Anda di halaman 1dari 40

MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Telekomuniasi

Percobaan I
Enkoder Stereo MPX

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Elektro MK14022 Syafitri Dwi Junianti
41418010020

Abstract Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami dan Menjelaskan proses stereo dan cara
mejelaskan proses stereo dan cara kerja rangkaian encoder multiplexer
kerja encoder multiplexer, stereo.
menginterpretasi bentuk gelombang Menginterpretasi bentuk gelombang
pada rangkaian encoder multiplexer
stereo pada rangkaian encoder multiplexer
stereo.
Mengukur besaran tegangan signal
– signal dalam rangkaian encoder
multiplexer stereo.

Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi


Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
Menjelaskan proses stereo dan cara kerja rangkaian encoder multiplexer stereo.
Menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian encoder multiplexer stereo.
Mengukur besaran tegangan signal – signal dalam rangkaian encoder multiplexer stereo.
II. Pendahuluan
Dari perkembangan dunia audio yang demikian pesat, lahirlah sistem audio stereo
yang dianggap oleh sementara orang hampir menyamai suara aslinya (hi fidelity). Hal ini turut
mempengaruhi juga perkembangan sistem komunikasi, terutama komunikasi radio siaran
(broadcast).
Sesuai dengan laju perkembangan tersebut maka pada stasiun siaran yang tadinya
menggunakan sistem modulasi AM, beralih ke sistem modulasi FM mono dan kemudian
meningkat lagi menjadi sistem modulasi FM stereo.
Seperti diketahui, perangkat pemancar hanya akan memproses satu sinyal informasi
yang akan dimodulasikan pada frekuensi pembawa. Oleh karena itu, apabila sinyal yang akan
diproses terdiri atas dua sinyal informasi (stereo), kedua sinyal tersebut harus diproses terlebih
dahulu menjadi satu sinyal saja. Salah satu teknik yang dipakai dalam pemrosesan ini adalah
dengan cara multiplekser, yaitu suatu rangkaian yang berfungsi untuk mengkonversikan dua
buah sinyal audio (kiri/kanan − left/right) menjadi satu sinyal saja. Untuk mendapatkan sinyal
yang diharapkan, suatu proses yang biasa dinamakan matriks harus dilaksanakan.

Pada percobaan ini akan dibahas proses perubahan sinyal audio stereo menjadi sinyal matriks.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.1 Gambar blok encoder stereo MPX

Seperti digambarkan di atas, dua kanal (channel) dari sumber suara masuk melalui pre-
emphasis yang berfungsi menaikkan tanggapan frekuensi (frequency response) di atas 3
kHz dari sinyal audio dan memperbaiki perbandingan sinyal ke derau (signal-to-noise ratio).
Keluaran dari pre-emphasis ini masuk ke rangkaian matriks menghasilkan dua keluaran,
penjumlahan (L+R) dan selisih (L-R). Sinyal (L+R) merupakan sinyal
transmisi mono yang diterima oleh radio FM mono bila menerima siaran dari transmisi stereo.
Sinyal lainnya, yaitu (L-R) ini diproses pada demodulasi stereo pada radio penerima FM
stereo, yaitu sinyal (L-R) akan dijumlahkan dengan sinyal (L+R). Penjumlahannya
menghasilkan sinyal “L”, pengurangannya menghasilkan sinyal “R”.
Masukan ke rangkaian Matriks
L = 1 kHz
R..= 3 kHz

Salah satu keluaran dari rangkaian


Matriks: (L+R)

Frekuensi sub-pembawa (subcarrier) = 38 kHz

Keluaran dari rangkaian Matriks yang berupa pengurangan: (L-R)

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Keluaran dari balance modulator: sub-pembawa dimodulasikan dengan sinyal (L-R) secara AM
(AM suppressed carrier).

Hasil penyampuran sinyal-sinyal:


(L+R), sub-pembawa 38kHz AMSC dengan modulasi (L-R), dan sinyal pilot 19 kHz.
Dinamakan sinyal multipleks.

Sinyal sub-pembawa sebesar 19kHz sebagai pilot pada sistem stereo ini dimasukkan ke
rangkaian penjumlah dengan tingkat (level) sekitar 10% dari tingkat (L+R) dan (L-R), serta disisipkan di
antara puncak sinyal (L+R) dan di bawah sinyal (L-R), sehingga posisinya cukup jauh dari
masing-masing sinyal tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam proses
penerimaan sinyalnya di radio penerima.

Gambar 1.2 Spektrum sinyal modulasi multipleks FM Stereo

Multipleks FM stereo yang diuraikan di atas, adalah standard yang ditetapkan oleh
Federal Communications Commission (FCC). Dalam system multipleks stereo di Amerika,
Sinyal SCA (Subsidiary Communications Authorization) juga dapat dipancarkan secara
bersamaan, yaitu sinyal yang ada diumpankan ke keluaran penjumlah (adder).

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
SCA memakai sub-pembawa frekuensi 67 kHz, yang dimodulasikan secara FM hingga
kedalaman ± 7,5 kHz . Dengan demikian jalur frekuensinya akan menempati rentang
frekuensi dari 59,5 hingga 74,5 kHz. Bila SCA dipancarkan juga, untuk mengurangi
modulasi lebih (over-modulation) pembawa utama, amplitudo sinyal-sinyal penjumlahan dan
pengurangan harus dikurangi, umumnya dikurangi 10%.

Komponen (L+R) menempati bagian yang terbawah hingga sekitar 15 kHz dari spektrum, dan
menghasilkan kompatibilitas dengan radio penerima FM mono.

Komponen (L-R) diubah menjadi sinyal jalur sisi ganda dengan pembawa tertindas (double
side band suppressed carrier) dengan frekuensi 38 kHz. Sinyal pembawa ini ditindas untuk
menjaga batas deviasi total pemancar.

Pada radio penerima FM, sinyal pembawa (carrier) 38 kHz ini diperoleh kembali dengan bantuan
tone pilot 19 kHz yang ada dalam sinyal MPX. Sinyal 19 kHz ini digunakan untuk tanda
transmisi stereo.
Tingkat besaran sinyal-sinyal komponen MPX besarnya diatur untuk mengoptimalkan
pemisahan kanal stereo dari lebar jalur sinyal FM yang ada.
III. Peralatan
Utama : Panel Power Supply PTE – 018 – 06
Panel Stereo MPX Enkoder PTE – 018 – 01
Pendukung : Osiloskop
Pencacah frekuensi ( Frequency Counter)
Generator Fungsi
Multimeter
IV. Langkah Kerja
Pasanglah panel POWER SUPPLY dan panel STEREO MPX ENCODER pada rel bingkai
standar.
Hubungkan peralatan seperti Gambar 1.3 berikut:

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.3 Pemasangan percobaan Stereo MPX Encoder
Periksalah kembali hubungan pemasangan kabel-kabel. Jika sudah benar, nyalakan
catu daya.
Dengan menggunakan osiloskop amati bentuk gelombang pada TP1, TP2 TP8, TP5, TP7,
TP9, dan TP3, TP4 dan TP6. Kemudian ukur frekuensi terdapat pada TP8 dan TP9. TP8,
TP5, TP7 dan TP9 dalam kHz.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.4 Hasil Pengamatan dengan menggunakan osiloskop
Dengan menggunakan kabel penghubung, masukkan sinyal dari Generator Fungsi ke
masukan audio kiri (left) dan kanan (right). Atau dapat pula digunakan sumber sinyal yang
telah disediakan dalam panel. Caranya dengan menempatkan saklar “MODULATION” paling
kiri pada posisi “INT”.
Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang pada TP1, TP2, TP3,
TP4, TP6, dan TP10.
Gambarlah bentuk gelombang pada TP10 dengan cermat
Setelah didapatkan gambaran keluaran, matikan saklar Power Supply.

Gambar 1.5 Hasil Pengamatan di TP10

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
V. Tugas
Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Percobaan II
Pemancar FM (FM Transmitter)
‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Teknik Teknik Elektro MK14022 Syafitri Dwi Junianti
41418010020

Abstract Kompetensi
Setelah melaksanakan percobaan ini, Memahami prinsip kerja pemancar FM
Anda diharapkan dapat memahami yang dikontrol dengan PLL.
prinsip kerja pemancar FM yang Menginterpretasi bentuk gelombang
dikontrol dengan PLL, Menginterpretasi pada rangkaian pemancar FM.
bentuk gelombang pada rangkaian Mengukur tegangan sinyal-sinyal pada
pemancar FM dan Mengukur tegangan rangkaian pemancar FM.
sinyal-sinyal pada rangkaian pemancar
FM

Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi


Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat memahami prinsip kerja
pemancar FM yang dikontrol dengan PLL, Menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian
pemancar FM dan Mengukur tegangan sinyal-sinyal pada rangkaian pemancar FM.
II. Pendahuluan
Bagian terpenting suatu pemancar adalah bagian modulator yang berfungsi sebagai
pemroses bersatunya sinyal informasi dan sinyal gelombang pembawa (carrier).
Seperti diketahui, sinyal audio dapat dibawa oleh sinyal pembawa dengan cara
memodulasikannya. Sistem pemodulasian ini juga banyak metodanya, seperti yang sering kita
dengar, yaitu modulasi amplitudo dan modulasi sudut (angular modulation) yang mencakup
modulasi fasa dan modulasi frekuensi.
Modulasi fasa (PM) adalah modulasi sudut yang sudut fasa pembawanya disimpangkan dari nilai
dasarnya sebesar suatu besaran yang sebanding dengan amplitudo sinyal modulasi. Jadi dapat
disingkat, pada PM ada perubahan fasa yang sebanding dengan sinyal modulasi.
Frekuensi modulasi (FM) adalah modulasi sudut yang frekuensi sesaat dari gelombang sinus
pembawanya menjadi menyimpang dari frekuensi pemawanya dengan suatu perbandingan
terhadap nilai sesaat gelombang modulasi.
Yang akan dibahas secara ringkas di sini adalah mengenai frekuensi modulasi.
Frekuensi modulasi mempunyai permasalahan teoritis dan praktis yang lebih kompleks
dibanding modulasi amplitudo. Keuntungan metoda frekuensi modulasi dibanding dengan
modulasi amplitudo di antaranya adalah: FM lebih kebal terhadap derau (noise), jadi
perbandingan antara derau terhadap sinyal lebih tinggi, daya yang diperlukan untuk
pemodulasian kecil dan lebar jalur (bandwidth) audio sebagai sumber suara lebih lebar daripada
AM.
Ketika sinyal informasi dimasukkan, frekuensi pembawa naik selama satu dari setengah putaran

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
sinyal pemodulasi dan menurun selama setengah putaran dari polaritas yang berlawanan.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah, gelombang FM menduduki waktu lebih singkat
(frekuensi lebih tinggi) ketika sinyal modulasi positip dan lebih lama ketika modulasi sinyal
negatip.

Perubahan frekuensi pembawa, disebut juga deviasi frekuensi, besarnya sebanding dengan
amplitudo sesaat sinyal modulasi. Dengan demikian deviasi akan kecil ketika amplitudo sesaat
sinyal modulasi nilainya kecil dan deviasi paling besar ketika sinyal modulasi mencapai
puncaknya, baik positip maupun negatip.
Rasio deviasi maksimum :
𝐷
Rasio (perbandingan) deviasi = 𝑀

Keterangan : D = Deviasi puncak


M = Frekuensi modulasi maksimum dalam hertz

Gambar 2.1 Bentuk gelombang dasar modulasi frekuensi


Frekuensi sesaat gelombang frekuensi modulasi (f) besarnya sama dengan frekuensi pembawa
di tambah dengan deviasi pada saat itu, yaitu :
𝑓 = 𝑓𝑐 + ∆𝑓 cos 𝜔𝑚 𝑡
Keterangan :
𝑓𝑐 = frekuensi pembawa
∆𝑓 = deviasi frekuensi
𝜔𝑚 = kecepatan sudut sinyal informasi
Besarnya simpangan yang dialami oleh frekuensi pembawa tergantung pada besarnya
amplitudo informasi.
∆𝑓 = 𝑘𝐴𝑚 𝑓𝑐
Keterangan :
K = konstanta pembanding

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
𝐴𝑚 = amplitudo informasi
Dengan demikian besar f adalah:
𝑓 = 𝑓𝑐 + 𝑘𝐴𝑚 𝑓𝑐 cos 𝜔𝑚 𝑡
Deviasi maksimum terjadi pada saat cosinus mempunyai nilai 1. Dalam kondisi ini frekuensi
sesaatnya menjadi :
𝑓 = 𝑓𝑐 (1 ± 𝑘𝐴𝑚 )
Sedemikian sehingga deviasi maxsimum
∆𝑓 = 𝑘𝐴𝑚 𝑓𝑐
Indeks modulasi untuk FM (m) didefinisikan sebagai perbandingan deviasi frekuensi maxsimum
(∆𝑓) dengan frekuensi pemodulasi (𝑓𝑚 ). Jadi definisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
∆𝑓
𝑚=
𝑓𝑚
Besar tegangan gelombang modulasi FM

𝑉𝑜 = 𝐴𝑐 sin ∫(𝜔) 𝑑𝑡

= 𝐴𝑐 sin ∫(𝜔𝑐 + 𝑘𝐴𝑚 𝜔𝑐 cos 𝜔𝑚 𝑡) 𝑑𝑡

𝑘𝐴𝑚 𝜔𝑐 sin 𝜔𝑚 𝑡 𝑘𝐴𝑚 𝑓𝑐 sin 𝜔𝑚 𝑡


𝑉𝑜 = 𝐴𝑐 sin (𝜔𝑐 𝑡 + ) = 𝐴𝑐 sin (𝜔𝑐 𝑡 + )
𝜔𝑚 𝑓𝑚
∆𝑓
= 𝐴𝑐 sin (𝜔𝑐 𝑡 + sin 𝜔𝑚 𝑡)
𝑓𝑚
= 𝐴𝑐 sin(𝜔𝑐 𝑡 + 𝑚 sin 𝜔𝑚 𝑡)
Keterangan :
𝐴𝑐 = amplitudo pembawa
𝐴𝑚 = amplitudo sinyal pemodulasi
𝑓𝑚 = frekuensi informasi
M = indeks modulasi
𝑓𝑐 = frekuensi pembawa
𝜔𝑐 = kecepatan sudut sinyal pembawa
𝜔𝑚 = kecepata sudut sinyal pemodulasi
∆𝑓 = deviasi frekuensi pembawa
Dari persamaan gelombang FM diatas :
𝑉𝑜 = 𝐴𝑐 sin(𝜔𝑐 𝑡 + 𝑚 sin 𝜔𝑚 𝑡) merupakan persamaan yang kompleks karena terdapat komponen
sinus dalam sinus.
Untuk memecahkan komponen – komponen frekuensi gelombang FM maka diperlukan fungs
bessel. Dengan fungsi bessel persamaan ini dapat dikembangkan menjadi :

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
𝑉𝑜 = 𝐴{𝐽0 (𝑚𝑓 )[sin 𝜔𝑐 𝑡] + 𝐽1 (𝑚𝑓 )[sin(𝜔𝑐 + 𝜔𝑚 )𝑡 − sin(𝜔𝑐 − 𝜔𝑚 )𝑡]
+ 𝐽2 (𝑚𝑓 )[sin(𝜔𝑐 + 2𝜔𝑚 )𝑡 + sin(𝜔𝑐 − 2𝜔𝑚 )𝑡]
+ 𝐽3 (𝑚𝑓 )[sin(𝜔𝑐 + 3𝜔𝑚 )𝑡 − sin(𝜔𝑐 − 3𝜔𝑚 )𝑡]
+ 𝐽4 (𝑚𝑓 )[sin(𝜔𝑐 + 4𝜔𝑚 )𝑡 + sin(𝜔𝑐 − 4𝜔𝑚 )𝑡]}
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa keluarannya terdiri atas pembawa dan pasangan
jalur samping (side band) dengan jumlah yang tak terhingga, masing – masing didahului oleh
koefisien J.
Jalur samping yang jauh dari pembawa (carier) biasanya mempunyai amplitudo jauh lebih kecil
dari pada amplitudo pembawa, sehingga jalur ini bisa diabaikan. Ini membuat transmisi FM ada
dalam lebar jalur yang dibatasi.
Metoda pembangkitan FM
Metoda dasar proses pembangkitan gelombang FM ini ada dua macam:
1. Metoda tak langsung, yakni berdasar pada prinsip pembangkitan modulasi fasa,
dan melalui rangkaian elektronik diubah ke modulasi frekuensi.
2. Metoda langsung, yakni berdasar pada prinsip variasi tegangan mempengaruhi reaktansi
sehingga menimbulkan perubahan besar frekuensi dari osilator.

Gambar 2.2. Gambar blok pembangkit FM tidak langsung


Keterangan:
1. Amplifier 4. Osilator frekuensi dasar
2. Audio corrector 5. Pengali / pelipat frekuensi
3. Phase modulator circuit
Pada rangkaian pembangkit FM tidak langsung, sinyal pemodulasi dimasukkan melalui
rangkaian audio corrector sebelum masuk ke proses pemodulasian fasa, agar keluaran nya
menghasilkan gelombang FM. Audio corrector ini berfungsi mengurangi amplitudo sinyal audio
sebanding frekuensinya.

Frekuensi deviasi yang dihasilkan dengan cara pemodulasian tidak langsung ini kecil (hanya
beberapa Hertz), dan untuk memperbesar deviasi juga frekuensinya maka digunakan rangkaian

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
pengali frekuensi.

Sistem ini digunakan untuk transmitter yang berpindah-pindah, atau komunikasi lainnya yang
tidak memerlukan bandwidth lebar, namun memerlukan kemudahan dalam pemindahan
saluran frekuensi.

Deviasi dari transmitter yang demikian hanya ± 2,5 kHz maksimum dan band audio
modulasinya dibatasi sekitar 3 kHz.
Pemodulasian FM dengan metoda langsung adalah dengan cara memasangkan rangkaian
reaktansi yang variable terhadap tegangan pada rangkaian tanki dari osilator.

Yang umum dan praktis digunakan adalah modulator dengan reaktansi dan modulator
dengan varactor dioda.
Contoh untuk modulator reaktasi sebagai pembangkit FM dapat dilihat seperti pada Gambar
2.3. di bawah:

Gambar 2.3. Rangkaian modulator reaktansi dengan komponen transistor


Untuk pembangkit FM dengan varactor dioda ialah didasarkan pada sifat varactor dioda itu.
Varactor dioda merupakan dioda semikonduktor yang mempunyai junction kapasitansi yang
linier yang mempunyai variasi dengan tegangan yang masuk ketika diberi bias balikan (reverse-
bias).

Gambar 2.4. Rangkaian dasar modulator varactor dioda


Rangkaian osilator dari FM transmitter adalah sbb:

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.5. Rangkaian Modulator FM dengan osilator IC
Frekuensi tengah dari rangkaian tanki LC osilator di atas ditentukan oleh induktor L, VD2, VD3,
C7 dan VD1, juga dipengaruhi layout traks dari board dan kapasitansi antar traks
Dengan pendekatan, frekuensi tengah dari osilator di atas dapat dihitung dengan:
1
𝑓𝑐 = 𝐻𝑧
2𝜋√𝐿𝐶𝑇
Keterangan
𝐶𝑇 = kapasitansi total dari rangkaian tanki LC
𝑓𝑐 = Frekuensi tengah
L = Induktor tanki
Kapasitansi Varactor dioda besarnya ditentukan oleh tegangan reverse pada kedua terminalnya,
dan oleh kapasitansi varaktor dioda tersebut pada saat tanpa bias.
atau dapat dirumuskan sebagai:
𝐶𝑜
𝐶𝑑 =
(1 + 2|𝑉𝑅 |)1/2
Keterangan :
𝐶𝑜 = capasitor pada saat tanpa bias tegangan
𝑉𝑅 = tegangan reverse pada varaktor diode
Pada gambar 2.7 diatas, rangkaian PLL berfungsi mengontrol frekuensi tengah yang diinginkan di
keluaran.

Gambar 2.6 gambar blok pemancar FM dengan control PLL

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
III. Peralatan
Utama : panel power supply PTE -018 – 06
Panel stereo MPX encoder PTE – 018 – 01
Panel PM Transmitter PTE – 018 – 02
Pendukung : Osiloskop frekuensi tinggi
Frequency counter
AVO Meter
IV. Langkah Kerja
Untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka untuk setiap awal
percobaan, pastikan bahwa semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung
/ terpasang ke jala-jala PLN.
1. Pasangkan panel Power Supply, Stereo MPX Encoder dan FM Transmitter pada
bingkai standar.
2. Hubungkan MPX OUT encoder dengan MPX IN transmitter.
3. Hubungkan RF Out transmitter dengan dummy load sebagai pengganti antena.

Gambar 2.7 Pemasangan kabel dan plug


4. Periksalah sekali lagi apakah rangkaian telah terpasang dengan benar? Jika sudah,
nyalakan catu daya.
5. Pilihlah salah satu frekuensi pemancar, 95MHz atau 100MHz dengan menggunakan
switch yang tersedia.
Pada panel tersedia terminal-terminal untuk test, yaitu:
TP1 Sinyal masukan TP5 Frekuensi yangdibandingkan
TP2 DC kontrol ke VCO TP6 Keluaran pre-scaller =1/10 frek. VCO
TP3 Frekuensi Out VCO TP7 Keluaran RF Amplifier
TP4 Frekuensi Reference TP8 Keluaran RF Amp. dan LPF
6. Ukur besar frekuensi voltage control osilator (VCO)pada TP3 panel
transmitter dengan menggunakan frequency counter. Bila osiloskopnya
mempunyai probe dengan impedansi sangat tinggi, maka amati TP3
tersebut, lalu gambar bentuk gelombang yang dihasilkannya. Ukur dan amati

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
juga frekuensi di TP6 sebagai hasil pembagian oleh rangkaian pre-scaler.

7. Ukurlah besar frekuensi pada TP4, TP5 dan TP2 panel transmitter dengan
menggunakan frequency counter dan menggunakan osiloskop.

8. Pasang probe osiloskop Ch1 pada TP4 dan Ch2 pada TP5, bandingkan dan perhatikan
beda fasanya.
9. Ukur besar frekuensi dan besar tegangan pada TP7 dan TP8 dengan
menggunakan Osiloskop dengan probe berimpedansi tinggi.

V. Tugas
Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Percobaan III
Penerima FM Stereo (Stereo
FM Receiver)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
03
Teknik Teknik Elektro MK14022 Syafitri Dwi Junianti
41418010020

Abstract Kompetensi
Setelah melaksanakan percobaan ini, Mempelajari rangkaian penerima FM
Setelah melaksanakan percobaan stereo.
ini, Anda diharapkan Mempelajari Mengamati bentuk gelombang pada
rangkaian penerima FM stereo, rangkaian penerima FM stereo.
Mengamati bentuk gelombang pada Mengukur tegangan pada rangkaian
rangkaian penerima FM stereo dan penerima FM stereo
Mengukur tegangan pada rangkaian
penerima FM stereo
Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi
Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan Mempelajari rangkaian
penerima FM stereo, Mengamati bentuk gelombang pada rangkaian penerima FM stereo dan
Mengukur tegangan pada rangkaian penerima FM stereo
II. Pendahuluan
Penerima FM merupakan penerima superheterodyne yang hampir menyerupai penerima
AM superheterodyne, hanya dalam penerima FM, frekuensi kerjanya yang lebih tinggi, perlu
proses limitasi dan de-emphasis. Proses demodulasi dan penerapan AGC memakai metoda yang
berbeda.

Seperti diketahui bahwa pemancar hanya memancarkan satu gelombang radio, gelombang
radio inilah yang ditangkap oleh rangkaian penala. Namun perlu diingat bahwa sinyal yang
ditangkap tersebut adalah sinyal matriks yang dimodulasikan pada gelombang pembawa,
sehingga untuk mendapatkan sinyal aslinya yaitu sinyal audio stereo diperlukan beberapa
tahapan proses.

Pada umumnya rangkaian penerima FM yang ada, rangkaiannya terdiri atas beberapa tahap,
yaitu:
- Penguat RF (RF amplifier)
- Mixer
- Osilator lokal
- Penguat IF 10.7 MHz
- Limiter
- AFC
- Rangkaian demodulasi (Diskriminator)
- De-emphasis
- Penguat Audio
Untuk Penerima FM stereo masih ditambah rangkaian demultiplekser, yaitu untuk
mengubah kembali dari sinyal multipleks stereo yang diterima menjadi sinyal audio yang

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
stereo.

1. Penguat RF
Pada umumnya sebuah penerima FM mempunyai suatu penguat RF. Penguat RF ini harus
mempunyai masukan yang cocok dengan antena.
Kemampuan dari penguat RF pada penerima FM ini harus mampu merespon suatu sinyal
yang memiliki level kurang dari 1µV, serta mempunyai penguatan noise dengan level yang
serendah-rendahnya, karena penguat ini bekerja pada frekuensi tinggi (VHF) dan band width
yang cukup lebar. Penguat RF ini, jika didaya gunakan dapat menurunkan pengaruh
harmonisa-harmonisa dan pengaruh efek radiasi osilator lokal.

Gambar 3.1 Rangkaian RF Amflifier


2. Mixer dan osilator lokal
Rangkaian osilator lokal biasanya memakai bentuk rangkaian yang umum, yang dapat
bekerja pada frekuensi tinggi. Rangkaian yang mendominasi pemakaian sebagai osilator lokal
ini adalah rangkaian colpitts dan clapp.

Gambar 3.2. Rangkaian Mixer dan osilator lokal


3. Penguat IF
Bentuk dan operasi dari penguat IF FM ini tidak jauh berbeda dengan penguat IF
dalam AM. Hanya pada penguat IF untuk FM frekuensi kerjanya jauh lebih tinggi dan
banwidthnya lebih besar. Yang lazim dipakai untuk penerima FM yang bekerja dalam
band 88 sampai 108 MHz adalah penguat IF 10,7 MHz dan bandwidthnya 200 kHz.
Pada penerima FM yang lebih baru, dilengkapi pula dengan filter keramik 10,7 MHz, yang
berfungsi agar sinyal IF yang dikuatkan lebih selektif terhadap harmonisa-harmonisanya.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
4. Limiter
Pada dasarnya limiter bekerja atas dasar pemotongan kedua puncak amplitudo (positif dan negatif)
ke dalam taraf tertentu pada tingkatan outputkeluaran dengan amplitudo yang konstan. Fungsinya
dalam suatu penerima FM adalah untuk menghilangkan modulasi AM yang tertinggal dan
variasi amplitudo yang menyebabkan noise dan distorsi, yang mana tidak diharapkan ikut terbawa
ke speaker.
Pada penerima FM keluaran dari IF sebelum masuk ke rangkaian demodulator
dilewatkan dulu melalui rangkaian limiter, karena sinyal keluaran dari IF
mengandung spurious (gelombang-gelombang semu) sehingga masih
mempunyai amplitudo yang berubah-ubah besarnya.

Gambar 3.3 Limiter dengan Transistor


Secara umum, limiter menggunakan rangkaian tangki sebagai beban kolektor. Selain
itu transistor akan dioperasikan pada daerah di bawah kondisi saturasi, yang mana
didapat besaran arus tertentu yang konstan. Resistor RC membatasi supply dc ke
kolektor, yang menjadikan tegangan dc di kolektor rendah, sehingga akan mudah
dikemudikan.
Karakteristik limiter dari gambar di atas, adalah seperti Gambar 3.4. di bawah ini.

Gambar 3.4. Karakteristik masukan / keluaran


Pada gambar di atas, tangki LC ditala pada frekuensi tengah dari IF, sehingga
keluaran dari rangkaian tersebut menghasilkan sinusoida dengan amplitudo yang
konstan yang merupakan syarat sinyal yang masuk ke rangkaian demodulator.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


20 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Sinyal yang masuk melalui rangkaian limiter bervariasi amplitudonya. Sinyal masuk ke penerima FM
yang besarnya cukup untuk memulai operasi limitasi, ditetapkan sebagai quiets dalam keadaan ini
noise dari latar belakang tidak muncul.

Gambar 3.5 Respon limiter yang lazim


Tegangan minimum yang diperlukan untuk proses limitasi dinamakan tegangan quiting,
threshold, atau limiting knee. Tegangan minimum ini berhubungan dengan sensitivitas dari
suatu penerima FM.
Sensitivitas dari suatu penerima FM didefinisikan sebagai berapa besar masukan sinyal yang
diperlukan untuk menghasilkan level yang tepat untuk menghasilkan proses quiting, yang
normalnya 30db.
Ini berarti penerima dengan kualitas baik dengan sensitifvitas 1,2µV akan
mempunyai noise back ground di bawah 30 dB dari sinyal masukan yang besarnya 1,2µV itu.
Radio penerima FM yang umum sekarang banyak memakai penguat IF dari komponen aktif
IC. IC untuk penguat ini mempunyai kwalitas limitasi yang sangat tinggi, yaitu range dinamika
yang lebar.
Contoh Perhitungan:
Suatu Penerima FM mempunyai gain tegangan 200.000 (106 dB) yang diberikan pada
limiternya. Tegangan quieting dari limiter adalah 200 mV. Pertanyaan: berapa sensitivitas dari
penerima tersebut.
Jawaban. agar mencapai quiteting, maka sinyal masukan yang masuk ke penerima harus:
200𝑚𝑉
= 1𝜇𝑉
200.000

Maka sensitivitas receiver ini adalah 1𝜇𝑉


5. FM demodulator atau Diskriminator atau detektor FM
Fungsi dari demodulator ini adalah mengubah deviasi frekuensi dari gelombang RF pada IF
(yang mana identik dengan gelombang FM yang diterima), ke dalam bentuk variasi AF.
Konversi dari deviasi frekuensi ke AF ini harus diproses secara efisien dan linear. Jika
memungkinkan rangkaian konversi ini tidak peka terhadap perubahan amplitudo masukan, dan
tidak terlalu krisis dalam penyetelan dan pengoperasiannya.
Dari prinsip kerjanya demodulator ini terbagi dua :
a. Bekerja berdasarkan kurva lengkung (slope)
contohnya :
1. Detektor Slope atau Single Slope Detektor

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


21 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
2. Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau detektor Travis
b. Bekerja berdasarkan sensistivitas fasa
Contohnya :
1. Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator
2. Detector Ratio
Uraian singkat dari detektor-detektor di atas adalah sebagai berikut;
1. Detektor Slope atau Single Slope Detector
Prinsip detektor ini adalah sinyal FM dengan frekuensi IF, masuk melalui
rangkaian tangki LC yang mempunyai resonansi frekuensi yang sama
dengan salah satu frekuensi samping dari frekuensi tengahnya (fc),
keluarannya mempunyai amplitudo yang tergantung dari deviasi frekuensi dari sinyal
masukan. Tegangan keluarannya dihubungkan ke dioda detektor dengan beban RC yang
mempunyai konstanta waktu yang sesuai.
Jadi secara ringkas dapat dikatakan, rangkaian ini mengubah FM IF dengan tegangan yang
konstan ke dalam gelombang modulasi FM dan AM. Selanjutnya gelombang AM nya
dideteksi, sedangkan variasi frekuensi IF nya diabaikan.

Gambar 3.6. Detektor slope dan kurva karakteristik


Kelemahan dari detektor tipe ini ialah: Kurang efisien, kurang linier, terutama
untuk FM dengan deviasi yang besar, juga dalam penyetelan slug ferit relatip
sulit, karena lilitan primer dan sekunder harus ditala pada frekuensi yang
berbeda sedikit.
2. Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau Detektor Travis
Rangkaian detektor tipe ini menggunakan dua detektor slope yang dihubungkan saling berbalikan
terhadap tap tengah, sehingga berbeda fasa 180o . Untuk radio penerima dengan deviasi 75
kHz, rangkaian sekunder bagian atas ditala 100 kHz di atas frekuensi IF. Demikian pula
rangkaian sekunder bagian bawah, ditala 100 kHz di bawah frekuensi IF. Masing-masing
rangkaian tala tersebut disambungkan melalui sebuah dioda detektor dengan suatu beban RC.
Dengan demikian keluaran antara ujung seri kedua rangkaian tersebut besarnya sama dengan
jumlah keluaran masing-masing.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


22 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3.7. Detektor balanced slope dan kurva karakteristik
Keuntungan dari detektor tipe ini, ialah lebih efisien dibanding dengan detektor single
slope.
Kelemahannya, ialah lebih memerlukan kecermatan, karena ada tiga frekuensi berbeda yang
harus ditala pada kumparan tala. belum ada limitasi amplitudo, dan linieritas masih belum cukup.
3. Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator
Detektor ini dikenal juga sebagai detektor centre tuned. Di sini kumparan primer dan
sekunder keduanya ditala pada frekuensi tengah dari sinyal yang masuk.
Tegangan-tegangan primer dan sekundernya adalah:
a. Akan tepat berbeda fasa 90o apabila masukan frekuensi sama dengan fc
b. Akan berbeda kurang dari 90o apabila fm lebih besar dari fc
c. Akan berbeda fasa lebih dari 90o apabila fm di bawah fc

Gambar 3.8. Rangkaian Detektor Fasa

Gambar 3.9. Diagram phasor dari detektor fasa


Keuntungan dari detektor jenis dibanding dengan balanced slope ini ialah
lebih mudah settingnya, karena hanya ada rangkaian-rangkaian tala yang
diset pada frekuensi yang sama dan linearitas lebih baik, karena kurang

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


23 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
tergantung pada frekuensi respons dan lebih condong pada hubungan fasa
primer-sekunder. Kekurangannya, ialah masih belum ada limitasi
amplitudo.
Detektor Ratio

Gambar 3.10. Rangkaian dasar Detektor Ratio dan kurva karakteristik


Detektor ratio ini merupakan modifikasi dari diskriminator Foster-Seely dengan
memberikan limitasi pada diskriminator, sedemikian rupa sehingga limiter amplitudo dapat
disisipkan.
Banyak variasi praktis dari detektor ratio, yang mana dalam prakteknya terdapat dua tipe
dasar, yaitu balans dan tidak balans. Tipe yang balans merupakan yang lebih baik dan
lebih sering digunakan.
Bentuk dari detektor ratio balans ini adalah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.11.Detektor ratio balans


Pada rangkaian detektor ratio balans, terdapat rangkaian low-pass filter, dalam gambar
terdiri dari CF dan RF, berguna untuk menghilangkan riak RF dari sinyal audio.
6. De-emphasis
De-emphasis berfungsi untuk mengembalikan frekuensi tinggi sebagai proses
dari pre-emphasis di bagian pemancar, ke nada aslinya di bagian radio penerima.
Jadi audio dengan frekuensinya yang telah dikuatkan (63 kHz ke atas) kini oleh rangkaian de-
emphasis diturunkan kembali dengan perbandingan yang sama saat sinyal itu masuk
melalui pre-emphasis, sehingga keseimbangan nada aslinya menjadi kuat kembali.
Kurva karakteristik dari rangkaian de-emphasis akan merupakan pencerminan
dari kurva karakteristik pre-emphasis. Gambar di bawah menunjukkan rangkaian
de-emphasis dan kurva karakteristik. Seperti diperlihatkan kurva, point -3dB
terjadi pada frekuensi 2120 Hz, seperti diperkirakan dengan konstanta waktu RC (τ) untuk

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


24 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
membangkitkannya, sebesar 75µs.

Gambar 3.12. Rangkaian de-emphasis dan kurva karakteristik


De-emphasis bekerja pada sinyal frekuensi tinggi, maupun pada noise frekuensi
tinggi, oleh karena itu pada de-empasis tidak terjadi proses perbaikan sinyal-to-
noise ratio.
Standar konstanta waktu pada rangkaian de-emphasis ini adalah :
Untuk Australia dan Eropa adalah : 50µdetik
Untuk Jepang dan Amerika adalah: 75µdetik
Di bawah ini terdapat blok rangkaian dari penerima FM stereo yang umum dipakai.

Gambar 3.13. Gambar blok pesawat penerima FM stereo


Proses yang berlangsung pada sebuah Penerima FM stereo adalah:
a. Sinyal RF (gelombang FM) diterima antena dan dikuatkan oleh Penguat RF.
b. Sinyal RF tadi dicampurkan dengan sinyal dari osilator lokal sehingga
menghasilkan frekuensi perbedaan yang besarnya sama dengan frekuensi IF, yaitu 10,7
MHz.
c. Setelah proses pemilteran, maka sinyal ini diperkuat oleh penguat IF
d. Sinyal yang telah diperkuat ini masuk kerangkaian Limiter, dan keluaran darirangkaian ini ada
dua, yang satu mengendalikan rangkaian AFC dan satu masuk ke rangkaian diskriminator untuk di
deteksi.
e. Untuk Penerima FM yang monophonic, keluaran dari diskriminator ini langsung
masuk ke rangkaian de-emphasis, dan selanjutnya ke penguat audio.

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


25 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
f. Pada penerima Stereo keluaran dari diskriminator ini masuk ke rangkaian
decoder MPX atau de-multiplekser.
g. Dalam rangkaian ini terjadi proses pemisahan sinyal MPX menjadi sinyal L dan R serta sinyal
yang menyalakan LED indikator.
h. Keluaran L dan R dari demultiplekser ini masuk ke rangkaian de-emphasis masing-masing,
lalu dikuatkan penguat audio.
i. Dalam modul Stereo FM Receiver ini proses penguatan RF dan pengubahan frekuensi ke
frekuensi menengah diproses dengan sebuah IC front-end, sedangkan proses penguatan
frekuensi menengah, limiter, demodulasi ke sinyal audio diproses oleh sebuah IC jenis
penguat IF. Selanjutnya proses demultiplexer diproses oleh IC jenis demultiplexer dan
keluarannya dipasangkan ke terminal keluaran L dan R.

Gambar 3.14. Rangkaian front-end Penerima FM


j. Pada rangkaian di atas terjadi proses pencampuran frekuensi yang diterima dan frekuensi
osilator lokal, menghasilkan beda frekuensi 10,7MHz yang diteruskan oleh IFT1 ke
rangkaian penguat IF. Proses yang terjadi identik dengan penerima AM.
k. Rangkaian penguat IF memperkuat frekuensi IF 10,7MHz dan melalui rangkaian limiter di
dalam IC tersebut, sinyal IF tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam diskriminator (detektor FM). Pada umumnya penerima FM yang
beroperasi dalam band frekuensi 88 sampai 108MHz mempunyai IF 10,7MHz dan bandwidth
200kHz.

Gambar 3.15 Rangkaian penguat IF

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


26 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
l. Keluaran dari diskriminator (detektor FM) mempunyai sinyal-sinyal (L+R) yang besarnya
30Hz sampai 15kHz, sub-carrier 19kHz dan sinyal (L-R) yang besarnya 23 sampai 53kHz.
Setelah rangkaian diskriminator ini
rangkaian lebih rumit.

Gambar 3.16. Rangkaian Demultiplekser/MPX decoder


m. Rangkaian demultiplekser ini secara otomatis men-switch menjadi mono, jika sinyal stereo
yang diterima cukup lemah, ini berguna juga agar noisenoise yang terjadi karena lemahnya
sinyal yang diterima, tidak diproses ke keluaran. Demikian juga jika tidak ada sinyal pilot tone
19kHz.
n. Frekuensi dari VCO di dalam multiplexer ini merupakan osilator free-running, yang
kestabilan frekuensi dan fasanya dikontrol oleh rangkaian PLL dan phase detector.
o. Untuk mendemodulasikan sinyal (L-R) dengan baik, dekoder harus
membangkitkan sinyal 38kHz yang terkunci sefasa dengan sinyal pilot 19kHz pada
masukan.
p. Pada percobaan ini akan dipelajari proses penerimaan sinyal gelombang radio hingga
pemisahan

III. Peralatan
Utama : panel power supply PTE – 018 – 06
Panel stereo FM Receiver PTE – 018 – 03
Pendukung : Osiloskop 120 Mhz
Frequency counter
AVO Meter
Probe osiloskop dengan impedansi tinggi

IV. Langkah Kerja


Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, maka setiap awal percobaan, pastikan bahwa

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


27 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung/ terpasang ke jala – jala PLN
Pasang panel power supply dan stereo FM Receiver pada rel bingkai standar.
Hubungkan peralatan sesuai gambar.

Gambar 3.17 Pemasangan panel dan cross connector


Periksalah sekali lagi apakah rangkaian telah terpasang dengan benar? Jika sudah, nyalakan
catu daya.
Pilihlah salah satu gelombang siaran radio FM yag tengah mengudara. Jika kebetulan tidak ada
siaran FM, maka kita harus memakai alat batu, yaitu panel pemancardan panel stereo MPX
modulator sebagai radio siaran.
Perhatikan lampu indicator stereo apakah menyala?
Apabila menyala, apakah artinya?
Dengan memakai osiloskop dan probe berimpedansi tinggi, perhatikan gelombang – gelombang
lalu gambarlah!

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


28 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
V. Tugas
Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Elektronika

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


29 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Percobaan IV
Penguat Audio (Audio Amplifier)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Teknik Teknik Elektro MK14022 Syafitri Dwi Junianti
41418010020

Abstract Kompetensi
Setelah melaksanakan percobaan Mempelajari rangkaian penguat
ini, Anda diharapkan dapat audio.
Mempelajari rangkaian penguat audio, Mengamati bentuk gelombang pada
Mengamati bentuk gelombang pada penguat audio.
penguat audio, dan Mengukur tegangan Mengukur tegangan pada penguat
pada penguat audio. audio.

Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi


Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat Mempelajari
rangkaian penguat audio, Mengamati bentuk gelombang pada penguat audio, dan Mengukur
tegangan pada penguat audio.
II. Pendahuluan
Produk akhir dari suatu penerima adalah adanya suara yang dapat didengar (audible).
Keluaran suara dengan kualitas baik adalah suara yang dapat dibedakan mana nada tinggi,
nada menengah dan nada rendah dengan jelas, dengan kata lain, seorang pendengar dapat
membedakan mana suara terompet, drum, bass ataupun vokal manusia. Hal ini dikenal
dengan istilah penguat high fidelety (HI-FI).
Penentu dari kualitas suara tersebut adalah adanya penguat yang berkualitas baik
dilihat dari daya, frekuensi respons dan kebersihan suara. Suatu penguat audio stereo pada
dasarnya adalah dua buah penguat audio yang dipasang secara simetris baik mutu, rangkaian
ataupun karakteristiknya.
Rangkaian penguat audio pada modul audio amplifier ini dirancang dengan
menggunakan dua buah IC LM380 yang membentuk penguat dua channel. Satu channel
untuk penguat channel kiri dan satu lagi penguat channel kanan.
Tipe IC LM380 ini dipilih, karena sederhana dalam rangkaiannya, serta memiliki spesifikasi
seperti di bawah ini:
1. Tegangan pasok mempunyai range yang cukup luas
2. Penguatan tegangan sekitar 50 kali
3. Referensi masukan di-ground-kan

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


30 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
4. Mempunyai impedansi masukan yang tinggi
5. Distorsi rendah
Untuk kesederhanan, pada panel audio ini, rangkaian penguatnya tidak dilengkapi dengan
potensiometer balance.
Rangkaian penguat tersebut pada dasarnya seperti rangkaian berikut ini:

Gambar 4.1 Rangkaian penguat 2 kanal (channel)


Adapun pemisahan nada bagian kiri (left) atau kanan (right) diatur oleh stasiun pemancar
melalui sistem pencampur audionya (audio mixernya).
Pada percobaan ini dibahas akan dibahas proses penguatan audio pada penerima radio FM
stereo.
III. Peralatan
Utama : panel power supply PTE – 018 – 06
Panel stereo FM Receiver PTE – 018 – 03
Panel Audio Amfilier PTE – 018 – 04
Panel speker PTE – 018 – 05
Pendukung : Osiloskop
Generator sinyal audio
AVO Meter
IV. Langkah Kerja
Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, maka setiap awal percobaan, pastikan
bahwa semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung/ terpasang ke jala –
jala PLN.
Pasalnglah panel power supply,stereo FM Receiver, audio Amplifier dan speker pada rel bingkai
standar.
Hubungkan peralatan sesuai dengan gambar berikut :

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


31 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4.2 Pemasangan kabel penghubung dan bridging plug
Periksa kembali semua hubungan, jika sudah benar, nyalakan catu daya.
Untuk mengetahui penguatan amplifier ini, maka dapat dilakukan percobaan
tersendiri dengan cara menyambungkan langsung masukan dari audio amplifier
ini ke signal audio generator yang telah diset untuk mengeluarkan keluaran
sekitar 50mV pp dan frekuensi 1kHz, dan keluaran amplifier ke resistor beban
yang nilainya 8Ω Kemudian periksa dengan osiloskop keluaran dari amplifiernya.

Bandingkanlah besar penguatan L dan R.


Pasang kembali rangkaian panel-panel seperti gambar di atas. Periksa dengan osiloskop

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


32 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
masukan dan keluaran amplifier pada saat FM receivernya menerima signal RF dari
transmitter pada frekuensi 95MHz, sinyal stereo dengan masukan MPX encoder diset pada
posisi INTERNAL : L = 1kHz dan R = 3kHz.
Periksa dan tentukan berapa tegangan pp serta frekuensi dari sinyal masukan L,
keluaran L, masukan R dan keluaran R.

Matikan kembali supply bila percobaan diatas selesai.

V. Tugas
Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


33 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PRAKTIKUM

Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Percobaan V
Praktikum Penggabungan
Konverter D-A dan A-D
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Teknik Teknik Elektro MK14022 Syafitri Dwi Junianti
41418010017

Abstract Kompetensi
Setelah melaksanakan percobaan Dapat memahami sifat rangkaian
ini, Anda dapat Menjelaskan Menjelaskan transmisi data antara
transmisi data antara pengubah D-A ke pengubah D-A ke A-D. Gambar
A-D. Gambar menunjukan diagram menunjukan diagram skematik sistem
skematik sistem percobaa konfigurasi percobaa konfigurasi ini digunakan
ini digunakan untuk mengamati untuk mengamati kesalahan –
kesalahan – kesalahan selama proses kesalahan selama proses pengubahan
pengubahan. Metode digital I/O seperti Metode digital I/O seperti ini dapat
ini dapat digunakan untuk digunakan untuk mengendalkan
mengendalkan berbagai macam berbagai macam peralatan analog
peralatan analog dengan menyambung dengan menyambung ke komputer..
ke komputer..

Pengantar Praktikum Dasar Telekomunikasi


Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda dapat Menjelaskan transmisi data antara
pengubah D-A ke A-D. Gambar menunjukan diagram skematik sistem percobaa konfigurasi ini
digunakan untuk mengamati kesalahan – kesalahan selama proses pengubahan. Metode digital
I/O seperti ini dapat digunakan untuk mengendalkan berbagai macam peralatan analog dengan
menyambung ke komputer...
II. Pendahuluan

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


34 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Gambar menunjukan diagram skematik sistem percobaa konfigurasi ini
digunakan untuk mengamati kesalahan – kesalahan selama proses pengubahan. Metode digital
I/O seperti ini dapat digunakan untuk mengendalkan berbagai macam peralatan analog dengan
menyambung ke komputer.

Transmitter Receiver

DIGITAL D-A A-D DIGITAL


CONTROL CONVERTER CONVERTE CONTROL
SYSTEM Analog R SYSTEM
Transmission
Line

Fig. 1-1 D-A/A-D Transmission System


III. Peralatan
Utama : Papan plug-in
Catu-daya tegangan utama
Pendukung : Generator sinyal
Osiloskop
IV. Langkah Kerja
Percobaan I Trasnsmisi data biner dari D-A ke A-D
Lankah Kerja:
Siapkan pengubah D-A dan A-D, buat hubungan seperti pada gambar
Matikan saklar CHIP SELECT dari pengubah D-A
Pindahkan semua saklar MANUAL BINARY INPUT ke posisi ‘L’
Putar SAMP. RATE.ADJ ke posisi penuh berlawanan arah jarum jam.
Nyalakan saklar daya kit percobaan.
Atur bit E dari MANUAL BINARY INPUT pada kit D-A menjadi ‘H’, agar meter membaca 0 V
Lakukan percobaan dengan kombinasi pada tabel.
Tugas!
Bandingkan nilai yang didapat pada tabel dan cari kesimpulannya.

D-A CONVERTER A-D CONVERTER


BINARY INPUT ANALOG COMP. BINARY OUTPUT ANALOG
E D C B A OUTPUT OUT E D C G A INPUT

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


35 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
LEVEL
L L L L L -8.0 V 0 L L L L L
L L L L H 1 L L L L H
L L L H L 2 L L L H L
L L L H H 3 L L L H H
L L H L L 4 L L H L L
L L H L H 5 L L H L H
L L H H L 6 L L H H L
L L H H H 7 L L H H H
L H L L L 8 L H L L L
L H L L H 9 L H L L H
L H L H L 10 L H L H L
L H L H H 11 L H L H H
L H H L L 12 L H H L L
L H H L H 13 L H H L H
L H H H L 14 L H H H L
L H H H H 15 L H H H H
H L L L L 0 Volt 16 H L L L L 0 Volt
H L L L H 17
H L L H L 18
H L L H H 19
H L H L L 20
H L H L H 21
H L H H L 22
H L H H H 23
H H L L L 24
H H L L H 25
H H L H L 26
H H L H H 27
H H H L L 28
H H H L H 29
H H H H L 30
H H H H H 31
0V

Percobaan II. Transmisi data kecepatan tinggi dari D-A ke A-D


Langkah Kerja :
Atur semua manuar binary input ke ‘L’
Hubungkan keluaran biner dengan masukan biner
Atur timing control ke posisi tengah.
Hubungkan masukan vertikal osiloscope ke TP-2 dari pengubah A-D dan atur jangkauan
masukan vertikal sekitar 1 V/div dengan sweep time 1 ms/div.
Atur samp. Rate .adj dari pengubah A-D ke posisi maksimum.
Aktifkan kit percobaan
Atur osiloskop untuk mengamati bentuk gelombang
Atur timing control dari pengubah D-A ke nilai maksimum searah jarum jam dan atur kembali
sweep time osiloscope untuk mendapatkan gelombang tangga
Tugas
Amati dan gambar bentuk gelombang tangga dengan mengubah samp rate adj dari kecepatan
rendah hingga tinggi

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


36 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Amatilah bentuk gelombang jika samp rate adj berubah dari kecepatan tinggi ke rendah dan
jelaskan apa maksud dari penurunan jumlah tangga.
Masukan dan keluaran Analog
Tujuan : Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki metode pembangunan sistem yang
mempunyai berbagai macam kemampuan mengolah data digital melalui jalur transmisi
untuk pengiriman analog ke analog. Contohnya sinyal suara dapat di digitasi dan
disimpan di kantor telepon. Data yang tersimpan itu dapat ditransmisikan kembali.
Semua detector data biasanya adalah detektor sinyal analog, sehingga memerlukan
pengubahan A-D dan kadang – kadang data itu harus diubah kembali kesinyal analog.
Disini prinsipnya akan diselidiki.
Percobaan III. Masukan keluaran Analog.
Langkah Kerja :
Kit percobaan A-D dan D-A dalam keadaan tidak aktif.
Pindahkan saklar DC – AF ke posisi DC
Atur voltage.adj ke posisi tengah.
Hubungkan terminal output dan terminal input analog paa pengubah A-D
Atur samp.rate.adj ke posisi tengah.
Hubungkan kit percobaan A-D dan D-A seperti pada gambar
Aktifkan rangkaian
Atur voltage adj hingga monitor analog pada pengubah A-D membaca 0 V
Putar voltage adj searah jarum jam, bandingkan hasil pengukuran pada monitor analog konverter
A-D dengan konverter D-A.
Tugas
Catat tegangan keluaran aalog koneverter D-A dibandingkan dengan tegangan input analog
konverter A-D pada tabel berikut. Lalu amati kesalahannya dan simpulkan.
Komunikasi Audio
Tujuan : percobaan ini bertujuan untuk mengamati sinyal suara dihasilkan bila sinyal
yang telah diubah A-D di transmisi semacam ini, tapi prinsip dasarnya sama yaitu
besaran analog diubah ke data digital dan data digital diubah ke data analog kembali.
Dengan metode komunikasi seperti ini data audi diubah ke data digital sehingga
bermacam – macam jenis komunikasi dapat dilakukan.
Percobaan IV Transmisi dengan Mic dari A-D ke D-A
Langkah Kerja :
Matikan power pengubah A-D dan D-A
Pindahkan sektor DC-AF dari konverter A-D ke AF
Atur voltage adj konverter A-D searah jaum jam maksimum
Sambung terminal OUTPUT konverter A-D ke terminal analog OUTPUT dengan kabel “banana
plog”

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


37 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Masukan mic ke jek mic konverter A-D. gunakan mic dinamis yag impedansi masukannya 600
Ohm.
Hubungkan input analog konverter A-D dan output analog konverter D-A ke channel 1 dan
channel 2 input vertikal dari osiloskop jejak ganda, dibandingkan kedua sinyal. Atur input vertikal
ke 1 V/div dan sweep time 1 ms/div
Atur SAMP.RATE Adj ke posisi tengah
Pindahkan semua saklar MANUAL BINARY INPUT konverter A-D ke “L”
Hubungkan speaker 8 Ohm ke keluaran analog “ AC terminal “ dari konverter D-A
Nyalakan power kit percobaan
Bicaralah ke Mic dengan kekarasaan normal, kemudian atur voltage adj agar suaranya tidak
cacat.
Atur siloskop jejak ganda untuk bentuk gelombang yang baik
Hubungkan kapasitor 0,1 F antara terminal DC pada keluaran analog konverter D-A dan GND.
Dengan memutar samp rate adj ke kiri dan ke kanan akan didapat kualitas suara yang berbeda.
Amati bentuk gelombang dimana kualitas suara yang terbaik dan terburuk.
Sekarang ubahlah voltage adj konverter A-D, amati bentuk gelombangnya dan kualitas
suaranya.
Tugas
Catat hasil percobaan dan kesimpulan

D-A CONVERTER A-D CONVERTER


COMP. BINARY INPUT BINARY OUTPUT
ANALOG ANALOG
OUT
OUTPUT E D C B A INPUT E D C B A
LEVEL
-8.0 V 0 L L L L L
-7.5 1 L L L L H
-7 2
-6.5 3
-6 4
-5.5 5
-5 6
-4.5 7
-4 8
-3.5 9

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


38 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
-3 10
-2.5 11
-2 12
-1.5 13
-1 14
-0.5 15
0V 16 H L L L L
0.5 17
1 18
1.5 19
2 20
2.5 21
3 22
3.5 23
4 24
4.5 25
5 26
5.5 27
6 28
6.5 29
7 30
7.5 31 H H H H H
0V

V. Tugas
Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas?

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


39 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Pudak Scientific

‘13 Praktikum Dasar Telekomunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


40 Syafitri Dwi Junianti (41418010020) http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai