Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 1
Dasar Sistem Komunikasi Radio

 Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
• Memberi gambaran tentang sistem komunikasi radio gelombang
mikro
• Menjelaskan tentang parameter pendukung sistem komunikasi
radio dan jenis rambatannya.

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


2

1.1 PENGERTIAN SISTEM KOMUNIKASI RADIO


Komunikasi Radio
Komunikasi radio adalah komunikasi yang dilakukan tanpa
menggunakan kabel yang memanfaatkan udara sebagai media transmisi
untuk perambatan gelombang radio yang bertindak sebagai pembawa
sinyal informasi. Prinsip komunikasinya dapat dilihat pada gambar 1.1
berikut ini:

Informasi Informasi
Pemancar Penerima

Gambar 1.1 Prinsip komunikasi radio


Sistem terdiri atas dua bagian pokok, yaitu pemancar (Tx) dan
penerima (Rx). Pemancar terdiri atas modulator dan antena pemancar,
sedangkan penerima terdiri atas demodulator dan antena penerima.
Modulator berfungsi untuk memodulasi informasi menjadi sinyal yang
akan dipancarkan melalui antena pemancar. Antena merupakan suatu
sarana atau piranti yang mengubah sinyal listrik (tegangan/arus) menjadi
sinyal elektromagnetik (pada pemancar). Sinyal elektromagnetik inilah
yang akan dipancarkan melalui udara atau ruang bebas sehingga sampai
pada penerima.
Sinyal yang dipancarkan oleh antena pemancar akan ditangkap oleh
antena penerima. Dalam hal ini, antena merupakan suatu sarana atau
piranti yang mengubah sinyal elektromagnetik menjadi sinyal listrik
(pada penerima). Demodulator pada bagian penerima akan
mendemodulasi (yaitu proses kebalikan dari pada modulasi) sinyal listrik
menjadi sinyal informasi seperti aslinya. Agar antena dapat bekerja
dengan efektif, maka dimensi antena harus merupakan kelipatan (orde)
tertentu dari panjang gelombang radio yang digunakan.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


3

Gelombang Radio

Gelombang radio adalah satu bentuk radiasi gelombang elektromag-


netik, yang terbentuk pada saat obyek yang bermuatan listrik yang
dibangkitkan oleh osilator sebagai gelombang pembawa dimodulasi
(ditumpangkan frekuensinya) oleh gelombang informasi sehingga berada
pada frekuensi yang terdapat pada rentang frekuensi gelombang radio
(frekuensi radio) pada suatu spektrum elektromagnetik.
Radiasi gelombang elektromagnetik untuk gelombang radio ini
bergerak dengan cara osilasi elektrik maupun magnetik. Gelombang
elektromagnetik lainnya, yang memiliki frekuensi di atas gelombang
radio meliputi sinar gamma, sinar-X, inframerah, ultraviolet, dan cahaya.
Ketika gelombang radio dipancarkan melalui kabel, osilasi dari medan
listrik dan magnetik tersebut dinyatakan dalam bentuk tegangan dan arus
bolak-balik di dalam kabel. Hal ini kemudian dapat diubah menjadi signal
informasi. Meskipun kata radio digunakan untuk hal-hal yang berkaitan
dengan alat penerima gelombang suara, namun transmisi gelombangnya
dipakai sebagai dasar gelombang pada televisi, radio, radar, dan telepon
genggam pada umumnya.
Frekuensi yang digunakan untuk telekomunikasi menempati rentang
dari 3 kHz hingga 3 THz (Tera Hertz = 10 12 Hertz). Dengan rentang
frekuensi yang cukup besar ini, maka penggunaannya harus diatur
(disebut alokasi frekuensi) sehingga sistem-sistem radio yang ada tidak
saling mengganggu.
Dengan pengaturan alokasi frekuensi, maka setiap sistem yang
menggunakan komunikasi radio akan memiliki rentang frekuensi kerja
tersendiri yang berbeda dengan rentang frekuensi kerja sistem yang lain.
Kenyataan ini juga akan meminimalkan resiko interferensi oleh karena
penggunaan frekuensi yang sama oleh dua atau lebih sistem yang
berlainan.

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


4

Pada tabel 1.1 di bawah ini, adalah penentuan alokasi frekuensi


untuk sistem telekomunikasi.

Tabel 1.1 Alokasi frekuensi

Lanjutan

Gelombang mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang
mempunyai panjang gelombang 1 meter – 1 mm atau dengan frekuensi
300 Mhz – 300 Ghz. Gelombang mikro merambat secara garis lurus,
sehingga pembangunan sistemkomunikasi gelombang mikro harus
mempertimbang-kan faktor lokasi agar terhindar dari interferensi.
Biasanya pembangunan sistem komunikasi gelombang mikro
ditempatkan pada puncak gedung/ bangunan, atau bahkan puncak
gunung. Meskipun demikian, gelombang mikro memiliki kecepatan
transfer data yang cukup besar.
Beberapa kelebihan gelombang mikro:
 Kecepatan transfer data dan perambatannya relatif cepat,
 Efisien karena instalasinya relatif lebih murah, dan
 Aplikasi serta instalasinya relatif lebih mudah.
Beberapa kekurangan gelombang mikro:
 Mudah terinferensi oleh gelombang radio, dan
 Merambat hanya dalam garis lurus serta tidak boleh ada
penghalang (obstacle) yang berarti.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


5

Komunikasi Radio Gelombang Mikro


Sistem Komunikasi Radio gelombang mikro adalah suatu sistem
komunikasi dua arah dengan menggunakan gelombang-mikro sebagai
media pengirim informasi. Kelebihan dari penggunaan komunikasi Radio
gelombang mikro adalah kemampuannya menghubungkan semua
pelanggan yang tidak terjangkau oleh komunikasi fisik kabel tembaga
maupun serat optik. Karena kebutuhan transmisi dengan kualitas yang
tinggi sebagai komunikasi data maupun suara tumbuh dangan pesat,
maka radio Gelombang mikro menjadi solusi yang tepat, dan juga biaya
yang relatif lebih effisien.
Sistem komunikasi radio lebih murah dari sistem satelit maupun
pelayanan jaringan sewa yang melalui kabel. Radio gelombang mikro
juga sangat mudah dan cepat untuk dipasang. Pada sistem komunikasi
radio gelombang mikro ini terdapat beberapa bagian yang menjadi
komponen penting yang memiliki fungsi masing-masing, baik di sisi
pemancar/ pengirim maupun di sisi penerima. Apabila komunikasi radio
gelombang mikro ini digunakan untuk mengirimkan informasi data
digital maka sinyal binary yang masuk ke dalam sistim radio ini akan
diubah terlebih dahulu menjadi sinyal sinusoidal yang berfrekuensi
tinggi. Pada gambar 1.2 ditunjukkan diagram blok dari bagian-bagian
radio gelombang mikro, yaitu:

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


6

Gambar 1.2 Blok Diagram Sistem


Transmisi Radio Gelombang Mikro
Berdasarkan gambar 1.2 tersebut diatas maka dapat dijelaskan dari
tiap – tiap blok pada masing-masing receiver maupun transmitter
sehingga memudahkan kita untuk memahami lebih dalam tentang Sistem
komunikasi gelombang Mikro ini.
1. Pada Pemancar
1) Modulator
Sinyal yang masuk dari sinyal kirim dimodulasi dengan
menggunakan modulasi analog ataupun digital tergantung sinyal
informasi yang masuk, sehingga sinyal Informasi tersebut menjadi
sinyal base band memiliki frekuensi tertentu dalam orde Mhz.
2) Penguat IF (intermediate frequency)
Berfungsi menguatkan sinyal IF dari modulator dan kemudian
masuk ke up converter. Karena Sinyal keluaran dari modulator
mendapat pelemahan pada saat modulasi. Sinyal tersebut harus
dikuatkan agar pada saat masuk ke up converter, informasi tersebut
dapat diterima dengan baik.
3) Up Converter
Berfungsi Mengubah sinyal IF ke sinyal RF dengan men-setup
sinyal IF dan sinyal Osilator. Besarnya frekuensi yang dihasilkan
osilator dalam orde GHz. Frekuensi IF tersebut akan dicampur dengan
frekuensi osilator. Sinyal pencampuran ini yang kemudian dikirim ke
penguat RF. Besarnya frekuensi osilator inilah yang disebut frekuensi
kerja radio.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


7

4) Penguat RF (Radio frequency)


Menguatkan sinyal Frekuensi Radio yang kemudian di dikirimkan
ke penerima melalui antena. Penguat RF ini harus mempunyai
penguatan dan linearitas yang tinggi.
5) Antena
Antena befungsi mengirim dan menerima energi gelombang
elektromagnetik dari radio lawan (remote).
2. Pada Penerima
1) Penguat RF (Radio frequency)
Berfungsi menguatkan sinyal RF yang ditangkap oleh antena.
Sinyal radio frekuensi tersebut pada saat ditransmisikan dari pengirim
akan mengalami pelemahan sinyal sehingga sinyal tersebut harus
dikuatkan.
2) Down Converter
Berfungsi mengubah sinyal RF ke sinyal IF dengan mensetup
sinyal RF dan sinyal osilator. Sinyal RF tersebut akan dipisahkan
antara sinyal IF dan osilator, jadi pada keluaran down converter hanya
sinyal IF yang dikirim ke penguat IF.
3) Penguat IF (intermediate frequency)
Berfungsi menguatkan sinyal IF dari down converter. Pada saat
sinyal IF keluar dari down converter, sinyal IF harus dikuatkan agar
pada saat masuk ke demodulator sinyal tersebut dapat diterima dengan
baik.
4) Demodulator
Berfungsi Mengubah sinyal IF dari penguat IF ke sinyal Biner.
Sinyal IF tersebut akan didemodulasikan sehingga sinyal frekuensi
tersebut akan menjadi sinyal informasi awal yang dikirim dari
pengirim.
5) Antena
Antena berfungsi mengirim dan menerima energi gelombang
elektromagnetik dari radio lawan (remote).
Diagram blok sistem tersebut di atas adalah diagram blok yang
secara umum digunakan untuk komunikasi radio gelombang mikro.
Untuk lebih detail mengenali perangkat komunikasi radio gelombang

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


8

mikro, di bawah ini ditunjukkan contoh aplikasi sistem komunikasi ini


pada komunikasi seluler sebagai transmisi data dari BTS (Base
transceiver station) ke MSC (Mobile switching centre), sebagai berikut:

Gambar 1.3 Contoh aplikasi Sistem Komunikasi Radio pada


Jaringan Seluler
Keterangan:
1) ODU (Outdoor Unit)
Merupakan salah satu perangkat dari sistem komunikasi radio gelombang
mikro, yang isinya antara lain terdapat Up converter, Down Converter,
Penguat IF (pada sisi penerima), dan Penguat RF (pada sisi pemancar)
2) Antena
Perangkat ini bertugas untuk menguatkan sinyal RF yang keluar dari
ODU (pada sisi pemancar) dan menguatkan sinyal yang diterima untuk
diumpankan pada ODU (pada sisi penerima). Antena ini memiliki
reflektor yang berbentuk parabola yang diameternya berbeda-beda.
Diameter reflektor antena ini sangat berpengaruh terhadap nilai
penguatannya.
3) IDU (Indoor Unit)
Bagian IDU terdapat beberapa perangkat yang yang ada di dalamnya,
seperti ditunjukkan pada gambar 1.4 di bawah ini.

Data Modulator/ To
Multiplekser D/A atau A/D Filter IF ODU
Masuk Demodulator

Dasar Sistem Komunikasi Radio


9

Gambar 1.4 Diagram blok Indoor Unit (IDU)

Keterangan :
1) Multiplexer
Data masuk melalui bagian ini, berupa sinyal dengan bit rate 2 Mbps
(untuk 1E1) maupun Ethernet. Dan dari bagian ini akan diteruskan ke
Modulator/ Demodulator
2) Modulator/ Demodulator
Pada bagian ini sinyal akan diubah dalam bentuk analog maupun dalam
bentuk digital. Hasil perubahan ini akan diteruskan ke bagian converter
3) D/A atau A/D Converter
Pada bagian ini sinyal akan dirubah, Apabila sinyal yag masuk adalah
analog maka akan dirubah ke sinyal digital, atapun sebaliknya.
4) Filter IF
Sinyal yang memiliki frekuensi IF yang diperoleh dari keluaran
modulator di-filter untuk diteruskan ke ODU. Sinyal masukan filter IF ini
memiliki frekuensi 330 Mhz, 5,2 Mhz, 17,5 Mhz dan di-filter untuk
dikeluarkan hanya yang memiliki frekuensi 330 Mhz, kemudian sinyal ini
ditambahkan tegangan DC 48 V yang digunakan untuk men-supply
perangkat ODU melalui kabel IF berbentuk koaksial tipe RG-8 yang
berimpedansi 50 Ohm.
1.2 Parameter Sistem Komunikasi Radio
Sebelum memaparkan detail dari sistem komunikasi radio, ada
beberapa parameter penting untuk mendukung pemahaman lebih jauh
tentang bagaimana menentukan atau menghitung lintasan komunikasi
radio (Communication link) terkait bagaimana menentukan kebutuhan
perangkat di dalam melakukan perancangan dan instalasi supaya sistem
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Parameter penting yang
dimaksudkan, antara lain:
1. Desibel
2. Level daya
3. Penguatan (Gain)
4. Redaman (Attenuation)

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


10

5. Distorsi
6. Noise dan Interferensi
7. Carrier to Noise Ratio (C/N)
8. Signal To Noise Ratio (S/N)
9. Energi per bit terhadap noise (Eb/No)
10.BER (Bit error rate)
11.Interferensi

Untuk dapat memahami setiap parameter tersebut di atas, maka di


bawah ini akan dijelaskan secara detail, sebagai berikut.

Desibel
Desibel adalah satuan untuk menyatakan kerugian (redaman) atau
penguatan (gain) daya (power). Decibel merupakan satuan ukuran daya
yang logaritmis, Pertama kali digunakan oleh Alexander Graham Bell
(satuan decibel digunakan untuk menghormati jasanya). Untuk
menyatakan satuan desibel adalah dengan singkatan dB.
Rumus dB untuk menyatakan ukuran penguatan daya :

(1-1)

Jika di dalam perhitungan lebih tertarik akan perubahan


tegangannya maka faktor impedansi harus dimasukkan untuk perhitungan
penguatan daya dengan satuan desibel (dB) ini. Berikut ini adalah contoh
menyatakan level daya absolut dengan menggunakan dB, dan
merubahnya satuan dB terhadap referensi 1 mW (mili watt).

; Perubahan menjadi dBW (1-2)

; Perubahan menjadi dBm (1-3)

Dasar Sistem Komunikasi Radio


11

Contoh: Sistem komunikasi radio dengan daya pancar 1 Watt, pada


pemancar dan penerima masing-masing menggunakan antena parabola
dengan penguatan (gain) 30 dB. Nilai redaman rambatan gelombang di
udara bebas sebesar 110 dB. Tentukan berapa nilai daya yang diterima.

Gambar 1.5 Contoh soal pemakaian satuan dB

Diketahui,
Daya Pancar; P1 = 1 W = 10 Log 1 = 0 dBW
= 10 Log (1000mW/1mW) = 10 Log 1000 - 10 Log 1
= 30 dBm
Penyelesaian,
Daya yang diterima; P2 = P1 + GT - Loss + GR
= 30 + 30 – 110 + 30
= - 20 dBm
Daya yang diterima sebesar; P2,dBm = -20 dBm
-20 dBm = 10 Log (P2,mW)
-20/10 = Log (P2,mW)
P2,mW = Antilog (-2)
= 0,01 mW
= 10-5 W
atau,
Daya yang diterima sebesar; P2,W = 10-5 W
Untuk satuan desibel yang lain, adalah dBi yaitu satuan logaritmis
yang biasa untuk menyatakan satuan penguatan antena. dBi adalah satuan
penguatan antena dB terhadap penguatan antena referensi isotropik.

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


12

Selain itu ada juga dBd yaitu satuan penguatan antena dB terhadap
penguatan antena referensi dipole. Nilai 1 dBd = 2,15 dBi.

Level daya Sinyal (Power Level Signal)


Di bidang telekomunikasi, khususnya pada sistem komunikasi radio,
level daya atau yang sering disebut kuat sinyal merupakan besarnya nilai
daya yang diterima oleh antena referensi pada penerima yang berasal dari
keluaran daya yang dihasilkan pemancar pada medan jauh (Far field).
Pentransmisian dengan level daya besar seperti yang digunakan pada
radio siaran, biasanya dinyatakan dalam dB-milivolt per meter
(dBmV/m). Sedangkan untuk sistem dengan daya yang sangat rendah
seperti ponsel dan lainnya yang sejenis, nilai kuat sinyal biasanya
dinyatakan dalam dB-mikrovolts per meter (dBμV/m) atau dengan satuan
desibel dengan referensi di atas satu miliwatt (dBm). Dalam terminologi
penyiaran, 1 mV/m adalah 1000 μV/m atau sama dengan 60 dBμ (sering
ditulis dBu).
Jika ada suatu perangkat sistem komunikasi dengan daya masukan
sebesar P1 dan daya keluaran sebesar P2 sehingga,
1. Apabila P2 lebih besar dari P1 , maka ini disebut dengan penguatan
(Gain). Dan besarnya nilai penguatan G = 10 log (P2/P1) dB
2. Sedangkan apabila P1 lebih besar dari pada P2, ini disebut dengan
redaman (Loss atau Attenuation). Dan nilai redamannya adalah
sebesar L = 10 log (P2/P1) dB

Level daya ini akan berguna untuk ukuran performansi perangkat


yang menggunakan sejumlah penguat atau peredaman. Nilai penguatan
atau redaman total dapat dihitung dengan menjumlahkan masing-masing
nilai level daya perangkat (dalam satuan dB) tersebut di atas.
Secara umum pada sistem komunikasi radio akan menggunakan
sejumlah penguat maupun peredaman sinyal sehingga akan memiliki
level daya yang nilainya beragam di setiap titik dari sistem tersebut. Oleh
karena itu diperlukan ukuran level daya di sebarang titik tertentu terhadap
satu titik yang disebut dengan zero point. Dengan demikian ukuran relatif

Dasar Sistem Komunikasi Radio


13

level daya sinyal di sebarang titik tersebut apabila dibandingkan dengan


titik referensi zero point akan dapat dinyatakan dengan satuan dBr. Dan
nilai dBr ini dapat dihitung dengan penjumlahan masing-masing nilai
penguatan maupun redaman yang terdapat pada sistem. Karena ukuran
kekuatan sinyal absolut dari titik referensi zero point ini disebut dengan
dBm0, maka; dBm0 = dBm – dBr.
Sebagai contoh, apabila sinyal memiliki level daya absolut sebesar 6
dBm pada suatu titik yang level relatifnya sama dengan –10 dBr, maka
sinyal tersebut jika dikembalikan ke referensi zero pointnya adalah sama
dengan +16 dBm0.

Penguatan (Gain)
Penguatan (Gain) Adalah sebutan atau istilah yang digunakan untuk
menyatakan seberapa besar daya output dibandingkan dengan daya input
dari suatu sistem. Perbandingan daya ini dinyatakan dalam satuan decibel
(dB). Jika dalam sistem terjadi penguatan maka pasti daya output sistem
lebih besar dari daya inputnya.
(1-4)

Gambar 1.6 Blok diagram Penguat (Amplifier)

Perangkat yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio


yang bertugas mengkonversikan gelombang listrik menjadi gelombang
elektromagnetik untuk dapat merambat di udara bebas dan sekaligus
memberikan penguatan adalah antena. Penguatan antena adalah besarnya
penguatan energi yang dapat dilakukan oleh antena pada saat
memancarkan atau menerima sinyal. Penguatan antena diukur dalam

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


14

satuan dBi : relatif terhadap antena isotropik (antena referensi yang


berupa titik) atau dBd : relatif terhadap sebuah antena dipole. Hubungan
antara dBd dan dBi adalah bahwa; 0 dBd = 2,15 dBi. Secara umum yang
digunakan biasanya adalah dBi sebagai perhitungan.

Redaman (Attenuation)
Redaman atau yang sering disebut juga dengan Loss (Pelemahan)
Adalah sebutan atau istilah yang digunakan untuk menyatakan seberapa
besar daya input dibandingkan daya outputnya dari suatu sistem.
Perbandingan daya ini juga dinyatakan dalam satuan decibel (dB). Jika
dalam sistem terjadi pelemahan maka dipastikan bahwa daya output
system lebih kecil dari daya inputnya.

(1-5)

Gambar 1.7 Blok diagram Attenuator (Redaman)

Banyak perangkat pada sistem komunikasi radio yang menimbulkan


redaman, antara lain; kabel, konektor, anti-petir, udara (free space),
maupun berbagai halangan lain seperti pohon. Semua ini akan
menyebabkan penurunan daya yang cukup besar jika tidak di install
dengan baik. Dalam system komunikasi “low power” seperti WiFi yang
rata-rata hanya mempunyai daya pancar yang cukup kecil di kisaran 30-
100mW saja, maka setiap dB yang dapat dihemat akan sangat penting
artinya. Dengan 3 dB Rule, bahwa Untuk setiap 3 dB gain akan
menyebabkan 2 kali lipat daya yang dihasilkan sedangkan di setiap 3 dB
redaman akan menyebabkan kehilangan setengah daya (loss).

Dasar Sistem Komunikasi Radio


15

Contoh : -3 dB = 1/2 daya (kehilangan setengah daya), -6 dB = 1/4 daya


(kehilangan seperempat daya) +3 dB = 2x daya (double daya), dan +6 dB
= 4x daya (naik daya empat kali)

Pada sistem komunikasi radio, redaman banyak ditimbulkan oleh


banyak hal, beberapa di antaranya, adalah;
1. Redaman (Attenuation) adalah melemahnya sinyal yang diakibatkan
oleh jarak lintasan komunikasi yang semakin jauh.
2. Redaman sebanding dengan panjang dari media, dengan melipat
gandakan panjang media maka akan bisa melipatgandakan juga total
redaman yang terjadi.
3. Pada gelombang elektromagnet, Redaman adalah berkurangnya
intensitas radiasi gelombang elektromagnet akibat absorpsi
(penyerapan) dan scattering (hamburan).
4. Energi elektromagnetik yang merambat di udara semakin lama akan
berkurang akibat absorbsi dan scattering sehingga besaran/ nilai
daya akan berkurang.

Gambar 1.8 Obstacle pada Lintasan Komunikasi Radio

Distorsi
Distorsi adalah Perubahan sinyal yang diterima dalam suatu sistem
komunikasi sehingga tidak sama dengan sinyal yang dikirimkan karena
sudah terjadi kontaminasi amplitudo sinyal yang lain selama
pentransmisian sinyal berlangsung. Pentransmisian sinyal yang
terkontaminasi oleh distorsi menyebabkan sinyal yang diterima akan
mengalami kecacatan. Gelombang sinyal akan mengalami distorsi karena

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


16

adanya komponen-komponen sinyal yang tidak diharapkan ikut serta


diterima pada penerima. Distorsi bisa diakibatkan dari adanya cacat
amplitudo dan cacat harmonik gelombang sinyal. Distorsi bisa diatasi
dengan menggunakan filter. Terdapat tiga kalsifikasi distorsi yaitu:
1. Distorsi Frekuensi (Frequency Distortion), terjadi apabila sinyal
yang diterima bukan merupakan replika dari sinyal masukannya,
karena dari berbagai frekuensi sinyal yang berbeda diperkuat dengan
menggunakan penguatan yang berbeda. Penyebabnya adalah
kapasitansi internalnya dan juga komponen-komponen kopling yang
digunakan.
2. Distorsi Phase (Delay Distortion) merupakan distorsi yang terjadi
akibat kecepatan sinyal yang melalui media pentransmisian yang
berbeda sehingga tiba pada penerima dengan waktu yang berbeda.
Distorsi ini tidak begitu berpengaruh pada komunikasi suara tapi
akan sangat merugikan pada komunikasi data.
3. Distorsi Non Linear (Amplitude Distortion), disebabkan oleh tidak
liniernya rangkaian. Distorsi ini terjadi dengan ditandai pemunculan
harmonisa (timbulnya sinyal pada frekuensi lain, tepatnya pada
frekuensi kelipatan dari frekuensi semula) sehingga sinyal
pembicaraan yang diterima akan lebih banyak dari pada yang
dikirim. Distorsi ini bisa muncul sebagai crosstalk, bergantung di
mana ketidaklinearan itu dihasilkan.
4. Attenuation distortion, adalah akibat rugi-rugi energi (energy losses)
yang terjadi selama sinyal berjalan melalui media transmisi.
Redaman yang dialami sinyal tidak merata untuk seluruh lebar
frequensi maka sinyal cacat (cacat redaman) menyebabkan
timbulnya attenuetion distortion yang mempengaruhi sinyal output.

Walaupun telah memakai peralatan tambahan untuk menghindari


distorsi ini terjadi, seperti amplifier, repeater dan switch, tetapi media
transmisi itu sendiri merupakan sumber utama dari distorsi, karena bahan
untuk membuat peralatan-peralatan itu yang akan sangat dimungkinkan
dapat mengahasilkan distorsi bagi sinyal.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


17

Noise
Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu ada
pada sistem komunikasi. Noise ini dapat menurunkan kualitas sinyal asli
yang diterima dan munculnya tidak bisa diduga (unpredictable) serta
pada akhirnya akan mengganggu proses penerimaan dan pengiriman
informasi.

Berdasarkan sumbernya, noise dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu;


a. Internal Noise, yang disebabkan oleh;
1) Panas dari komponen perangkat komunikasi yang digunakan (Thermal
Noise)
Thermal Noise ini terjadi pada semua media transmisi dan semua
peralatan telekomunikasi, yang Timbul karena pergeseran electron
bebas jika temperature alat/media memiliki panas diatas 0 derajad
absolute ( oK).
Nilai noise bisa ditentukan dengan menggunakan persamaan;

[Watt] (1-6)

Keterangan,
B = bandwitch (Hz)
T = Temperature absolute (oK)
K = kontanta Boltzmann’s (1,37 x 10-23 J/oK) = - 228,6 dBW

Dalam bentuk satuan logaritmis dB, nilai noise dapat ditulis dengan;
N(dBW) = -228,6 + 10 log T + 10 log B (1-7)

Jika memperhitungkan nilai noise figure, maka;


N(dBW) = -228.6 dBW + 10 log 290 + NF + 10 log B (1-8)

Contoh : Perangkat penerima memiliki suhu 100 oK dan bandwith 10


MHz, maka thermal noise yg diterimanya pd titik ini adalah;
Jawab;

N = -228.6 dBW+10 log (100) + 10 log (107)= -138.6 dBW

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


18

2) Intermodulasi (Intermodulation Noise), karena akibat masuknya


frekuensi asing ke sistem komunikasi yang digunakan
3) Crosstalk, karena akibat masuknya sinyal asing yang memiliki level
tegangan yang cukup tinggi ke sistem komunikasi.
b. External noise, yang disebabkan oleh;
1) Atmosfer (Atmospheric Noise), karena akibat perubahan kondisi
atmosfer bumi
2) Extra terrestrial (Extraterrestrial Noise).
3) Perbuatan orang (Man Made Noise).

Dari dua keterangan tersebut di atas, dapatlah dibedakan di antara


noise dan distorsi yaitu; Kalau noise merupakan penyebab sedangkan
distorsi atau cacat merupakan akibatnya. Dalam transmisi biasanya yang
diperhatikan bukanlah noise figure tapi Signal to Noise Ratio (perban-
dingan antara sinyal dengan noise).

Interferensi
Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah.
Interferensi dapat bersifat membangun dan ada juga yang bersifat
merusak. Bersifat membangun jika kedua gelombang memiliki fase yang
sama, sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari
kedua gelombang tersebut.
Setiap penerima di jaringan komunikasi radio akan mengalami
sejumlah gangguan interferensi, yang dapat menurunkan kualitas sinyal
yang diterima. Sumber utama gangguan interferensi adalah;
1. Interferensi Intrasystem
o Noise
o Ketidak sempurnaan (Imperfections)
o Gema (Echo)
2. Interferensi Interchannel
o Kanal yang berdekatan (Adjacent channel)
o Cochannel cross-polarization

Dasar Sistem Komunikasi Radio


19

o Pemancar dan penerima


o Spurious emission
3. Interferensi Interhop
o Front-to-back
o Overreach
4. Interferensi Extra-system
o Sistem satelit
o Radar
o sistem radio lainnya

Interferensi Intrasystem. Jenis gangguan interferensi ini dihasilkan


di dalam komunikasi radio oleh karena thermal noise perangkat
penerima, ketidaksempurnaan sistem, dan distorsi echo. Desain sistem
yang baik memastikan ketidaksempurnaan tidak akan menimbulkan
degradasi yang signifikan. Namun, distorsi gema (echo) yang disebabkan
oleh pantulan dari bangunan atau obyek lainnya dan karena adanya
refleksi ganda di jalur RF (antena, feeder) tidak dapat diabaikan pada
sistem QAM dengan orde tinggi.
Delay echo yang semakin bertambah akan menyebabkan gangguan
interferensi juga me-ningkat. Pantulan oleh permukaan tanah
menyebabkan delay echo di kisaran 0,1 sampai 1 ns. Pantulan di dekat
antena atau yang disebabkan oleh obyek yang jauh biasanya nilai delay
echo lebih besar dari 1 ns dan dapat menyebabkan gangguan echo yang
parah. Equalizer transversal membantu memperbaiki gangguan
interferensi jenis ini.

interferensi Interchannel. interferensi Interchannel di antara band


frekuensi transmisi gelombang mikro dijelaskan oleh diagram pada
Gambar 1.9.
Interferensi kanal yang berdekatan bisa berupa:
1. Cross-polar, dan

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


20

2. Copolar.

Gambar 1.9 Interferensi Interchannel

Gangguan interferensi Cochannel hanya bisa cross polar. Untuk


kanal yang berdekatan, interferensi copolar dapat ditekan dengan cara
memfilter, dan interferensi cross-polarisasi untuk kanal yang berdekatan
biasanya tidak menjadi masalah dengan pemakaian antena tertentu pada
saat ini.

Interferensi Interhop. Jenis gangguan interferensi antar hop ini


dapat terjadi karena posisi antena yang berdekatan. Nilai perbandingan
signal terhadap interference (S/I : Signal to Interference ratio) ditentukan
karena perbedaan sudut antena dan bisa menurun saat fading terjadi.
Perencanaan lintasan dan frekuensi yang tepat diperlukan untuk membuat
agar pengurangan nilai sinyal karena interferensi jenis ini adalah lebih
kecil dari 1 dB.

Interferensi Extra-system. Interferensi jenis ini dapat disebabkan


karena kanal digital atau analog menggunakan band RF yang sama atau
dengan emisi sistem radio lain melebihi ketentuan atau keluar dari band
(out-of-band, misalnya; Radar). Hal yang perlu dipahami adalah bahwa
sifat radio digital akan menenmpati band spektrum secara penuh. Dengan
kata lain, bahwa energi itu akan terdistribusi secara merata di seluruh
band. Yang dalam hal ini berbeda dengan sinyal radio analog, yang

Dasar Sistem Komunikasi Radio


21

memiliki energi terkonsentrasi di tengah band dengan porsi energi yang


lebih kecil di sideband-nya. Ini berarti bahwa radio analog akan rentan
terhadap interferensi oleh radio digital.
Interferensi extra-system ini merupakan jenis interferensi karena
kanal yang berdekatan, yang dapat menjadi masalah bagi sistem yang
memiliki kapasitas tinggi (yaitu, jika radio analog 1.800 kanal
bersebelahan dengan radio digital 51.84 Mb/s).
Pada saat membuat rencana pembangunan komunikasi gelombang
mikro yang baru, perlu ada pertimbangan tentang koordinasi pemakaian
frekuensi untuk dipastikan tidak ada gangguan terhadap frekuensi yang
ada atau yang akan datang.

Carrier to Noise Ratio (C/N)


Carrier to noise (CNR), adalah Perbandingan daya carrier
(pembawa) yang diterima oleh perangkat penerima terhadap daya noise
untuk bandwidth tertentu, yang bisa diukur menggunakan spektrum
Analyzer atau peralatan lain yang sejenis. CNR umumnya diterima
sebagai hasil pengukuran untuk deteksi awal sinyal RF.
Pengukuran yang terkait dengan nilai CNR adalah perbandingan
carrier to noise density (C/No), yang didefinisikan sebagai perbandingan
daya pembawa atau sinyal (dalam watt) terhadap kerapatan daya spektral
white noise yang mendasarinya (Dalam watt/Hz). kerapatan daya spektral
white noise No adalah daya noise dalam bandwidth 1 Hz, yaitu; watt per
Hz. Dengan mengambil rasio unit menunjukkan bahwa C/ No memiliki
satuan Hz:

Gambar 1.10
Gambaran
Nilai CNR

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


22

(1-9)

Dalam satuan logaritmis desibel, C/No dinyatakan dalam dB-Hz,


yang berarti "desibel yang dirujuk ke satu Hz".
Contoh : Diasumsikan bahwa sinyal daya terukur menunjukkan nilai
amplitudo -10 dBmV, dan nilai noise yang ditunjukkan adalah -40
dBmV, untuk bandwidth 100 Khz.
Maka untuk mendapatkan nilai C/No, adalah;
Kerapatan daya noise spektral -40 dBmV/(100 kHz). Untuk
mengkonversi ke bandwidth 1-Hz, adalah dengan mengurangi 10
log(100.000 Hz) = 50 dB-Hz. Sehingga nilai C/No sebenarnya
(menggunakan satuan dB), adalah;

C/No [dB] = Signal – Noise + BW ; BW : Bandwidth (1-10)


= –10 dBmV – (–40 dBmV) + 50 dB-Hz
= 80 dB-Hz
Untuk mendapatkan nilai CNR, adalah seperti berikut ini.

(1-11)

Sehingga di dalam satuan desib el, untuk mengubah nilai C/No


menjadi CNR, adalah dengan cara mengurangi nilai bandwitdh-nya (10
log[B] ; B = Bandwidth) saja.

(1-12)
Jika nilai bandwidth yang diberikan sebesar 6 MHz, maka;

Dasar Sistem Komunikasi Radio


23

CNR = 80 dB-Hz – 10log (6 MHz)


= 80 dB-Hz – 67.8 dB-Hz
= 12.2 dB
Signal To Noise Ratio (S/N)
Signal to noise ratio (SNR) adalah pengukuran sinyal yang
dilakukan sebelum dimodulasi atau setelah perangkat demodulator pada
sinyal baseband. SNR digunakan untuk membanding-kan tingkat sinyal
yang diinginkan dengan tingkat kebisingan atau noise-nya. Hal ini
didefinisikan sebagai rasio dari daya sinyal terhadap daya noise. Rasio
yang lebih tinggi dari 1:1 menunjukkan sinyal lebih dari kebisingan.
SNR merupakan kriteria penting di dalam system telekomunikasi;

(1-13)

Contoh; Level sinyal suatu sistem telekomunikasi adalah 30 dB


mengandung noise sebesar 15 dB. Maka S/N nya adalah; S/N = 30 dB –
15 dB = 15 dB

Energi per bit terhadap Noise (Eb/No)


Energi per bit terhadap noise merupakan parameter penting dalam
komunikasi digital atau transmisi data untuk menentukan unjuk kerja
sistem. Eb/No serupa dengan SNR sama-sama dibagi dengan nilai noise
spektral di (bit/s)/Hz, dimana bit dalam konteks ini adalah data bit yang
ditransmisikan. Kerapatan gangguan spektral No, biasanya dinyatakan
dalam satuan watt per hertz, atau unit joule, atau joule per siklus. Eb/No
umumnya digunakan dengan modulasi dan coding yang dirancang untuk
noise tertentu. Nilai Eb/No dapat ditentukan seperti berikut ini,

(1-14)

Keterangan;
C = Level sinyal terima (RSL : Receive signal level)
T = Temperature noise efektif (oK)
k = kontanta Boltzmann’s (1,37 x 10-23 J/oK) = - 228,6 dBW

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


24

Eb/No = C (dBW) – 10 log C (bitrate) – (-228,6dBW) – 10 log Te (1-15)

Contoh; Bila sistem penerimaan digital memiliki daya -151 dBW dan
memiliki temperatur noise efektif 1500 oK, berapakan Eb/No nya untuk
link transmisi 2.400 bps.

Penyelesaian :
Eb/No = -151dBW – 10log 2.400 – 10log 1500 + 228.6 dBW= 12 dB

Bit Error Rate (BER)


Bit Error Rate atau Bit error ratio merupakan sejumlah bit digital
pada jaringan transmisi yang ditafsirkan sebagai keadaan rendah atau
sebaliknya, kemudian dibagi dengan sejumlah bit yang diterima atau
dikirim atau diproses selama beberapa periode yang telah ditetapkan.
Pada transmisi digital, jumlah kesalahan bit adalah jumlah bit yang
diterima dari aliran data melalui saluran komunikasi yang telah berubah
karena noise, gangguan distorsi, atau kesalahan bit sinkronisasi. Sebagai
contoh, diasumsikan berikut ini urutan bit yang ditransmisikan:
0 1 1 0 0 0 1 0 1 1,
dan pada alat penerima akan diterjemahkan urutan bit sebagai berikut;
0 0 1 0 1 0 1 0 0 1,

Maka BER pada kasus ini ada 3 kesalahan penafsiran bit (yang
digaris bawah) kemudian sebagai nilai BER yang dihasilkan adalah nilai
kesalahan ini dibagi dengan sejumlah bit yang dikirim yaitu 10 bit,
sehingga didapatkan 0.3 atau 30%.

1.3 JENIS RAMBATAN GELOMBANG RADIO


Rambatan gelombang radio dari antena pemancar ke antena
penerima bisa melalui berbagai lintasan dengan beberapa mekanisme

Dasar Sistem Komunikasi Radio


25

perambatan dasar. Mekanisme perambatan dasar yang dimaksud adalah


LOS (Line of Sight), difraksi, Scattering (hamburan), Fading
(pemudaran), Refraksi (Pembelokan) dan pantulan.

LOS (Line of Sight)


Salah satu mekanisme perambatan gelombang radio adalah LOS
(Line of Sight), yang merupakan lintasan yang mengikuti garis pandang.
Perambatan ini terjadi jika antena pemancar dan penerima dapat saling
berhadapan yaitu apabila di antara keduanya dapat ditarik garis lurus
tanpa adanya hambatan (obstacle) apa pun.

Gambar 1.11 Lintasan Line of Sight

Seperti pada gambar 1.11 tersebut di atas, Lintasan LOS


merupakan lintasan yang menghasilkan daya yang tertinggi di antara
mekanisme-mekanisme yang lain. Dengan kata lain, lintasan LOS
menghasilkan nilai redaman yang terendah. Redaman lintasan yang
menyatakan pengurangan sinyal sebagai besaran positif dalam satuan
desibel (dB), didefinisikan sebagai perbedaan antara daya yang
ditransmisikan (oleh pemancar) dengan daya yang diterima (oleh
penerima). Redaman lintasan dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan 1.5.
Di atas permukaan bumi, Perambatan gelombang radio jenis line of
sight ini akan dibatasi jaraknya oleh karena kelengkungan bumi.
Perhatikan gambar 1.12 di bawah ini.

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


26

Gambar 1.12 Lintasan Line of Sight yang dibatasi Kelengkungan Bum


Lintasan LOS merupakan lintasan yang dapat diandalkan karena
redaman lintasan yang rendah. Jika di antara pemancar dan penerima
tersedia lintasan semacam ini, maka dapat diharapkan dengan pasti
tentang kualitas penerimaan sinyal. Hal inilah yang dimanfaatkan untuk
komunikasi gelombang mikro, dimana masing-masing antena pemancar
dan penerima menggunakan antena parabola dengan pengarahan yang
tinggi. Yang perlu diperhatikan dalam pemanfatan lintasan LOS adalah
bahwa kedua antena harus benar-benar dapat saling berhadapan. Jika
kondisi ini tidak terpenuhi maka komunikasi akan menjadi gagal,
terutama apabila lebar berkas (beamwidth) antena cukup kecil. Lintasan
LOS juga sangat berperan untuk jenis komunikasi radio seperti yang
terdapat pada komunikasi seluler.
Difraksi
Difraksi adalah perubahan arah rambatan gelombang radio karena
membentur benda atau obstacle (penghalang) yang berupa ujung yang
tajam (knife edge), bukit, pohon, bangunan dan lain-lain. Nilai perkiraan
redamannya dapat dihitung dengan melihat harga-harga ekstrim yang
disebabkan oleh difraksi oleh karena halangan yang tajam dan
penyerapan sempurna (Knife Edge Diffraction).

(a). Tampak Atas

Dasar Sistem Komunikasi Radio


27

(b). Tampak Samping


Gambar 1.13 Difraksi karena obstacle

Hamburan (Scattering)
Hamburan gelombang radio terjadi jika medium tempat gelombang
merambat terdiri atas benda-benda (partikel) yang berukuran kecil (jika
dibandingkan dengan panjang gelombang) dan jumlah per satuan
volumenya cukup besar. Mekanisme hamburan akan menyebabkan
gelombang menuju ke segala arah sehingga transmisi gelombang radio
dengan mekanisme hamburan mempunyai efisiensi yang kecil. Untuk
meningkatkan efisiensi ini biasanya digunakan antena dengan permukaan
yang luas.
Mekanisme hamburan juga terjadi pada lingkungan radio seluler.
Dalam hal ini, obyek sebagai penghambur dapat berupa pepohonan,
rambu-rambu lalu lintas dan tiang-tiang lampu jalan. Efisiensi yang kecil
mengakibatkan mekanisme hamburan ini dapat berpengaruh pada
penerima yang berada di sekitar benda penghambur. Daya gelombang
terhambur akan meluruh dengan cepat sehingga pengaruhnya pada
penerima yang berada jauh dari penghambur menjadi sangat kecil.
Meskipun demikian, berbagai pengukuran menunjukkan bahwa daya
yang diterima sering lebih daripada yang diperkirakan oleh sinyal
terpantul dan terdifraksi. Hal ini menunjukkan kontribusi gelombang
terhambur pada penerimaan sinyal.
Fading (Pemudaran)
Pada dasarnya, gelombang radio yang datang pada penerima berasal
dari berbagai arah dan berbagai lintasan (dengan berbagai mekanisme
perambatan yang telah dilaluinya). Dengan demikian daya yang diterima
oleh penerima merupakan penjumlahan (vektor) dari seluruh gelombang
radio yang datang. Lebih singkatnya bahwa fading adalah sejumlah sinyal
yang diterima oleh penerima dari sumber yang sama.
Jarak yang ditempuh gelombang dan mekanisme perambatan yang
telah dialami gelombang menyebabkan gelombang yang datang memiliki

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


28

amplitude dan fase yang berbeda satu sama lain. Kondisi lingkungan
yang selalu berubah dari waktu ke waktu juga mengakibatkan amplitudo
dan fase gelombang radio yang diterima berubah-ubah (bervariasi) dari
waktu ke waktu. Keadaan ini dikenal dengan istilah pemudaran (fading).
Oleh karena diakibatkan oleh lintasan-jamak (multipath), maka juga
sering disebut pemudaran lintasan-jamak (multipath fading).

Gambar 1.14 Gelombang datang pada penerima dari


berbagai lintasan (multipath)

Contoh akibat terjadinya pemudaran gelombang radio adalah


bervariasinya volume pada penerimaan radio SW (Short Wave). Pada
siang hari, pemudaran yang terjadi cukup meng-ganggu, sedangkan pada
malam hari penerimaan radio SW menjadi lebih baik karena atmosfer
bumi lebih stabil daripada pada siang hari.
Fading bisa terjadi di sembarang tempat, dimana kedua sinyal
gelombang tanah dan gelombang ionosfir/langit diterima. Kedua
gelombang tersebut mungkin tiba dengan fasa yang berbeda, sehingga
menyebabkan efek saling menghilangkan. Fading jenis ini dijumpai
dalam komunikasi jarak jauh yang melewati daerah berair dimana
propagasi gelombang bisa mencapai tempat yang jauh.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


29

Refraksi
Refraksi adalah pembengkokan/ pembelokan gelombang radio
karena perubahan karakte-ristik atmosfer, yaitu terjadinya perubahan
temperatur, kerapatan, dan kelembaban. Perubahan kerapatan atmosfer
berpengaruh terhadap cepat rambat gelombang (Freeman, 1999). Atau
dengan kata lain bahwa refraksi terjadi karena gelombang radio
merambat dengan kecepatan yang berbeda pada media yang berlainan.
Dalam kehidupan sehari-hari pembengkokan bisa terlihat pada saat
tongkat dicelupkan ke dalam air, terlihat tongkat seolah membengkok. Di
sini tongkat tersebut berada dalam media yang berbeda yaitu di antara
udara dan air. Peristiwa ini bisa terjadi saat gelombang elektromagnetik
merambat lurus yang melintasi media udara dengan indeks bias tertentu
sebesar n menyebabkan kecepatan rambat gelombang menjadi lebih
lambat terhadap kecepatan gelombang di ruang hampa yaitu sebesar
300.000 km/detik. Kecepatan rambat gelombang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ini;

(1-16)

Keterangan,
v = kecepatan rambat gelombang
n = indeks bias refraksi
c = kecepatan cahaya (3x108 m/det)
r = permitivitas relatif

Refraksi gelombang yang merambat pada atmosfer menyebabkan


timbulnya horizon radio (kaki langit) sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 1.13, sehingga jarak Tx ke Rx pada sistem line of sight (LOS)
tertentu dipengaruhi oleh kerapatan atmosfer.

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


30

Gambar 1.15 Radio Horizon


Karena lintasan gelombang radio pada kenyataannya adalah
melengkung, maka untuk memudahkan analisis, lintasan gelombang radio
dimanipulasi menjadi datar, dengan cara memanipulasi jari-jari bumi
menjadi r’ dengan menggunakan rumusan berikut (Freeman, 1999);
r’ = jari-jari efektif bumi
= k x r ; untuk standar k = 4/3

Keterangan;
k = faktor kelengkungan bumi
r = jari-jari bumi (6.370 km)

Pantulan (Reflection)
Gelombang yang merambat di udara bebas bisa mengalami difraksi,
refraksi dan bisa juga memantul karena mengenai obyek tertentu seperti
permukaan air atau permukaan benda lain yang sejenis. Oleh karena itu
antena penerima akan menerima sejumlah gelombang dari satu sumber
pemancar yang sama yaitu yang berasal dari sejumlah rambatan dari
gelombang yang merambat lurus (direct wave) dari pemancar atau bisa
juga berasal dari pantulan (reflected wave) dan lain-lain. Apabila
sejumlah gelombang ini datang di antena penerima memiliki fase yang
berlainan, maka dapat dipastikan akan mengurangi kekuatan sinyal.

Dasar Sistem Komunikasi Radio


31

Gambar 1.16 Gelombang Pantul (Reflected Wave)


Kerugian yang dialami ini tidak lepas karena pantulan gelombang
yang terjadi oleh karena permukaan daratan yang licin, lembab dan
karena permukaan udara yang panas di atas gurun tandus. Idealnya
gelombang yang terpantul seperti ini tidak dikehendaki. Perubahan indeks
bias udara yang dilewati akan menyebabkan bergesernya titik pantul
sehingga akan terjadi perubahan kekuatan sinyal yang diterima oleh
perangkat penerima.
Tanah yang kasar, setumpuk batu karang atau daerah yang berhutan
lebat umumnya bukan bertindak sebagai pemantul yang baik terhadap
gelombang radio, tetapi sebaliknya komponen-komponen itu banyak
menyerap energi radio yang datang padanya atau menghambatnya
sehingga energi yang terpantul tersebut akan sedikit sekali yang mencapai
antena penerima. Dengan demikian jelas bahwa lintasan gelombang
terpantul yang titik pantulnya berupa permukaan yang kasar memiliki
interferensi yang kecil.

1.4 LATIHAN SOAL


1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan gelombang audio, gelombang
radio dan gelombang mikro ?
2. Sistem komunikasi radio dengan daya pancar 0,5 Watt,
menggunakan antena radom (parabola) di kedua sisi yaitu pada
pemancar dan penerima yang masing-masing memiliki penguatan
sebesar 35 dB. Nilai redaman rambatan gelombang di udara bebas
sebesar 110 dB. Tentukan berapa nilai daya yang diterima (dBm) ?
3. Pada sistem komunikasi radio line of sight, memiliki sinyal daya
diterima sebesar -30 dBmV, dan nilai noise yang ditunjukkan
adalah -50 dBmV, untuk bandwidth 200 Khz. Berapakah nilai
carrier to noise ratio (C/N) dalam satuan dB ?
4. Berapa nilai SNR sistem dalam dB bila signal-to-noise ratio (SNR,
bukan dalam dB) perbandingannya adalah 1500:1 ?

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)


32

5. Hitung berapa NF (noise figure) sistem bila nilai sinyal input dan
noise adalah 100 W dan 50 µW, dan nilai sinyal output dan
noisenya adalah 1 W dan 0,75 µW.
6. Sebuah link komunikasi Line of Sight (LOS) menggunakan daya
pancar sebesar 100 watt. Jarak komunikasi adalah 70 km.
Frekuensi kerja 7,5 GHz. Penerima memiliki noise figure sebesar 5
dB, Bandwidth yang digunakan adalah 10 MHz, dan temperature
kerja efektif di 290oK. dengan parameter di bagian pemancar dan
penerima, adalah :
Data Pemancar :
 Feed Loss : 1 dB
 Diameter Antena : 1,8 meter
 Efisiensi antena : 60%
 Error pointing antennas : 1 dB
Data Penerima :
 Feed Loss : 1 dB
 Diameter Antena : 1,2 meter
 Efisiensi antena : 60%
 Error pointing antennas : 1 dB
Data Lainnya :
 Polarization Loss : 0,5 dB
 Atmospheric Loss : 2 dB
 Konstanta Boltzmann (k) : 1,38 x 10-23 Watt/detik/oK
Tentukan :
 EIRP (dBm)
 Space Loss [dB]
 Daya yang diterima (dBm)
 C/N [dB]

Dasar Sistem Komunikasi Radio


33

Sistem Komunikasi Radio & Laboratorium (Diploma 3 Politeknik)

Anda mungkin juga menyukai