I. Latar Belakang
Telekomunikasi merupakan satu dari banyaknya hal yang memiliki
peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya
telekomunikasi, manusia dapat saling bertukar informasi bahkan mencakup ke
seluruh dunia. Dewasanya, seiring dengan perkembangan zaman tidak pula
ketinggalan teknologi telekomunikasi yang juga mengalami perkembangan sangat
pesat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia akan layanan komunikasi dan
informasi yang meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan ini dapat dilihat
dari segi kuantitas maupun kualitas pada perangkat keras dan perangkat lunak
teknologi komunikasi yang ada mulai dari sistem komunikasi sampai dengan
penyiaran televisi. Kondisi inilah yang menunjukkan wujud keberhasilan yang
dapat dicapai berkat pembangunan nasional yang dilaksanakan. Semua proses
pembangunan ini tentu saja tidak terlepas dari peran teknologi telekomunikasi.
Teknologi telekomunikasi memberikan kebutuhan yang diinginkan
manusia seperti sistem komunikasi yang dapat digunakan dengan bebas tanpa
batas serta dapat digunakan di tempat terpencil sekalipun. Semakin banyaknya
teknologi komunikasi yang diperlukan manusia maka penggunaan frekuensi akan
semakin besar.
Penggunaan frekuensi tinggi pada sistem komunikasi menggunakan
gelombang mikro (microwave) menjadi sangat diperlukan untuk mengatasi
masalah teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Salah satu sistem
komunikasi yang menggunakan gelombang mikro adalah sistem komunikasi
seluler. Teknologi microwave merupakan teknologi yang menggunakan media
transfer sinyal melalui antena.
Antena merupakan salah satu subsistem penyusun dalam dunia
telekomunikasi yang menggunakan media transmisi radio untuk memancarkan
dan menerima sinyal atau gelombang. Antenna didefinisikan sebagai struktur
yang berfungsi mengubah gelombang listrik terbimbing menjadi gelombang
elektromagnetik ruang bebas, dan sebaliknya. Gelombang elektromagnetik
terbimbing dilewatkan melalui saluran transmisi, sedangkan gelombang
elektromagnetik ruang bebas merambat pada medium udara atau ruang hampa.
Sebuah antenna dirancang terus menerus untuk meningkatkan mutu antenna agar
dapat bekerja pada frekuensi yang lebar, gain dan direktifitas yang tinggi, dapat
mencapai suatu nilai pancar yang optimum dan pola pancar yang terarah serta
dapat bekerja pada banyak aplikasi.
Perangkat antena dibedakan berdasarkan bentuk dan kualitas bahan yang
digunakan, sehingga kemampuan tiap-tiap antena untuk memancarkan maupun
menerima suatu gelombang elektromagnetik tentu berbeda. Salah satu jenisnya
adalah antena horn.
Antena horn merupakan antenna yang digunakan dalam sistem
telekomunikasi gelombang mikro. Kelebihan antena horn yaitu mempunyai gain
yang tinggi, bandwidth yang relatif lebar, tidak berat dan mudah untuk dirancang.
Sistem komunikasi seluler memerlukan teknologi GSM (Global System
for Mobile) yang mana teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan
pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang
dikirim akan sampai pada tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi
selular sekaligus sebagai teknologi selular yang paling banyak digunakan.
Pada sistem komunikasi GSM (Global System For Mobile) yang
bergelombang mikro memiliki peran penting dalam telekomunikasi karena
komunikasi radio microwave dapat diterapkan sebagai penghubung antar BTS
(Base Transceiver Station).
BTS adalah salah satu perangkat infrastruktur dalam jaringan
telekomunikasi seluler yang berbentuk sebuah tower dengan antena pemancar
sinyal (jaringan akses) dan antena penerima yang berfungsi sebagai penguat sinyal
daya, sehingga dapat mewujudkan komunikasi nirkabel antara jaringan operator
dengan perangkat komunikasi. BTS memiliki daerah cakupan yang luasannya
tergantung dari kuat lemahnya pancaran daya dari sinyal yang dikirimkan ke
pelanggan.
BTS terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: Tower, Shelter, dan Feeder.
Tower adalah sebuah tiang pemancar dari sebuah BTS yang terbuat dari besi atau
pipa. Tower BTS umumunya memiliki bermacam variasi dengan panjang 40
hingga 75 meter. Fungsi tower adalah memancarkan dan menerima sinyal, baik
dari MS (Mobile Station) maupun menuju ke BSC (Base Station Control). Feeder
adalah kabel yang menghubungkan antara antena dengan shelter. Pada bagian
tower biasanya terdapat sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3x3 meter,
inilah yang disebut shelter. Shelter BTS adalah suatu tempat penyimpanan
perangkat-perangkat telekomunikasi. Shelter BTS berfungsi sebagai media
penyimpanan perangkat yang akan terhubung ke se buah sentral atau pusat
perangkat. Pada bagian shelter terdapat berbagai komponen utama dan pendukung
seperti combiner, core module, power supply, kipas angin, lampu, dan pintu
shelter BTS.
V. Tinjauan Pustaka
Dalam sistem telekomunikasi, sinyal suatu jaringan pernah mengalami
penurunan bahkan penurunan sinyal tersebut bisa saja sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh interferensi baik interferensi yang diakibatkan dari dalam
maupun dari luar. Akibat dari interferensi ini akan mengubah bentuk gelombang
sinyal karena sistem memberi respon yang tidak tepat sehingga akan mengganggu
pengiriman data.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Alfin Hikmaturrokhman,
dimana penelitian yang dilakukan yaitu tentang analisa pengaruh interferensi pada
jaringan transmisi microwave. Pada penelitian tersebut membahas bagaimana
merencanakan sebuah jaringan transmisi radio microwave pada link transmisi site
Labuan-Panimbang-Cigeulis dan menganalisa pengaruh interferensi terhadap
ukuran kehandalan sistem (Availability) dilakukan dengan bantuan software
pathloss 5.0. kesimpulan yang dapat diatrik dari penelitian tersebut yaitu solusi
yang dilakukan untuk mengatasi interferensi dengan cara melakukan optimasi
jaringan seperti mengganti Sub Band, mengganti polarisasi antenna dan
mengganti perangkat antena dengan spesifikasi yang berbeda.
Penelitian juga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Yulia
Dhamayanti, Hani’ah Mahmudah, dan Nur Adi S, tentang analisa interferensi
Base Transceiver Station pada link komunikasi point to point. Dimana dalam
penelitian tersebut membahas ada tidaknya suatu interferensi yang terjadi pada
antar BTS dengan antenna transmisi yang line of sight (LOS) dalam range
frekuensi tertentu pada jaringan code divission multiple access (CDMA).
Penelitian tersebut dilakukan dengan berupa data perhitungan dari rasio carrier to
interference yang kemudian akan dibandingkan dengan level threshold yang
diizinkan provider, sehingga dapat diketahui terjadinya interferensi point to point
antar BTS pada jaringan CDMA. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik pada
penelitian tersebut yaitu perhitungan rasio carrier to interference dapat dilakukan
dengan langkah-langkah seperti menentukan parameter interferensi, melakukan
pengolahan dan perhitungan daya Carrier dan daya Interferensi, melakukan
perbandingan daya C/I dengan level threshold, dan melakukan analisa.
Sedangkan pada penelitian ini akan membahas menganalisis bagaimana
penyebab terjadi gangguan performansi jaringan microwave link BTS milik PT.
Hutchison 3 Indonesia, sehingga mampu optimal melayani Area Pontianak Mall
Kecamatan Pontianak Kota Pontianak dan sekitarnya yang ditinjau dari
pemasangan antena microwave link BTS pada jaringan antar BTS.
b. Duplex adalah komunikasi dua arah Informasi berjalan dari dua arah yang
berlawanan. Dalam komunikasi dua arah (Duplex) pengirim dan penerima
informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media
yang sama. Contohnya yaitu Telepon dan VOIP.
• Full duplex (FDx) adalah komunikasi dari dua tempat yang berkomunikasi
dapat mengirim dan menerima informasi secara bersamaan. Misalnya
percakapan telepon
2. Satelit
Satelit adalah media transmisi yang fungsi utamanya menerima
sinyal dari stasiun bumi dan meneruskannya ke stasiun bumi lain. Satelit
yang mengorbit pada ketinggian 36.000 km di atas bumi memiliki angular
orbital velocity yang sama dengan orbital velocity bumi. Hal ini
menyebabkan posisi satelit akan relatif stasioner terhadap bumi
(geostationary), apabila satelit tersebut mengorbit di atas khatulistiwa.
Pada prinsipnya, dengan menempatkan tiga buah satelit geostationary
pada posisi yang tepat dapat menjangkau seluruh permukaan bumi.
Gambar 12. Satelit
5.2.7 Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima.
Fluktuasi level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath
fading, dan karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan
sinyal daya terima menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading
margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas
penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang
terjadi., yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang
digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik
menurut standar dari Network Planning Indosat sebesar 40 dB.
5.2.8 Noise
Noise dalam pengertian umumnya adalah sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem komunikasi. Noise dapat dihasilkan dari proses alami seperti
petir, noise thermal pada sistem penerima. Di sisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.
Biasanya system 1+1 Frekuensi S/D digunakan untuk link transmisi yang
jaraknya jauh dan membawakan pasitas E1 yang sangat besar dan jalur link
transmisi yang melalui perairan, laut karena adanya efek cermin yang ditimbulkan
oleh permukaan air. Antena dengan sistem 1+1 Frekuensi S/D dapat menangani
gangguan perangkat dan propogasi. Antena dengan type 2x(1+1) atau 2 x STM_1
dengan fitur XPIC (Cross Pole) adalah sebuah sistem yang menggunakan satu
channel frekuensi dan dual polarisasi (V dan H) dengan tidak menimbulkan
interferensi. Dalam satu hop terdiri atas 8 buah ODU, 2 buah antena dan 2 buah
IDU.
Tujuan menggunakan fitur XPIC selain menghemat pemakaian channel
frekuensi adalah untuk mengetahui seberapa besar interferensi yang diakibatkan
oleh sinyal pada frekuensi yang sama tetapi dengan polarisasi (Cross Pole) yang
berseberangan. Cara umum yang dilakukan adalah dengan mengirim sinyal carrier
murni (tanpa pemodulasi) dengan daya pancar yang cukup, supaya sinyal dapat
diterima dengan baik pada receiver. Pada polarisasi yang sama akan diperoleh
level sinyal yang besar sedangkan pada polarisasi yang berseberanganakan
diperoleh level sinyal yang jauh lebih kecil. Level kedua sinyal tersebut kemudian
dapat diukur perbedaannya, jika perbedaannya lebih kecil dari 30dB berarti
polarisasi antena belum di kalibrasi (proses kalibrasi polarisasi sering disebut
cross pole interferensi (X-pole Polarization). Untuk mengatasi kalibrasi polarisasi
yang lebih kecil dari 30dB maka feed horn dari antena harus diputar-putar
sedemikan rupa sehingga diperoleh polarisasi yang tepat (perbedaan level lebih
besar atau sama dengan 30dB). Nilai 30dB cukup untuk mengisolasi dua buah
sinyal yang berasal dari polarisasi yang berbeda dengan frekuensi yang sama.
Dengan demikian kedua sinyal tersebut tidak akan saling interferensi.
Penentuan diameter antena biasanya terkait dengan jarak link transmisi dalam1
hop (komunikasi link antaraTx dan Rx) serta gain antena. Diameter antena
berbanding lurus dengan jarak. Semakin jauh jarak sebuah link transmisi maka
semakin besar pula diameter antena yang akan digunakan. Diameter antena juga
berbanding lurus dengan gain antena. Semakin besar diameter antena maka
semakin besar pula gain antenanya.
CCIR (ITU-R) merekomendasikan pemakaian band frekuensi radio yang
disebut Perencanaan Alokasi Kanal RF. Rekomendasi tersebut menjelaskan
tentang penggunaan band frekuensi, jumlah maksimum kanal RF yang bisa
digunakan, lebar spasi antar kanal RF dan polarisasi frekuensi kanal RF. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan kanal RF yaitu :
o Untuk pemakaian multikanal dalam tiap hop, maka antar kanal tidak boleh
saling mengganggu.
o Hop yang satu dengan yang lainnya tidak boleh saling mengganggu.
o Dua arah transmisi dalam tiap hop juga tidak boleh saling mengganggu
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tiap-tiap vendor telekomunikasi
yang beroperasi di Indonesia telah mendapat alokasi frekuensi masing-masing
untuk perangkat antena MW. Biasanya kanal frekuensi yang dipakai untuk
microwave adalah 2 GHz, 7 GHz, 8 GHz,15 GHz, 18 GHz, 23 GHz. Yang
membedakan kanal-kanal frekuensi yang digunakan antara masing-masing vendor
terletak pada sub band frekuensi tersebut.
Polarisasi antena yang dimaksud adalah polarisasi vertikal dan polarisasi
horizontal. Polarisasi merupakan model perambatan gelombang di udara.
Polarisasi terkait dengan gelombang listrik dan gelombang magnet. Jika
gelombang listrik (E) merambat secara tegak lurus maka polarisasinya adalah
horizontal. Tidak masalah polarisasi jenis apa yang dipilih, selama link transmisi
tidak ada masalah.
5.4.4 Bandwidth
Bentuk bandwidth (BW) yang diperoleh aka nmenyerupai tanggapan
frekuensi Band-pass filter ‘(Valkenburg, 2008)’, seperti Gambar 1 sehingga
mempunyai parameter terukur berupa frekuensi cutoff bawah yang dilambangkan
dengan fL dan frekuensi cut off atas yang dilambangkan dengan fH‘(Valkenburg,
2008)’. Transfer daya maksimum terjadi pada frekuensi cut off, yaitu saat -26
dBm dan besarnya BW dapat dirumuskan pada persamaan (16) berikut.
BW =f H −f L (16)
Untuk batasan nilai bandwidth yang diperbolehkan mengacu pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri No.15 Tahun2003
yaitu sebesar 372 kHz ‘(MenHub, 2003)’.Bandwidth diperoleh dengan mengatur
titik/pointukur pada titik puncak frekuensi center untuk ditahan ke arah kanan
(high)/kiri (low) sejauh -26dBm dan dikembalikan ke arah yang berlawanan kiri
(low)/kanan (high) sampai pada 0 dBm.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Observasi Lapangan
Identifikasi Data
Penarikan Kesimpulan
Selesai
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang dapat berguna
untuk melakukan perbaikan dan kesempurnaan penelitian tugas
akhir ini.