Muh.Ilham Ihsary
D4-Teknologi Rekayasa Jaringan Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Email: Dafindafiin77@gmail.com
Abstrak
Teknologi telekomunikasi yang banyak dimanfaatkan untuk berkomunikasi di era internet saat ini adalah
teknologi Long Term Evolution (LTE). Dalam menyelenggarakan layanan LTE, diperlukan suatu penghubung
antara jaringan akses dengan core yang biasa dikenal dengan istilah backhaul. Salah satu backhaul yang biasa
digunakan untuk menyambungkan suatu link komunikasi ini adalah backhaul microwave. Penerapan dari link
microwave ini biasa digunakan untuk komunikasi line of sight (LOS). Oleh karena itu, perencanaan link
microwave ini tidak mudah karena akan ada banyak faktor yang mempengaruhi link komunikasi ini, diantaranya:
penghalang, fading, atenuasi, noise maupun jarak. Pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan link microwave
antara Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Wajo dengan 2 skenario. Skenario pertama dilakukan dengan
komunikasi langsung singlehop, dan skenario kedua dengan memanfaatkan repeater aktif. Hasil akhir menunjukan
bahwa skenario yang paling sesuai untuk diimplementasi pada link microwave Pinrang – Wajo ini adalah skenario
kedua. Penggunaan repeater aktif yang memantulkan dan menguatkan sinyal site Tx menuju site Rx ini mampu
menjadi solusi untuk lintasan link yang terdapat obstacle dan berjarak sangat jauh. Penggunaan skenario 2 dalam
penelitian ini menunjukan kekuatan signal di site Pinrang - Wajo adalah masing-masing -37,41 dBm dan -46,59
dBm. Kekuatan sinyal ini berada di atas Rx threshold pada kedua site, yaitu -67,50 dBm.
Kata Kunci:Perencanaan Jaringan Gelombang Mikro, Jaringan Penghubung Long Term Evolution (LTE),
Manajemen Telekomunikasi
Abstract
The telecommunications technology that is widely used to communicate in the current internet era is Long Term
Evolution (LTE) technology. In providing LTE services, we need a link between the access network and the core,
which is known as the backhaul. One of the backhaul commonly used to connect a communication link is the
microwave backhaul. The application of this microwave link is commonly used for line of sight (LOS)
communications. Therefore, planning a microwave link is not easy because there will be many factors that affect
this communication link, including: obstructions, fading, attenuation, noise and distance. In this research a
microwave link planning will be carried out between Pinrang Regency and Wajo Regency with 2 scenarios. The
first scenario is done by direct single-hop communication, and the second scenario is by using an active repeater.
The final results show that the most suitable scenario for implementation on the Pinrang – Wajo microwave link
is the second scenario. The use of active repeaters that reflect and amplify the signal from the Tx site to the Rx
site can be a solution for link trajectories that have obstacles and are very far away. The use of scenario 2 in this
study shows that the signal strength at the Pinrang - Wajo site is -37.41 dBm and -46.59 dBm respectively. The
signal strength is above the Rx threshold at both sites, which is -67.50 dBm.
masyarakat rural maupun suburban[1]. Dalam
I. PENDAHULUAN
penyelenggaraan akses jaringan LTE
Teknologi telekomunikasi yang paling diperlukan suatu penghubung dari bagian core
banyak digunakan untuk mendukung akses ke bagian site akses jaringan atau biasa disebut
internet saat ini adalah teknologi long term dengan backhaul untuk menjangkau wilayah
evolution (LTE). Adanya teknologi LTE ini urban, suburban dan rural. Salah satu teknologi
tidak hanya berdampak pada masyarakat penghubung (backhaul) yang biasa digunakan
perkotaan (urban) saja melainkan juga
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
dalam menyelenggarakan jaringan seluler LTE yang cukup tinggi pada daerah pegunungan
adalah backhaul microwave. yang menjadi jalur link Pinrang - Wajo akan
berdampak juga dalam kualitas link
Jaringan microwave merupakan jaringan
tersebut[10].
wireless yang memanfaatkan frekuensi sangat
tinggi yang biasanya dipergunakan untuk Penelitian ini bertujuan memberikan
menghubungkan kedua base station seluler [5]. pemahaman tentang bagaimana merencanakan
Microwave dalam penerapannya menjalankan komunikasi link microwave Pinrang - Wajo
komunikasi point-to-point. Oleh karena itu, melalui 2 skenario. Skenario pertama dilakukan
dalam berkomunikasi antara satu site dengan dengan merencanakan link microwave secara
site yang lain diusahakan bersifat line-ofsight langsung antara site Pinrang - Wajo
(LOS). Namun, pada kenyataanya kondisi LOS (singlehop), skenario kedua dengan
ini sangat jarang ditemui karena ada berbagai memanfaatkan repeater aktif.
kendala, salah satunya objek penghalang
Penulisan penelitian ini dibagi ke dalam 5
(obstacle) yang disebabkan karena tidak
bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan,
ratanya kontur tanah, adanya pepohonan
bagian kedua adalah tinjauan pustaka, bagian
maupun bangunan di sekitar wilayah site ketika
ketiga adalah metode penelitian, bagian
memancar[6].
keempat adalah hasil penelitian dan
Oleh karena itu, perencanaan jaringan link pembahasan, dan terakhir, kesimpulan dan
microwave merupakan hal penting untuk saran pada bagian kelima.
implementasi backhaul jaringan LTE seluler.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan link microwave kali ini akan
dilakukan dengan simulasi menggunakan
software Pathloss 5.0. Dalam melakukan 2.1. Komunikasi Gelombang Radio
simulasi perencanaan, biasanya dipergunakan
data Shuttle Radar Topography Mission Sistem komunikasi Gelombang Mikro
(SRTM), di mana SRTM merupakan database terdiri atas dua bagian pokok, yaitu pemancar
yang memberikan akses data ketinggian suatu (Tx) dan penerima (Rx). Pemancar terdiri atas
wilayah di peta (topografi). Dengan modulator dan antena pemancar, sedangkan
memanfaatkan peta ini, perencanaan dilakukan penerima terdiri atas demodulator dan antena
dengan perhitungan teoritis kinerja end-to-end penerima. Modulator berfungsi memodulasi
untuk jalur komunikasi di bawah serangkaian sinyal informasi dan sinyal carrier menjadi
kondisi wilayah tertentu. Parameter penting sinyal yang akan dipancarkan melalui antena
yang diperhitungkan dalam simulasi ini adalah pemancar. Antena merupakan suatu sarana atau
link budget, di mana parameter ini akan piranti untuk mengubah sinyal listrik menjadi
digunakan untuk memprediksi kinerja link sinyal elektromagnetik sebagai pemancar.
sebelum digunakan untuk berkomunikasi. Sinyal elektromagnetik inilah yang akan
dipancarkan melalui udara atau ruang bebas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Link
Sinyal yang dipancarkan oleh antena pemancar
Budget adalah pathloss, dimana faktor ini
akan ditangkap oleh antena penerima.
disebabkan oleh jarak yang terlalu jauh, curah
hujan, redaman, noise dan butiran-butiran debu
Dalam hal sebagai penerima sinyal, antena
[2]. Ada banyak model yang digunakan untuk
merupakan suatu sarana atau piranti pengubah
memperkirakan pathloss, yang paling umum
sinyal elektromagnetik menjadi sinyal listrik
adalah Free Space Loss, Hata, Lee, serta
kembali. Demodulator pada bagian penerima
Okumura. Model pathloss ini digunakan untuk
akan mendemodulasi (yaitu proses balik dari
memprediksi loss dan daya terima yang
modulasi) sinyal listrik menjadi sinyal
diterima oleh site receiver [13].
informasi seperti aslinya. Agar antena dapat
Dalam penelitian ini akan dilakukan bekerja dengan efektif, maka dimensi antena
perencanaan transmisi microwave pada link harus merupakan kelipatan (orde) tertentu dari
Kab.Pinrang – Kab.Wajo. Di mana kedua kota panjang gelombang radio yang digunakan
ini dipisahkan dengan dataran tinggi dan (misalnya antena ¼ λ, antena½ λ dan lain-lain).
pegunungan yang menjadi tantangan tersendiri
dalam melakukan perencanaan link microwave.
Selain, itu tingkat kelembaban dan curah hujan
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
2.2. Fading
Fading merupakan fluktuasi daya di
penerima dalam propagasi radio. Fading terjadi
akibat interferensi atau superposisi gelombang Gambar 3.
multipath yang memiliki amplitude dan fasa
yang berbeda-beda, sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 2. Pada umumnya, sinyal yang Dalam perancangan link radio
diterima pada titik penerima merupakan hasil microwave, fresnel zone 1 merupakan area
penjumlahan dari sinyal langsung tanpa yang paling mendapat perhatian. Adapun
halangan (sinyal LOS) dan sejumlah sinyal
yang terpantul dari berbagai objek. Adapun freznel zone ke-n dapat dimodelkan secara
sinyal mengalami pemantulan (refleksi) matematis sebagai berikut
disebabkan oleh permukaan kontur tanah,
bangunan, pepohonan, dan obyek lain yang
menghalangi transmisi sinyal.
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
c. Redaman Hujan
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
pada path profile diperoleh hasil sesuai dengan Tabel 2. Skenario 1: Hasil Parameter link
Gambar 5. microwave Pinrang - Wajo (Single-hop)
200
180
160
140
120
Elevation (ft)
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Path length (70.08 mi)
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
Elevation (ft)
300
optimal. 250
dan diberikan penguat tambahan oleh site Gambar 8. Kondisi Clearance Factor dan
penghubung tersebut (repeater) supaya dapat fresnel zone 1 link Pinrang – Repeater
memperkuat sinyal yang dipancarkan oleh site
Tx. Hal ini terjadi karena site pada repeater Dari Gambar diatas terlihat bahwa daerah
aktif diberikan catu daya tambahan. Kondisi fresnel zone 1 dan clearance factor pada link
yang menyebabkan kedua site tidak dapat repeater menuju Kab.Pinrang tidak terhalang
dihubungkan secara langsung dan memerlukan oleh obstacle. Sehingga, komunikasi pada link
repeater aktif, yaitu akibat jarak yang sangat ini dapat dikatakan baik untuk
jauh dan akibat terhalang oleh obstacle yang mengimplementasikan komunikasi radio
sangat tinggi. microwave. Kondisi clearance factor dan
fresnel zone 1 yang bebas dari penghalan ini
Dalam simulasi di skenario 2 ini lokasi dari berdampak juga terhadap parameter multipath
repeater aktif akan ditempatkan di desa yang terjadi pada link tersebut
Kalempang, Kec.Pitu Riawa, Kab.Sidrap pada
koordinat -3.71035 S / 119.95096 N. Sehingga,
lintasan dari link microwave antara Pinrang -
Wajo menjadi seperti pada Gambar di bawah.
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
600
Tabel 3. Skenario 2: Hasil Parameter link 550
microwave Pinrang - repeater 500
450
400
Elevation (ft)
350
300
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Path length (36.80 mi)
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
http://dx.doi.org/ xxxxxx
Jurnal Teknologi Elekterika, 20xx, Volume x (x): xx-xx e- ISSN 2656-0143
http://dx.doi.org/ xxxxxx