Anda di halaman 1dari 37

Analisis Interferensi Frekuensi Radio Microwave Link BTS PT.

Hutchison 3
Indonesia Terkendali Spectrum Analyzer dengan Antena Horn di Pontianak
Kota

I. Latar Belakang
Telekomunikasi sekarang ini hampir semua instrumen telekomunikasi
bergerak menggunakan teknologi yang berbasis seluler. Sistem Telekomunikasi
bergerak berbasis selluler menawarkan kelebihan dibandingkan dengan Sistem
Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas sehingga pengguna dapat bergerak
kemanapun selama masih dalam cakupan layanan operator.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi tersebut, beberapa
provider telekomunikasi mengoperasikan sejumlah Base Transceiver Station
(BTS) dan Base Station Controller (BSC) untuk menjangkau pelanggannya yang
ada disekitar daerah tersebut. BTS yang berada di sekitar daerah tersebut
berpotensi terganggu interferensi frekuensi yang disebabkan karena penggunaan
frekuensi pita untuk komunikasi Terrestrial microwave antar BTS.
Tetapi dalam penerapannya sistem ini juga memiliki keterbatasan –
keterbatasan diantaranya perlunya hubungan antara BTS satu dengan BTS lain
dalam menyampaikan informasi. Jarak lintasan transmisi antar BTS dari
Onshore (ORF - Onshore Receiving Facility) menuju Offshore (FSRU -
Floating Storage Regasification Unit) terhitung cukup jauh,
sehingga memerlukan sistem transmisi yang cukup handal, dalam hal ini adalah
komunikasi wireless dengan radio microwave. Hal ini diharapkan agar sistem
komunikasi yang diimplementasikan menghasilkan performa yang cukup
handal dan sesuai dengan kebutuhan real di lapangan.
Gangguan Interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi.
Interferensi frekuensi ini dapat berakibat fatal bagi operasi microwave link seperti;
rusaknya data informasi yang diterima data corruption, miss orientation tracking
karena kuat sinyal menurun dibawah nilai ambang (threshold) dan
kerusakan pada sistem penerima (receiver) bila daya sinyal interferensi
melebihi sinyal transmisinya itu sendiri.

1
Dewasa ini terjadi permasalahan ketika antar antena microwave link dari
satu BTS sedang beroperasi/mengudara, dimana BTS tersebut tidak hanya satu
tapi banyak antena microwave link dalam satu BTS. Dan dari alokasi tersebut
mungkin BTS lain dari provider yang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya interferensi. Hasil pengukuran sementara yang telah dilakukan,
interferensi yang terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi
yang disebabkan oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link
yang lain yang mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang
melebar, yang mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja.
Oleh karena itu dengan adanya tugas akhir ini maka penulis akan
melakukan proses monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna memantau
kinerja sistem ini. Sehingga tugas akhir ini akan membahas mengenai bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisa interferensi Frekuensi Radio Microwave Link
BTS menggunakan perangkat Spectrum Analyzer (SPA) dengan antena Horn pada
jaringan komunikasi seluler Hutchison 3 Indonesia (H31) yang berlokasi di
Pontianak Mall dan akan dibimbing langsung oleh tim Balai Monitoring Kelas II
Pontianak.

II. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang akan diangkat pada tugas akhir ini yaitu bagaimana menganalisis
interferensi antar BTS serta mengurangi atau menekan interferensi agar tidak
merugikan pelanggan H3I di Pontianak Mall menggunakan perangkat SPA
dengan antena horn.

III. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa data trafik beserta parameter – parameter yang ada dalam
sebuah jaringan microwave link BTS sistem seluler BSC Pontianak Mall
Pontianak Kota.
2. Mengetahui model komunikasi serta gambaran saat terjadinya interferensi
Frekuensi Radio Microwave Link BTS.

2
3. Ingin mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi antar BTS
di Pontianak Mall.
4. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan H3I agar kinerja sistem
komunikasi dapat membaik.
5. Mengurangi interferensi antar BTS yang terjadi di Pontianak Mall

IV. Pembatasan Masalah


1. Hanya membatasi permasalahan tentang terjadi Interference Trafik jaringan
komunikasi antar BTS dalam sistem telekomunikasi selluler PT. Hutchison
3 Indonesia.
2. Mengatasi permasalahan yang terjadi dalam jaringan komunikasi khususnya
dalam hal penerimaan radio frekuensi.
3. Pengukuran dan penanganan interferensi dilakukan apabila terjadinya
interferensi yaitu pada bulan maret 2020.
4. Melakukan pengukuran hanya pada 3 BTS terdekat dari lokasi yang
mengalami interferensi yaitu Pontianak Mall yang berlokasi di Jalan
Sumbawa Gg Wonoyoso 1 Pontianak, Jalan Teuku Umar Pontianak Mall
Blok AA No. 19 – 22 dan Jalan Wan Sagaf No. 18 Pontianak Kota.

V. Tinjauan Pustaka
Dalam sistem telekomunikasi, sinyal suatu jaringan pernah mengalami
penurunan bahkan penurunan sinyal tersebut bisa saja sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh interferensi baik interferensi yang diakibatkan dari dalam
maupun dari luar. Akibat dari interferensi ini akan mengubah bentuk gelombang
sinyal karena sistem memberi respon yang tidak tepat sehingga akan mengganggu
pengiriman data.

Tabel 1. Referensi Tugas Akhir


No. Peneliti Judul Keterangan
1. Alfin “Analisa Pengaruh Pada penelitian tersebut
Hikmaturrokhma Interferensi membahas bagaimana
n Terhadap merencanakan sebuah jaringan

3
(Pada tahun 2014) Availability transmisi radio microwave pada
Pada Jaringan link transmisi site Labuan-
Transmisi Panimbang-Cigeulis dan
Microwave menganalisa pengaruh
Menggunakan interferensi terhadap ukuran
Software kehandalan sistem (Availability)
PATHLOSS 5.0 dilakukan dengan bantuan
Studi Kasus di PT. software pathloss 5.0.
Alita Praya Mitra”
2. Yulia “Analisa Penelitian ini membahas ada
Dhamayanti, Interferensi Antar tidaknya suatu interferensi yang
Hani’ah Base Transceiver terjadi pada antar BTS dengan
Mahmudah, dan Station Pada Link antena transmisi yang line of
Nur Adi S Komunikasi sight (LOS) dalam range
(Pada tahun 2014) Point To Point” frekuensi tertentu pada jaringan
code divission multiple access
(CDMA). Penelitian tersebut
dilakukan dengan berupa data
perhitungan dari rasio carrier to
interference yang kemudian
akan dibandingkan dengan level
threshold yang diizinkan
provider, sehingga dapat
diketahui terjadinya interferensi
point to point antar BTS pada
jaringan CDMA.
3. Chusnul Tri “Analisa Potensi Penelitian ini membahas cara
Judianto, Endar Gangguan mengatasi frekuensi-frekuensi
Wurianto Interferensi yang memungkinkan untuk
(Pada tahun 2015) Microwave Link mengganggu sinyal satelit di
Terhadap Operasi Stasiun Bumi Rumpin. Metode
Satelit Lapan-A3 di analisis yang dilakukan adalah

4
Stasiun Bumi dengan memonitoring dan
Rumpin.” mengukur level sinyal yang
diterima sistem antena pada pita
frekuensi 7700 – 8500 MHz dan
mengamati sinyal interferensi
yang masuk dalam pita
frekuensi tersebut. Dari
pengamatan yang dilakukan
terdapat beberapa frekuensi
memiliki level sinyal melebihi -
70dBm yang kemungkinan
besar akan menyebabkan
terjadinya interferensi. Ternyata
setelah diteliti, penggunaan pita
frekuensi untuk komunikasi
satelit observasi bumi dan
terrestrial microwave link
berada pada pita yang sama dan
berdekatan sehingga
mengakibatkan terjadi gangguan
Interferensi.
4. Anisa Fitri “Analisis Pengaruh Penelitian tersebut membahas
(Pada Tahun Interferensi pengaruh interferensi terhadap
2018) Terhadap Akuisisi hasil akuisisi data satelit
Data Satelit penginderaan jauh dengan
Penginderaan Jauh penggunaan sudut azimuth dan
di Stasiun Bumi elevasi yang telah ditentukan.
Penginderaan Jauh
Lembaga
Penerbangan dan
Antariksa Nasional
(LAPAN)

5
Rumpin.”
5. Henrian Robby ”Analisis Penelitian ini membahas
Fakhriannur, Interferensi bagaimana cara penanganan
Irfan, Saiful Frekuensi interferensi yang terjadi pada
Karim 5600MHz Pada radar cuaca BMKG
(Pada Tahun Radar Cuaca menggunakan metode AOA
2019) BMKG (Studi (Angle of Arrival). Metode
Kasus di Stasiun AOA disini merupakan metode
Klimatologi Kelas I running fix karena memiliki
Banjarbaru)” tingkat akurasi yang baik
dalam melacak sumber
interferensi seperti interferensi
pada frekuensi 5600 MHz.

6. Ajeng Triana Identifikasi dan Penelitian ini akan


Agus Legitawati Analisis membahas bagaimana
Interferensi menganalisis interferensi antar
Frekuensi Radio BTS serta menyelesaikan
Microwave Link permasalahan interferensi
BTS PT. Hutchison sehingga BTS mampu
3 Indonesia melayani secara optimal dan
Terkendali tidak merugikan pelanggan
Spectrum Analyzer H3I di Area Pontianak Mall
dengan Antena Kecamatan Pontianak Kota
Horn di Pontianak Pontianak dan sekitarnya yang
Kota ditinjau dari pemasangan
antena microwave link BTS
pada jaringan antar BTS.

5.1 Sistem Telekomunikasi Radio


5.1.1 Sistem Transmisi Radio Microwave

6
Sistem transmisi radio microwave adalah suatu sistem transmisi dengan
menggunakan gelombang radio di atas frekuensi 1 GHz. Suatu sistem transmisi
radio microwave dapat berupa sebuah hop dengan jarak maksimum 50 km atau
sebuah backbone yang berupa multiple hop, dengan jarak sampai ratusan atau
ribuan kilometer. Secara garis besar, tujuan dari sistem komunikasi radio
microwave adalah untuk mentransmisikan informasi dari suatu tempat ke tempat
lain tanpa adanya gangguan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan
suatu kondisi dimana antena pengirim dan penerima dapat saling ‘melihat’ tanpa
ada halangan atau obstacles dalam batas-batas tertentu (Line of sight).

Gambar 1. Line of sight

Ta1 = tinggi antena stasiun pemancar (m)


Ta2 = tinggi antena stasiun penerima (m)
Ap1 = altitude / ketinggian stasiun pemancar (m)
Ap2 = altitude / ketinggian stasiun penerima (m)
C = clearance / jarak ruang (m)
P1 = tinggi penghalang (m)
k = faktor kelengkungan bumi
d1 = jarak penghalang ke pemancar (m)
d2 = jarak penghalang ke penerima (m)
Parameter yang digunakan dalam propagasi Line of sight antara lain:
daerah Fresnel, panjang lintasan, faktor ‘k’dan faktor koreksi
kelengkunganbumi.

5.1.2 Faktor Clearance

7
Lintasan sinyal yang ditransmisikan dalam sistem LOS harus memunyai
“daerah bebas hambatan” atau clearance factor. Faktor clearance berguna untuk
menentukan tinggi menara Tx-Rx.

5.1.3 Perhitungan Link Budget


Perhitungan link budget  merupakan perhitungan level daya yang
dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau
sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth). Tujuannya untuk menjaga
keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan
direceiver. Sehingga jarak maksimum antara transmitter dan receiver dapat
bekerja dengan baik dapat ditentukan. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio.
Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi
oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman tergantung frekuensi,
dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga semakin besar. Parameter
yang memengaruhi kondisi propagasi yaitu rugi-rugi
propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.
2. Rugi-rugi Propagasi
Perambatan gelombang radio di ruang bebas dari stasiun pemancar ke
stasiun penerima akan mengalami penyebaran energi di sepanjang
lintasannya, yang mengakibatkan kehilangan energi yang disebut rugi
(redaman) propagasi. Rugi propagasi adalah akumulasi dari redaman
saluran transmisi, redaman ruang bebas (free space loss), redaman oleh gas
(atmosfer), dan redaman hujan.

5.1.4 Redaman Saluran Transmisi


Redaman saluran transmisi ditentukan oleh loss feeder dan branching.
Redaman feeder terjadi karena hilangnya daya sinyal sepanjang feeder, sehingga
redaman  feeder  identik dengan panjang dari  feeder tersebut. Sedangkan

8
redaman branching terjadi pada percabangan antara perangkat transmisi radio
Tx/Rx.

5.1.5 Redaman ruang bebas (free space loss)


Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi akibat dari
media udara yang dilalui oleh gelombang radio antara pemancar dan penerima
perambatan gelombang radio di ruang bebas akan menghalangi penyebaran
energi di sepanjang lintasannya sehingga terjadi kehilangan energi.

Gambar 2. Redaman Ruang Bebas

5.1.6 Redaman Hujan


Tetes-tetes hujan menyebabkan penghamburan dan penyerapan energi
gelombang radio yang akan menghasilkan redaman yang disebut redaman hujan.
Besarnya redaman tergantung pada besarnya curah hujan. Redaman hujan mulai
terasa pengaruhnya pada frekuensi diatas 10 GHz. Redaman hujan tidak dapat
ditentukan secara pasti tetapi ditentukan secara statistik.

5.1.7 Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima.
Fluktuasi level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath fading,
dan karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan sinyal daya
terima menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading margin
adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara
daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai

9
fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang
nilainya tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai
fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik menurut standar dari
Network Planning Indosat sebesar 40 dB.

5.1.8 Noise
Noise dalam pengertian umumnya adalah sinyal yang tidak diinginkan
dalam sistem komunikasi. Noise dapat dihasilkan dari proses alami seperti
petir, noise thermal pada sistem penerima. Di sisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.

5.1.9 Perhitungan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)


EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu
antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus:
EIRP=Ptx+Gtx–Ltx (1)
dimana:
Ptx = daya pancar (dBm)
Gx = penguatan antena pemancar (dB)
Ltx = rugi-rugi pada pemancar (dB)

5.1.10 Perhitungan Received Signal Level (RSL)


Received Signal Level merupakan level sinyal yang diterima di penerima
dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth).
Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi
penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan:
RSL = EIRP – Lpropagasi + GRX – LRX (2)
dimana:
GRX = penguatan antena penerima (dB),
LRX = rugi-rugi pada antena penerima (dB)

5.1.11 Interferesi

10
Interferensi adalah gangguan yang timbul akibat adanya sinyal lain
dengan frekuensi sama dan mempunyai daya yang cukup besar. Interferensi
harus ditekan sekecil mungkin dan memerlukan power control. (Dennis, Satellite
Communications Third Edition, 2001: 347)
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
jika beda fase kedua gelombang sama (Construtive Interference) sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat (Destructive
Interference), sehingga kedua gelombang saling menghilangkan. (Dennis,
Satellite Communications Third Edition, 2001: 349)
Gangguan dapat dianggap sebagai bentuk kebisingan (noise), dan seperti
halnya kebisingan, kinerja sistem ditentukan oleh rasio yang dapat menimbulkan
gangguan kekuatan, dalam hal ini pembawa yang diinginkan terhadap rasio daya
pembawa atau rasio C / I yang mengganggu. Faktor terpenting yang
mengendalikan gangguan adalah pola radiasi antena stasiun bumi.

5.1.11.1 Pengaruh Interferensi terhadap Frekuensi


Menurut Sofana (1995) Interferensi merupakan suatu gangguan yang
sering terjadi pada sistem komunikasi. Interferensi dapat disebabkan oleh
fenomena alam atau buatan manusia yang tidak mungkin dihilangkan, akan tetapi
dapat kita kurangi atau dikontrol besar kecilnya. Dalam komunikasi interferensi
terbagi menjadi 3 macam diantaranya sebagai berikut:
1. Interferensi Co-Channel
interferensi yang disebabkan oleh sinyal frekuensi carrier sama dengan
sinyal informasinya.
2. Interferensi Adjacent Channel
Interferensi yang disebabkan oleh pengaruh dari frekuensi kanal yang
berdekatan, menimbulkan kerusakan atau kehilangan data. Secara
khusus interferensi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Interferensi inband adalah interferensi yang terjadi ketika titik
tengah lebar pita dari sinyal interferensi berada didalam lebar pita
sinyal yang diharapkan.

11
 Interferensi out of band adalah interferensi yang terjadi ketika titik
tengah lebar pita dari sinyal interferensi berada diluar lebar pita
sinyal yang diharapkan.
3. Interferensi dari sistem lain: merupakan interferensi yang disebabkan
oleh sistem atau perangkat lain yang mempunyai alokasi dan frekuensi
sama atau berdekatan.

5.2 Kajian Teori Spektrum Frekuensi


5.2.1 Frekuensi Center
Frekuensi center (FC) yang dimaksudkan adalah besarnya nilai frekuensi
yang digunakan untuk transmisi radio siaran (frekuensi pemancar) setiap stasiun
radio. Rentang frekuensi yang dimiliki oleh radio FM antara 88 MHz – 108 MHz
‘(Hioki,1998)’. Penggunaan jarak spasi antar kanal minimum 400 kHz, misalnya
kanal 1 untuk frekuensi 88,1 MHz, kanal 2 untuk frekuensi 88,5MHz ‘(MenHub,
2003)’. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, maka toleransi
pergeseran frekuensi yang diperkenankan sebesar 2000 Hz. ‘(MenHub, 2003)’

5.2.2 Level Sinyal Daya Pancar Dari Pemancar


Level sinyal daya pancar (LSDP) merupakan level sinyal yang diukur pada
jarak yang dekat dari pemancar radio FM. Pengukuran level sinyal pada pemancar
termasuk dalam salah satu pengukuran karakteristik yang memiliki satuan berupa
–xx dBm, dimana xx adalah nilai yang ditunjukkan. Level sinyal daya pancar
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar daya pancar yang digunakan oleh
setiap pemancar radio.

5.2.3 Bandwidth
Bentuk bandwidth (BW) yang diperoleh aka nmenyerupai tanggapan
frekuensi Band-pass filter ‘(Valkenburg, 2008)’, seperti Gambar 1 sehingga
mempunyai parameter terukur berupa frekuensi cutoff bawah yang dilambangkan

12
dengan fL dan frekuensi cut off atas yang dilambangkan dengan fH‘(Valkenburg,
2008)’. Transfer daya maksimum terjadi pada frekuensi cut off, yaitu saat -26
dBm dan besarnya BW dapat dirumuskan pada persamaan (3) berikut:
BW f H f L (3)
Untuk batasan nilai bandwidth yang diperbolehkan mengacu pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri No.15 Tahun2003
yaitu sebesar 372 kHz ‘(MenHub, 2003)’.Bandwidth diperoleh dengan mengatur
titik/pointukur pada titik puncak frekuensi center untuk ditahan ke arah kanan
(high)/kiri (low) sejauh -26dBm dan dikembalikan ke arah yang berlawanan kiri
(low)/kanan (high) sampai pada 0 dBm.

Gambar 3. Karakteristik bandwidth

5.2.4 Frekuensi Harmonisa


Sinyal sinusoidal murni mempunyai frekuensi tunggal di mana variasi
tegangan fase positif danfase negatif adalah sama. Komponen-komponen
frekuensi yang merupakan perkalian bilangan bulat dari frekuensi dasar.
Komponen-komponen frekuensi yang terakhir inilah yang disebut sebagai
komponen harmonik dan dirumuskan pada persamaan 4 (Setiawan, 2011).
fH n f f x n (4)
Keterangan :
fh n = frekuensi harmonisa
n = 1,2,3,4,…
ff = frekuensi fundamental (frekuensi center, fc)

13
Berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, besarnya frekuensi
harmonisa ditentukan berdasarkan levelnya, yaitu pada batas minimum 60 dB di
bawah level mean power.

5.3 UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio


Kedudukan, Tugas, dan Klasifikasi UPT Bidang Monitor Spectrum
Frekuensi Radio Menurut Permen Kominfo No.15 Tahun 2017 Tentang
Organisasi Di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informasi UPT Bidang
Monitor Spectrum Frekuensi Radio adalah satuan kerja yang bersifat mandiri di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. UPT Bidang Monitor Spectrum
Frekuensi Radio mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian
di bidang penggunaan spektrum frekuensi radio yang meliputi kegiatan
pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan
pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio, penyusunan
rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan
perangkat serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio diklasifikasikan dalam 4
(empat) kelas, terdiri dari :
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
a. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
b. Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio
c. Pos Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Demikian juga untuk Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki Satuan
Unit kerja tersebut yaitu Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
Pontianak yang berkedudukan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
dengan wilayah operasional meliputi seluruh Provinsi Kalimantan Barat. Secara
geografis Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan
atau di antara garis 2°08 LU serta 3°05 LS serta di antara 108° 0 BT dan 114° 10
BT pada peta bumi.

14
Gambar 4. Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Pontianak

VI. Metodologi Penelitian


6.1 Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan tugas akhir ini lokasi penelitian yang dipilih adalah
Kota Pontianak. Penelitian ini dilakukan pada beberapa BTS di kecamatan
Pontianak Kota. BTS pertama yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
MGW Kota Baru yang bertempat di Jalan Sumbawa Gg Wonoyoso 1 Kecamatan
Pontianak Selatan. BTS kedua yang akan diteliti yaitu BTS Budi Karya yang
bertempat di jalan Budi Karya Pontianak Barat. BTS ketiga yang akan diteliti
yaitu BTS Pasar Kemuning yang bertempat di jalan Prof M. Yamin Gang
Pemangkat kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. BTS keempat yang
akan diteliti yaitu BTS Pontianak Mall yang bertempat di Jalan Komplek
Pontianak Mall, Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS
kelima yang akan diteliti yaitu BTS Hotel Kini 3G yang bertempat di Jalan Nusa
Indah 2, Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. BTS Keenam
yang akan diteliti yaitu BTS Gusti Situt Mahmud yang bertempat di Jalan Gusti
Situt Mahmud Gang Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara,
Kota Pontianak. BTS ketujuh yang akan diteliti yaitu BTS Sekolah/Yayasan
Semesta Khatulistiwa Putri Dara Nante yang bertempat di Jalan Wansagaf
No.18, Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota.

15
Gambar 5. Pemetaan BTS pada Google Earth

6.2 Peralatan Yang Digunakan


Adapun peralatan yang digunakan untuk mengetahui adanya gangguan
pada BTS di Kota Pontianak, yaitu :
1. Alat Ukur Spectrum Analyzer
Pengertian dari spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk
memeriksa komposisi spectral dari beberapa gelombang seperti gelombang listrik,
akustik, atau optic. Spectrum analyzer menampilkan sinyal amplitudo yang
bervariasi dengan frekuensi sinyal. Fungsi dari instrumen ini adalah untuk
mengamati spectrum dari sebuah sinyal, baik sinyal tunggal maupun sinyal yang
termodulasi. Sinyal termodulasi disini adalah proses pencampuran dua sinyal
menjadi satu sinyal. Hanya spectrum sinyal dengan frekuensi tinggi saja yang
dapat dilihat dalam instrumen ini. Sedangkan untuk melihat spectrum sinyal
dengan frekuensi rendah dibutuhkan audio spectrum analyzer. (komandan.net,
2013)

16
Gambar 6. Alat Ukur Spectrum Analyzer

Spectrum Analyzer merupakan sebuah alat ukur yang harganya sangat


mahal oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penggunaan dan perawatannya, antara lain :
 Tidak boleh ada tegangan masuk pada input signal RF (max : 0 Volt).
 Parameter yang di Setup harus sesuai dengan kriteria signal yang akan
diukur (agar lebih presisi).
 Lakukan kalibrasi (agar spectrum akurat dalam mengukur).
2. Antena Horn
Antena horn sektoral bidang-E adalah antena celah (aperture antena)
berbentuk piramida yang mulutnya melebar sejajar dengan arah bidang listrik
(E) dengan berbasis saluran pandu gelombang (waveguide). Antena horn
sektoral bidang-E yaitu antena horn berbentuk persegi. Antena jenis ini
umumnya dioperasikan pada frekuensi gelombang mikro (microwave) di atas
1.000 MHZ. Pengarahan radiasi (directivity) dari antena ini selain tergantung
dari dimensi saluran pandu gelombangnya, juga pelebaran mulut horn ke arah
medan listriknya. 

17
Gambar 7. Antena horn sektoral bidang E

3. Laptop Terinstal Google Earth


Beberapa definisi google earth menurut situs resmi nya adalah sebagai
berikut:
 Google Earth adalah aplikasi pemetaan interaktif yang memudahkan melihat
dunia.
 Google Earth mengamati gambar dari satelit yang menampakkan sketsa dari
jalan, bangunan, keadaan geografis, dan data spesifik mengenai lokasi atau
tempat tertentu.
Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya
disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc. Program ini memetakan bumi
dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi
udara dan globe GIS 3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda: Google Earth,
sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas; Google Earth Plus ($20), yang
memiliki fitur tambahan; dan Google Earth Pro ($400 per tahun), yang digunakan
untuk penggunaan komersial.

6.3 Metode Penulisan


Pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa metode
yang akan menunjang penyelesaian tugas akhir ini, diantaranya adalah :
 Studi Literatur

18
Studi literatur dilakukan dengan mencari teori-teori pendukung mengenai
sistem telekomunikasi radio, microwave link pada BTS, mekanisme
penggunaaan antena microwave seperti antena horn, teknik pengukuran
spektrum radio menggunakan spectrum analyzer, serta perhitungan untuk
mengidentifikasi penyebab gangguan sistem telekomunikasi BTS melalui
nedia online dan offline.
 Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari kantor Balmon
Pontianak dan melakukan observasi.
 Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak Balmon
sehingga didapatkan informasi data yang valid yang berhubungan dengan
tugas akhir ini.
 Observasi Lapangan
Melakukan pengukuran langsung pada lokasi BTS yang telah ditentukan,
sehingga akan memperoleh data-data yang akan di identifikasi pada
penulisan tugas akhir ini.
 Konsultasi dan Diskusi
Melakukan konsultasi serta diskusi dengan dosen pembimbing, dosen
pengajar, pihak Balmon, senior dan rekan-rekan mahasiswa agar penelitian
tugas akhir ini mendapatkan hasil yang maksimal.
 Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mendapat hasil akhir dari
identifikasi yang didapat setelah melakukan penelitian.

6.4 Jenis Data Penelitian


 Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari observasi di lapangan atau
survei lapangan.
 Data Sekunder

19
Merupakan penunjang dari hasil penelitian yang berupa buku-buku atau
laporan diambil dari kantor – kantor instansi pemerintah, lembaga
penelitian atau studi yang telah ada sebelumnya.

6.5 Langkah-Langkah Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur, dimana penulis mencari
referensi – referensi yang bersangkutan dengan tema penelitian yang
dilakukan, setelah mendapatkan referensi yang sesuai.
2. Masuk ke tahap dimana adanya laporan suatu gangguan. Awalnya belum
diketahui apa penyebab terjadinya suatu gangguan pada provider H3I
tersebut. Namun, dalam suatu jaringan mungkin saja akan terjadinya
interferensi antara BTS yang satu dengan BTS yang lain. Interferensi
inilah yang akan mengganggu suatu komunikasi antar komunikasi data
sehingga data yang dikirimkan akan terhambat. Permasalahan yang akan
diteliti pada tugas akhir ini adalah ketika antar microwave link dari BTS
yang sedang beroperasi/mengudara mengganggu BTS yang lain, yang
mana BTS tersebut tidak hanya satu namun banyak antenna microwave
link dalam satu BTS. Dan dari hal tersebut bisa saja dari BTS lain dari
provider lain juga mengganggu.
3. Penulis akan memantau sistem kerja BTS dimulai dengan mengumpulkan
setiap data BTS dari lokasi yang mengalami interferensi baik itu BTS yang
saling berdekatan yang memungkinkan mengganggu. Data pendukung
yang ada bertujuan untuk mengetahui letak dari masing-masing BTS yang
di ambil dari data longitude dan latitude, serta data pendukung yang lain
seperti terlampir pada tabel 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
4. Setelah semua data siap terkumpul, maka mencari sumber pelacakan
interferensi dengan turun langsung ke lapangan membawa peralatan sesuai
SOP (Standart Operasional Prosedure) perusahaan apabila adanya
gangguan terutama perangkat yang digunakan yaitu spectrum analyzer dan
antenna horn.

20
5. Selanjutnya melacak dari tujuh BTS yang berdekatan yang memungkinkan
terjadi interfernsi secara satu persatu.
6. Jika sumber interferensi telah ditemukan maka akan terlampir pada layar
spectrum analyzer sebuah perbedaan yang menonjol yaitu terjadinya suatu
pelebaran bandwidth. Dari hal inilah diketahui BTS mana yang mengalami
interferensi.
7. BTS yang mengalami interferensi adalah BTS yang berada di lokasi
Pontianak Mall dimana interferensi ini terjadi akibat BTS yang berada di
sebelahnya yang mengganggu.

6.6 Variabel atau Data


Dalam penelitian tugas akhir ini data-data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut :
 Data lokasi BTS provider H3I yang diperoleh dari pihak Balmon
Pontianak.
 Data hasil pengukuran yang diperoleh langsung dari observasi lapangan.
 Analisa data yang diperoleh dari identifikasi yang dilakukan berdasarkan
data pengukuran yang didapat.
Adapun referensi data yang penulis gunakan dalam penelitian tugas akhir
ini bersumber pada buku, internet dan jurnal-jurnal dari tugas akhir
mahasiswa yang berhubungan dengan penelitian ini, serta melakukan
konsultasi pada dosen, pihak Balmon dan teman-teman mahasiswa untuk
lebih menambah referensi.

Tabel 2. Data BTS I


BTS 1

Product Name BSC


Site Name 1/149201_MGW PONTIANAK
Frekuensi 14501 MHz
Frekuensi Pair 14991MHz
ERP Power 50.142 dBm
Gain 36.8

21
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.04766667
Longitude 109.32418333
Site Address JL. SUMBAWA GG. WONOYOSO
1 PONTIANAK
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37

Tabel 3. Data BTS II


BTS II

Product Name BTS


Site Name 2/140701_BUDI KARYA
Frekuensi 14501 MHz
Frekuensi Pair 14991MHz
ERP Power 50.142 dBm
Gain 36.8
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.042180556
Longitude 109.3454861
Site Address Jalan Budi Karya Pontianak Barat
Antena Manufactur Huawei
Antena Model A15S06HAC_V
Height Antena 37

Tabel 4. Data BTS III

22
BTS III

Product Name BTS


Site Name 140995_Pasar Kemuning
Frekuensi 22442
Frekuensi Pair 23450
ERP Power 33.8
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.050638889
Longitude 109.3170194
Site Address Jalan Prof M. Yamin Gang Pemangkat
kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37

Tabel 5. Data BTS IV


BTS IV

Product Name BTS


Site Name 140104_Pontianak Mall
Frekuensi 11405
Frekuensi Pair 10875
ERP Power 33
Gain 34.5
Bandwidth 40000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak

23
Latitude - 0.03233056
Longitude 109.33511111
Site Address Jl. Teuku Umar, Pontianak Mall Blok
AA No.19-22
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A11D06HS_H
Height Antena 22.300000000000001

Tabel 6. Data BTS V


BTS V

Product Name BTS


Site Name 140109_HOTEL_KINI_3G
Frekuensi 23534
Frekuensi Pair 22526
ERP Power 54.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.02563056
Longitude 109.33888889
Site Address Jalan Nusa Indah III, Kelurahan Darat
Sekip, Kecamatan Pontianak Kota,
Kota Pontianak
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003

Tabel 7. Data BTS VI


BTS VI

Product Name BTS


Site Name 140838_GUSTI SITUT MAHMUD

24
Frekuensi 23534
Frekuensi Pair 22526
ERP Power 54.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak
Latitude -0.019111111
Longitude 109.34965
Site Address Jalan Gusti SItut Mahmud Gang
Bersama 3, Siantan Hulu, Kecamatan
Pontianak Utara
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 37.700000000000003

Tabel 8. Data BTS VII


BTS VII

Product Name BTS


Site Name 140099_PUTRI DARANANTE
Frekuensi 22274
Frekuensi Pair 23282
ERP Power 55.804
Gain 35.3
Bandwidth 28000
Region Name Kalimantan
Province Name Kalimantan Barat
Residence Name Kota Pontianak

25
Latitude -0.03278889
Longitude 109.32811
111
Site Address Sekolah/Yayasan Semesta
Khatulitiwa Jalan Wan Sagaf No.
18, Kecamatan Pontianak Kota
Antena Manufactur HUAWEI
Antena Model A23S03HAC_V
Height Antena 15.300000000000001

6.7 Identifikasi Hasil


Pada penelitian tugas akhir ini akan diperoleh hasil akhir berupa
identifikasi data berdasarkan data di lapangan dan analisis yang dilakukan, serta
kesimpulan yang diperoleh dari hasil akhir identifikasi. Data yang diperoleh
secara langsung saat melakukan pengukuran di lapangan yang dilakukan akan di
identifikasi, sehingga berupa :

Gambar 8. Sebelum terjadinya interferensi

26
Pada tugas akhir yang akan dilakukan yaitu menganalisis terjadinya suatu
interferensi microwave link antar BTS berlokasi di Pontianak Mall yang mana
penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat spectrum analyzer dengan
antenna horn. BTS yang diteliti pada tugas akhir ini merupakan BTS dari provider
H3I.
Gangguan interferensi frekuensi radio ketika sedang melakukan operasi
microwave link merupakan salah satu kendala operasi yang sering terjadi
dikarenakan begitu banyaknya microwave link dari satu BTS yang sedang
beroperasi.
Dalam pengukuran sementara yang telah dilakukan, interferensi yang
terjadi adalah adjacent channel interference, yaitu interferensi yang disebabkan
oleh interferensi sinyal yang berasal dari antena microwave link yang lain yang
mengalami pancaran frekuensi radio dengan bandwidth yang melebar, yang
mengakibatkan kurang maksimalnya salah satu sistem bekerja atau bisa saja
mengganggu microwave link BTS yang lain. Hal inilah yang menyebabkan
kerugian oleh pelanggan.
Dengan hal inilah penulis akan melakukan proses monitoring dan analisa
guna membuktikan penyebab terjadinya interferensi tersebut yang dapat dilihat
pada gambar 8. Tampilan tersebut merupakan tampilan hasil monitoring dari
perangkat spectrum analyzer, dimana hasil tersebut merupakan pada saat
terjadinya interferensi. Dari gambar tersebut tampak jelas bahwa gelombang
microwave link yang tertampil menglami pelebaran bandwidth. Dengan hal inilah
diketahui terjadinya interferensi. Untuk mengatasi interferensi tersebut, akan
dilakukan solusi seperti mematikan sementara microwave link dari BTS yang
berdekatan guna mengetahui microwave link BTS mana yang mengganggu.
Setelah solusi dilakukan maka akan dilakukan proses monitoring kembali untuk
mengetahui apakah masih terjadi interferensi atau tidak. Dapat dilihat dari hasil
pada gambar 9 ternyata gelombang yang tertampil pada spectrum analyzer tidak
lagi mengalami pelebaran bandwidth.

27
Gambar 9. Setelah penanganan interferensi dilakukan

6.8 Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian tugas akhir yang dilakukan sebagai
berikut :

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

28
Observasi Lapangan

Identifikasi Data

Penarikan Kesimpulan

Selesai

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian Secara Umum

Mulai

Studi Literatur

Laporan Interferensi (Pihak H3I akan menghubungi pihak


Balmon karena terjadinya gangguan)

Pengumpulan Data (Pendataan informasi awal berupa lokasi


microwave link BTS yang mengalami interferensi)

Pengukuran sumber interferensi (melakukan pengukuran


langsung pada tiap BTS di lokasi yang mengalami
interferensi dengan menggunakan perangkat SPA)

29
Sumber
Interferensi
Tidak
ditemukan?

Ya
Melakukan penanganan interferensi

Penarikan kesimpulan

Selesai

Gambar 11. Diagram Alir Penelitian Secara Khusus

VII. Sistematika Penulisan


Dalam mempermudah penulisan tugas akhir ini, maka disusunlah sutu
sistematika pembahasan dimana penulis mengelompokkan dari tiap materi-materi
yang ada menjadi beberapa BAB, seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI


Pada bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang berhubungan
dengan masalah yang akan diangkat dalam tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

30
Pada bab ini berisi tentang tahapan penulis dalam melakukan
pengambilan data, teknik dan prosedur pengukuran di lapangan,
serta paramer-parameter yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV Analisis Interferensi Frekuensi Radio Microwave Link BTS PT.


Hutchison 3 Indonesia Terkendali Spectrum Analyzer dengan
Antena Horn di Pontianak Kota
Pada bab ini berisi hasil dari survei lapangan, pengukuran dan
perhitungan yang dilakukan, serta identifikasi yang dilakukan dari
hasil pengukuran dan perhitungan.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang dapat berguna
untuk melakukan perbaikan dan kesempurnaan penelitian tugas
akhir ini.

VIII. Jadwal Penelitian


Tabel 9. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Agt Sep Okt Nov Des Jan
1 Penyusunan Proposal
a. Menyusun Proposal
b. Seminar Proposal
c. Perbaikan Proposal
2 PelaksanaanSkripsi
a. Survey Lokasi
b. Pengumpulan data-data
c. Percobaan/Hasil
d. Pembahasan Hasil
e. Penulisan Draft Skripsi
f. Bimbingan Skripsi

31
3 SidangSkripsi
a. Persiapan Administrasi
Penyerahan Draft Skripsi ke Tim
b.
Penguji
c. Sidang Skripsi
Perbaikan, Evaluasi Akhir dan
d.
Penyerahan Skripsi

DAFTAR PUSTAKA
.
[1] Alfin Hikmaturrokhman[1], Eka Wahyudi , Hendri Sulaiman[3].2014. Analisa
[2]

Pengaruh Interferensi Terhadap Availability pada Jaringan Transmisi


Microwave Menggunakan Software PATHLOSS 5.0 Studi Kasus di PT. Alita
Praya Mitra. Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom. Purwokerto.
[2] Tri Widia Ningsih[1], Fitri Imansyah[2], F. Trias Pontia. W[3].2014. Analisis
Jaringan Base Transceiver Station (BTS) Sidomulyo Terhadap Performansi
Jaringan PT. Indosat Sintang. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
[3] Chusnul Tri Judianto[1], Endar Wurianto[2].2015. Analisis Potensi Gangguan
Interferensi Microwave Link Terhadap Operaso Satelit Lapan-A3 di Stasiun
Bumi Rumpin. Peneliti Bidang Satelit Komunikasi, Pusat Teknologi Satelit,
Lapan. Bogor.
[4] Henrian Robby Fakhriannur[1], Irfan[2], Saiful Karim[3].2019. Analisis
Interferensi Frekuensi 5600MHz Pada Radar Cuaca BMKG (Studi Kasus di

32
Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari. Banjarmasin.
[5] Anisa Fitri.2018. Analisis Pengaruh Interferensi Terhadap Akuisisi Data
Satelit Penginderaan Jauh di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rumpin. Universitas Negeri
Jakarta. Jakarta.
[6] Abdul Muttaqin[1], Yusnita Rahayu[2].2017. Analisis Potensi Interferensi
Sistem LTE Dengan EGSM Di Pita 800 MHz. Universitas Riau. Pekanbaru.
[7] Yulia Dhamayanti[1] ,Hani’ah Mahmudah[2], Nur Adi S[3].2012. Analisa
Interferensi Antar Base Transceiver Station Pada Link Komunikasi
Point To Point. Politeknik Elektronika Negeri. Surabaya.
[8] Gatty Ardyodyantoro.2014. Pemanfaatan Google Earth dalam Pembelajaran
Geografi untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA WIDYA
Kutoarjo.Yogyakarta.

LAMPIRAN

33
Gambar 1. Lokasi BTS 1

Gambar 2. Lokasi BTS II

34
Gambar 3. Lokasi BTS III

Gambar 4. Lokasi BTS IV

35
Gambar 5. Lokasi BTS V

Gambar 6. Lokasi BTS VI

36
Gambar 7. Lokasi BTS VII

37

Anda mungkin juga menyukai