Hutchison 3
Indonesia Terkendali Spectrum Analyzer dengan Antena Horn di Pontianak
Kota
I. Latar Belakang
Telekomunikasi merupakan satu dari banyaknya hal yang memiliki
peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya
telekomunikasi, manusia dapat saling bertukar informasi bahkan mencakup ke
seluruh dunia. Dewasanya, seiring dengan perkembangan zaman tidak pula
ketinggalan teknologi telekomunikasi yang juga mengalami perkembangan sangat
pesat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia akan layanan komunikasi dan
informasi yang meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan ini dapat dilihat
dari segi kuantitas maupun kualitas pada perangkat keras dan perangkat lunak
teknologi komunikasi yang ada mulai dari sistem komunikasi sampai dengan
penyiaran televisi. Kondisi inilah yang menunjukkan wujud keberhasilan yang
dapat dicapai berkat pembangunan nasional yang dilaksanakan. Semua proses
pembangunan ini tentu saja tidak terlepas dari peran teknologi telekomunikasi.
Teknologi telekomunikasi memberikan kebutuhan yang diinginkan
manusia seperti sistem komunikasi yang dapat digunakan dengan bebas tanpa
batas serta dapat digunakan di tempat terpencil sekalipun. Semakin banyaknya
teknologi komunikasi yang diperlukan manusia maka penggunaan frekuensi akan
semakin besar.
Penggunaan frekuensi tinggi pada sistem komunikasi menggunakan
gelombang mikro (microwave) menjadi sangat diperlukan untuk mengatasi
masalah teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Salah satu sistem
komunikasi yang menggunakan gelombang mikro adalah sistem komunikasi
seluler. Teknologi microwave merupakan teknologi yang menggunakan media
transfer sinyal melalui antena.
Antena merupakan salah satu subsistem penyusun dalam dunia
telekomunikasi yang menggunakan media transmisi radio untuk memancarkan
dan menerima sinyal atau gelombang. Antena didefinisikan sebagai struktur
yang berfungsi mengubah gelombang listrik terbimbing menjadi gelombang
1
elektromagnetik ruang bebas, dan sebaliknya. Gelombang elektromagnetik
terbimbing dilewatkan melalui saluran transmisi, sedangkan gelombang
elektromagnetik ruang bebas merambat pada medium udara atau ruang hampa.
Sebuah antena dirancang terus menerus untuk meningkatkan mutu antena agar
dapat bekerja pada frekuensi yang lebar, gain dan direktifitas yang tinggi, dapat
mencapai suatu nilai pancar yang optimum dan pola pancar yang terarah serta
dapat bekerja pada banyak aplikasi.
Perangkat antena dibedakan berdasarkan bentuk dan kualitas bahan yang
digunakan, sehingga kemampuan tiap-tiap antena untuk memancarkan maupun
menerima suatu gelombang elektromagnetik tentu berbeda. Salah satu jenisnya
adalah antena horn.
Antena horn merupakan antena yang digunakan dalam sistem
telekomunikasi gelombang mikro. Kelebihan antena horn yaitu mempunyai gain
yang tinggi, bandwidth yang relatif lebar, tidak berat dan mudah untuk dirancang.
Sistem komunikasi seluler memerlukan teknologi GSM (Global System
for Mobile) yang mana teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan
pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang
dikirim akan sampai pada tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi
selular sekaligus sebagai teknologi selular yang paling banyak digunakan.
Pada sistem komunikasi GSM yang bergelombang mikro memiliki peran
penting dalam telekomunikasi karena komunikasi radio microwave dapat
diterapkan sebagai penghubung antar BTS (Base Transceiver Station).
BTS adalah salah satu perangkat infrastruktur dalam jaringan
telekomunikasi seluler yang berbentuk sebuah tower dengan antena pemancar
sinyal (jaringan akses) dan antena penerima yang berfungsi sebagai penguat sinyal
daya, sehingga dapat mewujudkan komunikasi nirkabel antara jaringan operator
dengan perangkat komunikasi. BTS memiliki daerah cakupan yang luasannya
tergantung dari kuat lemahnya pancaran daya dari sinyal yang dikirimkan ke
pelanggan.
BTS terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Tower, Shelter, dan Feeder.
Tower adalah sebuah tiang pemancar dari sebuah BTS yang terbuat dari besi atau
pipa. Tower BTS umumunya memiliki bermacam variasi dengan panjang 40
2
hingga 75 meter. Fungsi tower adalah memancarkan dan menerima sinyal, baik
dari MS (Mobile Station) maupun menuju ke BSC (Base Station Control). Feeder
adalah kabel yang menghubungkan antara antena dengan shelter. Pada bagian
tower biasanya terdapat sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3x3 meter,
inilah yang disebut shelter. Shelter BTS adalah suatu tempat penyimpanan
perangkat-perangkat telekomunikasi. Shelter BTS berfungsi sebagai media
penyimpanan perangkat yang akan terhubung ke se buah sentral atau pusat
perangkat. Pada bagian shelter terdapat berbagai komponen utama dan pendukung
seperti combiner, core module, power supply, kipas angin, lampu, dan pintu
shelter BTS.
Dalam suatu jaringan khususnya jaringan antar BTS atau BSC (Base
System Control) dengan menggunakan media transmisi terdapat suatu interferensi,
bahkan di antara BTS satu dan BTS lainnya bisa terjadi suatu interferensi.
Interferensi ini akan mengganggu suatu komunikasi data sehingga data yang akan
dikirimkan akan terhambat dikarenakan adanya interferensi tersebut. Interferensi
ini merupakan interaksi antar gelombang dalam suatu daerah, interferensi dapat
bersifat membangun dan merusak. Interferensi akan bersifat membangun jika
beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah
penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Interferensi akan bersifat merusak
apabila jika beda fasenya adalah 1800, sehingga kedua gelombang akan saling
menghilangkan dan dalam telekomunikasi hal tersebut merupakan rugi-rugi yang
harus diperhatikan karena dapat mengakibatkan jeleknya kualitas sinyal atau
pengiriman data pada sebuah jaringan.
Gangguan Interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi.
Interferensi frekuensi ini dapat berakibat fatal bagi operasi microwave link seperti;
rusaknya data informasi yang diterima data corruption, miss orientation tracking
karena kuat sinyal menurun dibawah nilai ambang (threshold) dan
kerusakan pada sistem penerima (receiver) bila daya sinyal interferensi
melebihi sinyal transmisinya itu sendiri.
Dewasa ini terjadi permasalahan ketika antar antena microwave link dari
satu BTS sedang beroperasi/mengudara, dimana BTS tersebut tidak hanya satu
3
tapi banyak antena microwave link dalam satu BTS. Dan dari alokasi tersebut
mungkin BTS lain dari provider yang yang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya interferensi. Dalam pengukuran sementara yang telah dilakukan,
interferensi yang terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi
yang disebabkan oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link
yang lain yang mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang
melebar, yang mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja.
Oleh karena itu dengan adanya tugas akhir ini maka penulis akan
melakukan proses monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna memantau
kinerja sistem ini. Sehingga tugas akhir ini akan membahas mengenai bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisa interferensi Frekuensi Radio Microwave Link
BTS menggunakan perangkat Spectrum Analyzer (SPA) dengan antena Horn pada
jaringan komunikasi seluler Hutchison 3 Indonesia (H31) yang berlokasi di
Pontianak Mall dan akan dibimbing langsung oleh tim Balai Monitoring Kelas II
Pontianak.
4
5. Menemukan solusi seperti melakukan usulan perbaikan kinerja sistem
6. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2020
V. Tinjauan Pustaka
Dalam sistem telekomunikasi, sinyal suatu jaringan pernah mengalami
penurunan bahkan penurunan sinyal tersebut bisa saja sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh interferensi baik interferensi yang diakibatkan dari dalam
maupun dari luar. Akibat dari interferensi ini akan mengubah bentuk gelombang
sinyal karena sistem memberi respon yang tidak tepat sehingga akan mengganggu
pengiriman data.
5
2. Yulia “Analisa Penelitian ini membahas ada
Dhamayanti, Interferensi Antar tidaknya suatu interferensi yang
Hani’ah Base Transceiver terjadi pada antar BTS dengan
Mahmudah, dan Station Pada Link antena transmisi yang line of
Nur Adi S Komunikasi sight (LOS) dalam range
(Pada tahun 2014) Point To Point” frekuensi tertentu pada jaringan
code divission multiple access
(CDMA). Penelitian tersebut
dilakukan dengan berupa data
perhitungan dari rasio carrier to
interference yang kemudian
akan dibandingkan dengan level
threshold yang diizinkan
provider, sehingga dapat
diketahui terjadinya interferensi
point to point antar BTS pada
jaringan CDMA
3. Chusnul Tri “Analisa Potensi Penelitian ini membahas cara
Judianto, Endar Gangguan mengatasi frekuensi-frekuensi
Wurianto Interferensi yang memungkinkan untuk
(Pada tahun 2015) Microwave Link mengganggu sinyal satelit di
Terhadap Operasi Stasiun Bumi Rumpin. Metode
Satelit Lapan-A3 di analisis yang dilakukan adalah
Stasiun Bumi dengan memonitoring dan
Rumpin.” mengukur level sinyal yang
diterima sistem antena pada pita
frekuensi 7700 – 8500 MHz dan
mengamati sinyal interferensi
yang masuk dalam pita
frekuensi tersebut. Dari
pengamatan yang dilakukan
terdapat beberapa frekuensi
6
memiliki level sinyal melebihi -
70dBm yang kemungkinan
besar akan menyebabkan
terjadinya interferensi. Ternyata
setelah diteliti, penggunaan pita
frekuensi untuk komunikasi
satelit observasi bumi dan
terrestrial microwave link
berada pada pita yang sama dan
berdekatan sehingga
mengakibatkan terjadi gangguan
Interferensi.
4. Anisa Fitri “Analisis Pengaruh Penelitian tersebut membahas
(Pada Tahun Interferensi pengaruh interferensi terhadap
2018) Terhadap Akuisisi hasil akuisisi data satelit
Data Satelit penginderaan jauh dengan
Penginderaan Jauh penggunaan sudut azimuth dan
di Stasiun Bumi elevasi yang telah ditentukan
Penginderaan Jauh
Lembaga
Penerbangan dan
Antariksa Nasional
(LAPAN)
Rumpin.”
5. Henrian Robby ”Analisis Penelitian ini membahas
Fakhriannur, Interferensi bagaimana cara penanganan
Irfan, Saiful Frekuensi interferensi yang terjadi pada
Karim 5600MHz Pada radar cuaca BMKG
(Pada Tahun Radar Cuaca menggunakan metode AOA
2019) BMKG (Studi (Angle of Arrival). Metode
Kasus di Stasiun AOA disini merupakan metode
Klimatologi Kelas I running fix karena memiliki
7
Banjarbaru)” tingkat akurasi yang baik
dalam melacak sumber
interferensi seperti interferensi
pada frekuensi 5600 MHz.
8
Gambar 1. Line of sight
9
bekerja dengan baik dapat ditentukan. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang
radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi.
Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi
redaman juga semakin besar. Parameter yang memengaruhi kondisi propagasi
yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.
2. Rugi-rugi Propagasi
Perambatan gelombang radio di ruang bebas dari stasiun pemancar ke
stasiun penerima akan mengalami penyebaran energi di sepanjang lintasannya,
yang mengakibatkan kehilangan energi yang disebut rugi (redaman) propagasi.
Rugi propagasi adalah akumulasi dari redaman saluran transmisi, redaman ruang
bebas (free space loss), redaman oleh gas (atmosfer), dan redaman hujan.
10
Gambar 2. Redaman Ruang Bebas
6.1.7 Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima.
Fluktuasi level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath
fading, dan karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan
sinyal daya terima menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading
margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas
penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang
terjadi., yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang
digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik
menurut standar dari Network Planning Indosat sebesar 40 dB.
6.1.8 Noise
Noise dalam pengertian umumnya adalah sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem komunikasi. Noise dapat dihasilkan dari proses alami seperti
11
petir, noise thermal pada sistem penerima. Di sisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.
6.1.11 Interferensi
Interferensi adalah gangguan yang timbul akibat adanya sinyal lain dengan
frekuensi sama dan mempunyai daya yang cukup besar. Interferensi harus ditekan
sekecil mungkin dan memerlukan power control. (Dennis, Satellite
Communications Third Edition, 2001: 347)
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk
adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda
fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
(Dennis, Satellite Communications Third Edition, 2001: 349)
12
Gangguan dapat dianggap sebagai bentuk kebisingan (noise), dan seperti
halnya kebisingan, kinerja sistem ditentukan oleh rasio yang dapat menimbulkan
gangguan kekuatan, dalam hal ini pembawa yang diinginkan terhadap rasio daya
pembawa atau rasio C / I yang mengganggu. Faktor terpenting yang
mengendalikan gangguan adalah pola radiasi antena stasiun bumi.
13
yang dimaksud adalah penentuan sistem proteksi perangkat. Pada sistem antena
microwave dibagi atas dua sistem yaitu IDU (Indoor Unit) dan ODU (Outdoor
Unit).
IDU biasanya terpasang dibawah (dalam shelter) dan berfungsi sebagai
interface antara notebook dan perangkat. Semua software yang berkaitan dengan
sistem perangkat yaitu setting frekuensi, setting Tx power, setting Rx power,
remote control, kondisi alarm, dan E1(PCM 2 Mbps) dapat diakses malalui IDU.
Sedangkan ODU terpasang diluar biasanya dekat dengan antena dan berfungsi
sebagai pendistribusi semua hasil yang diproses oleh IDU. Interface yang
digunakan antara IDU dan ODU adalah kabel coaxial.
Ada beberapa sistem proteksi biasa digunakan pada antena microwave,
yaitu : 1+0, 1+1 HSBY (Host StandBy), 1+1 S/D (Space Diversity), 1+1 F/D
(Frequency Diversity).
5.2.1 Antena 1+0
14
microwave, satu buah IDU (1+1 HSBY), dua buah ODU (active dan standby).
Dan menggunakan kanal frekuensi yang sama. Cara kerjanya adalah berdasarkan
ODU 1 dipilih sebagai ODU working (main). Apabila ODU 1 mengalami
gangguan yang disebabkan oleh kegagalan perangkat maka dengan otomatis ODU
2 akan bekerja. Sehingga ODU 1 menjadi standby. Demikian seterusnya cara
kerja perangkat ini.Jika benar masalahnya ODU 1 tadi mengalami kerusakan
perangkat maka ODU 1 harus diganti. Kerugiannya dari sistem perangkat dengan
proteksi 1+1 HSBY adalah tidak bisa mengatasi gangguan propagasi. Dengan
adanya sistem perangkat dengan menggunakan sistem proteksi 1+1 HSBY,
diharapkan pada saat terjadi masalah pada link transmisi BTS yang berada dalam
link tersebut tidak mengalami gangguan yang berarti. Sehingga BTS tersebut
masih bisa melayani subscriber yang berada dalam service areanya.
Cara kerjanya yaitu pada saat local site transmitter (mengirimkan sinyal),
sinyal dikirimkan sekaligus (simultan) dan di sisi remote sinyal yang dikirim
tersebut akan diseleksi berdasarkan kualitas receive level yang terbaik, sebaliknya
pada saat sisi remote mengirimkan sinyal ke local site, maka sinyal akan diterima
berdasarkan kualitas receive level yang tebaik.
15
5.2.3 Antena 1+1 Frequency / SD (Space Diversity)
Antena dengan tipe 1+1 frekuensi S/D adalah sebuah sistem antena yang
menggunakan proteksi. Dalam 1 hop (sisi Tx dan Rx) terdiri atas dua buah antena
microwave, dua buah IDU dan masing-masing antena terdiri atas 1 buah ODU dan
menggunakan kanal frekuensi yang berbeda. Cara kerjanya adalah berdasarkan
pemilihan kanal frekuensi yang secara kualitas sangat baik. Dengan kata lain
masing-masing ODU bekerja bersamaan dan tidak saling mengganggu karena
beda frekuensi. Frekuensi yang secara kualitas baik akan dipakai sebagai
frekuensi kerja.
Biasanya system 1+1 Frekuensi S/D digunakan untuk link transmisi yang
jaraknya jauh dan membawakan pasitas E1 yang sangat besar dan jalur link
transmisi yang melalui perairan, laut karena adanya efek cermin yang ditimbulkan
oleh permukaan air. Antena dengan sistem 1+1 Frekuensi S/D dapat menangani
gangguan perangkat dan propogasi. Antena dengan type 2x(1+1) atau 2 x STM_1
dengan fitur XPIC (Cross Pole) adalah sebuah sistem yang menggunakan satu
channel frekuensi dan dual polarisasi (V dan H) dengan tidak menimbulkan
interferensi. Dalam satu hop terdiri atas 8 buah ODU, 2 buah antena dan 2 buah
IDU.
16
Tujuan menggunakan fitur XPIC selain menghemat pemakaian channel
frekuensi adalah untuk mengetahui seberapa besar interferensi yang diakibatkan
oleh sinyal pada frekuensi yang sama tetapi dengan polarisasi (Cross Pole) yang
berseberangan. Cara umum yang dilakukan adalah dengan mengirim sinyal carrier
murni (tanpa pemodulasi) dengan daya pancar yang cukup, supaya sinyal dapat
diterima dengan baik pada receiver. Pada polarisasi yang sama akan diperoleh
level sinyal yang besar sedangkan pada polarisasi yang berseberanganakan
diperoleh level sinyal yang jauh lebih kecil. Level kedua sinyal tersebut kemudian
dapat diukur perbedaannya, jika perbedaannya lebih kecil dari 30dB berarti
polarisasi antena belum di kalibrasi (proses kalibrasi polarisasi sering disebut
cross pole interferensi (X-pole Polarization). Untuk mengatasi kalibrasi polarisasi
yang lebih kecil dari 30dB maka feed horn dari antena harus diputar-putar
sedemikan rupa sehingga diperoleh polarisasi yang tepat (perbedaan level lebih
besar atau sama dengan 30dB). Nilai 30dB cukup untuk mengisolasi dua buah
sinyal yang berasal dari polarisasi yang berbeda dengan frekuensi yang sama.
Dengan demikian kedua sinyal tersebut tidak akan saling interferensi.
Penentuan diameter antena biasanya terkait dengan jarak link transmisi dalam1
hop (komunikasi link antaraTx dan Rx) serta gain antena. Diameter antena
berbanding lurus dengan jarak. Semakin jauh jarak sebuah link transmisi maka
semakin besar pula diameter antena yang akan digunakan. Diameter antena juga
berbanding lurus dengan gain antena. Semakin besar diameter antena maka
semakin besar pula gain antenanya.
CCIR (ITU-R) merekomendasikan pemakaian band frekuensi radio yang
disebut Perencanaan Alokasi Kanal RF. Rekomendasi tersebut menjelaskan
tentang penggunaan band frekuensi, jumlah maksimum kanal RF yang bisa
digunakan, lebar spasi antar kanal RF dan polarisasi frekuensi kanal RF. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan kanal RF yaitu :
o Untuk pemakaian multikanal dalam tiap hop, maka antar kanal tidak boleh
saling mengganggu.
o Hop yang satu dengan yang lainnya tidak boleh saling mengganggu.
o Dua arah transmisi dalam tiap hop juga tidak boleh saling mengganggu
17
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tiap-tiap vendor telekomunikasi
yang beroperasi di Indonesia telah mendapat alokasi frekuensi masing-masing
untuk perangkat antena MW. Biasanya kanal frekuensi yang dipakai untuk
microwave adalah 2 GHz, 7 GHz, 8 GHz,15 GHz, 18 GHz, 23 GHz. Yang
membedakan kanal-kanal frekuensi yang digunakan antara masing-masing vendor
terletak pada sub band frekuensi tersebut.
Polarisasi antena yang dimaksud adalah polarisasi vertikal dan polarisasi
horizontal. Polarisasi merupakan model perambatan gelombang di udara.
Polarisasi terkait dengan gelombang listrik dan gelombang magnet. Jika
gelombang listrik (E) merambat secara tegak lurus maka polarisasinya adalah
horizontal. Tidak masalah polarisasi jenis apa yang dipilih, selama link transmisi
tidak ada masalah.
18
dari nominal sinewave sinyal, sebuah sinewave sangat-rendah distorsi digunakan
sebagai input ke peralatan yang diuji, dan penganalisis spectrum dapat memeriksa
output, yang akan telah menambahkan produk distorsi, dan menentukan distorsi
persentase pada setiap harmonik fundamental. Analisa seperti itu pada satu waktu
digambarkan sebagai "gelombang analisis". Analisis dapat dilakukan dengan
tujuan umum komputer digital dengan kartu suara yang dipilih untuk kinerja yang
sesuai dan perangkat lunak yang sesuai. Alih-alih menggunakan sinewave rendah
distorsi, input dapat dikurangi dari output, dilemahkan dan fase-dikoreksi, untuk
memberikan hanya distorsi ditambahkan dan kebisingan, yang dapat di analisis.
(thesis. binus.ac.id,-).
5.3.4 Bandwidth
Bentuk bandwidth (BW) yang diperoleh aka nmenyerupai tanggapan
frekuensi Band-pass filter ‘(Valkenburg, 2008)’, seperti Gambar 1 sehingga
mempunyai parameter terukur berupa frekuensi cutoff bawah yang dilambangkan
19
dengan fL dan frekuensi cut off atas yang dilambangkan dengan fH‘(Valkenburg,
2008)’. Transfer daya maksimum terjadi pada frekuensi cut off, yaitu saat -26
dBm dan besarnya BW dapat dirumuskan pada persamaan (3) berikut:
BW =f H −f L (3)
Untuk batasan nilai bandwidth yang diperbolehkan mengacu pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri No.15 Tahun2003
yaitu sebesar 372 kHz ‘(MenHub, 2003)’.Bandwidth diperoleh dengan mengatur
titik/pointukur pada titik puncak frekuensi center untuk ditahan ke arah kanan
(high)/kiri (low) sejauh -26dBm dan dikembalikan ke arah yang berlawanan kiri
(low)/kanan (high) sampai pada 0 dBm.
20
Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, besarnya frekuensi
harmonisa ditentukan berdasarkan levelnya, yaitu pada batas minimum 60 dB di
bawah level mean power.
21
5.4.2 Karakteristik Antena Horn
1. Pola radiasi Antena Horn
Pola radiasi suatu antena didefinisikan sebagi suatu pernyataan secara
grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena (pada medan jauh)
sebagian fungsi dari arah itu adalah pointing vektor, maka ia disebut sebagai
Pola Daya (Power Pattern).
22
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. UPT Bidang Monitor Spectrum
Frekuensi Radio mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian
di bidang penggunaan spektrum frekuensi radio yang meliputi kegiatan
pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan
pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio, penyusunan
rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan
perangkat serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio diklasifikasikan dalam 4
(empat) kelas, terdiri dari :
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
a. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
b. Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio
c. Pos Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Demikian juga untuk Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki Satuan
Unit kerja tersebut yaitu Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
Pontianak yang berkedudukan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
dengan wilayah operasional meliputi seluruh Provinsi Kalimantan Barat. Secara
geografis Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan
atau di antara garis 2°08 LU serta 3°05 LS serta di antara 108° 0 BT dan 114° 10
BT pada peta bumi.
23
VI. Metodologi Penelitian
6.1. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan tugas akhir ini lokasi penelitian yang dipilih adalah
Kota Pontianak. Penelitian ini dilakukan pada beberapa BTS di kecamatan
Pontianak Kota. BTS pertama yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
MGW Kota Baru yang bertempat di Jalan Sumbawa Gg Wonoyoso 1 Kecamatan
Pontianak Selatan. BTS kedua yang akan diteliti yaitu BTS Budi Karya yang
bertempat di jalan Budi Karya Pontianak Barat. BTS ketiga yang akan diteliti
yaitu BTS Pasar Kemuning yang bertempat di jalan Prof M. Yamin Gang
Pemangkat kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. BTS keempat yang
akan diteliti yaitu BTS Pontianak Mall yang bertempat di Jalan Komplek
Pontianak Mall, Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS
kelima yang akan diteliti yaitu BTS Hotel Kini 3G yang bertempat di Jalan Nusa
Indah 2, Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS Keenam
yang akan diteliti yaitu BTS Gusti Situt Mahmud yang bertempat di Jalan Gusti
Situt Mahmud Gang Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara,
Kota Pontianak. BTS ketujuh yang akan diteliti yaitu BTS Sekolah/Yayasan
Semesta Khatulistiwa Putri Dara Nante yang bertempat di Jalan Wansagaf
No.18, Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota.
24
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.04766667
Longitude 109.32418333
Site Address JL. SUMBAWA GG. WONOYOSO
1 PONTIANAK
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37
25
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.042180556
Longitude 109.3454861
Site Address Jalan Budi Karya Pontianak Barat
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37
26
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.050638889
Longitude 109.3170194
Site Address Jalan Prof M. Yamin Gang Pemangkat
kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37
27
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude - 0.03233056
Longitude 109.33511111
Site Address Jl. Teuku Umar, Pontianak Mall
Blok AA No.19-22
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A11D06HS_H
Height Antena 22.300000000000001
28
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.02563056
Longitude 109.33888889
Site Address Jalan Nusa Indah III, Kelurahan Darat
Sekip, Kecamatan Pontianak Kota,
Kota Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003
29
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.019111111
Longitude 109.34965
Site Address Jalan Gusti SItut Mahmud Gang
Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan
Pontianak Utara
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003
30
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.03278889
Longitude 109.32811111
Site Address Sekolah/Yayasan Semesta
Khatulitiwa Jalan Wan Sagaf No.
18, Kecamatan Pontianak Kota
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 15.300000000000001
31
• Kabel USB untuk menghubungkan handphone dengan laptop.
• Power Bank sebagai alat untuk mengisi daya baterai handphone.
• Google Maps merupakan aplikasi pemetaan bumi. Pada penelitian tugas
akhir ini, aplikasi google earth digunakan untuk melihat lokasi BTS
berdasarkan data latitude dan longitude yang didapat tersedia.
• Google earth juga digunakan untuk menentukan titik-titik pengukuran tiap
BSC yang berjarak beberapa meter dari BTS yang lain.
• SPA (Spectrum Analyzer) yang digunakan untuk mengetahui bentuk
gelombang frekuensi bandwidth BTS yang terjadi gangguan dan
melakukan perhitungan
32
• Konsultasi dan Diskusi
Melakukan konsultasi serta diskusi dengan dosen pembimbing, dosen
pengajar, pihak Balmon, senior dan rekan-rekan mahasiswa agar penelitian
tugas akhir ini mendapatkan hasil yang maksimal.
• Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mendapat hasil akhir dari
identifikasi yang didapat setelah melakukan penelitian.
33
• Melakukan identifikasi terhadap hasil data pengukuran sehingga dapat
diperoleh hasil akhir
• Menarik kesimpulan penelitian tugas akhir, berdasarkan hasil akhir
identifikasi yang diperoleh
• Konsultasi dengan pihak Balmon, dan Dosen pembimbing.
34
6.8. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian tugas akhir yang dilakukan sebagai berikut :
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Observasi Lapangan
Identifikasi Data
Penarikan Kesimpulan
Selesai
Mulai
Studi Literatur
35
Pengumpulan Data (Pendataan informasi awal berupa lokasi
microwave link BTS yang mengalami interferensi)
Sumber
Interferensi Tidak
ditemukan?
Ya
Melakukan penanganan interferensi
Penarikan kesimpulan
Selesai
36
BTS yang lain interferensi inilah yang akan mengganggu suatu komunikasi antar
komunikasi data sehingga data yang dikirimkan akan terhambat. Permasalahan
yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah ketika antar microwave link dari
BTS yang sedang beroperasi/mengudara mengganggu BTS yang lain, yang mana
BTS tersebut tidak hanya satu namun banyak antenna microwave link dalam satu
BTS. Dan dari hal tersebut bisa saja dari BTS lain dari provider lain juga
mengganggu.
Untuk mengetahui lebih lanjut maka penulis akan memantau sistem kerja
ini dimulai dengan mengumpulkan setiap data BTS dari lokasi yang mengalami
interferensi baik itu BTS yang saling berdekatan yang memungkinkan
mengganggu. Data pendukung yang ada bertujuan untuk mengetahui letak dari
masing-masing BTS yang di ambil dari data longitude dan latitude, serta data
pendukung yang lain seperti terlampir pada tabel 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
Setelah semua data siap terkumpul, maka mencari sumber pelacakan
interferensi dengan turun langsung ke lapangan membawa peralatan sesuai SOP
perusahaan apabila adanya gangguan terutama perangkat yang digunakan yaitu
spectrum analyzer dan antenna horn. Pelacakan disini yaitu melacak dari tujuh
BTS yang berdekatan yang memungkinkan terjadi interfernsi secara satu persatu.
Jika sumber interferensi telah ditemukan maka akan terlampir pada layar spectrum
analyzer sebuah perbedaan yang menonjol yaitu terjadinya suatu pelebaran
bandwidth. Dari hal inilah diketahui BTS mana yang mengalami interfrensi
Diselidiki lebih lanjut ternyata BTS yang mengalami interferensi adalah
BTS yang berada di lokasi Pontianak Mall dimana interferensi ini terjadi akibat
BTS yang berada di sebelahnya seperti yang terlampir pada gambar 16 sedangkan
untuk data pelebaran bandwidth terlampir di lampiran.
Sumber interferensi yang telah ditemukan yaitu pada lokasi Pontianak
Mall akan dilakukan penanganan imterferensi dengan cara mematikan salah satu
microwave link BTS tersebut. Jika penanganan interferensi ini masih belum
mengatasi maka akan dilakukan penanganan interferensi lebih lanjut agar
komunikasi data dapat berjalan dengan baik. Setelah semua identifikasi telah
dilakukan maka akan dilakukan analisi dari penelitian ini.
37
VII. Sistematika Penulisan
Dalam mempermudah penulisan tugas akhir ini, maka disusunlah sutu
sistematika pembahasan dimana penulis mengelompokkan dari tiap materi-materi
yang ada menjadi beberapa BAB, seperti berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang dapat berguna
untuk melakukan perbaikan dan kesempurnaan penelitian tugas
akhir ini.
38
VIII. Jadwal Penelitian
Tabel 9. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Agt Sep Okt Nov Des Jan
1 Penyusunan Proposal
a. Menyusun Proposal
b. Seminar Proposal
c. Perbaikan Proposal
2 PelaksanaanSkripsi
a. Survey Lokasi
b. Pengumpulan data-data
c. Percobaan/Hasil
d. Pembahasan Hasil
e. Penulisan Draft Skripsi
f. Bimbingan Skripsi
3 SidangSkripsi
a. Persiapan Administrasi
Penyerahan Draft Skripsi ke Tim
b.
Penguji
c. Sidang Skripsi
Perbaikan, Evaluasi Akhir dan
d.
Penyerahan Skripsi
39
DAFTAR PUSTAKA
.
[1] Alfin Hikmaturrokhman[1], Eka Wahyudi [2], Hendri Sulaiman[3].2014. Analisa
Pengaruh Interferensi Terhadap Availability pada Jaringan Transmisi
Microwave Menggunakan Software PATHLOSS 5.0 Studi Kasus di PT. Alita
Praya Mitra. Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom. Purwokerto.
[2] Tri Widia Ningsih[1], Fitri Imansyah[2], F. Trias Pontia. W[3].2014. Analisis
Jaringan Base Transceiver Station (BTS) Sidomulyo Terhadap Performansi
Jaringan PT. Indosat Sintang. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
[3] Chusnul Tri Judianto[1], Endar Wurianto[2].2015. Analisis Potensi Gangguan
Interferensi Microwave Link Terhadap Operaso Satelit Lapan-A3 di Stasiun
Bumi Rumpin. Peneliti Bidang Satelit Komunikasi, Pusat Teknologi Satelit,
Lapan. Bogor.
[4] Henrian Robby Fakhriannur[1], Irfan[2], Saiful Karim[3].2019. Analisis
Interferensi Frekuensi 5600MHz Pada Radar Cuaca BMKG (Studi Kasus di
Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari. Banjarmasin.
[5] Anisa Fitri.2018. Analisis Pengaruh Interferensi Terhadap Akuisisi Data
Satelit Penginderaan Jauh di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rumpin. Universitas Negeri
Jakarta. Jakarta.
[6] Abdul Muttaqin[1], Yusnita Rahayu[2].2017. Analisis Potensi Interferensi
Sistem LTE Dengan EGSM Di Pita 800 MHz. Universitas Riau. Pekanbaru.
[7] Yulia Dhamayanti[1] ,Hani’ah Mahmudah[2], Nur Adi S[3].2012. Analisa
Interferensi Antar Base Transceiver Station Pada Link Komunikasi
Point To Point. Politeknik Elektronika Negeri. Surabaya.
40
LAMPIRAN
41
tersebut tidak hanya satu namun banyak antenna microwave link dalam satu BTS.
Dan dari hal tersebut bisa saja dari BTS lain dari provider lain juga mengganggu.
Untuk mengetahui lebih lanjut maka penulis akan memantau sistem kerja
ini dimulai dengan mengumpulkan setiap data BTS dari lokasi yang mengalami
interferensi baik itu BTS yang saling berdekatan yang memungkinkan
mengganggu. Data pendukung yang ada bertujuan untuk mengetahui letak dari
masing-masing BTS yang di ambil dari data longitude dan latitude, serta data
pendukung yang lain seperti terlampir pada tabel 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
Setelah semua data siap terkumpul, maka mencari sumber pelacakan
interferensi dengan turun langsung ke lapangan membawa peralatan sesuai SOP
perusahaan apabila adanya gangguan terutama perangkat yang digunakan yaitu
spectrum analyzer dan antenna horn. Pelacakan disini yaitu melacak dari tujuh
BTS yang berdekatan yang memungkinkan terjadi interfernsi secara satu persatu.
Jika sumber interferensi telah ditemukan maka akan terlampir pada layar spectrum
analyzer sebuah perbedaan yang menonjol yaitu terjadinya suatu pelebaran
bandwidth. Dari hal inilah diketahui BTS mana yang mengalami interfrensi
Diselidiki lebih lanjut ternyata BTS yang mengalami interferensi adalah
BTS yang berada di lokasi Pontianak Mall dimana interferensi ini terjadi akibat
BTS yang berada di sebelahnya seperti yang terlampir pada gambar 16 sedangkan
untuk data pelebaran bandwidth terlampir di lampiran.
Sumber interferensi yang telah ditemukan yaitu pada lokasi Pontianak
Mall akan dilakukan penanganan imterferensi dengan cara mematikan salah satu
microwave link BTS tersebut. Jika penanganan interferensi ini masih belum
mengatasi maka akan dilakukan penanganan interferensi lebih lanjut agar
komunikasi data dapat berjalan dengan baik. Setelah semua identifikasi telah
dilakukan maka akan dilakukan analisi dari penelitian ini.
42
Gambar 23. Saat terjadinya interferensi
43