NOMOR PERCOBAAN : 02
JUDUL PERCOBAAN : Pengukuran Recieve Signal Level (RSL) Kombinasi Antena OMNI dengan
Antena DIPOLE
KELAS / GROUP :
NAMA PRAKTIKAN/NIM : 1.
2.
----
TANGGAL PERCOBAAN :
TGL. PENYERAHAN LAP :
NILAI :
DOSEN : Sukma W. ST
Halaman
JUDUL PERCOBAAN . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . 2
1. TUJUAN PERCOBAAN . . . . . . . 3
2. DASAR TEORI PERCOBAAN . . . . . . 3
3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN . . . . . . 10
4. LANGKAH KERJA PERCOBAAN . . . . . . 10
5. DATA HASIL PERCOBAAN . . . . . . 11
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN . . . . . .
7. KESIMPULAN . . . . . . .
LAMPIRAN
2
PERCOBAAN # 2
PENGUKURAN RECEIVE SIGNAL LEVEL KOMBINASI ANTENA OMNI dan
ANTENA DIPOLE
1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah :
Mengenal teori tentang Receive Signal Level (RSL)
Mampu membaca sinyal yang diterima melalui spectrum analyzer
Menganalisa RSL dari konfigurasi antena omni dan antena dipole
Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi nilai RSL
Suatu sistem transmisi Radio Link dapat berupa sebuah hop dengan jarak
maksimum 50km atau sebuah backbone yang berupa multiplehop, dengan jarak
sampai ratusan atau ribuankilometer. Secara garis besar, tujuan darisistem
komunikasi radio link adalah untuk mentransmisikan informasi dari satu tempat
ketempat lain tanpa gangguan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan
suatu kondisi dimana antena pengirim dan penerima dapat saling melihat tanpa
ada halangan (LineOf Sight) dalam batas-batas tertentu. Oleh karena itu propagasi
yang digunakan adalah line of sight.
3
2.2. Path Calculation Transmisi Radio Link
Path calculation Radio Link merupakan perhitungan daya pancar sinyal dari
pemancar sampai ke penerima, sehingga Informasi yang ada di dalam sinyal
tersebut dapat diterima dengan baik dengan adanya sinyal gangguan (noise) dan
pelemahan sinyal (absorbtion dan attenuation). Parameter-parameter yang
mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal Radio Link adalah sebagai berikut:
2.2.1. Daya Pemancar ( Tx Power )
Semua radio akan mempunyai daya pancar tertentu. Daya pancar ini
menentukan energi yang ada sepanjang lebar bandwidth tertentu. Biasanya
di ukur dengan salah satuan berikut:
dBm : daya relatif terhadap satu (1) milliwatt
W : daya linier sebagai Watts
Hubungan antara dBm dan Watts dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Daya (dBm) = 10 x log[Daya (W) /0.001W]
Daya (W) = 0.001 x 10^[Daya (dBm) /10 dBm]
2.2.2. Penguatan Antena ( Gain )
Penguatan antenna adalah besarnya penguatan energi yang dapat dilakukan
oleh antena pada saat memancarkan dan menerima sinyal.Gain antena
parabolik sangat bervariasi tergantung dari diameternya, kaitan antara
besarnya gain dengan diameter parabola dituliskan pada persamaan berikut
ini:
2
y
X=
4F
4
4 πDF
G=
λ2
Keterangan :
G = Gain (penguatan)
π = 3,14
D = Diameter (meter)
F = Fokus (meter)
λ = Panjang gelombang (meter)
Untuk menghitung panjang gelombang digunakan persamaan berikut :
300
λ=
f
λ = panjang gelombang (meter)
f = frekuensi (MHz)
Untuk menentukan jarak titik fokus yaitu darititik nol ke f (dimana driven
antena diletakkan) ditentukan oleh persamaan berikut:
√
2
QD
F=
16
F = jarak titik F dari titik nol (meter)
Q = faktor kualitas berkisar antara 2-4 (ambil2,6)
D = diameter parabola (meter)
5
sehingga redaman feeder identik dengan panjang dari feeder
tersebut.Sedangkan redaman branching terjadi pada percabangan antara
perangkat transmisi radioTx/Rx.
b. Redaman ruang bebas (free space loss)
Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi akibat dari
mediaudara yang dilalui oleh gelombang radio antara pemancar dan
penerima. Perambatan gelombang radio di ruang bebas akan
menghalangi penyebaran energi di sepanjang lintasannya sehingga
terjadi kehilangan energi. Untuk mengetahui kondisi point to point
dengan saluran transmisi, maka perhitungan redaman ruang bebasnya
menggunakan rumus model propagasi umum (Free Space Loss)sebagai
berikut:
FSL (dB) = 20 log (d) + 20 log (f) + 92,44
Dimana:
f = frekuensi kerja (GHz)
d = panjang lintasan propagasi (Km)
6
EIRP = PTX + GTX – LTX
dimana :
PTX = daya pancar (dBm)
GTX = penguatan antena pemancar (dB)
LTX =rugi-rugi pada pemancar/feeder loss (dB)
7
2.4. Antenna Omni directional
Antena omni directional yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran
sinyal ke segala arah dengan daya sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang
luas, gain dari antena omni directional harus memfokuskan dayanya secara
horizontal (mendatar,dengan mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke
bawah,sehingga antean dapat di letakan di tengah-tengah base station. Dengan
demikian, keuntungannya dari antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah
pengguna yang lebih banyak. Namun kesulitannya adalah pada pengalokasian
frequensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena jenis ini biasanya di
gunakan pada lingkup yang mempunyai base station terbatas dan cenderung untuk
posisi pelanggan yang melebar.
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu
360 derajat; dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat
melayani area yang luas Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena
sifatnya yang terlalu luas sehingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang
akan menyebabkan interferensi. antena omnidirectional mengirim atau menerima
sinyal radio dari semua arah secara sama, biasanya digunakan untuk koneksi
multiple point atau hotspot.
8
2.5. 1. Antenna Dipol Tunggal
9
Dimana c adalah kecepatan cahaya pada ruang hampa yang bernilai 3.10 8
m/det dan f adalah frekuensi kerja antena dalam Hz. Selanjutnya panjang
elemen peradiasi antena (L) adalah :
L = 2S …………………………………………………….................…….. (2.5)
GAMBAR ALAT :
Signal Generator
10
Spectrum Analyzer
Antena Dipole
TX RX
11
TX RX
1) Antena dipol diarahkan pada posisi vertikal dengan jarak antara transmitter
(dipol ) dan receiver (omni) adalah 3m dan 6m.
3) Posisi antena dipol di swing pada 0o, 90o, 180o, dan 270o.
Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm 0 0 0
5 dBm 5 5 5
10 dBm 10 10 10
15 dBm 15 15 15
12
Tabel 2.Tx (dipole) vertikal – Rx (omni) dengan jarak 6m
Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm 0 0 0
5 dBm 5 5 5
10 dBm 10 10 10
15 dBm 15 15 15
Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
10 dBm
15 dBm
Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
10 dBm
15 dBm
Tx (Omni) Rx (Dipol)
0o 90o 180o 270o 0o 90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
10 dBm
15 dBm
Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
13
10 dBm
15 dBm
Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
10 dBm
15 dBm
Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0 o
90o 180o 270o
0 dBm
5 dBm
10 dBm
15 dBm
7. KESIMPULAN
LAMPIRAN
14
15