal (L+R). Penjumlahannya
menghasilkan sinyal “L”, pengurangannya menghasilkan sinyal “R”.
Masukan ke rangkaian Matriks
L = 1 kHz
R..= 3 kHz

Salah satu keluaran dari rangkaian


Matriks: (L+R)

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


3 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Frekuensi sub-pembawa (subcarrier) = 38 kHz

Keluaran dari rangkaian Matriks yang berupa pengurangan: (L-R)

Keluaran dari balance modulator: sub-pembawa dimodulasikan dengan sinyal (L-R) secara
AM (AM suppressed carrier).

Hasil penyampuran sinyal-sinyal:


(L+R), sub-pembawa 38kHz AMSC dengan modulasi (L-R), dan sinyal pilot 19 kHz.
Dinamakan sinyal multipleks.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


4 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sinyal sub-pembawa sebesar 19 kHz sebagai pilot pada sistem stereo ini dimasukkan ke
rangkaian penjumlah dengan tingkat (level) sekitar 10% dari tingkat (L+R) dan (L-R), serta
disisipkan di antara puncak sinyal (L+R) dan di bawah sinyal (L-R), sehingga posisinya cukup
jauh dari masing-masing sinyal tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam
proses penerimaan sinyalnya di radio penerima.

Gambar 1.2 Spektrum sinyal modulasi multipleks FM Stereo

Multipleks FM stereo yang diuraikan di atas, adalah standard yang ditetapkan oleh
Federal Communications Commission (FCC). Dalam system multipleks stereo di Amerika,
Sinyal SCA (Subsidiary Communications Authorization) juga dapat dipancarkan
secara bersamaan, yaitu sinyal yang ada diumpankan ke keluaran penjumlah (adder).

SCA memakai sub-pembawa frekuensi 67 kHz, yang dimodulasikan secara FM hingga


kedalaman ± 7,5 kHz . Dengan demikian jalur frekuensinya akan menempati rentang
frekuensi dari 59,5 hingga 74,5 kHz. Bila SCA dipancarkan juga, untuk mengurangi
modulasi lebih (over-modulation) pembawa utama, amplitudo sinyal-sinyal penjumlahan
dan pengurangan harus dikurangi, umumnya dikurangi 10%.

Komponen (L+R) menempati bagian yang terbawah hingga sekitar 15 kHz dari
spektrum, dan menghasilkan kompatibilitas dengan radio penerima FM mono.

Komponen (L-R) diubah menjadi sinyal jalur sisi ganda dengan pembawa tertindas (double
side band suppressed carrier) dengan frekuensi 38 kHz. Sinyal pembawa ini ditindas untuk
menjaga batas deviasi total pemancar.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


5 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada radio penerima FM, sinyal pembawa (carrier) 38 kHz ini diperoleh kembali dengan bantuan
tone pilot 19 kHz yang ada dalam sinyal MPX. Sinyal 19 kHz ini digunakan untuk tanda
transmisi stereo.
Tingkat besaran sinyal-sinyal komponen MPX besarnya diatur untuk mengoptimalkan
pemisahan kanal stereo dari lebar jalur sinyal FM yang ada.

III. Peralatan

Utama : Panel Power Supply PTE – 018 – 06


Panel Stereo MPX Enkoder PTE – 018 – 01
Pendukung : Osiloskop
Pencacah frekuensi ( Frequency Counter)
Generator Fungsi
Multimeter

IV. Langkah Kerja

1. Pasanglah panel POWER SUPPLY dan panel STEREO MPX ENCODER pada rel bingkai
standar.
2. Hubungkan peralatan seperti Gambar 1.3 berikut:

Gambar 1.3 Pemasangan percobaan Stereo MPX Encoder


3. Periksalah kembali hubungan pemasangan kabel-kabel. Jika sudah benar, nyalakan
catu daya.
4. Dengan menggunakan osiloskop amati bentuk gelombang pada TP1, TP2 TP8, TP5,
TP7, TP9, dan TP3, TP4 dan TP6. Kemudian ukur frekuensi terdapat pada TP8 dan
TP9. TP8, TP5, TP7 dan TP9 dalam kHz.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


6 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.4 Hasil Pengamatan dengan menggunakan osiloskop
5. Dengan menggunakan kabel penghubung, masukkan sinyal dari Generator Fungsi ke
masukan audio kiri (left) dan kanan (right). Atau dapat pula digunakan sumber sinyal yang
telah disediakan dalam panel. Caranya dengan menempatkan saklar “MODULATION”
paling kiri pada posisi “INT”.
6. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang pada TP1, TP2, TP3,
TP4, TP6, dan TP10.
7. Gambarlah bentuk gelombang pada TP10 dengan cermat
8. Setelah didapatkan gambaran keluaran, matikan saklar Power Supply.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


7 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.5 Hasil Pengamatan di TP10

V. Tugas

Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


8 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Pudak Scientific

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi


9 Laboratorium Teknik Elektro
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai