Anda di halaman 1dari 20

PERBANDINGAN MEDIA TRANSMISI

WIRELESS DAN SATELITE

JURNAL
Dibuat Sebagai Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer
Pada Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Sriwijaya

Oleh :
ARIFTA SURYA
09061002026

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi telekomunikasi yang berkembang dengan pesat seiring dengan era
globalisasi yang sedang melanda dunia. Sistem telekomunikasi digital telah membawa era baru
dalam bidang telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi dalam jaringan telekomunikasi
telah membuat suatu dimensi-dimensi baru dalam pelayanan telekomunikasi yang semakin cepat
murah.

Para user/pengguna menginginkan akses berkomunikasi secara multimedia, di mana saja


dan kapan saja dengan biaya yang relatif murah dan juga dapat mengakses informasi dalam
jaringan komputer global bukan hanya teks atau data tapi juga gambar bahkan animasi. Teknologi
wireless maupun satellite mampu memberikan hal itu semua.
Namun apa yang terjadi ketika kita harus memilih teknologi mana yang akan digunakan.
Hal ini terkadang memberikan masalah besar, baik itu dari segi keuangan dan segi kebutuhan
serta unjuk kerja.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tulisan ini adalah bagaimana menentukan apa yang sebaiknya harus dilakukan
ketika kita akan menghubungkan satu daerah dengan layanan komunikasi, apakah dengan
wireless atau dengan satelit.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah literature, yaitu penelusuran berbagi buku, jurnal,
artikel, serta sumber yang berasal dari internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Media Transmisi

Media/saluran transmisi terletak di bawah physical layer. Merupakan jalur transmisi sinyal yang
terbentuk di physical layer

Media tranmisi memiliki 2 bentuk yaitu :


1. Guided Media
Menyediakan jalur transmisi sinyal yang terbatas secara fisik, meliputi twisted-pair
cable, coaxial cable (kabel koaksial) dan fiber-optic cable (kabel serat optik). Sinyal yang
melewati media-media tersebut diarahkan dan dibatasi oleh batas fisik media. Twisted-pair
dan coaxial cable menggunakan konduktor logam yang menerima dan mentransmisikan
sinyal dalam bentuk aliran listrik. Optical fiber/serat optik menerima dan mentransmisikan
sinyal data dalam bentuk cahaya.
2. Unguided media
Unguided media atau komunikasi tanpa kabel mentransmisikan gelombang
elektromagnetik tanpa menggunakan konduktor secara fisik. Sinyal dikirimkan secara
broadcast melalui udara (atau air, dalam beberapa kasus). Media tranmisi ini dapat
menggunakan wireless atau menggunakan satellite.

2.2 Wireless

IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) melakukan diskusi, riset dan
pengembangan terhadap perangkat jaringan yang kemudian menjadi standarisasi untuk digunakan
sebagai perangkat jaringan. Salah satu standar yang dikeluarkan adalah 802.11 yang bekerja di
bidang wireless LAN (Wi-Fi).

Perkembangan Standar 802.11

Standar Fungsi
802.11 Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps hingga 2 Mbps
802.11a Standar High Speed WLAN untuk 5GHz band yang mendukung transfer data
hingga 54 Mbps
802.11b Standar WLAN untuk 2.4GHz yang mendukung transmisi data 5,4 hingga 11 Mbps
802.11e Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua interface radio IEEE WLAN
802.11f Mendefenisikan komunikasi inter-access point untuk memfasilitasi beberapa
vendor yang mendistribusikan WLAN
802.11g Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, untuk kecepatan
transfer data hingga 54 Mbps
802.11h Mendefenisikan pengaturan spectrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan
Asia Pasifik
802.11i Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat untuk meng-
antisipasi kelemahan keamanan pada protokol autentifikasi dan enkripsi
802.11j Penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5 GHz untuk standar
802,11a di Jepang

Wi-Fi Characteristics
Sumber : John Ross, The Book Of Wireless 2nd Edition
Perbandingan Teknologi 802.11 a & b

2.2.1 Topologi Wireless Network

1. AD Hoc

Merupakan jaringan sederhana dimana komunikasi terjadi diantara 2 perangkat


atau lebih pada cakupan area tertentu tanpa harus memerlukan sebuah access point
atau server.

2. Client / Server

Menggunakan Access Point sebagai pengatur alokasi waktu transmisi untuk


semua perangkat jaringan dan mengizinkan perangkat mobile melakukan proses
roaming dari sel ke sel.
Ad-Hoc or Peer-to Peer Networking

Client Server with Access poin


2.2.2 Access Point

Digunakan untuk melakukan pengaturan lalulintas jaringan dari mobile radio ke


jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless client/server
Biasanya berbentuk kotak kecil dengan 1 atau 2 antena kecil. Peralatan ini merupakan radio
based, berupa receiver dan transmiter yang akan terkoneksi dengan LAN kabel atau
broadband ethernet.

2.2.3 Hotspot

Hotspot merupakan coverage area yang dimiliki access point agar komputer dgn
perangkat wireless disekitar dapat terkoneksi internet. Hotspot menyediakan layanan
wireless LAN dan internet secara gratis maupun dengan biaya.

Area Hotspot biasanya menggunakan tempat area umum (seperti ruang lobby, area
parkir, kantin dll) agar perangkat WLAN yang digunakan user bisa melakukan akses
kelayanan Access Point.
Ada 3 range frekuensi umum yang dalam tranmisi wireless yaitu :
1. Frekuensi microwave dengan range 2 – 40 GHz, cocok untuk tranmisi point-to-
point.
2. Frekuensi dalam range 30 MHz – 1 GHz, cocok untuk aplikasi omnidirectional.
Range ini ditujuan untuk range broadcast radio.
3. Range frekuensi lain yaitu antara 300 – 200000 GHz untuk aplikasi local, adalah
spectrum infra merah. Infra merah sangat berguna untuk aplikasi point-to-point dan
multipoint dalam area terbatas, seperti sebuah ruangan.

2.2.4 Jenis tranmisi wireless

Microwave
Microwave merupakan high-end dari RF (Radio Frequency), sekitar 1 – 30 GHz.
Transmisi dengan microwave memberikan 3 hal yang perlu diperhatikan :
· Alokasi frekuensi
· Interference, Keamanan
· Harus straight-line (perambatan line-of sight)
· Jarak tanpa repeater anatar 10 – 100 km

Radio
Arah tranmisi omni directional
Infrared
Dipenuhi dengan menggunakan transmitter/receiver yang memodulasikan no
coherent infrared light. Transceiver harus dengan suatu bentuk garis lurus atau melalui
pantulan dari suatu permukaan warna yang bercahaya

Bluetooth
Sebuah teknologi wireless yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan
suara dengan jarak jangkauan yang terbatas.

Gelombang radio untuk komunikasi ini dapat terdiri dari berbagai frekwensi seperti :
a) VLF(Very Low Frequency) dan LF (Low Frequency)
Sinyal-sinyal ini dipropagasikan sangat dekat dengan permukan bumi, tidak dapat
melewati objek yang padat dan digunakan dalam navigasi radio jarak jauh.
b) MF (Medium Frequency) dan HF (High Frequency)
Sinyal-sinyal ini dikirimkan lewat udara dan memantul kembali ke bumi.
Digunakan untuk komunikasi jarak jauh.
c) VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency)
Sinyal-sinyal ini biasanya dikirimkan secara line of sight. Digunakan pada
terrestrial, satellite dan komunikasi dengan radar.

2.2.5 LOS (Line Of Sight)

Dalam wireless terdapat apa ynag dinamakan Line of Sight, yaitu keadaan
dimana antar point harus saling berhadapan, ini bertujuan agar perangkat wireless dapat
berkomunikasi dengan baik.
2.3 Satelit
Satelit adalah alat elektronik yang mengorbit bumi yang mampu bertahan sendiri. Bisa diartikan
sebagai repeater yang berfungsi untuk menerima signal gelombang microwave dari stasiun bumi,
ditranslasikan frequensinya, kemudian diperkuat untuk dipancarkan kembali ke arah bumi sesuai
dengan coveragenya yang merupakan lokasi stasiun bumi tujuan atau penerima. (sumber :
http://www.total.or.id/info.php?kk=satelit)

Bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yaitu :


1. Space segment (bagian yang berada di angkasa)
2. Ground segment (biasa disebut stasiun bumi)

Segmen Angkasa :
1. Struktur/Bus
2. Payload
3. Power Supply
4. Kontrol temperature
5. Kontrol Attitude dan Orbit
6. Sistem propulsi
7. Telemetri, tracking, dan Command (TT & C).
Segmen Bumi :
1. User terminal
2. SB Master
3. jaringan.

Satellite merupakan sebuah repeater data yang mampu mengirim data ke tempat tujuan berupa
down-link.
2.3.1 Jenis-jenis Orbit
Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit
bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun.

1. Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 – 1500 km di atas permukaan bumi.
2. Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
3. Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas
permukaan Bumi.
4. Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan
Bumi.
5. Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.

Jika ditinjau dari posisi relatif satelit terhadap bumi ada yag dinamakan
Geostasioner (geostationary). Orbit ini juga dikenal sebagai geosynchronous atau
synchronous. Ketinggian orbit ini kira-kira 22.223 mil atau 1/10 jarak ke bulan.
Jalur ini juga dikenal sebagai ”tempat parkir satelit”, sebab begitu banyak satelit,
mulai dar satelit cuaca, satelit komunikasi hingga satelit televisi. Akibatnya, posisi
masing-masing harus tepat agar tidak saling menginterferensi sinyal.
Berikut detil dari orbit satelit:
• 70 -1.200 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit pengamat, yang
biasanya mengorbit pada 300 -600 mil (470-970 km), berfungsi sebagai fotografer.
Misalnya satelit Landsat 7, ia bertugas untuk pemetaan, pergerakan es dan tanah,
situasi lingkungan (semisal menghilangnya hutan hujan tropis), lokasi deposit
mineral hingga masalah pertanian; satelit SAR (search-and-rescue) juga disini,
dengan tugas menyiarkan ulang sinyal-sinyal darurat dari kapal laut atau pesawat
terbang yang dalam bahaya; Teledesic, yaitu satelit yang di-backup sepenuhnya
oleh Bill Gates, memberikan layanan komunikasi broadband (highspeed), dengan
sarana satelit yang mengorbit pada ketinggian rendah (LEO, Low Earth Orbiting).

• 3.000 -6.000 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit sains, yang
biasanya berada pada ketinggian ini (4.700 -9.700 km), dimana mereka
mengirimkan data-data ke bumi via sinyal radio telemetri. Satelit ini berfungsi
untuk penelitian tanaman dan hewan, ilmu bumi, seperti memonitor gunung berapi,
mengawasi kehidupan liar, astronomi (dengan IAS, infrared astronomy satellite)
dan fisika.
• 6.000 -12.000 mil (asynchoronous orbits) : satelit GPS menggunakan orbit ini
untuk membantu penentuan posisi yang tepat. Ia bisa digunakan untuk kepentingan
militer maupun ilmu pengetahuan.
• 22.223 mil (geostationary orbits) : digunakan oleh satelit cuaca, satelit televisi,
satelit komunikasi dan telepon. (sumber : Gatot Santoso – ebook Sistem
Komunikasi Satelit)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan kekurangan Wireless dan Satelit

Sebelum menentukan mana yang lebih baik antara wireless atau satelit, mari kita lihat segi
keuntungan dan kekurangan di antara 2 media transmisi tersebut.

Keuntungannya wireless :

1. Dapat dipergunakan untuk komunikasi data dengan jarak yang jauh sekali. Tergantung
LOS (Line of Sight) dan kemampuan perangkat wireless dalam memancarkan
gelombang.

2. Sangat baik digunakan pada gedung yang sangat sulit menginstall kabel.

Kerugiannya :

1. Sulit diperoleh karena spektrum frekuensi terbatas.


2. Biaya instalasinya, operasional dan pemeliharaan sangat mahal.
3. Keamanan data kurang terjamin.
4. Pengaruh gangguan (derau) cukup besar.
5. Transfer data lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan kabel.

Kelebihan satelit:

1. Tidak perlu LOS (Line of Sigth) dan tidak ada masalah dengan jarak dan koneksi dapat
dilakukan dimana saja.
2. Jarak jangkauan yang sangat luas
3. Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun dari satu titik ke banyak titik
secara broadcasting ataupun multicasting
4. Kecepatan bit akses tinggi dan memiliki bandwidth lebar.
5. VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam jangkauan satelit,
6. Unjuk kerja sangat tinggi dan bisa digunakan untuk koneksi suara, video dan data, karna
memiliki bandwidth yang lebar
7. Sangat baik untuk daerah yang kepadatan penduduknya jarang dan belum mempunyai
infrastuktur telekomunikasi
Kekurangan Media Satelite :

1. Up Front Cost tinggi: Contoh : untuk Satelit GEO: Spacecraft, Ground Segment &
Launch = US $ 200 jt, Asuransi: $ 50 jt.
2. Distance insensitive: Biaya komunikasi untuk jarak pendek maupun jauh relatif sama.
3. Hanya ekonomis jika jumlah User besar dan kapasitas digunakan secara intensif.
4. Delay propagasi besar.
5. Rentan terhadap pengaruh atmosfir
6. Besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi satelit geostasioner. Kini
berbagai teknik protokol link sudah dikembangkan sehingga dapat mengatasi problem
tersebut.
7. Diantaranya penggunaan Forward Error Correction yang menjamin kecilnya
kemungkinan pengiriman ulang.
8. Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah
sekitar 700 milisecond (latency), sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40
milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi
ke satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000
kilometer di atas permukaan bumi.
9. Sangat sensitif cuaca dan Curah Hujan yang tinggi, Semakin tinggi frekuensi sinyal yang
dipakai maka akan semakin tinggi redaman karena curah hujan.
10. Rawan sambaran petir gledek
11. Sun Outage, Sun outage adalah kondisi yang terjadi pada saat bumi-satelit-matahari
berada dalam satu garis lurus.. Energi thermal yang dipancarkan matahari pada saat sun
outage mengakibatkan interferensi sesaat pada semua sinyal satelit, sehingga satelit
mengalami kehilangan komunikasi dengan stasiun bumi.

3.2 Wireless or Satelit ?

Ada beberapa Faktor yang menentukan pilihan media komunikasi data, yaitu :

1. Harga
2. Unjuk kerja (Performance) jaringan yang dikehendaki.
Jika ditinjau dari sudut teknik, faktor yang harus dipertimbangkan :
1. Kemampuan menghadapi gangguan elektris maupun magnetis dari luar.
2. Lebar jalur (bandwidth) yang sebaliknya juga tergantung pada jarak yang harus
dilayani.
3. Kemampuan dalam melayani multiple access, yaitu : apakah mudah mengambil data
dari padanya.
4. Keamanan data.

3.2.1 Harga
Jika dilihat dari segi harga, media wireless lebih murah dibandingkan media satelit, ini
dikarenakan media satelit harus menggunakan antenna khusus yang baik itu uplink
maupun downlink, yang bisa tergolong sangat mahal serta penyewaan koneksi ke satelit
yang disediakan oleh penyedia satelit. Sedangkan wireless bisa lebih murah, ini
disebabkan jumlah alat yang digunakan lebih tergantung pada jarak, dan keadaan LOS.

3.2.2 Unjuk Kerja


Unjuk kerja satelit lebih baik daripada wireless, ini disebabkan troughput satelit lebih
besar daripada wireless, sedangkan wireless jumlah troughput lebih dipengaruhi oleh
bearnya jarak dan LOS. Jika jarak besar serta tidak LOS maka besarnya troughput yang
dihasilkan lebih kecil.

Jika di kota-kota besar tentu banyak terdapat gedung-gedung tinggi yang memiliki
perbedaan tinggi dan jarak yang tidak terlalu jauh. Maka solusi wirelesslah yang paling
bagus dan jika gedung tersebut ingin terkoneksi maka dibuatlah koneksi secara Point To
Point, Point-To-Multipoint, Multipoint-To-Multipoint.

Point-to-point
Point-to-multipoint

Multipoint-to-multipoint

Bagaimana jika dalam suatu kota terdapat banyak frekuensi yang sama digunakan, tentu akan terjadi
interferensi gelombang, dapat saling menguatkan atau saling meniadakan.
Dalam menjangkau daerah yang amat jauh dari perkotaan, misalnya daerah pedesaan maupun
daerah terpencil lainnya, termasuk di tengah laut, maka orang merekayasa sistem wireless access yang
lain dengan menggunakan teknologi satelit. Dalam hal ini ada dua kemungkinan, pertama
menggunakan LEO (Low Earth Orbit Satellites) dan ke dua dengan GEO (Geosynchronous Orbit
Satellites).
Jika area yang perlu di covered sangat luas dan user yang sangat banyak, maka media tranmisi
satelitlah yang paling baik digunakan.

Gambar 1 : satelit mampu malayani banyak user

Gambar 2 : satelit mampu melayani down-link yang jaraknya sangat jauh


BAB IV
KESIMPULAN

Pemakaian media tranmisi wireless dan satelit banyak dipengaruhi oleh beberapa
factor, namun factor kebutuhan dan unjuk kerjalah yang paling besar.
Kebutuhan dipengaruhi oleh banyak user dan luas area yang akan dikoneksikan.
Kemudian unjuk kerja yang optimal, seperti troughput yang dihasilkan diupayakan
semaksimal mungkin.
Penggunaan wireless akan lebih optimal jika digunakan pada area yang tidak terlalu
luas, atau jarak yang tidak terlalu jauh, dan user yang tidak terlalu banyak serta topologi
dataran yang mempunyai LOS memadai.
Namun jika ternyata area yang dikoneksikan sangat luas dan user yang sangat banyak,
dan jarak yang sangat jauh serta topologi dataran yang tidak LOS, maka pemakaian media
satelit sangat dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

LLC, Hacker Friendly. 2006. Wireless Networking In The Developing World. Artikel Internet
http://hackerfriendly.com/.

LLC, Hacker Friendly. 2007. Wireless Networking In The Developing World second Edition. Artikel
Internet http://hackerfriendly.com/.

Setiawan, Deris.2007. Komunikasi Data Teknologi Satelit. Artikel Internet :


http://www.ilkom.unsri.com/deris

http://www.ilmukomputer.com

Anda mungkin juga menyukai