Hutchison 3
Indonesia Terkendali Spectrum Analyzer dengan Antena Horn di Pontianak
Kota
I. Latar Belakang
Telekomunikasi sekarang ini hampir semua instrumen telekomunikasi
bergerak menggunakan teknologi yang berbasis seluler. Sistem Telekomunikasi
bergerak berbasis selluler menawarkan kelebihan dibandingkan dengan Sistem
Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas sehingga pengguna dapat bergerak
kemanapun selama masih dalam cakupan layanan operator.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi tersebut, beberapa
provider telekomunikasi mengoperasikan sejumlah Base Transceiver Station
(BTS) dan Base Station Controller (BSC) untuk menjangkau pelanggannya yang
ada disekitar daerah tersebut. BTS yang berada di sekitar daerah tersebut
berpotensi terganggu interferensi frekuensi yang disebabkan karena penggunaan
frekuensi pita untuk komunikasi Terrestrial microwave antar BTS.
Tetapi dalam penerapannya sistem ini juga memiliki keterbatasan –
keterbatasan diantaranya perlunya hubungan antara BTS satu dengan BTS lain
dalam menyampaikan informasi. Jarak lintasan transmisi antar BTS dari
Onshore (ORF - Onshore Receiving Facility) menuju Offshore (FSRU -
Floating Storage Regasification Unit) terhitung cukup jauh,
sehingga memerlukan sistem transmisi yang cukup handal, dalam hal ini adalah
komunikasi wireless dengan radio microwave. Hal ini diharapkan agar sistem
komunikasi yang diimplementasikan menghasilkan performa yang cukup
handal dan sesuai dengan kebutuhan real di lapangan.
Gangguan Interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi.
Interferensi frekuensi ini dapat berakibat fatal bagi operasi microwave link seperti;
rusaknya data informasi yang diterima data corruption, miss orientation tracking
karena kuat sinyal menurun dibawah nilai ambang (threshold) dan
kerusakan pada sistem penerima (receiver) bila daya sinyal interferensi
melebihi sinyal transmisinya itu sendiri.
1
Dewasa ini terjadi permasalahan ketika antar antena microwave link dari
satu BTS sedang beroperasi/mengudara, dimana BTS tersebut tidak hanya satu
tapi banyak antena microwave link dalam satu BTS. Dan dari alokasi tersebut
mungkin BTS lain dari provider yang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya interferensi. Hasil pengukuran sementara yang telah dilakukan,
interferensi yang terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi
yang disebabkan oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link
yang lain yang mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang
melebar, yang mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja.
Oleh karena itu dengan adanya tugas akhir ini maka penulis akan
melakukan proses monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna memantau
kinerja sistem ini. Sehingga tugas akhir ini akan membahas mengenai bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisa interferensi Frekuensi Radio Microwave Link
BTS menggunakan perangkat Spectrum Analyzer (SPA) dengan antena Horn pada
jaringan komunikasi seluler Hutchison 3 Indonesia (H31) yang berlokasi di
Pontianak Mall dan akan dibimbing langsung oleh tim Balai Monitoring Kelas II
Pontianak.
2
3. Ingin mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi antar BTS
di Pontianak Mall.
4. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan H3I agar kinerja sistem
komunikasi dapat membaik.
5. Mengurangi interferensi antar BTS yang terjadi di Pontianak Mall
V. Tinjauan Pustaka
Dalam sistem telekomunikasi, sinyal suatu jaringan pernah mengalami
penurunan bahkan penurunan sinyal tersebut bisa saja sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh interferensi baik interferensi yang diakibatkan dari dalam
maupun dari luar. Akibat dari interferensi ini akan mengubah bentuk gelombang
sinyal karena sistem memberi respon yang tidak tepat sehingga akan mengganggu
pengiriman data.
3
(Pada tahun 2014) Availability transmisi radio microwave pada
Pada Jaringan link transmisi site Labuan-
Transmisi Panimbang-Cigeulis dan
Microwave menganalisa pengaruh
Menggunakan interferensi terhadap ukuran
Software kehandalan sistem (Availability)
PATHLOSS 5.0 dilakukan dengan bantuan
Studi Kasus di PT. software pathloss 5.0.
Alita Praya Mitra”
2. Yulia “Analisa Penelitian ini membahas ada
Dhamayanti, Interferensi Antar tidaknya suatu interferensi yang
Hani’ah Base Transceiver terjadi pada antar BTS dengan
Mahmudah, dan Station Pada Link antena transmisi yang line of
Nur Adi S Komunikasi sight (LOS) dalam range
(Pada tahun 2014) Point To Point” frekuensi tertentu pada jaringan
code divission multiple access
(CDMA). Penelitian tersebut
dilakukan dengan berupa data
perhitungan dari rasio carrier to
interference yang kemudian
akan dibandingkan dengan level
threshold yang diizinkan
provider, sehingga dapat
diketahui terjadinya interferensi
point to point antar BTS pada
jaringan CDMA.
3. Chusnul Tri “Analisa Potensi Penelitian ini membahas cara
Judianto, Endar Gangguan mengatasi frekuensi-frekuensi
Wurianto Interferensi yang memungkinkan untuk
(Pada tahun 2015) Microwave Link mengganggu sinyal satelit di
Terhadap Operasi Stasiun Bumi Rumpin. Metode
Satelit Lapan-A3 di analisis yang dilakukan adalah
4
Stasiun Bumi dengan memonitoring dan
Rumpin.” mengukur level sinyal yang
diterima sistem antena pada pita
frekuensi 7700 – 8500 MHz dan
mengamati sinyal interferensi
yang masuk dalam pita
frekuensi tersebut. Dari
pengamatan yang dilakukan
terdapat beberapa frekuensi
memiliki level sinyal melebihi -
70dBm yang kemungkinan
besar akan menyebabkan
terjadinya interferensi. Ternyata
setelah diteliti, penggunaan pita
frekuensi untuk komunikasi
satelit observasi bumi dan
terrestrial microwave link
berada pada pita yang sama dan
berdekatan sehingga
mengakibatkan terjadi gangguan
Interferensi.
4. Anisa Fitri “Analisis Pengaruh Penelitian tersebut membahas
(Pada Tahun Interferensi pengaruh interferensi terhadap
2018) Terhadap Akuisisi hasil akuisisi data satelit
Data Satelit penginderaan jauh dengan
Penginderaan Jauh penggunaan sudut azimuth dan
di Stasiun Bumi elevasi yang telah ditentukan.
Penginderaan Jauh
Lembaga
Penerbangan dan
Antariksa Nasional
(LAPAN)
5
Rumpin.”
5. Henrian Robby ”Analisis Penelitian ini membahas
Fakhriannur, Interferensi bagaimana cara penanganan
Irfan, Saiful Frekuensi interferensi yang terjadi pada
Karim 5600MHz Pada radar cuaca BMKG
(Pada Tahun Radar Cuaca menggunakan metode AOA
2019) BMKG (Studi (Angle of Arrival). Metode
Kasus di Stasiun AOA disini merupakan metode
Klimatologi Kelas I running fix karena memiliki
Banjarbaru)” tingkat akurasi yang baik
dalam melacak sumber
interferensi seperti interferensi
pada frekuensi 5600 MHz.
6
Sistem transmisi radio microwave adalah suatu sistem transmisi dengan
menggunakan gelombang radio di atas frekuensi 1 GHz. Suatu sistem transmisi
radio microwave dapat berupa sebuah hop dengan jarak maksimum 50 km atau
sebuah backbone yang berupa multiple hop, dengan jarak sampai ratusan atau
ribuan kilometer. Secara garis besar, tujuan dari sistem komunikasi radio
microwave adalah untuk mentransmisikan informasi dari suatu tempat ke tempat
lain tanpa adanya gangguan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan
suatu kondisi dimana antena pengirim dan penerima dapat saling ‘melihat’ tanpa
ada halangan atau obstacles dalam batas-batas tertentu (Line of sight).
5.1.2 Faktor Clearance
7
Lintasan sinyal yang ditransmisikan dalam sistem LOS harus memunyai
“daerah bebas hambatan” atau clearance factor. Faktor clearance berguna untuk
menentukan tinggi menara Tx-Rx.
8
redaman branching terjadi pada percabangan antara perangkat transmisi radio
Tx/Rx.
5.1.7 Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima.
Fluktuasi level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath fading,
dan karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan sinyal daya
terima menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading margin
adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara
daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai
9
fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang
nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai
fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik menurut standar dari
Network Planning Indosat sebesar 40 dB.
5.1.8 Noise
Noise dalam pengertian umumnya adalah sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem komunikasi. Noise dapat dihasilkan dari proses alami seperti
petir, noise thermal pada sistem penerima. Di sisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.
5.1.11 Interferesi
10
Interferensi adalah gangguan yang timbul akibat adanya sinyal lain
dengan frekuensi sama dan mempunyai daya yang cukup besar. Interferensi
harus ditekan sekecil mungkin dan memerlukan power control. (Dennis, Satellite
Communications Third Edition, 2001: 347)
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
jika beda fase kedua gelombang sama (Construtive Interference) sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat (Destructive
Interference), sehingga kedua gelombang saling menghilangkan. (Dennis,
Satellite Communications Third Edition, 2001: 349)
Gangguan dapat dianggap sebagai bentuk kebisingan (noise), dan seperti
halnya kebisingan, kinerja sistem ditentukan oleh rasio yang dapat menimbulkan
gangguan kekuatan, dalam hal ini pembawa yang diinginkan terhadap rasio daya
pembawa atau rasio C / I yang mengganggu. Faktor terpenting yang
mengendalikan gangguan adalah pola radiasi antena stasiun bumi.
11
Interferensi out of band adalah interferensi yang terjadi ketika titik
tengah lebar pita dari sinyal interferensi berada diluar lebar pita
sinyal yang diharapkan.
3. Interferensi dari sistem lain: merupakan interferensi yang disebabkan
oleh sistem atau perangkat lain yang mempunyai alokasi dan frekuensi
sama atau berdekatan.
5.2.3 Bandwidth
Bentuk bandwidth (BW) yang diperoleh aka nmenyerupai tanggapan
frekuensi Band-pass filter ‘(Valkenburg, 2008)’, seperti Gambar 1 sehingga
mempunyai parameter terukur berupa frekuensi cutoff bawah yang dilambangkan
12
dengan fL dan frekuensi cut off atas yang dilambangkan dengan fH‘(Valkenburg,
2008)’. Transfer daya maksimum terjadi pada frekuensi cut off, yaitu saat -26
dBm dan besarnya BW dapat dirumuskan pada persamaan (3) berikut:
BW f H f L (3)
Untuk batasan nilai bandwidth yang diperbolehkan mengacu pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri No.15 Tahun2003
yaitu sebesar 372 kHz ‘(MenHub, 2003)’.Bandwidth diperoleh dengan mengatur
titik/pointukur pada titik puncak frekuensi center untuk ditahan ke arah kanan
(high)/kiri (low) sejauh -26dBm dan dikembalikan ke arah yang berlawanan kiri
(low)/kanan (high) sampai pada 0 dBm.
13
Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, besarnya frekuensi
harmonisa ditentukan berdasarkan levelnya, yaitu pada batas minimum 60 dB di
bawah level mean power.
14
Gambar 4. Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Pontianak
15
Gambar 5. Pemetaan BTS pada Google Earth
16
Gambar 6. Alat Ukur Spectrum Analyzer
17
Gambar 7. Antena horn sektoral bidang E
18
Studi literatur dilakukan dengan mencari teori-teori pendukung mengenai
sistem telekomunikasi radio, microwave link pada BTS, mekanisme
penggunaaan antena microwave seperti antena horn, teknik pengukuran
spektrum radio menggunakan spectrum analyzer, serta perhitungan untuk
mengidentifikasi penyebab gangguan sistem telekomunikasi BTS melalui
nedia online dan offline.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari kantor Balmon
Pontianak dan melakukan observasi.
Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak Balmon
sehingga didapatkan informasi data yang valid yang berhubungan dengan
tugas akhir ini.
Observasi Lapangan
Melakukan pengukuran langsung pada lokasi BTS yang telah ditentukan,
sehingga akan memperoleh data-data yang akan di identifikasi pada
penulisan tugas akhir ini.
Konsultasi dan Diskusi
Melakukan konsultasi serta diskusi dengan dosen pembimbing, dosen
pengajar, pihak Balmon, senior dan rekan-rekan mahasiswa agar penelitian
tugas akhir ini mendapatkan hasil yang maksimal.
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mendapat hasil akhir dari
identifikasi yang didapat setelah melakukan penelitian.
19
Merupakan penunjang dari hasil penelitian yang berupa buku-buku atau
laporan diambil dari kantor – kantor instansi pemerintah, lembaga
penelitian atau studi yang telah ada sebelumnya.
20
5. Selanjutnya melacak dari tujuh BTS yang berdekatan yang memungkinkan
terjadi interfernsi secara satu persatu.
6. Jika sumber interferensi telah ditemukan maka akan terlampir pada layar
spectrum analyzer sebuah perbedaan yang menonjol yaitu terjadinya suatu
pelebaran bandwidth. Dari hal inilah diketahui BTS mana yang mengalami
interferensi.
7. BTS yang mengalami interferensi adalah BTS yang berada di lokasi
Pontianak Mall dimana interferensi ini terjadi akibat BTS yang berada di
sebelahnya yang mengganggu.
21
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.04766667
Longitude 109.32418333
Site Address JL. SUMBAWA GG. WONOYOSO
1 PONTIANAK
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37
22
BTS III
23
Latitude - 0.03233056
Longitude 109.33511111
Site Address Jl. Teuku Umar, Pontianak Mall Blok
AA No.19-22
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A11D06HS_H
Height Antena 22.300000000000001
24
Frekuensi 23534
Frekuensi Pair 22526
ERP Power 54.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.019111111
Longitude 109.34965
Site Address Jalan Gusti SItut Mahmud Gang
Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan
Pontianak Utara
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003
25
Latitude -0.03278889
Longitude 109.32811
111
Site Address Sekolah/Yayasan Semesta
Khatulitiwa Jalan Wan Sagaf No.
18, Kecamatan Pontianak Kota
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 15.300000000000001
26
Pada tugas akhir yang akan dilakukan yaitu menganalisis terjadinya suatu
interferensi microwave link antar BTS berlokasi di Pontianak Mall yang mana
penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat spectrum analyzer dengan
antenna horn. BTS yang diteliti pada tugas akhir ini merupakan BTS dari provider
H3I.
Gangguan interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi
dikarenakan begitu banyaknya microwave link dari satu BTS yang sedang
beroperasi.
Dalam pengukuran sementara yang telah dilakukan, interferensi yang
terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi yang disebabkan
oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link yang lain yang
mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang melebar, yang
mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja atau bisa saja
mengganggu microwave link BTS yang lain. Hal inilah yang menyebabkan
kerugian oleh pelanggan.
Dengan hal inilah penulis akan melakukan proses monitoring dan analisa
guna membuktikan penyebab terjadinya interferensi tersebut yang dapat dilihat
pada gambar 8. Tampilan tersebut merupakan tampilan hasil monitoring dari
perangkat spectrum analyzer, dimana hasil tersebut merupakan pada saat
terjadinya interferensi. Dari gambar tersebut tampak jelas bahwa gelombang
microwave link yang tertampil menglami pelebaran bandwidth. Dengan hal inilah
diketahui terjadinya interferensi. Untuk mengatasi interferensi tersebut, akan
dilakukan solusi seperti mematikan sementara microwave link dari BTS yang
berdekatan guna mengetahui microwave link BTS mana yang mengganggu.
Setelah solusi dilakukan maka akan dilakukan proses monitoring kembali untuk
mengetahui apakah masih terjadi interferensi atau tidak. Dapat dilihat dari hasil
pada gambar 9 ternyata gelombang yang tertampil pada spectrum analyzer tidak
lagi mengalami pelebaran bandwidth.
27
Gambar 9. Setelah penanganan interferensi dilakukan
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
28
Observasi Lapangan
Identifikasi Data
Penarikan Kesimpulan
Selesai
Mulai
Studi Literatur
29
Sumber
Interferensi
Tidak
ditemukan?
Ya
Melakukan penanganan interferensi
Penarikan kesimpulan
Selesai
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
30
Pada bab ini berisi tentang tahapan penulis dalam melakukan
pengambilan data, teknik dan prosedur pengukuran di lapangan,
serta paramer-parameter yang digunakan dalam penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang dapat berguna
untuk melakukan perbaikan dan kesempurnaan penelitian tugas
akhir ini.
31
3 SidangSkripsi
a. Persiapan Administrasi
Penyerahan Draft Skripsi ke Tim
b.
Penguji
c. Sidang Skripsi
Perbaikan, Evaluasi Akhir dan
d.
Penyerahan Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
.
[1] Alfin Hikmaturrokhman[1], Eka Wahyudi , Hendri Sulaiman[3].2014. Analisa
[2]
32
Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari. Banjarmasin.
[5] Anisa Fitri.2018. Analisis Pengaruh Interferensi Terhadap Akuisisi Data
Satelit Penginderaan Jauh di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rumpin. Universitas Negeri
Jakarta. Jakarta.
[6] Abdul Muttaqin[1], Yusnita Rahayu[2].2017. Analisis Potensi Interferensi
Sistem LTE Dengan EGSM Di Pita 800 MHz. Universitas Riau. Pekanbaru.
[7] Yulia Dhamayanti[1] ,Hani’ah Mahmudah[2], Nur Adi S[3].2012. Analisa
Interferensi Antar Base Transceiver Station Pada Link Komunikasi
Point To Point. Politeknik Elektronika Negeri. Surabaya.
[8] Gatty Ardyodyantoro.2014. Pemanfaatan Google Earth dalam Pembelajaran
Geografi untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA WIDYA
Kutoarjo.Yogyakarta.
LAMPIRAN
33
Gambar 1. Lokasi BTS 1
34
Gambar 3. Lokasi BTS III
35
Gambar 5. Lokasi BTS V
36
Gambar 7. Lokasi BTS VII
37