Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

Praktikum Dasar
Telekomunikasi
DISUSUN OLEH :
NAMA : HERDI NUR FAUZI
NIM : 41418310089

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
MODUL
PERKULIAHAN
W142100028 -
Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Enkoder Stereo MPX

Abstrak Sub-CPMK

Setelah menyelesaikan topik ini Sub-CPMK 1.1


diharapkan anda dapat Mampu menjelaskan proses stereo dan cara
memahami dan mejelaskan kerja rangkaian encoder multiplexer stereo.
proses stereo dan cara kerja Sub-CPMK 1.2
encoder multiplexer, Mampu menginterpretasi bentuk
menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian encoder
gelombang pada rangkaian multiplexer stereo.
encoder multiplexer stereo . Sub-CPMK 1.3
Mampu mengukur besaran tegangan signal
– signal dalam rangkaian encoder
multiplexer stereo.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik


Elektro 01 HERDI NUR FAUZI
41418310089
Enkoder Stereo MPX
I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan proses stereo dan cara kerja rangkaian encoder multiplexer stereo.
2. Menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian encoder multiplexer stereo.
3. Mengukur besaran tegangan signal – signal dalam rangkaian encoder multiplexer stereo.

II. Pendahuluan

Dari perkembangan dunia audio yang demikian pesat, lahirlah sistem audio stereo yang dianggap
oleh sementara orang hampir menyamai suara aslinya (hi fidelity). Hal ini turut mempengaruhi juga
perkembangan sistem komunikasi, terutama komunikasi radio siaran (broadcast).
Sesuai dengan laju perkembangan tersebut maka pada stasiun siaran yang tadinya menggunakan
sistem modulasi AM, beralih ke sistem modulasi FM mono dan kemudian meningkat lagi menjadi
sistem modulasi FM stereo.
Seperti diketahui, perangkat pemancar hanya akan memproses satu sinyal informasi yang akan
dimodulasikan pada frekuensi pembawa. Oleh karena itu, apabila sinyal yang akan diproses
terdiri atas dua sinyal informasi (stereo), kedua sinyal tersebut
harus diproses terlebih dahulu menjadi satu sinyal saja. Salah satu teknik yang dipakai dalam
pemrosesan ini adalah dengan cara multiplekser, yaitu suatu rangkaian yang berfungsi untuk
mengkonversikan dua buah sinyal audio (kiri/kanan − left/right) menjadi satu sinyal saja. Untuk
mendapatkan sinyal yang diharapkan, suatu proses yang biasa dinamakan matriks harus
dilaksanakan.
Pada percobaan ini akan dibahas proses perubahan sinyal audio stereo menjadi sinyal matriks.

Gambar 1.1 Gambar blok encoder stereo MPX

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


2 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Seperti digambarkan di atas, dua kanal (channel) dari sumber suara masuk melalui preemphasis yang
berfungsi menaikkan tanggapan frekuensi (frequency response) di atas 3 kHz dari sinyal audio dan
memperbaiki perbandingan sinyal ke derau (signal-to-noise ratio). Keluaran dari pre- emphasis ini masuk
ke rangkaian matriks menghasilkan dua keluaran, penjumlahan (L+R) dan selisih (L-R). Sinyal
(L+R) merupakan sinyal transmisi mono yang diterima oleh radio FM mono bila menerima siaran dari
transmisi stereo. Sinyal lainnya, yaitu (L-R) ini diproses pada demodulasi stereo pada radio penerima
FM stereo, yaitu sinyal (L-R) akan dijumlahkan dengan sinyal (L+R). Penjumlahannya
menghasilkan sinyal “L”, pengurangannya menghasilkan sinyal “R”.
Masukan ke rangkaian Matriks
L= 1kHz
R= 3kHz

Salah satu keluaran dari rangkaian


Matriks: (L+R)

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


3 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Frekuensi sub-pembawa (subcarrier) = 38 kHz

Keluaran dari rangkaian Matriks yang berupa pengurangan: (L-R)

Keluaran dari balance modulator: sub-pembawa dimodulasikan dengan sinyal (L-R) secara AM
(AM suppressed carrier).

Hasil penyampuran sinyal-sinyal:


(L+R), sub-pembawa 38kHz AMSC dengan modulasi (L-R), dan sinyal pilot 19 kHz.
Dinamakan sinyal multipleks.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


4 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sinyal sub-pembawa sebesar 19 kHz sebagai pilot pada sistem stereo ini dimasukkan ke rangkaian
penjumlah dengan tingkat (level) sekitar 10% dari tingkat (L+R) dan (L-R), serta disisipkan di
antara puncak sinyal (L+R) dan di bawah sinyal (L-R), sehingga posisinya cukup jauh dari masing-
masing sinyal tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam proses penerimaan
sinyalnya di radio penerima.

Gambar 1.2 Spektrum sinyal modulasi multipleks FM Stereo

Multipleks FM stereo yang diuraikan di atas, adalah standard yang ditetapkan oleh Federal
Communications Commission (FCC). Dalam system multipleks stereo di Amerika, Sinyal SCA
(Subsidiary Communications Authorization) juga dapat dipancarkan secara bersamaan, yaitu
sinyal yang ada diumpankan ke keluaran penjumlah (adder).
SCA memakai sub-pembawa frekuensi 67 kHz, yang dimodulasikan secara FM hingga kedalaman
± 7,5 kHz. Dengan demikian jalur frekuensinya akan menempati rentang frekuensi dari 59,5 hingga
74,5 kHz. Bila SCA dipancarkan juga, untuk mengurangi modulasi lebih (over-modulation)
pembawa utama, amplitudo sinyal-sinyal penjumlahan dan pengurangan harus dikurangi,
umumnya dikurangi 10%.
Komponen (L+R) menempati bagian yang terbawah hingga sekitar 15 kHz dari spektrum, dan
menghasilkan kompatibilitas dengan radio penerima FM mono.
Komponen (L-R) diubah menjadi sinyal jalur sisi ganda dengan pembawa tertindas (double side
band suppressed carrier) dengan frekuensi 38 kHz. Sinyal pembawa ini ditindas untuk menjaga
batas deviasi total pemancar.
Pada radio penerima FM, sinyal pembawa (carrier) 38 kHz ini diperoleh kembali dengan bantuan
tone pilot 19 kHz yang ada dalam sinyal MPX. Sinyal 19 kHz ini digunakan untuk tanda transmisi
stereo.
Tingkat besaran sinyal-sinyal komponen MPX besarnya diatur untuk mengoptimalkan pemisahan
kanal stereo dari lebar jalur sinyal FM yang ada

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


5 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
III.Peralatan
Utama : Panel Power Supply PTE – 018 – 06
Panel Stereo MPX Enkoder PTE – 018 – 01
Pendukung : Osiloskop
Pencacah frekuensi (Frequency Counter)
Generator Fungsi
Multimeter

IV. Langkah Kerja

1. Pasanglah panel POWER SUPPLY dan panel STEREO MPX ENCODER pada rel
bingkai standar.

2. Hubungkan peralatan seperti Gambar 1.3 berikut:

Gambar 1.3 Pemasangan percobaan Stereo MPX Encoder


3. Periksalah kembali hubungan pemasangan kabel-kabel. Jika sudah benar, nyalakan catu
daya.
4. Dengan menggunakan osiloskop amati bentuk gelombang pada TP1, TP2 TP8, TP5, TP7,
TP9, dan TP3, TP4 dan TP6. Kemudian ukur frekuensi terdapat pada TP8 dan TP9. TP8,
TP5, TP7 dan TP9 dalam kHz.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


6 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 1.4 Hasil Pengamatan dengan menggunakan osiloskop
5. Dengan menggunakan kabel penghubung, masukkan sinyal dari Generator Fungsi ke
masukan audio kiri (left) dan kanan (right). Atau dapat pula digunakan sumber sinyal yang
telah disediakan dalam panel. Caranya dengan menempatkan saklar “MODULATION”
paling kiri pada posisi “INT”.
6. Dengan menggunakan osiloskop, amati bentuk gelombang pada TP1, TP2, TP3, TP4,
TP6, dan TP10.
7. Gambarlah bentuk gelombang pada TP10 dengan cermat
8. Setelah didapatkan gambaran keluaran, matikan saklar Power Supply.

Gambar 1.5 Hasil Pengamatan di TP10

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


7 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
V. Tugas

Jelaskan proses stereo dan cara kerja rangkaian encoder multiplexer stereo!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


8 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Pudak Scientific

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


9 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL
PERKULIAHAN
W142100028 -
Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Pemancar FM (FM Transmitter)

Abstrak Sub-CPMK

Setelah menyelesaikan topik ini Sub-CPMK 2.1


diharapkan anda dapat Mampu memahami prinsip kerja pemancar
memahami prinsip kerja FM yang dikontrol dengan PLL.
pemancar FM yang dikontrol Sub-CPMK 2.2
dengan PLL, Mampu menginterpretasi bentuk
menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian pemancar FM.
gelombang pada rangkaian Sub-CPMK 2.3
pemancar FM dan mengukur Mampu mengukur tegangan sinyal- sinyal
tegangan sinyal-sinyal pada pada rangkaian pemancar FM.
rangkaian pemancar FM .

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik


Elektro 02 HERDI NUR FAUZI
41418310089
Pemancar FM (FM Transmitter)
I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat memahami prinsip kerja pemancar
FM yang dikontrol dengan PLL, Menginterpretasi bentuk gelombang pada rangkaian pemancar FM
dan Mengukur tegangan sinyal-sinyal pada rangkaian pemancar FM.
II. Pendahuluan

Bagian terpenting suatu pemancar adalah bagian modulator yang berfungsi sebagai pemroses
bersatunya sinyal informasi dan sinyal gelombang pembawa (carrier).
Seperti diketahui, sinyal audio dapat dibawa oleh sinyal pembawa dengan cara memodulasikannya.
Sistem pemodulasian ini juga banyak metodanya, seperti yang sering kita dengar, yaitu modulasi
amplitudo dan modulasi sudut (angular modulation) yang mencakup modulasi fasa dan modulasi
frekuensi.

Modulasi fasa (PM) adalah modulasi sudut yang sudut fasa pembawanya disimpangkan dari nilai
dasarnya sebesar suatu besaran yang sebanding dengan amplitudo sinyal modulasi. Jadi dapat
disingkat, pada PM ada perubahan fasa yang sebanding dengan sinyal modulasi.

Frekuensi modulasi (FM) adalah modulasi sudut yang frekuensi sesaat dari gelombang sinus
pembawanya menjadi menyimpang dari frekuensi pemawanya dengan suatu perbandingan terhadap
nilai sesaat gelombang modulasi.

Yang akan dibahas secara ringkas di sini adalah mengenai frekuensi modulasi. Frekuensi modulasi
mempunyai permasalahan teoritis dan praktis yang lebih kompleks dibanding modulasi amplitudo.
Keuntungan metoda frekuensi modulasi dibanding dengan modulasi amplitudo di antaranya
adalah: FM lebih kebal terhadap derau (noise), jadi perbandingan antara derau terhadap
sinyal lebih tinggi, daya yang diperlukan untuk pemodulasian kecil dan lebar jalur (bandwidth)
audio sebagai sumber suara lebih lebar daripada AM.

Ketika sinyal informasi dimasukkan, frekuensi pembawa naik selama satu dari setengah putaran
sinyal pemodulasi dan menurun selama setengah putaran dari polaritas yang berlawanan.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


10 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah, gelombang FM menduduki waktu lebih singkat
(frekuensi lebih tinggi) ketika sinyal modulasi positip dan lebih lama ketika modulasi sinyal
negatif.

Perubahan frekuensi pembawa, disebut juga deviasi frekuensi, besarnya sebanding dengan
amplitudo sesaat sinyal modulasi. Dengan demikian deviasi akan kecil ketika amplitudo sesaat
sinyal modulasi nilainya kecil dan deviasi paling besar ketika sinyal modulasi mencapai
puncaknya, baik positip maupun negatif.

Rasio deviasi maksimum :

Rasio (perbandingan) deviasi


Keterangan : D = Deviasi puncak
M = Frekuensi modulasi maksimum dalam hertz

Gambar 2.1 Bentuk gelombang dasar modulasi frekuensi

Frekuensi sesaat gelombang frekuensi modulasi (f) besarnya sama dengan frekuensi pembawa di
tambah dengan deviasi pada saat itu, yaitu :

Keterangan :
= frekuensi pembawa
= deviasi frekuensi
= kecepatan sudut sinyal informasi

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Besarnya simpangan yang dialami oleh frekuensi pembawa tergantung pada besarnya amplitudo
informasi.

Keterangan :
K = konstanta pembanding
= amplitudo informasi
Dengan demikian besar f adalah:

Deviasi maksimum terjadi pada saat cosinus mempunyai nilai 1. Dalam kondisi ini
frekuensi sesaatnya menjadi :

Sedemikian sehingga deviasi maxsimum

Indeks modulasi untuk FM (m) didefinisikan sebagai perbandingan deviasi frekuensi maxsimum
dengan frekuensi pemodulasi . Jadi definisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Besar tegangan gelombang modulasi FM

Keterangan :
= amplitudo pembawa
= amplitudo sinyal pemodulasi
= frekuensi informasi
M = indeks modulasi
= frekuensi pembawa

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
= kecepatan sudut sinyal pembawa
= kecepata sudut sinyal pemodulasi =
deviasi frekuensi pembawa
Dari persamaan gelombang FM diatas :
merupakan persamaan yang kompleks karena terdapat
komponen sinus dalam sinus.
Untuk memecahkan komponen – komponen frekuensi gelombang FM maka diperlukan
fungs bessel. Dengan fungsi bessel persamaan ini dapat dikembangkan menjadi :

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa keluarannya terdiri atas pembawa dan pasangan jalur
samping (side band) dengan jumlah yang tak terhingga, masing – masing didahului oleh koefisien
J.

Jalur samping yang jauh dari pembawa (carier) biasanya mempunyai amplitudo jauh lebih kecil
dari pada amplitudo pembawa, sehingga jalur ini bisa diabaikan. Ini membuat transmisi FM ada
dalam lebar jalur yang dibatasi.
Metoda pembangkitan FM

Metoda dasar proses pembangkitan gelombang FM ini ada dua macam:


1. Metoda tak langsung, yakni berdasar pada prinsip pembangkitan modulasi fasa, dan
melalui rangkaian elektronik diubah ke modulasi frekuensi.
2. Metoda langsung, yakni berdasar pada prinsip variasi tegangan mempengaruhi reaktansi
sehingga menimbulkan perubahan besar frekuensi dari osilator.

Gambar 2.2. Gambar blok pembangkit FM tidak langsung

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Keterangan:
1. Amplifier 4. Osilator frekuensi dasar
2. Audio corrector 5. Pengali / pelipat frekuensi
3. Phase modulator circuit

Pada rangkaian pembangkit FM tidak langsung, sinyal pemodulasi dimasukkan melalui rangkaian
audio corrector sebelum masuk ke proses pemodulasian fasa, agar keluaran nya menghasilkan
gelombang FM. Audio corrector ini berfungsi mengurangi amplitudo sinyal audio sebanding
frekuensinya.

Frekuensi deviasi yang dihasilkan dengan cara pemodulasian tidak langsung ini kecil (hanya
beberapa Hertz), dan untuk memperbesar deviasi juga frekuensinya maka digunakan rangkaian
pengali frekuensi.

Sistem ini digunakan untuk transmitter yang berpindah-pindah, atau komunikasi lainnya yang
tidak memerlukan bandwidth lebar, namun memerlukan kemudahan dalam pemindahan saluran
frekuensi.

Deviasi dari transmitter yang demikian hanya ± 2,5 kHz maksimum dan band audio modulasinya
dibatasi sekitar 3 kHz.
Pemodulasian FM dengan metoda langsung adalah dengan cara memasangkan rangkaian reaktansi
yang variable terhadap tegangan pada rangkaian tanki dari osilator.

Yang umum dan praktis digunakan adalah modulator dengan reaktansi dan modulator dengan
varactor dioda.
Contoh untuk modulator reaktasi sebagai pembangkit FM dapat dilihat seperti pada Gambar 2.3. di
bawah:

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.3. Rangkaian modulator reaktansi dengan komponen transistor

Untuk pembangkit FM dengan varactor dioda ialah didasarkan pada sifat varactor dioda itu.
Varactor dioda merupakan dioda semikonduktor yang mempunyai junction kapasitansi yang
linier yang mempunyai variasi dengan tegangan yang masuk ketika diberi bias balikan (reverse-
bias).

Gambar 2.4. Rangkaian dasar modulator varactor dioda

Rangkaian osilator dari FM transmitter adalah sbb:

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5. Rangkaian Modulator FM dengan osilator IC
Frekuensi tengah dari rangkaian tanki LC osilator di atas ditentukan oleh induktor L, VD2, VD3,
C7 dan VD1, juga dipengaruhi layout traks dari board dan kapasitansi antar traks. Dengan
pendekatan, frekuensi tengah dari osilator di atas dapat dihitung dengan:

Keterangan

= kapasitansi total dari rangkaian tanki LC


= Frekuensi tengah
L = Induktor tanki
Kapasitansi Varactor dioda besarnya ditentukan oleh tegangan reverse pada kedua terminalnya,
dan oleh kapasitansi varaktor dioda tersebut pada saat tanpa bias.
atau dapat dirumuskan sebagai:

Keterangan :
= capasitor pada saat tanpa bias tegangan =
tegangan reverse pada varaktor diode
Pada gambar 2.7 diatas, rangkaian PLL berfungsi mengontrol frekuensi tengah yang diinginkan di
keluaran.

Gambar 2.6 gambar blok pemancar FM dengan control PLL

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
III.Peralatan
Utama : panel power supply PTE -018 – 06
Panel stereo MPX encoder PTE – 018 – 01
Panel PM Transmitter PTE – 018 – 02
Pendukung : Osiloskop frekuensi tinggi
Frequency counter
AVO Meter

IV. Langkah Kerja

Untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka untuk setiap awal percobaan,
pastikan bahwa semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung / terpasang ke
jala-jala PLN.
1. Pasangkan panel Power Supply, Stereo MPX Encoder dan FM Transmitter pada bingkai
standar.
2. Hubungkan MPX OUT encoder dengan MPX IN transmitter.
3. Hubungkan RF Out transmitter dengan dummy load sebagai pengganti antena.

Gambar 2.7 Pemasangan kabel dan plug

4. Periksalah sekali lagi apakah rangkaian telah terpasang dengan benar? Jika sudah,
nyalakan catu daya.
5. Pilihlah salah satu frekuensi pemancar, 95MHz atau 100MHz dengan
menggunakan switch yang tersedia.
Pada panel tersedia terminal-terminal untuk test, yaitu:
TP1 Sinyal masukan TP5 Frekuensi yangdibandingkan

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
TP2 DC kontrol ke VCO TP6 Keluaran pre-scaller =1/10 frek. VCO
TP3 Frekuensi Out VCO TP7 Keluaran RF Amplifier
TP4 Frekuensi Reference TP8 Keluaran RF Amp. dan LPF
6. Ukur besar frekuensi voltage control osilator (VCO)pada TP3 panel transmitter
dengan menggunakan frequency counter. Bila osiloskopnya
mempunyai probe dengan impedansi sangat tinggi, maka amati TP3
tersebut, lalu gambar bentuk gelombang yang dihasilkannya. Ukur dan amati juga
frekuensi di TP6 sebagai hasil pembagian oleh rangkaian pre-scaler.

7. Ukurlah besar frekuensi pada TP4, TP5 dan TP2 panel transmitter dengan menggunakan
frequency counter dan menggunakan osiloskop.

8. Pasang probe osiloskop Ch1 pada TP4 dan Ch2 pada TP5, bandingkan dan perhatikan beda
fasanya.
9. Ukur besar frekuensi dan besar tegangan pada TP7 dan TP8 dengan menggunakan
Osiloskop dengan probe berimpedansi tinggi.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
V. Tugas

1. Jelaskan prinsip kerja pemancar FM yang dikontrol dengan PLL!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Pudak Scientific

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


11 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL
PERKULIAHAN
W142100028 -
Praktikum
Dasar Telekomunikasi
Penerima FM Stereo (Stereo
FM Receiver)
Abstrak Sub-CPMK

Setelah menyelesaikan topik ini Sub-CPMK 3.1


diharapkan anda dapat Mampu mempelajari rangkaian
mempelajari rangkaian penerima FM stereo.
penerima FM stereo, mengamati Sub-CPMK 3.2
bentuk gelombang pada Mampu mengamati bentuk gelombang
rangkaian penerima FM stereo pada rangkaian penerima FM stereo.
dan mengukur tegangan pada Sub-CPMK 3.3
rangkaian penerima FM stereo . Mampu mengukur tegangan pada
rangkaian penerima FM stereo.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik


Elektro 03 HERDI NUR FAUZI
41418310089
Penerima FM Stereo (Stereo FM Receiver)
I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan Mempelajari rangkaian penerima FM


stereo, Mengamati bentuk gelombang pada rangkaian penerima FM stereo dan Mengukur
tegangan pada rangkaian penerima FM stereo

II. Pendahuluan

Penerima FM merupakan penerima superheterodyne yang hampir menyerupai penerima AM


superheterodyne, hanya dalam penerima FM, frekuensi kerjanya yang lebih tinggi, perlu proses
limitasi dan de-emphasis. Proses demodulasi dan penerapan AGC memakai metoda yang berbeda.

Seperti diketahui bahwa pemancar hanya memancarkan satu gelombang radio, gelombang radio
inilah yang ditangkap oleh rangkaian penala. Namun perlu diingat bahwa sinyal yang ditangkap
tersebut adalah sinyal matriks yang dimodulasikan pada gelombang pembawa, sehingga untuk
mendapatkan sinyal aslinya yaitu sinyal audio stereo diperlukan beberapa tahapan proses.

Pada umumnya rangkaian penerima FM yang ada, rangkaiannya terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
- Penguat RF (RF amplifier)
- Mixer
- Osilator lokal
- Penguat IF 10.7 MHz
- Limiter
- AFC
- Rangkaian demodulasi (Diskriminator)
- De-emphasis
- Penguat Audio
Untuk Penerima FM stereo masih ditambah rangkaian demultiplekser, yaitu untuk mengubah
kembali dari sinyal multipleks stereo yang diterima menjadi sinyal audio yang stereo.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


21 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Penguat RF
Pada umumnya sebuah penerima FM mempunyai suatu penguat RF. Penguat RF ini harus
mempunyai masukan yang cocok dengan antena.
Kemampuan dari penguat RF pada penerima FM ini harus mampu merespon suatu sinyal yang
memiliki level kurang dari 1µV, serta mempunyai penguatan noise dengan level yang
serendah-rendahnya, karena penguat ini bekerja pada frekuensi tinggi (VHF) dan band width
yang cukup lebar. Penguat RF ini, jika didaya gunakan dapat menurunkan pengaruh
harmonisa-harmonisa dan pengaruh efek radiasi osilator lokal.

Gambar 3.1 Rangkaian RF Amflifier

2. Mixer dan osilator lokal


Rangkaian osilator lokal biasanya memakai bentuk rangkaian yang umum, yang dapat bekerja
pada frekuensi tinggi. Rangkaian yang mendominasi pemakaian sebagai osilator lokal ini adalah
rangkaian colpitts dan clapp.

Gambar 3.2. Rangkaian Mixer dan osilator lokal


3. Penguat IF
Bentuk dan operasi dari penguat IF FM ini tidak jauh berbeda dengan penguat IF dalam AM.
Hanya pada penguat IF untuk FM frekuensi kerjanya jauh lebih tinggi dan banwidthnya lebih
besar. Yang lazim dipakai untuk penerima FM yang bekerja dalam band 88 sampai 108 MHz
adalah penguat IF 10,7 MHz dan bandwidthnya 200 kHz.
Pada penerima FM yang lebih baru, dilengkapi pula dengan filter keramik 10,7 MHz, yang
berfungsi agar sinyal IF yang dikuatkan lebih selektif terhadap harmonisa-

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


22 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
harmonisanya.
4. Limiter
Pada dasarnya limiter bekerja atas dasar pemotongan kedua puncak amplitudo (positif dan negatif)
ke dalam taraf tertentu pada tingkatan outputkeluaran dengan amplitudo yang konstan.
Fungsinya dalam suatu penerima FM adalah untuk menghilangkan modulasi AM yang tertinggal
dan variasi amplitudo yang menyebabkan noise dan distorsi, yang mana tidak diharapkan ikut
terbawa ke speaker.
Pada penerima FM keluaran dari IF sebelum masuk ke rangkaian demodulator dilewatkan
dulu melalui rangkaian limiter, karena sinyal keluaran dari IF
mengandung spurious (gelombang-gelombang semu) sehingga masih
mempunyai amplitudo yang berubah-ubah besarnya.

Gambar 3.3 Limiter dengan Transistor


Secara umum, limiter menggunakan rangkaian tangki sebagai beban kolektor. Selain itu
transistor akan dioperasikan pada daerah di bawah kondisi saturasi, yang mana didapat besaran
arus tertentu yang konstan. Resistor R C membatasi supply dc ke kolektor, yang menjadikan
tegangan dc di kolektor rendah, sehingga akan mudah dikemudikan.
Karakteristik limiter dari gambar di atas, adalah seperti Gambar 3.4. di bawah ini.

Gambar 3.4. Karakteristik masukan / keluaran


Pada gambar di atas, tangki LC ditala pada frekuensi tengah dari IF, sehingga keluaran dari
rangkaian tersebut menghasilkan sinusoida dengan amplitudo yang

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


23 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
konstan yang merupakan syarat sinyal yang masuk ke rangkaian demodulator.
Sinyal yang masuk melalui rangkaian limiter bervariasi amplitudonya. Sinyal masuk ke penerima
FM yang besarnya cukup untuk memulai operasi limitasi, ditetapkan sebagai quiets dalam keadaan ini
noise dari latar belakang tidak muncul.

Gambar 3.5 Respon limiter yang lazim


Tegangan minimum yang diperlukan untuk proses limitasi dinamakan tegangan quiting, threshold,
atau limiting knee. Tegangan minimum ini berhubungan dengan sensitivitas dari suatu penerima
FM.
Sensitivitas dari suatu penerima FM didefinisikan sebagai berapa besar masukan sinyal yang
diperlukan untuk menghasilkan level yang tepat untuk menghasilkan proses quiting, yang
normalnya 30db.
Ini berarti penerima dengan kualitas baik dengan sensitifvitas 1,2µV akan
mempunyai noise back ground di bawah 30 dB dari sinyal masukan yang besarnya 1,2µV itu.
Radio penerima FM yang umum sekarang banyak memakai penguat IF dari komponen aktif
IC. IC untuk penguat ini mempunyai kwalitas limitasi yang sangat tinggi, yaitu range dinamika
yang lebar.
Contoh Perhitungan:
Suatu Penerima FM mempunyai gain tegangan 200.000 (106 dB) yang diberikan pada limiternya.
Tegangan quieting dari limiter adalah 200 mV. Pertanyaan: berapa sensitivitas dari penerima
tersebut.
Jawaban. agar mencapai quiteting, maka sinyal masukan yang masuk ke penerima harus:

Maka sensitivitas receiver ini adalah


5. FM demodulator atau Diskriminator atau detektor FM
Fungsi dari demodulator ini adalah mengubah deviasi frekuensi dari gelombang RF pada IF
(yang mana identik dengan gelombang FM yang diterima), ke dalam bentuk variasi AF.
Konversi dari deviasi frekuensi ke AF ini harus diproses secara efisien dan linear. Jika

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


24 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
memungkinkan rangkaian konversi ini tidak peka terhadap perubahan amplitudo
masukan, dan tidak terlalu krisis dalam penyetelan dan pengoperasiannya.
Dari prinsip kerjanya demodulator ini terbagi dua :
a. Bekerja berdasarkan kurva lengkung (slope)
contohnya :
1. Detektor Slope atau Single Slope Detektor
2. Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau detektor Travis
b. Bekerja berdasarkan sensistivitas fasa
Contohnya :
1. Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator
2. Detector Ratio
Uraian singkat dari detektor-detektor di atas adalah sebagai berikut;
1. Detektor Slope atau Single Slope Detector
Prinsip detektor ini adalah sinyal FM dengan frekuensi IF, masuk melalui rangkaian
tangki LC yang mempunyai resonansi frekuensi yang sama dengan salah satu
frekuensi samping dari frekuensi tengahnya (fc),
keluarannya mempunyai amplitudo yang tergantung dari deviasi frekuensi dari sinyal masukan.
Tegangan keluarannya dihubungkan ke dioda detektor dengan beban RC yang mempunyai
konstanta waktu yang sesuai.
Jadi secara ringkas dapat dikatakan, rangkaian ini mengubah FM IF dengan tegangan yang
konstan ke dalam gelombang modulasi FM dan AM. Selanjutnya gelombang AM nya
dideteksi, sedangkan variasi frekuensi IF nya diabaikan.

Gambar 3.6. Detektor slope dan kurva karakteristik


Kelemahan dari detektor tipe ini ialah: Kurang efisien, kurang linier, terutama untuk FM
dengan deviasi yang besar, juga dalam penyetelan slug ferit relatip sulit, karena lilitan
primer dan sekunder harus ditala pada frekuensi yang berbeda sedikit.
2. Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau Detektor Travis

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


25 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Rangkaian detektor tipe ini menggunakan dua detektor slope yang dihubungkan saling
berbalikan terhadap tap tengah, sehingga berbeda fasa 180 o . Untuk radio penerima dengan
deviasi 75 kHz, rangkaian sekunder bagian atas ditala 100 kHz di atas frekuensi IF. Demikian
pula rangkaian sekunder bagian bawah, ditala 100 kHz di bawah frekuensi IF. Masing-masing
rangkaian tala tersebut disambungkan melalui sebuah dioda detektor dengan suatu beban RC.
Dengan demikian keluaran antara ujung seri kedua rangkaian tersebut besarnya sama dengan
jumlah keluaran masing-masing.

Gambar 3.7. Detektor balanced slope dan kurva karakteristik


Keuntungan dari detektor tipe ini, ialah lebih efisien dibanding dengan detektor single slope.
Kelemahannya, ialah lebih memerlukan kecermatan, karena ada tiga frekuensi berbeda yang
harus ditala pada kumparan tala. belum ada limitasi amplitudo, dan linieritas masih belum
cukup.
3. Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator
Detektor ini dikenal juga sebagai detektor centre tuned. Di sini kumparan primer dan sekunder
keduanya ditala pada frekuensi tengah dari sinyal yang masuk.
Tegangan-tegangan primer dan sekundernya adalah:
a. Akan tepat berbeda fasa 90o apabila masukan frekuensi sama dengan fc
b. Akan berbeda kurang dari 90o apabila fm lebih besar dari fc
c. Akan berbeda fasa lebih dari 90o apabila fm di bawah fc

Gambar 3.8. Rangkaian Detektor Fasa

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.9. Diagram phasor dari detektor fasa
Keuntungan dari detektor jenis dibanding dengan balanced slope ini ialah lebih
mudah settingnya, karena hanya ada rangkaian-rangkaian tala yang diset pada
frekuensi yang sama dan linearitas lebih baik, karena kurang tergantung pada frekuensi
respons dan lebih condong pada hubungan fasa primer-sekunder. Kekurangannya, ialah
masih belum ada limitasi amplitudo.
a. Detektor Ratio

Gambar 3.10. Rangkaian dasar Detektor Ratio dan kurva karakteristik


Detektor ratio ini merupakan modifikasi dari diskriminator Foster-Seely dengan memberikan
limitasi pada diskriminator, sedemikian rupa sehingga limiter amplitudo dapat disisipkan.
Banyak variasi praktis dari detektor ratio, yang mana dalam prakteknya terdapat dua tipe dasar,
yaitu balans dan tidak balans. Tipe yang balans merupakan yang lebih baik dan lebih sering
digunakan.
Bentuk dari detektor ratio balans ini adalah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.11.Detektor ratio balans

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada rangkaian detektor ratio balans, terdapat rangkaian low-pass filter, dalam gambar terdiri
dari CF dan RF, berguna untuk menghilangkan riak RF dari sinyal audio.
6. De-emphasis
De-emphasis berfungsi untuk mengembalikan frekuensi tinggi sebagai proses dari pre-
emphasis di bagian pemancar, ke nada aslinya di bagian radio penerima.
Jadi audio dengan frekuensinya yang telah dikuatkan (63 kHz ke atas) kini oleh rangkaian de-
emphasis diturunkan kembali dengan perbandingan yang sama saat sinyal itu masuk melalui
pre-emphasis, sehingga keseimbangan nada aslinya menjadi kuat kembali.
Kurva karakteristik dari rangkaian de-emphasis akan merupakan pencerminan dari kurva
karakteristik pre-emphasis. Gambar di bawah menunjukkan rangkaian de-emphasis dan kurva
karakteristik. Seperti diperlihatkan kurva, point -3dB
terjadi pada frekuensi 2120 Hz, seperti diperkirakan dengan konstanta waktu RC (τ) untuk
membangkitkannya, sebesar 75µs.

Gambar 3.12. Rangkaian de-emphasis dan kurva karakteristik


De-emphasis bekerja pada sinyal frekuensi tinggi, maupun pada noise frekuensi tinggi, oleh
karena itu pada de-empasis tidak terjadi proses perbaikan sinyal-to- noise ratio.
Standar konstanta waktu pada rangkaian de-emphasis ini adalah :
 Untuk Australia dan Eropa adalah : 50µdetik
 Untuk Jepang dan Amerika adalah: 75µdetik
Di bawah ini terdapat blok rangkaian dari penerima FM stereo yang umum dipakai.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.13. Gambar blok pesawat penerima FM stereo Proses yang
berlangsung pada sebuah Penerima FM stereo adalah:
a. Sinyal RF (gelombang FM) diterima antena dan dikuatkan oleh Penguat RF.
b. Sinyal RF tadi dicampurkan dengan sinyal dari osilator lokal sehingga menghasilkan
frekuensi perbedaan yang besarnya sama dengan frekuensi IF, yaitu 10,7 MHz.
c. Setelah proses pemilteran, maka sinyal ini diperkuat oleh penguat IF
d. Sinyal yang telah diperkuat ini masuk kerangkaian Limiter, dan keluaran darirangkaian ini ada
dua, yang satu mengendalikan rangkaian AFC dan satu masuk ke rangkaian diskriminator untuk
di deteksi.
e. Untuk Penerima FM yang monophonic, keluaran dari diskriminator ini langsung
masuk ke rangkaian de-emphasis, dan selanjutnya ke penguat audio.
f. Pada penerima Stereo keluaran dari diskriminator ini masuk ke rangkaian
decoder MPX atau de-multiplekser.
g. Dalam rangkaian ini terjadi proses pemisahan sinyal MPX menjadi sinyal L dan R serta sinyal
yang menyalakan LED indikator.
h. Keluaran L dan R dari demultiplekser ini masuk ke rangkaian de-emphasis masing- masing,
lalu dikuatkan penguat audio.
i. Dalam modul Stereo FM Receiver ini proses penguatan RF dan pengubahan frekuensi ke
frekuensi menengah diproses dengan sebuah IC front-end, sedangkan proses penguatan
frekuensi menengah, limiter, demodulasi ke sinyal audio diproses oleh sebuah IC jenis penguat
IF. Selanjutnya proses demultiplexer diproses oleh IC jenis demultiplexer dan keluarannya
dipasangkan ke terminal keluaran L dan R.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.14. Rangkaian front-end Penerima FM
j. Pada rangkaian di atas terjadi proses pencampuran frekuensi yang diterima dan frekuensi
osilator lokal, menghasilkan beda frekuensi 10,7MHz yang diteruskan oleh IFT1 ke rangkaian
penguat IF. Proses yang terjadi identik dengan penerima AM.
k. Rangkaian penguat IF memperkuat frekuensi IF 10,7MHz dan melalui rangkaian limiter di
dalam IC tersebut, sinyal IF tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
diskriminator (detektor FM). Pada umumnya penerima FM yang beroperasi dalam band
frekuensi 88 sampai 108MHz mempunyai IF 10,7MHz dan bandwidth 200kHz.

Gambar 3.15 Rangkaian penguat IF

l. Keluaran dari diskriminator (detektor FM) mempunyai sinyal-sinyal (L+R) yang besarnya
30Hz sampai 15kHz, sub-carrier 19kHz dan sinyal (L-R) yang besarnya
23 sampai 53kHz. Setelah rangkaian diskriminator ini
rangkaian lebih rumit.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.16. Rangkaian Demultiplekser/MPX decoder
m. Rangkaian demultiplekser ini secara otomatis men-switch menjadi mono, jika sinyal stereo yang
diterima cukup lemah, ini berguna juga agar noisenoise yang terjadi karena lemahnya sinyal
yang diterima, tidak diproses ke keluaran. Demikian juga jika tidak ada sinyal pilot tone 19kHz.
n. Frekuensi dari VCO di dalam multiplexer ini merupakan osilator free-running, yang kestabilan
frekuensi dan fasanya dikontrol oleh rangkaian PLL dan phase detector.
o. Untuk mendemodulasikan sinyal(L-R) dengan baik, dekoder harus membangkitkan sinyal
38kHz yang terkunci sefasa dengan sinyal pilot 19kHz pada masukan.
p. Pada percobaan ini akan dipelajari proses penerimaan sinyal gelombang radio hingga
pemisahan

III. Peralatan

Utama : panel power supply PTE – 018 – 06


Panel stereo FM Receiver PTE – 018 – 03
Pendukung : Osiloskop 120 Mhz
Frequency counter
AVO Meter
Probe osiloskop dengan impedansi tinggi

IV. Langkah Kerja

Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, maka setiap awal percobaan, pastikan bahwa
semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung/ terpasang ke jala – jala PLN
1. Pasang panel power supply dan stereo FM Receiver pada rel bingkai standar.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Hubungkan peralatan sesuai gambar.

Gambar 3.17 Pemasangan panel dan cross connector


3. Periksalah sekali lagi apakah rangkaian telah terpasang dengan benar? Jika sudah, nyalakan
catu daya.
4. Pilihlah salah satu gelombang siaran radio FM yag tengah mengudara. Jika kebetulan tidak ada
siaran FM, maka kita harus memakai alat batu, yaitu panel pemancardan panel stereo MPX
modulator sebagai radio siaran.
5. Perhatikan lampu indicator stereo apakah menyala?
6. Apabila menyala, apakah artinya?
7. Dengan memakai osiloskop dan probe berimpedansi tinggi, perhatikan gelombang –
gelombang lalu gambarlah!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
V. Tugas

1. Gambarkan rangkaian penerima FM stereo!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
1. Pudak Scientific

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


26 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL
PERKULIAHAN
W142100028 -
Praktikum
Dasar Telekomunikasi
Penguat Audio (Audio Amplifier)

Abstrak Sub-CPMK

Setelah menyelesaikan topik ini Sub-CPMK 4.1


diharapkan anda dapat Mampu mempelajari rangkaian
mempelajari rangkaian penguat audio.
penguat audio, mengamati bentuk Sub-CPMK 4.2
gelombang pada penguat audio, Mampu menjelaskan rangkaian
dan mengukur tegangan pada penguat audio.
penguat audio. Sub-CPMK 4.3
Mampu mengukur tegangan pada
penguat audio.
.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik


Elektro 04 HERDI NUR FAUZI
41418310089
Penguat Audio (Audio Amplifier)
I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat Mempelajari rangkaian penguat audio,
Mengamati bentuk gelombang pada penguat audio, dan Mengukur tegangan pada penguat audio.

II. Pendahuluan

Produk akhir dari suatu penerima adalah adanya suara yang dapat didengar (audible). Keluaran
suara dengan kualitas baik adalah suara yang dapat dibedakan mana nada tinggi, nada menengah
dan nada rendah dengan jelas, dengan kata lain, seorang pendengar dapat membedakan mana suara
terompet, drum, bass ataupun vokal manusia. Hal ini dikenal dengan istilah penguat high fidelety
(HI-FI).
Penentu dari kualitas suara tersebut adalah adanya penguat yang berkualitas baik dilihat
dari daya, frekuensi respons dan kebersihan suara. Suatu penguat audio stereo pada dasarnya
adalah dua buah penguat audio yang dipasang secara simetris baik mutu, rangkaian ataupun
karakteristiknya.
Rangkaian penguat audio pada modul audio amplifier ini dirancang dengan
menggunakan dua buah IC LM380 yang membentuk penguat dua channel. Satu channel untuk
penguat channel kiri dan satu lagi penguat channel kanan.
Tipe IC LM380 ini dipilih, karena sederhana dalam rangkaiannya, serta memiliki spesifikasi
seperti di bawah ini:
1. Tegangan pasok mempunyai range yang cukup luas
2. Penguatan tegangan sekitar 50 kali
3. Referensi masukan di-ground-kan
4. Mempunyai impedansi masukan yang tinggi
5. Distorsi rendah
Untuk kesederhanan, pada panel audio ini, rangkaian penguatnya tidak dilengkapi dengan
potensiometer balance.
Rangkaian penguat tersebut pada dasarnya seperti rangkaian berikut ini:

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


35 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.1 Rangkaian penguat 2 kanal (channel)
Adapun pemisahan nada bagian kiri (left) atau kanan (right) diatur oleh stasiun pemancar
melalui sistem pencampur audionya (audio mixernya).
Pada percobaan ini dibahas akan dibahas proses penguatan audio pada penerima radio FM stereo.

III.Peralatan
Utama : panel power supply PTE – 018 – 06
Panel stereo FM Receiver PTE – 018 – 03
Panel Audio Amfilier PTE – 018 – 04 Panel
speker PTE – 018 – 05
Pendukung : Osiloskop
Generator sinyal audio
AVO Meter

IV. Langkah Kerja

Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, maka setiap awal percobaan, pastikan bahwa
semua peralatan dalam keadaan mati dan catu daya tidak terhubung/ terpasang ke jala – jala PLN.
1. Pasalnglah panel power supply,stereo FM Receiver, audio Amplifier dan speker pada rel
bingkai standar.
2. Hubungkan peralatan sesuai dengan gambar berikut :

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


36 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.2 Pemasangan kabel penghubung dan bridging plug
3. Periksa kembali semua hubungan, jika sudah benar, nyalakan catu daya.
4. Untuk mengetahui penguatan amplifier ini, maka dapat dilakukan percobaan tersendiri
dengan cara menyambungkan langsung masukan dari audio amplifier ini ke signal
audio generator yang telah diset untuk mengeluarkan keluaran
sekitar 50mV pp dan frekuensi 1kHz, dan keluaran amplifier ke resistor beban yang
nilainya 8Ω Kemudian periksa dengan osiloskop keluaran dari amplifiernya.

5. Bandingkanlah besar penguatan L dan R.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


37 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
6. Pasang kembali rangkaian panel-panel seperti gambar di atas. Periksa dengan osiloskop
masukan dan keluaran amplifier pada saat FM receivernya menerima signal RF dari transmitter
pada frekuensi 95MHz, sinyal stereo dengan masukan MPX encoder diset pada posisi
INTERNAL : L = 1kHz dan R = 3kHz.
7. Periksa dan tentukan berapa tegangan pp serta frekuensi dari sinyal masukan L, keluaran L,
masukan R dan keluaran R.

8. Matikan kembali supply bila percobaan diatas selesai.

V. Tugas
1. Jenjelaskan rangkaian penguat audio!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


38 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Pudak Scientific

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


39 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
MODUL
PERKULIAHAN
W142100028 -
Praktikum
Dasar Telekomunikasi

Penggabungan Konverter D-A dan A-


D
Abstrak Sub-CPMK

Setelah menyelesaikan topik ini Sub-CPMK 5.1


diharapkan anda dapat Mampu menjelaskan transmisi data
menjelaskan transmisi data antara antara pengubah D-A ke A-D.
pengubah DA ke A-D, mengamati Sub-CPMK 5.2
kesalahan – kesalahan selama proses Mampu memahami transmisi data
pengubahan. Metode digital I/O seperti antara pengubah D-A ke A-D.
ini dapat digunakan untuk
mengendalkan berbagai macam
peralatan analog dengan menyambung
ke komputer.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik


Elektro 05 HERDI NUR FAUZI
41418310089
Praktikum Penggabungan Konverter D-A dan A-D
I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini, anda dapat menjelaskan transmisi data antara pengubah D-A
ke A-D. Gambar menunjukan diagram skematik sistem percobaa konfigurasi ini digunakan untuk
mengamati kesalahan – kesalahan selama proses pengubahan. Metode digital I/O seperti ini dapat
digunakan untuk mengendalkan berbagai macam peralatan analog dengan menyambung ke
komputer

II. Pendahuluan

Gambar menunjukan diagram skematik sistem percobaa konfigurasi ini digunakan untuk
mengamati kesalahan – kesalahan selama proses pengubahan. Metode digital I/O seperti ini dapat
digunakan untuk mengendalkan berbagai macam peralatan analog dengan menyambung ke
komputer.

Transmitter Receiver

DIGITAL D-A A-D DIGITAL


CONTROL CONVERTER CONVERTER CONTROL
SYSTEM Analog SYSTEM
Transmission
Line

Fig. 1-1 D-A/A-D Transmission System

III.Peralatan
Utama : Papan plug-in
Catu-daya tegangan utama
Pendukung : Generator sinyal
Osiloskop

IV. Langkah Kerja

Percobaan I Trasnsmisi data biner dari D-A ke A-D


Lankah Kerja:
1. Siapkan pengubah D-A dan A-D, buat hubungan seperti pada gambar
2. Matikan saklar CHIP SELECT dari pengubah D-A
3. Pindahkan semua saklar MANUAL BINARY INPUT ke posisi ‘L’
4. Putar SAMP. RATE.ADJ ke posisi penuh berlawanan arah jarum jam.
5. Nyalakan saklar daya kit percobaan.
2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi
40 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
6. Atur bit E dari MANUAL BINARY INPUT pada kit D-A menjadi ‘H’, agar meter
membaca 0 V
7. Lakukan percobaan dengan kombinasi pada tabel.
Tugas!
Bandingkan nilai yang didapat pada tabel dan cari kesimpulannya.

D-A CONVERTER A-D CONVERTER


BINARY INPUT COMP. BINARY OUTPUT
ANALOG ANALOG
E D C B A OUT E D C G A
OUTPUT LEVEL INPUT
L L L L L -8.0 V 0 L L L L L
L L L L H 1 L L L L H
L L L H L 2 L L L H L
L L L H H 3 L L L H H
L L H L L 4 L L H L L
L L H L H 5 L L H L H
L L H H L 6 L L H H L
L L H H H 7 L L H H H
L H L L L 8 L H L L L
L H L L H 9 L H L L H
L H L H L 10 L H L H L
L H L H H 11 L H L H H
L H H L L 12 L H H L L
L H H L H 13 L H H L H
L H H H L 14 L H H H L
L H H H H 15 L H H H H
H L L L L 0 Volt 16 H L L L L 0 Volt
H L L L H 17
H L L H L 18
H L L H H 19
H L H L L 20
H L H L H 21
H L H H L 22
H L H H H 23
H H L L L 24
H H L L H 25
H H L H L 26
H H L H H 27
H H H L L 28
H H H L H 29
H H H H L 30
H H H H H 31
0V

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


41 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Percobaan II. Transmisi data kecepatan tinggi dari D-A ke A-D
Langkah Kerja :
1. Atur semua manuar binary input ke ‘L’
2. Hubungkan keluaran biner dengan masukan biner
3. Atur timing control ke posisi tengah.
4. Hubungkan masukan vertikal osiloscope ke TP-2 dari pengubah A-D dan atur
jangkauan masukan vertikal sekitar 1 V/div dengan sweep time 1 ms/div.
5. Atur samp. Rate .adj dari pengubah A-D ke posisi maksimum.
6. Aktifkan kit percobaan
7. Atur osiloskop untuk mengamati bentuk gelombang
8. Atur timing control dari pengubah D-A ke nilai maksimum searah jarum jam dan atur
kembali sweep time osiloscope untuk mendapatkan gelombang tangga
Tugas
1. Amati dan gambar bentuk gelombang tangga dengan mengubah samp rate adj dari
kecepatan rendah hingga tinggi
2. Amatilah bentuk gelombang jika samp rate adj berubah dari kecepatan tinggi ke rendah
dan jelaskan apa maksud dari penurunan jumlah tangga.
I. Masukan dan keluaran Analog
Tujuan : Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki metode pembangunan sistem yang
mempunyai berbagai macam kemampuan mengolah data digital melalui jalur transmisi
untuk pengiriman analog ke analog. Contohnya sinyal suara dapat di digitasi dan disimpan
di kantor telepon. Data yang tersimpan itu dapat ditransmisikan kembali. Semua detector
data biasanya adalah detektor sinyal analog, sehingga memerlukan pengubahan A-D dan
kadang – kadang data itu harus diubah kembali kesinyal analog. Disini prinsipnya akan
diselidiki.
Percobaan III. Masukan keluaran Analog.
Langkah Kerja :
1. Kit percobaan A-D dan D-A dalam keadaan tidak aktif.
2. Pindahkan saklar DC – AF ke posisi DC
3. Atur voltage.adj ke posisi tengah.
4. Hubungkan terminal output dan terminal input analog paa pengubah A-D
5. Atur samp.rate.adj ke posisi tengah.
6. Hubungkan kit percobaan A-D dan D-A seperti pada gambar
7. Aktifkan rangkaian
8. Atur voltage adj hingga monitor analog pada pengubah A-D membaca 0 V

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


42 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
9. Putar voltage adj searah jarum jam, bandingkan hasil pengukuran pada monitor analog
konverter A-D dengan konverter D-A.
Tugas
Catat tegangan keluaran aalog koneverter D-A dibandingkan dengan tegangan input analog
konverter A-D pada tabel berikut. Lalu amati kesalahannya dan simpulkan.
II. Komunikasi Audio
Tujuan : percobaan ini bertujuan untuk mengamati sinyal suara dihasilkan bila sinyal yang
telah diubah A-D di transmisi semacam ini, tapi prinsip dasarnya sama yaitu besaran
analog diubah ke data digital dan data digital diubah ke data analog kembali. Dengan
metode komunikasi seperti ini data audi diubah ke data digital sehingga bermacam –
macam jenis komunikasi dapat dilakukan.
Percobaan IV Transmisi dengan Mic dari A-D ke D-A
Langkah Kerja :
1. Matikan power pengubah A-D dan D-A
2. Pindahkan sektor DC-AF dari konverter A-D ke AF
3. Atur voltage adj konverter A-D searah jaum jam maksimum
4. Sambung terminal OUTPUT konverter A-D ke terminal analog OUTPUT dengan kabel
“banana plog”
5. Masukan mic ke jek mic konverter A-D. gunakan mic dinamis yag impedansi masukannya
600 Ohm.
6. Hubungkan input analog konverter A-D dan output analog konverter D-A ke channel 1 dan
channel 2 input vertikal dari osiloskop jejak ganda, dibandingkan kedua sinyal. Atur input
vertikal ke 1 V/div dan sweep time 1 ms/div
7. Atur SAMP.RATE Adj ke posisi tengah
8. Pindahkan semua saklar MANUAL BINARY INPUT konverter A-D ke “L”
9. Hubungkan speaker 8 Ohm ke keluaran analog “ AC terminal “ dari konverter D-A
10. Nyalakan power kit percobaan
11. Bicaralah ke Mic dengan kekarasaan normal, kemudian atur voltage adj agar
suaranya tidak cacat.
12. Atur siloskop jejak ganda untuk bentuk gelombang yang baik
13. Hubungkan kapasitor 0,1 F antara terminal DC pada keluaran analog konverter D- A dan
GND.
14. Dengan memutar samp rate adj ke kiri dan ke kanan akan didapat kualitas suara yang
berbeda. Amati bentuk gelombang dimana kualitas suara yang terbaik dan terburuk.

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


43 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
15. Sekarang ubahlah voltage adj konverter A-D, amati bentuk gelombangnya dan kualitas
suaranya.

V. Tugas

1. Jelaskan transmisi data antara pengubah D-A ke A-D!

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


44 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
1.Pudak Scientific

2021 Praktikum Dasar Telekomunikasi


45 HERDI NUR FAUZI || 41418310089
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai