Anda di halaman 1dari 42

Identifikasi dan Analisis Interferensi Frekuensi Radio Microwave Link Base

Transceiver Station (BTS) PT. Hutchison 3 Indonesia Terkendali Spectrum


Analyzer dengan Antena Horn di Pontianak Kota

I. Latar Belakang
Telekomunikasi merupakan satu dari banyaknya hal yang memiliki
peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya
telekomunikasi, manusia dapat saling bertukar informasi bahkan mencakup ke
seluruh dunia. Dewasanya, seiring dengan perkembangan zaman tidak pula
ketinggalan teknologi telekomunikasi yang juga mengalami perkembangan sangat
pesat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia akan layanan komunikasi dan
informasi yang meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan ini dapat dilihat
dari segi kuantitas maupun kualitas pada perangkat keras dan perangkat lunak
teknologi komunikasi yang ada mulai dari sistem komunikasi sampai dengan
penyiaran televisi. Kondisi inilah yang menunjukkan wujud keberhasilan yang
dapat dicapai berkat pembangunan nasional yang dilaksanakan. Semua proses
pembangunan ini tentu saja tidak terlepas dari peran teknologi telekomunikasi.
Teknologi telekomunikasi memberikan kebutuhan yang diinginkan
manusia seperti sistem komunikasi yang dapat digunakan dengan bebas tanpa
batas serta dapat digunakan di tempat terpencil sekalipun. Semakin banyaknya
teknologi komunikasi yang diperlukan manusia maka penggunaan frekuensi akan
semakin besar.
Penggunaan frekuensi tinggi pada sistem komunikasi menggunakan
gelombang mikro (microwave) menjadi sangat diperlukan untuk mengatasi
masalah teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Salah satu sistem
komunikasi yang menggunakan gelombang mikro adalah sistem komunikasi
seluler. Teknologi microwave merupakan teknologi yang menggunakan media
transfer sinyal melalui antena.
Antena merupakan salah satu subsistem penyusun dalam dunia
telekomunikasi yang menggunakan media transmisi radio untuk memancarkan
dan menerima sinyal atau gelombang. Antena didefinisikan sebagai struktur
yang berfungsi mengubah gelombang listrik terbimbing menjadi gelombang

1
elektromagnetik ruang bebas, dan sebaliknya. Gelombang elektromagnetik
terbimbing dilewatkan melalui saluran transmisi, sedangkan gelombang
elektromagnetik ruang bebas merambat pada medium udara atau ruang hampa.
Sebuah antena dirancang terus menerus untuk meningkatkan mutu antena agar
dapat bekerja pada frekuensi yang lebar, gain dan direktifitas yang tinggi, dapat
mencapai suatu nilai pancar yang optimum dan pola pancar yang terarah serta
dapat bekerja pada banyak aplikasi.
Perangkat antena dibedakan berdasarkan bentuk dan kualitas bahan yang
digunakan, sehingga kemampuan tiap-tiap antena untuk memancarkan maupun
menerima suatu gelombang elektromagnetik tentu berbeda. Salah satu jenisnya
adalah antena horn.
Antena horn merupakan antena yang digunakan dalam sistem
telekomunikasi gelombang mikro. Kelebihan antena horn yaitu mempunyai gain
yang tinggi, bandwidth yang relatif lebar, tidak berat dan mudah untuk dirancang.
Sistem komunikasi seluler memerlukan teknologi GSM (Global System
for Mobile) yang mana teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan
pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang
dikirim akan sampai pada tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi
selular sekaligus sebagai teknologi selular yang paling banyak digunakan.
Pada sistem komunikasi GSM (Global System For Mobile) yang
bergelombang mikro memiliki peran penting dalam telekomunikasi karena
komunikasi radio microwave dapat diterapkan sebagai penghubung antar BTS
(Base Transceiver Station).
BTS adalah salah satu perangkat infrastruktur dalam jaringan
telekomunikasi seluler yang berbentuk sebuah tower dengan antena pemancar
sinyal (jaringan akses) dan antena penerima yang berfungsi sebagai penguat sinyal
daya, sehingga dapat mewujudkan komunikasi nirkabel antara jaringan operator
dengan perangkat komunikasi. BTS memiliki daerah cakupan yang luasannya
tergantung dari kuat lemahnya pancaran daya dari sinyal yang dikirimkan ke
pelanggan.
BTS terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Tower, Shelter, dan Feeder.
Tower adalah sebuah tiang pemancar dari sebuah BTS yang terbuat dari besi atau

2
pipa. Tower BTS umumunya memiliki bermacam variasi dengan panjang 40
hingga 75 meter. Fungsi tower adalah memancarkan dan menerima sinyal, baik
dari MS (Mobile Station) maupun menuju ke BSC (Base Station Control). Feeder
adalah kabel yang menghubungkan antara antena dengan shelter. Pada bagian
tower biasanya terdapat sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3x3 meter,
inilah yang disebut shelter. Shelter BTS adalah suatu tempat penyimpanan
perangkat-perangkat telekomunikasi. Shelter BTS berfungsi sebagai media
penyimpanan perangkat yang akan terhubung ke se buah sentral atau pusat
perangkat. Pada bagian shelter terdapat berbagai komponen utama dan pendukung
seperti combiner, core module, power supply, kipas angin, lampu, dan pintu
shelter BTS.

Dalam suatu jaringan khususnya jaringan antar BTS (Base Transceiver


Station) atau BSC (Base System Control) dengan menggunakan media transmisi
terdapat suatu interferensi, bahkan di antara BTS satu dan BTS lainnya bisa terjadi
suatu interferensi. Interferensi ini akan mengganggu suatu komunikasi data
sehingga data yang akan dikirimkan akan terhambat dikarenakan adanya
interferensi tersebut. Interferensi ini merupakan interaksi antar gelombang dalam
suatu daerah, interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Interferensi
akan bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut. Interferensi akan bersifat merusak apabila jika beda fasenya adalah 1800,
sehingga kedua gelombang akan saling menghilangkan dan dalam telekomunikasi
hal tersebut merupakan rugi-rugi yang harus diperhatikan karena dapat
mengakibatkan jeleknya kualitas sinyal atau pengiriman data pada sebuah
jaringan.
Gangguan Interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi.
Interferensi frekuensi ini dapat berakibat fatal bagi operasi microwave link seperti;
rusaknya data informasi yang diterima data corruption, miss orientation tracking
karena kuat sinyal menurun dibawah nilai ambang (threshold) dan
kerusakan pada sistem penerima (receiver) bila daya sinyal interferensi
melebihi sinyal transmisinya itu sendiri.

3
Dewasa ini terjadi permasalahan ketika antar antena microwave link dari
satu BTS sedang beroperasi/mengudara, dimana BTS tersebut tidak hanya satu
tapi banyak antena microwave link dalam satu BTS. Dan dari alokasi tersebut
mungkin BTS lain dari provider yang yang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya interferensi. Dalam pengukuran sementara yang telah dilakukan,
interferensi yang terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi
yang disebabkan oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link
yang lain yang mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang
melebar, yang mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja.
Oleh karena itu dengan adanya tugas akhir ini maka penulis akan
melakukan proses monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna memantau
kinerja sistem ini. Sehingga tugas akhir ini akan membahas mengenai bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisa interferensi Frekuensi Radio Microwave Link
BTS (Base Transceiver Station) menggunakan perangkat Spectrum Analyzer
(SPA) dengan antena Horn pada jaringan komunikasi seluler Hutchison 3
Indonesia (H31) yang berlokasi di Pontianak Mall dan akan dibimbing langsung
oleh tim Balai Monitoring Kelas II Pontianak.

II. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang akan diangkat pada tugas akhir ini yaitu bagaimana cara mengidentifikasi
dan menganalisa interferensi antar base transceiver station yang terjadi pada
H3I di Pontianak Mall dengan perangkat spectrum analyzer dan antena horn

III. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa data trafik beserta parameter – parameter yang ada dalam
sebuah jaringan microwave link BTS sistem seluler BSC Pontianak Mall
Pontianak Kota
2. Permasalahan yang ditimbulkan dengan terjadinya interferensi Frekuensi
Radio Microwave Link Base Transceiver Station (BTS)

4
3. Melakukan identifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi antar
base transceiver station di Pontianak Mall
4. Mengidentifikasi lokasi base transceiver station yang mengalami gangguan
5. Menemukan solusi seperti melakukan usulan perbaikan kinerja sistem

IV. Pembatasan Masalah


1. Laporan Tugas Akhir ini hanya membatasi permasalahan tentang terjadi
Interference Trafik jaringan komunikasi antar BTS dalam sistem
telekomunikasi selluler PT. Hutchison 3 Indonesia.
2. Mengatasi permasalahan yang terjadi dalam jaringan komunikasi khususnya
dalam hal penerimaan radio frekuensi.

V. Tinjauan Pustaka
Dalam sistem telekomunikasi, sinyal suatu jaringan pernah mengalami
penurunan bahkan penurunan sinyal tersebut bisa saja sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh interferensi baik interferensi yang diakibatkan dari dalam
maupun dari luar. Akibat dari interferensi ini akan mengubah bentuk gelombang
sinyal karena sistem memberi respon yang tidak tepat sehingga akan mengganggu
pengiriman data.
Tabel 1. Referensi Tugas Akhir
No. Peneliti Judul Keterangan
1. Alfin “Analisa Pengaruh Pada penelitian tersebut
Hikmaturrokhman Interferensi membahas bagaimana
Terhadap merencanakan sebuah jaringan
Availability transmisi radio microwave pada
Pada Jaringan link transmisi site Labuan-
Transmisi Panimbang-Cigeulis dan
Microwave menganalisa pengaruh
Menggunakan interferensi terhadap ukuran
Software kehandalan sistem (Availability)
PATHLOSS 5.0 dilakukan dengan bantuan
Studi Kasus di PT. software pathloss 5.0.

5
Alita Praya Mitra”
2. Yulia “Analisa Penelitian ini membahas ada
Dhamayanti, Interferensi Antar tidaknya suatu interferensi yang
Hani’ah Base Transceiver terjadi pada antar BTS dengan
Mahmudah, dan Station Pada Link antena transmisi yang line of
Nur Adi S Komunikasi sight (LOS) dalam range
Point To Point” frekuensi tertentu pada jaringan
code divission multiple access
(CDMA). Penelitian tersebut
dilakukan dengan berupa data
perhitungan dari rasio carrier to
interference yang kemudian
akan dibandingkan dengan level
threshold yang diizinkan
provider, sehingga dapat
diketahui terjadinya interferensi
point to point antar BTS pada
jaringan CDMA
3. Henrian Robby ”Analisis Penelitian ini membahas
Fakhriannur1 , Interferensi bagaimana cara penanganan
Irfan2 , Saiful Frekuensi interferensi yang terjadi pada
Karim 5600MHz Pada radar cuaca BMKG
Radar Cuaca menggunakan metode AOA
BMKG (Studi (Angle of Arrival). Metode
Kasus di Stasiun AOA disini merupakan metode
Klimatologi Kelas I running fix karena memiliki
Banjarbaru)” tingkat akurasi yang baik
dalam melacak sumber
interferensi seperti interferensi
pada frekuensi 5600 MHz.

4. Chusnul Tri “Analisa Potensi Penelitian ini membahas cara

6
Judianto1, Endar Gangguan mengatasi frekuensi-frekuensi
Wurianto Interferensi yang memungkinkan untuk
Microwave Link mengganggu sinyal satelit di
Terhadap Operasi Stasiun Bumi Rumpin. Metode
Satelit Lapan-A3 di analisis yang dilakukan adalah
Stasiun Bumi dengan memonitoring dan
Rumpin.” mengukur level sinyal yang
diterima sistem antena pada pita
frekuensi 7700 – 8500 MHz dan
mengamati sinyal interferensi
yang masuk dalam pita
frekuensi tersebut. Dari
pengamatan yang dilakukan
terdapat beberapa frekuensi
memiliki level sinyal melebihi -
70dBm yang kemungkinan
besar akan menyebabkan
terjadinya interferensi. Ternyata
setelah diteliti, penggunaan pita
frekuensi untuk komunikasi
satelit observasi bumi dan
terrestrial microwave link
berada pada pita yang sama dan
berdekatan sehingga
mengakibatkan terjadi gangguan
Interferensi.
5. Anisa Fitri “Analisis Pengaruh Penelitian tersebut membahas
Interferensi pengaruh interferensi terhadap
Terhadap Akuisisi hasil akuisisi data satelit
Data Satelit penginderaan jauh dengan
Penginderaan Jauh penggunaan sudut azimuth dan
di Stasiun Bumi elevasi yang telah ditentukan

7
Penginderaan Jauh
Lembaga
Penerbangan dan
Antariksa Nasional
(LAPAN)
Rumpin.”
6. Ajeng Triana Identifikasi dan Penelitian ini membahas
Agus Legitawati Analisis menganalisis bagaimana
Interferensi penyebab terjadi gangguan
Frekuensi Radio performansi jaringan microwave
Microwave Link link BTS milik PT. Hutchison 3
Base Transceiver Indonesia, serta menyelesaikan
Station (BTS) PT. permasalahan interferensi
Hutchison 3 sehingga BTS mampu melayani
Indonesia secara optimal di Area
Terkendali Pontianak Mall Kecamatan
Spectrum Analyzer Pontianak Kota Pontianak dan
dengan Antena sekitarnya yang ditinjau dari
Horn di Pontianak pemasangan antena microwave
Kota link BTS pada jaringan antar
BTS.tian ini akan membahas

5.1 Sistem Telekomunikasi Radio


5.1.1 Sistem Transmisi Radio Microwave
Sistem transmisi radio microwave adalah suatu sistem transmisi dengan
menggunakan gelombang radio di atas frekuensi 1 GHz. Suatu sistem transmisi
radio microwave dapat berupa sebuah hop dengan jarak maksimum 50 km atau
sebuah backbone yang berupa multiple hop, dengan jarak sampai ratusan atau
ribuan kilometer. Secara garis besar, tujuan dari sistem komunikasi radio
microwave adalah untuk mentransmisikan informasi dari suatu tempat ke tempat
lain tanpa adanya gangguan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan

8
suatu kondisi dimana antena pengirim dan penerima dapat saling ‘melihat’ tanpa
ada halangan atau obstacles dalam batas-batas tertentu (Line of sight).

Gambar 1. Line of sight

Ta1 = tinggi antena stasiun pemancar (m)


Ta2 = tinggi antena stasiun penerima (m)
Ap1 = altitude / ketinggian stasiun pemancar (m)
Ap2 = altitude / ketinggian stasiun penerima (m)
C = clearance / jarak ruang (m)
P1 = tinggi penghalang (m)
k = faktor kelengkungan bumi
d1 = jarak penghalang ke pemancar (m)
d2 = jarak penghalang ke penerima (m)
Parameter yang digunakan dalam propagasi Line of sight antara lain:
daerah Fresnel, panjang lintasan, faktor ‘k’dan faktor koreksi
kelengkunganbumi.

5.1.2 Faktor Clearance


Lintasan sinyal yang ditransmisikan dalam sistem LOS harus memunyai
“daerah bebas hambatan” atau clearance factor. Faktor clearance berguna untuk
menentukan tinggi menara Tx-Rx.

5.1.3 Perhitungan Link Budget


Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang
dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau
sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth). Tujuannya untuk menjaga

9
keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan
direceiver. Sehingga jarak maksimum antara transmitter dan receiver dapat
bekerja dengan baik dapat ditentukan. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang
radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi.
Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi
redaman juga semakin besar. Parameter yang memengaruhi kondisi propagasi
yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.
2. Rugi-rugi Propagasi
Perambatan gelombang radio di ruang bebas dari stasiun pemancar ke
stasiun penerima akan mengalami penyebaran energi di sepanjang lintasannya,
yang mengakibatkan kehilangan energi yang disebut rugi (redaman) propagasi.
Rugi propagasi adalah akumulasi dari redaman saluran transmisi, redaman ruang
bebas (free space loss), redaman oleh gas (atmosfer), dan redaman hujan.

5.1.4 Redaman Saluran Transmisi


Redaman saluran transmisi ditentukan oleh loss feeder dan branching.
Redaman feeder terjadi karena hilangnya daya sinyal sepanjang feeder, sehingga
redaman feeder identik dengan panjang dari feeder tersebut. Sedangkan
redaman branching terjadi pada percabangan antara perangkat transmisi radio
Tx/Rx.

5.1.5 Redaman ruang bebas (free space loss)


Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi akibat dari
media udara yang dilalui oleh gelombang radio antara pemancar dan penerima
perambatan gelombang radio di ruang bebas akan menghalangi penyebaran
energi di sepanjang lintasannya sehingga terjadi kehilangan energi.

10
Gambar 2. Redaman Ruang Bebas

5.1.6 Redaman Hujan


Tetes-tetes hujan menyebabkan penghamburan dan penyerapan energi
gelombang radio yang akan menghasilkan redaman yang disebut redaman hujan.
Besarnya redaman tergantung pada besarnya curah hujan. Redaman hujan mulai
terasa pengaruhnya pada frekuensi diatas 10 GHz. Redaman hujan tidak dapat
ditentukan secara pasti tetapi ditentukan secara statistik.

5.1.7 Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima.
Fluktuasi level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath
fading, dan karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan
sinyal daya terima menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading
margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas
penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang
terjadi., yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang
digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik
menurut standar dari Network Planning Indosat sebesar 40 dB.

5.1.8 Noise
Noise dalam pengertian umumnya adalah sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem komunikasi. Noise dapat dihasilkan dari proses alami seperti

11
petir, noise thermal pada sistem penerima. Di sisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.

5.1.9 Perhitungan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)


EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu
antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus:
EIRP=Ptx+Gtx–Ltx (14)
dimana:
Ptx = daya pancar (dBm)
Gx = penguatan antena pemancar (dB)
Ltx = rugi-rugi pada pemancar (dB)

5.1.10 Perhitungan Received Signal Level (RSL)


Received Signal Level merupakan level sinyal yang diterima di penerima
dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth).
Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi
penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan:
RSL = EIRP – Lpropagasi + GRX – LRX(15)
dimana:
GRX = penguatan antena penerima (dB),
LRX = rugi-rugi pada antena penerima (dB)

5.1.11 Interferensi
Interferensi adalah gangguan yang timbul akibat adanya sinyal lain dengan
frekuensi sama dan mempunyai daya yang cukup besar. Interferensi harus ditekan
sekecil mungkin dan memerlukan power control. (Dennis, Satellite
Communications Third Edition, 2001: 347)
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk
adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda
fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
(Dennis, Satellite Communications Third Edition, 2001: 349)

12
Gangguan dapat dianggap sebagai bentuk kebisingan (noise), dan seperti
halnya kebisingan, kinerja sistem ditentukan oleh rasio yang dapat menimbulkan
gangguan kekuatan, dalam hal ini pembawa yang diinginkan terhadap rasio daya
pembawa atau rasio C / I yang mengganggu. Faktor terpenting yang
mengendalikan gangguan adalah pola radiasi antena stasiun bumi.

5.1.11.1 Pengaruh Frekuensi terhadap Interferensi


Menurut Sofana (1995) Intereferensi merupakan suatu gangguan yang
sering terjadi pada sistem komunikasi. interferensi dapat disebabkan oleh
fenomena alam atau buatan manusia yang tidak mungkin dihilangkan, akan tetapi
dapat kita kurangi atau dikontrol besar kecilnya. Dalam komunikasi Interferensi
terbagi menjadi 3macamdiantaranya sebagai berikut:
1. Interferensi Co-Channel
interferensi yang disebabkan oleh sinyal frekuensi carrier sama dengan
sinyal informasinya.
2. Interferensi Adjacent Channel
Interferensi yang disebabkan oleh pengaruh dari frekuensi kanal yang
berdekatan, menimbulkan kerusakan atau kehilangan 29 data. Secara
khusus interferensi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Interferensi inband adalah interferensi yang terjadi ketika titik
tengah lebar pita dari sinyal interferensi berada didalam lebar pita
sinyal yang diharapkan.
• Interferensi out of band adalah interferensi yang terjadi ketika titik
tengah lebar pita dari sinyal interferensi berada diluar lebar pita
sinyal yang diharapkan.
3. Interferensi dari system lain: merupakan interferensi yang disebabkan
oleh sistem atau perangkat lain yang mempunyai alokasi dan frekuensi
sama atau berdekatan

5.2 Tipe-Tipe Antena Microwave


Pemilihan tipe antena yang tepat dalam sebuah design link transmisi sangat
berpengaruh terhadap kualitas link itu sendiri. Pemilihan tipe antena microwave

13
yang dimaksud adalah penentuan sistem proteksi perangkat. Pada sistem antena
microwave dibagi atas dua sistem yaitu IDU (Indoor Unit) dan ODU (Outdoor
Unit).
IDU biasanya terpasang dibawah (dalam shelter) dan berfungsi sebagai
interface antara notebook dan perangkat. Semua software yang berkaitan dengan
sistem perangkat yaitu setting frekuensi, setting Tx power, setting Rx power,
remote control, kondisi alarm, dan E1(PCM 2 Mbps) dapat diakses malalui IDU.
Sedangkan ODU terpasang diluar biasanya dekat dengan antena dan berfungsi
sebagai pendistribusi semua hasil yang diproses oleh IDU. Interface yang
digunakan antara IDU dan ODU adalah kabel coaxial.
Ada beberapa sistem proteksi biasa digunakan pada antena microwave,
yaitu : 1+0, 1+1 HSBY (Host StandBy), 1+1 S/D (Space Diversity), 1+1 F/D
(Frequency Diversity).
5.2.1 Antena 1+0

Gambar 3. Antena microwave 1+0


Antena dengan tipe 1+0 adalah sebuah sistem tanpa menggunakan
proteksi. Dalam 1 hop (sisi Tx dan Rx) hanya terdiri dari satu buah antena
microwave, satu buah IDU, satu buah ODU dan hanya menggunakan kanal
frekuensi yang sama. Jika terjadi perputusan (link putus) yang diakibatkan
kegagalan perangkat maka BTS yang berada dalam link tersebut ikut terputus.
Sehingga subscriber yang berada dalam jangkauan service area BTS tersebut
tidak dapat dilayani. Hal ini dikarenakan antena microwave tersebut tidak
memiliki back up proteksi.

14
5.2.2 Antena 1+1 HSBY (Host Stand Bye)
Antena dengan tipe 1+1 HSBY adalah sebuah sistem antena yang
menggunakan proteksi. Dalam 1 hop (sisi Tx dan Rx) terdiri atas satu buah antena
microwave, satu buah IDU (1+1 HSBY), dua buah ODU (active dan standby).
Dan menggunakan kanal frekuensi yang sama. Cara kerjanya adalah berdasarkan
ODU 1 dipilih sebagai ODU working (main). Apabila ODU 1 mengalami
gangguan yang disebabkan oleh kegagalan perangkat maka dengan otomatis ODU
2 akan bekerja. Sehingga ODU 1 menjadi standby. Demikian seterusnya cara
kerja perangkat ini.Jika benar masalahnya ODU 1 tadi mengalami kerusakan
perangkat maka ODU 1 harus diganti. Kerugiannya dari sistem perangkat dengan
proteksi 1+1 HSBY adalah tidak bisa mengatasi gangguan propagasi. Dengan
adanya sistem perangkat dengan menggunakan sistem proteksi 1+1 HSBY,
diharapkan pada saat terjadi masalah pada link transmisi BTS yang berada dalam
link tersebut tidak mengalami gangguan yang berarti. Sehingga BTS tersebut
masih bisa melayani subscriber yang berada dalam service areanya.
Cara kerjanya yaitu pada saat local site transmitter (mengirimkan sinyal),
sinyal dikirimkan sekaligus (simultan) dan di sisi remote sinyal yang dikirim
tersebut akan diseleksi berdasarkan kualitas receive level yang terbaik, sebaliknya
pada saat sisi remote mengirimkan sinyal ke local site, maka sinyal akan diterima
berdasarkan kualitas receive level yang tebaik.

Gambar 4. Antena 1+1 HSBY (Host Stand Bye)

15
Gambar 5. Antena 1 + 1 MHSB

5.2.3 Antena 1+1 Frequency / SD (Space Diversity)


Antena dengan tipe 1+1 frekuensi S/D (Space Diversity) adalah sebuah
sistem antena yang menggunakan proteksi. Dalam 1 hop (sisi Tx dan Rx) terdiri
atas dua buah antena microwave, dua buah IDU dan masing-masing antena terdiri
atas 1 buah ODU dan menggunakan kanal frekuensi yang berbeda. Cara kerjanya
adalah berdasarkan pemilihan kanal frekuensi yang secara kualitas sangat baik.
Dengan kata lain masing-masing ODU bekerja bersamaan dan tidak saling
mengganggu karena beda frekuensi. Frekuensi yang secara kualitas baik akan
dipakai sebagai frekuensi kerja.

Gambar 6. Cara kerja radio 1 + 1 frekuensi SD

16
Gambar 7. Cara Kerja Radio 2 x (1+1) dengan fiturXPIC

Biasanya system 1+1 Frekuensi S/D digunakan untuk link transmisi yang
jaraknya jauh dan membawakan pasitas E1 yang sangat besar dan jalur link
transmisi yang melalui perairan, laut karena adanya efek cermin yang ditimbulkan
oleh permukaan air. Antena dengan sistem 1+1 Frekuensi S/D dapat menangani
gangguan perangkat dan propogasi. Antena dengan type 2x(1+1) atau 2 x STM_1
dengan fitur XPIC (Cross Pole) adalah sebuah sistem yang menggunakan satu
channel frekuensi dan dual polarisasi (V dan H) dengan tidak menimbulkan
interferensi. Dalam satu hop terdiri atas 8 buah ODU, 2 buah antena dan 2 buah
IDU.
Tujuan menggunakan fitur XPIC selain menghemat pemakaian channel
frekuensi adalah untuk mengetahui seberapa besar interferensi yang diakibatkan
oleh sinyal pada frekuensi yang sama tetapi dengan polarisasi (Cross Pole) yang
berseberangan. Cara umum yang dilakukan adalah dengan mengirim sinyal carrier
murni (tanpa pemodulasi) dengan daya pancar yang cukup, supaya sinyal dapat
diterima dengan baik pada receiver. Pada polarisasi yang sama akan diperoleh
level sinyal yang besar sedangkan pada polarisasi yang berseberanganakan
diperoleh level sinyal yang jauh lebih kecil. Level kedua sinyal tersebut kemudian
dapat diukur perbedaannya, jika perbedaannya lebih kecil dari 30dB berarti
polarisasi antena belum di kalibrasi (proses kalibrasi polarisasi sering disebut
cross pole interferensi (X-pole Polarization). Untuk mengatasi kalibrasi polarisasi
yang lebih kecil dari 30dB maka feed horn dari antena harus diputar-putar
sedemikan rupa sehingga diperoleh polarisasi yang tepat (perbedaan level lebih

17
besar atau sama dengan 30dB). Nilai 30dB cukup untuk mengisolasi dua buah
sinyal yang berasal dari polarisasi yang berbeda dengan frekuensi yang sama.
Dengan demikian kedua sinyal tersebut tidak akan saling interferensi.
Penentuan diameter antena biasanya terkait dengan jarak link transmisi dalam1
hop (komunikasi link antaraTx dan Rx) serta gain antena. Diameter antena
berbanding lurus dengan jarak. Semakin jauh jarak sebuah link transmisi maka
semakin besar pula diameter antena yang akan digunakan. Diameter antena juga
berbanding lurus dengan gain antena. Semakin besar diameter antena maka
semakin besar pula gain antenanya.
CCIR (ITU-R) merekomendasikan pemakaian band frekuensi radio yang
disebut Perencanaan Alokasi Kanal RF. Rekomendasi tersebut menjelaskan
tentang penggunaan band frekuensi, jumlah maksimum kanal RF yang bisa
digunakan, lebar spasi antar kanal RF dan polarisasi frekuensi kanal RF. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan kanal RF yaitu :
o Untuk pemakaian multikanal dalam tiap hop, maka antar kanal tidak boleh
saling mengganggu.
o Hop yang satu dengan yang lainnya tidak boleh saling mengganggu.
o Dua arah transmisi dalam tiap hop juga tidak boleh saling mengganggu
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tiap-tiap vendor telekomunikasi
yang beroperasi di Indonesia telah mendapat alokasi frekuensi masing-masing
untuk perangkat antena MW. Biasanya kanal frekuensi yang dipakai untuk
microwave adalah 2 GHz, 7 GHz, 8 GHz,15 GHz, 18 GHz, 23 GHz. Yang
membedakan kanal-kanal frekuensi yang digunakan antara masing-masing vendor
terletak pada sub band frekuensi tersebut.
Polarisasi antena yang dimaksud adalah polarisasi vertikal dan polarisasi
horizontal. Polarisasi merupakan model perambatan gelombang di udara.
Polarisasi terkait dengan gelombang listrik dan gelombang magnet. Jika
gelombang listrik (E) merambat secara tegak lurus maka polarisasinya adalah
horizontal. Tidak masalah polarisasi jenis apa yang dipilih, selama link transmisi
tidak ada masalah.

18
5.3 Teknik Pengukuran Frekuensi Radio
5.3.1 Alat Ukur Spectrum Analyzer
Pengertian dari spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk
memeriksa komposisi spectral dari beberapa gelombang seperti gelombang listrik,
akustik, atau optic. Spectrum analyzer menampilkan sinyal amplitudo yang
bervariasi dengan frekuensi sinyal. Fungsi dari instrumen ini adalah untuk
mengamati spectrum dari sebuah sinyal, baik sinyal tunggal maupun sinyal yang
termodulasi. Hanya saja spectrum sinyal dengan frekuensi tinggi saja yang dapat
dilihat dalam instrumen ini. Sedangkan untuk melihat spectrum sinyal dengan
frekuensi rendah dibutuhkan audio spectrum analyzer.(komandan.net, 2013).
Spectrum Analyzer merupakan sebuah alat ukur yang harganya sangat
mahal oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penggunaan dan perawatannya, antara lain :
1. Tidak boleh ada tegangan masuk pada input signal RF (max : 0 Volt)
2. Parameter yang di Setup harus sesuai dengan kriteria signal yang akan diukur
(agar lebih presisi)
3. Lakukan kalibrasi (agar spectrum akurat dalam mengukur)
Analisis spectrum dapat digunakan di frekuensi audio untuk menganalisis
harmonik dari sinyal audio. Sebuah aplikasi khas adalah untuk mengukur distorsi
dari nominal sinewave sinyal, sebuah sinewave sangat-rendah distorsi digunakan
sebagai input ke peralatan yang diuji, dan penganalisis spectrum dapat memeriksa
output, yang akan telah menambahkan produk distorsi, dan menentukan distorsi
persentase pada setiap harmonik fundamental. Analisa seperti itu pada satu waktu
digambarkan sebagai "gelombang analisis". Analisis dapat dilakukan dengan
tujuan umum komputer digital dengan kartu suara yang dipilih untuk kinerja yang
sesuai dan perangkat lunak yang sesuai. Alih-alih menggunakan sinewave rendah
distorsi, input dapat dikurangi dari output, dilemahkan dan fase-dikoreksi, untuk
memberikan hanya distorsi ditambahkan dan kebisingan, yang dapat di analisis.
(thesis. binus.ac.id,-).

19
5.3.2 Frekuensi Center
Frekuensi center (FC) yang dimaksudkan adalah besarnya nilai frekuensi
yang digunakan untuk transmisi radio siaran (frekuensi pemancar) setiap stasiun
radio. Rentang frekuensi yang dimiliki oleh radio FM antara 88 MHz – 108 MHz
‘(Hioki,1998)’. Penggunaan jarak spasi antar kanal minimum 400 kHz, misalnya
kanal 1 untuk frekuensi 88,1 MHz, kanal 2 untuk frekuensi 88,5MHz ‘(MenHub,
2003)’. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, maka toleransi
pergeseran frekuensi yang diperkenankan sebesar 2000 Hz ‘(MenHub, 2003)’.

5.3.3 Level Sinyal Daya Pancar Dari Pemancar


Level sinyal daya pancar (LSDP) merupakan level sinyal yang diukur pada
jarak yang dekat dari pemancar radio FM. Pengukuran level sinyal pada pemancar
termasuk dalam salah satu pengukuran karakteristik yang memiliki satuan berupa
–xx dBm, dimana xx adalah nilai yang ditunjukkan. Level sinyal daya pancar
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar daya pancar yang digunakan oleh
setiap pemancar radio.

5.3.4 Bandwidth
Bentuk bandwidth (BW) yang diperoleh aka nmenyerupai tanggapan
frekuensi Band-pass filter ‘(Valkenburg, 2008)’, seperti Gambar 1 sehingga
mempunyai parameter terukur berupa frekuensi cutoff bawah yang dilambangkan
dengan fL dan frekuensi cut off atas yang dilambangkan dengan fH‘(Valkenburg,
2008)’. Transfer daya maksimum terjadi pada frekuensi cut off, yaitu saat -26
dBm dan besarnya BW dapat dirumuskan pada persamaan (16) berikut.
BW =f H −f L (16)
Untuk batasan nilai bandwidth yang diperbolehkan mengacu pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri No.15 Tahun2003
yaitu sebesar 372 kHz ‘(MenHub, 2003)’.Bandwidth diperoleh dengan mengatur
titik/pointukur pada titik puncak frekuensi center untuk ditahan ke arah kanan
(high)/kiri (low) sejauh -26dBm dan dikembalikan ke arah yang berlawanan kiri
(low)/kanan (high) sampai pada 0 dBm.

20
Gambar 8. Karakteristik bandwidth

5.3.5 Frekuensi Harmonisa


Sinyal sinusoidal murni mempunyai frekuensi tunggal di mana variasi
tegangan fase positif danfase negatif adalah sama. Komponen-komponen
frekuensi yang merupakan perkalian bilangan bulat dari frekuensi dasar.
Komponen-komponen frekuensi yang terakhir inilah yang disebut sebagai
komponen harmonik dan dirumuskan pada persamaan 19 (Setiawan, 2011).
fH n =f f x n (19)
Keterangan :
fh n = frekuensi harmonisa
n = 1,2,3,4,…
ff = frekuensi fundamental (frekuensi center, fc)
Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, besarnya frekuensi
harmonisa ditentukan berdasarkan levelnya, yaitu pada batas minimum 60 dB di
bawah level mean power.

5.4 Antena Horn


5.4.1 Bentuk Antena Horn
Antena horn sektoral bidang-E adalah antena celah (aperture antena)
berbentuk piramida yang mulutnya melebar sejajar dengan arah bidang listrik
(E) dengan berbasis saluran pandu gelombang (waveguide). Antena horn
sektoral bidang-E yaitu antena horn berbentuk persegi. Antena jenis ini
umumnya dioperasikan pada frekuensi gelombang mikro (microwave) di atas

21
1.000 MHZ. Pengarahan radiasi (directivity) dari antena ini selain tergantung
dari dimensi saluran pandu gelombangnya, juga pelebaran mulut horn ke arah
medan listriknya.

Gambar 9. Antena horn sektoral bidang E

Gambar 10. Geometri antena horn sektoral bidang E

5.4.2 Karakteristik Antena Horn


1. Pola radiasi Antena Horn
Pola radiasi suatu antena didefinisikan sebagi suatu pernyataan secara
grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena (pada medan jauh)
sebagian fungsi dari arah itu adalah pointing vektor, maka ia disebut sebagai
Pola Daya (Power Pattern).

22
Gambar 11. Pola radiasi Antena Horn
Dengan melihat pola radiasinya, antena Horn digolongkan sebagai antena
directional yang memancar dengan pengarahan.
2. Efisiensi Antena
Perhitungan efisiensi antena dapat dihasilkan dengan membandingkan
gain pada antena dan directivity. Persamaan untuk menghitung efisiensi dapat
menggunakan rumus :
G
e= x100% (22)
D

5.5 UPT Bidang Monitor Spectrum Frekuensi Radio


Kedudukan, Tugas, dan Klasifikasi UPT Bidang Monitor Spectrum
Frekuensi Radio Menurut Permen Kominfo No.15 Tahun 2017 Tentang
Organisasi Di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informasi UPT Bidang
Monitor Spectrum Frekuensi Radio adalah satuan kerja yang bersifat mandiri di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. UPT
Bidang Monitor Spectrum Frekuensi Radio mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang penggunaan spectrum
frekuensi radio yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran,
monitoring, penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi

23
monitoring frekuensi radio, penyusunan rencana dan program, pen yediaan suku
cadang, p emeli haraan dan perbaikan perangkat serta urusan
ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio diklasifikasikan dalam 4
(empat) kelas, terdiri dari :
a. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
b. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
c. Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio
d. Pos Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Demikian juga untuk Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki Satuan
Unit kerja tersebut yaitu Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
Pontianak yang berkedudukan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
dengan wilayah operasional meliputi seluruh Provinsi Kalimantan Barat. Secara
geografis Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan
atau di antara garis 2°08 LU serta 3°05 LS serta di antara 108° 0 BT dan 114° 10
BT pada peta bumi.

Gambar 12. Kantor Balai Monitor Spectrum Frekuensi Radio Kelas II


Pontianak

24
VI. Metodologi Penelitian
6.1. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan tugas akhir ini lokasi penelitian yang dipilih adalah
Kota Pontianak. Penelitian ini dilakukan pada beberapa BTS di kecamatan
Pontianak Kota. BTS pertama yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
MGW Kota Baru yang bertempat di Jalan Sumbawa Gg Wonoyoso 1 Kecamatan
Pontianak Selatan. BTS kedua yang akan diteliti yaitu BTS Budi Karya yang
bertempat di jalan Budi Karya Pontianak Barat. BTS ketiga yang akan diteliti
yaitu BTS Pasar Kemuning yang bertempat di jalan Prof M. Yamin Gang
Pemangkat kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. BTS keempat yang
akan diteliti yaitu BTS Pontianak Mall yang bertempat di Jalan Komplek
Pontianak Mall, Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS
kelima yang akan diteliti yaitu BTS Hotel Kini 3G yang bertempat di Jalan Nusa
Indah 2, Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS Keenam
yang akan diteliti yaitu BTS Gusti Situt Mahmud yang bertempat di Jalan Gusti
Situt Mahmud Gang Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara,
Kota Pontianak. BTS ketujuh yang akan diteliti yaitu BTS Sekolah/Yayasan
Semesta Khatulistiwa Putri Dara Nante yang bertempat di Jalan Wansagaf
No.18, Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota.

Tabel 2. Data BTS I


BTS 1

Product Name BSC


Site Name 1/149201_MGW PONTIANAK
Frekuensi 14501 MHz
Frekuensi Pair 14991MHz
ERP Power 50.142 dBm
Gain 36.8
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat

25
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.04766667
Longitude 109.32418333
Site Address JL. SUMBAWA GG. WONOYOSO
1 PONTIANAK
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37

Gambar 13. Lokasi BTS 1

Tabel 3. Data BTS II


BTS II

Product Name BTS


Site Name 2/140701_BUDI KARYA
Frekuensi 14501 MHz
Frekuensi Pair 14991MHz
ERP Power 50.142 dBm
Gain 36.8
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan

26
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.042180556
Longitude 109.3454861
Site Address Jalan Budi Karya Pontianak Barat
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37

Gambar 14. Lokasi BTS II

Tabel 4. Data BTS III


BTS III

Product Name BTS


Site Name 140995_Pasar Kemuning
Frekuensi 22442
Frekuensi Pair 23450
ERP Power 33.8
Gain 35.3
Bandwidth 28000

27
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.050638889
Longitude 109.3170194
Site Address Jalan Prof M. Yamin Gang Pemangkat
kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37

Gambar 15. Lokasi BTS III

Tabel 5. Data BTS IV


BTS IV

Product Name BTS


Site Name 140104_Pontianak Mall
Frekuensi 11405
Frekuensi Pair 10875
ERP Power 33

28
Gain 34.5
Bandwidth 40000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude - 0.03233056
Longitude 109.33511111
Site Address Jl. Teuku Umar, Pontianak Mall
Blok AA No.19-22
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A11D06HS_H
Height Antena 22.300000000000001

Gambar 16. Lokasi BTS IV

Tabel 6. Data BTS V


BTS V

Product Name BTS


Site Name 140109_HOTEL_KINI_3G

29
Frekuensi 23534
Frekuensi Pair 22526
ERP Power 54.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.02563056
Longitude 109.33888889
Site Address Jalan Nusa Indah III, Kelurahan Darat
Sekip, Kecamatan Pontianak Kota,
Kota Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003

Gambar 17. Lokasi BTS V

Tabel 7. Data BTS VI


BTS VI

30
Product Name BTS
Site Name 140838_GUSTI SITUT MAHMUD
Frekuensi 23534
Frekuensi Pair 22526
ERP Power 54.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.019111111
Longitude 109.34965
Site Address Jalan Gusti SItut Mahmud Gang
Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan
Pontianak Utara
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003

Gambar 18. Lokasi BTS VI

31
Tabel 8. Data BTS VII
BTS VII

Product Name BTS


Site Name 140099_PUTRI DARANANTE
Frekuensi 22274
Frekuensi Pair 23282
ERP Power 55.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.03278889
Longitude 109.32811111
Site Address Sekolah/Yayasan Semesta
Khatulitiwa Jalan Wan Sagaf No.
18, Kecamatan Pontianak Kota
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 15.300000000000001

Gambar 19. Lokasi BTS VII

32
6.2. Peralatan Yang Digunakan
Adapun peralatan yang digunakan untuk mengetahui adanya gangguan
pada BTS di Kota Pontianak, yaitu :
• Handphone Iphone 6 sebagai media operator.
• Kartu SIM sebagai layanan operator jaringan, pada penelitian tugas akhir
ini menggunakan provider telkomsel, indosat, 3, XL , dan smartfren.
• Laptop Asus untuk menyimpan data dan memonitoring.
• Kabel USB untuk menghubungkan handphone dengan laptop.
• Power Bank sebagai alat untuk mengisi daya baterai handphone.
• Google Maps merupakan aplikasi pemetaan bumi. Pada penelitian tugas
akhir ini, aplikasi google earth digunakan untuk melihat lokasi BTS
berdasarkan data latitude dan longitude yang didapat tersedia.
• Google earth juga digunakan untuk menentukan titik-titik pengukuran tiap
BSC yang berjarak beberapa meter dari BTS yang lain.
• SPA (Spectrum Analyzer) yang digunakan untuk mengetahui bentuk
gelombang frekuensi bandwidth BTS yang terjadi gangguan dan
melakukan perhitungan

6.3. Metode Penelitian


Pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa metode
yang akan menunjang penyelesaian tugas akhir ini, diantaranya adalah :
• Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari teori-teori pendukung mengenai
sistem telekomunikasi radio, microwave link pada BTS, mekanisme
penggunaaan antena microwave seperti antena horn, teknik pengukuran
spektrum radio menggunakan spectrum analyzer, serta perhitungan untuk
mengidentifikasi penyebab gangguan sistem telekomunikasi BTS melalui
nedia online dan offline.
• Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari kantor Balmon
Pontianak dan melakukan observasi.

33
• Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak Balmon
sehingga didapatkan informasi data yang valid yang berhubungan dengan
tugas akhir ini.
• Observasi Lapangan
Melakukan pengukuran langsung pada lokasi BTS yang telah ditentukan,
sehingga akan memperoleh data-data yang akan di identifikasi pada
penulisan tugas akhir ini.
• Konsultasi dan Diskusi
Melakukan konsultasi serta diskusi dengan dosen pembimbing, dosen
pengajar, pihak Balmon, senior dan rekan-rekan mahasiswa agar penelitian
tugas akhir ini mendapatkan hasil yang maksimal.
• Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mendapat hasil akhir dari
identifikasi yang didapat setelah melakukan penelitian.

6.4. Jenis Data Penelitian


• Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari observasi di lapangan atau
survey lapangan.
• Data Sekunder
Merupakan penunjang dari hasil penelitian yang diperoleh dari observasi
lapangan. Pengumpulan data sekunder diambil dari kantor – kantor
instansi pemerintah, lembaga penelitian atau studi yang telah ada
sebelumnya. Data tersebut berupa buku-buku atau laporan.

6.5. Langkah-Langkah Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
• Pengumpulan data lapangan
• Metoda ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara, dan praktik di
lapangan.

34
• Melakukan survey lokasi BTS di Kota Pontianak khususnya kecamatan
Pontianak Kota.
• Studi literatur, dilakukan guna memperoleh teori-teori pendukung serta
kemungkinan asumsi yang digunakan dan berperan sebagai referensi
dalam mencari pendekatan secara teoritis dari permasalahan yang diangkat
yang bersumber antara lain pada buku-buku pegangan, dan browsing pada
internet.
• Pengukuran dan pengolahan data lapangan.
• Melakukan identifikasi terhadap hasil data pengukuran sehingga dapat
diperoleh hasil akhir
• Menarik kesimpulan penelitian tugas akhir, berdasarkan hasil akhir
identifikasi yang diperoleh
• Konsultasi dengan pihak Balmon, dan Dosen pembimbing.

6.6. Variabel atau Data


Dalam penelitian tugas akhir ini data-data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut :
• Data lokasi BTS provider H3I yang diperoleh dari pihak Balmon
Pontianak.
• Data hasil pengukuran yang diperoleh langsung dari observasi lapangan.
• Analisa data yang diperoleh dari identifikasi yang dilakukan berdasarkan
data pengukuran yang didapat.
Adapun referensi data yang penulis gunakan dalam penelitian tugas akhir
ini bersumber pada buku, internet dan jurnal-jurnal dari tugas akhir
mahasiswa yang berhubungan dengan penelitian ini, serta melakukan
konsultasi pada dosen, pihak Balmon dan teman-teman mahasiswa untuk
lebih menambah referensi.

6.7. Identifikasi Hasil


Pada penelitian tugas akhir ini akan diperoleh hasil akhir berupa
identifikasi data berdasarkan data di lapangan dan analisis yang dilakukan, serta
kesimpulan yang diperoleh dari hasil akhir identifikasi. Data yang diperoleh

35
secara langsung saat melakukan pengukuran di lapangan yang dilakukan akan di
identifikasi, sehingga menghasilkan hasil akhir yang maksimal. Setelah itu dapat
ditarik kesimpulan berdasarkan identifikasi akhir yang telah diperoleh, dengan
memperhatikan faktor-faktor permasalahan terjadinya gangguan terhadap BTS
yang telah diteliti.

6.8. Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian tugas akhir yang dilakukan sebagai berikut :

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Observasi Lapangan

Identifikasi Data

Penarikan Kesimpulan

Selesai

Gambar 20. Diagram Alir Penelitian Secara Umum

36
Mulai

Studi Literatur

Laporan Interferensi
(Pihak H3I akan menghubungi pihak
Balmon karena terjadinya gangguan)

Pengumpulan Data
(Pendataan informasi awal berupa
lokasi microwave link BTS yang
mengalami interferensi)

Pelacakan sumber interferensi


(melakukan pengukuran langsung
pada tiap BTS di lokasi yang
mengalami interferensi dengan
menggunakan perangkat SPA)

Sumber
Interferensi Tidak
ditemukan?

37
Ya
Melakukan penanganan interferensi

Penarikan kesimpulan

Selesai

Gambar 21. Diagram Alir Penelitian Secara Khusus

Penelitian ini dimulai dengan studi literatur, dimana penulis mencari


referensi – referensi yang bersangkutan dengan tema penelitian yang dilakukan,
setelah mendapatkan referensi yang sesuai, selanjutnya masuk ke tahap dimana
adanya laporan suatu gangguan. Awalnya belum diketahui apa penyebab
terjadinya suatu gangguan pada provider H3I tersebut. Namun, dalam suatu
jaringan mungkin saja akan terjadinya interferensi antara BTS yang satu dengan
BTS yang lain interferensi inilah yang akan mengganggu suatu komunikasi antar
komunikasi data sehingga data yang dikirimkan akan terhambat. Permasalahan
yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah ketika antar microwave link dari
BTS yang sedang beroperasi/mengudara mengganggu BTS yang lain, yang mana
BTS tersebut tidak hanya satu namun banyak antenna microwave link dalam satu
BTS. Dan dari hal tersebut bisa saja dari BTS lain dari provider lain juga
mengganggu.
Untuk mengetahui lebih lanjut maka penulis akan memantau sistem kerja
ini dimulai dengan mengumpulkan setiap data BTS dari lokasi yang mengalami
interferensi baik itu BTS yang saling berdekatan yang memungkinkan
mengganggu. Data pendukung yang ada bertujuan untuk mengetahui letak dari
masing-masing BTS yang di ambil dari data longitude dan latitude, serta data
pendukung yang lain seperti terlampir pada 6.1.

38
Setelah semua data siap terkumpul, maka mencari sumber pelacakan
interferensi dengan turun langsung ke lapangan membawa peralatan sesuai SOP
perusahaan apabila adanya gangguan terutama perangkat yang digunakan yaitu
spectrum analyzer dan antenna horn. Pelacakan disini yaitu melacak dari tujuh
BTS yang berdekatan yang memungkinkan terjadi interfernsi secara satu persatu.
Jika sumber interferensi telah ditemukan maka akan terlampir pada layar spectrum
analyzer sebuah perbedaan yang menonjol yaitu terjadinya suatu pelebaran
bandwidth. Dari hal inilah diketahui BTS mana yang mengalami interfrensi
Diselidiki lebih lanjut ternyata BTS yang mengalami interferensi adalah
BTS yang berada di lokasi Pontianak Mall dimana interferensi ini terjadi akibat
BTS yang berada di sebelahnya seperti yang terlampir pada gambar 16 sedangkan
untuk data pelebaran bandwidth terlampir di lampiran.
Sumber interferensi yang telah ditemukan yaitu pada lokasi Pontianak
Mall akan dilakukan penanganan imterferensi dengan cara mematikan salah satu
microwave link BTS tersebut. Jika penanganan interferensi ini masih belum
mengatasi maka akan dilakukan penanganan interferensi lebih lanjut agar
komunikasi data dapat berjalan dengan baik. Setelah semua identifikasi telah
dilakukan maka akan dilakukan analisi dari penelitian ini.
VII. Sistematika Penulisan
Dalam mempermudah penulisan tugas akhir ini, maka disusunlah sutu
sistematika pembahasan dimana penulis mengelompokkan dari tiap materi-materi
yang ada menjadi beberapa BAB, seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI


Pada bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang berhubungan
dengan masalah yang akan diangkat dalam tugas akhir ini.

39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang tahapan penulis dalam melakukan
pengambilan data, teknik dan prosedur pengukuran di lapangan,
serta paramer-parameter yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV Identifikasi dan Analisis Interferensi Frekuensi Radio


Microwave Link Base Transceiver Station (BTS) PT. Hutchison 3
Indonesia Terkendali Spectrum Analyzer dengan Antena Horn di
Pontianak Kota
Pada bab ini berisi hasil dari survey lapangan, pengukuran dan
perhitungan yang dilakukan, serta identifikasi yang dilakukan dari
hasil pengukuran dan perhitungan.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang dapat berguna
untuk melakukan perbaikan dan kesempurnaan penelitian tugas
akhir ini.

VIII. Jadwal Penelitian


Tabel 9. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Agt Sep Okt Nov Des Jan
1 Penyusunan Proposal
a. Menyusun Proposal
b. Seminar Proposal
c. Perbaikan Proposal
2 PelaksanaanSkripsi
a. Survey Lokasi
b. Pengumpulan data-data
c. Percobaan/Hasil
d. Pembahasan Hasil
e. Penulisan Draft Skripsi

40
f. Bimbingan Skripsi
3 SidangSkripsi
a. Persiapan Administrasi
Penyerahan Draft Skripsi ke Tim
b.
Penguji
c. Sidang Skripsi
Perbaikan, Evaluasi Akhir dan
d.
Penyerahan Skripsi

IX. LAMPIRAN
Berikut merupakan tampilan pada layar spectrum analyzer sebelum
terjadinya gangguan dan saat terjadinya gangguan :

Gambar 22. Sebelum terjadinya interferensi

41
Gambar 23. Saat terjadinya interferensi

42

Anda mungkin juga menyukai