Anda di halaman 1dari 20

NO MORE SORROW

“ Keindahan itu di sini .

Keindahan itu bukan terpaku di pantai pasir putih yg memeluk samudera biru.

Bukan juga yang terhampar di sejuknya pegunungan.

Bahkan bukan pada semburt rona senja yang cahanya mengagungkan cinta.

Mengapa?

Karena dua bola mata ini.

Apakah selalu karena itu?

Belum tentu.

Apakah burung elang yang berkeliaran di tengah keajaiban pertemuan laut dan daratan
merasakan sebagaimana kita merasakan?

Apakah monyet yang bergelantungan di antara pucuk pakis dan embun pagi pegunungan juga
dihinggapi ketakjuban?

Kita tak pernah tahu. Yang pasti, kita merasakan karena dia memberikan.

Seperti itu pula kebahagiaan.

Kebahagiaan itu tak jauh-jauh.

Ya hanya disini, didalam hati.

Terkadang seseorang itu menjadi istimewa bukan karena dia istimewa, tetapi karena hati kita
yang mengistimewakannya.

Meskipun pada akhirnya yang istimewa akan kalah dengan yang selalu ada.

Aku terduduk di kamar baru ku, mendadak dipeluk rasa absurd seperti lukisan monalisa yang
kugantung di didinding kamarku, lima puluh sentimter lebih tinggi dari garis sejajar mataku.

n
Ruangan sederhana 4 x 6 meter yang kudekor ulang sebagai perayaan pada kemenangan ku
setelah bercucuran peluh memenangkan egoku yang meraung dengan murka.

Ruangan yang sekaligus menjadi hadiah untuk hidup yang begitu pemurah menerjangiku dengan
sekali lagi, pemurnian.

Kalau kubuka jendela disebelah kananku, aku bisa melihat jalan yang memisahkan rumahku
dengan rumah tetannga. Bau debu yang dititipkan jalan pada angin yang berhembus masuk
menerobos jendela, menerbangkan kain-kain transparan yang kugantung, mengobati nyeri yang
seminggu ini tidak berhenti memasuki jantungku.

Aku berharap pada setiap air susu yg kuminum dari cangkir plastic berwarna hitam, agar
perasaan ku membaik. Dunia dan passion yang ditawarkan penuh gairah tak lagi membuatku
tertarik kembali. Aku hanya ingin bau garam, tiupan angin laut, dn kerang kerang yang tertata
berjajar di kusen jendela dengan berbagai bentuk dan ukuran. Aku ingin buku jurnalku,komputer,
dan kameraku untuk kunikmati sendiri. Kalau ada orang lain yang turut hadir , aku Cuma
berharap itu adalah kamu .

Aku kembali menjadi siriku senidir yang introvert dan autis menkmati dunianya sendiri , tapi
tenang karena tidak tersakiti oleh siapa pun. Sebuah pilihan untuk tenggelam dalam perasaan
mrdeka, menikmati cengkererama dengan-NYA, menikmati hidup dengan menghargai keunikan
dalam diri, dan tidak mendengarkan orang lain terlalu banyak. Ibuku orang yang paling paham
dengan hal ini.

Hampir dua tahun yang lalu, ibu melihatku mengulang-ulang ritual yang sama di setiap sore,
duduk di halaman menatap langit sore menjelang senja dan burung- burung pulang kerja.
Setelah mendengar adzan maghrib baru aku masuk kamar kembali. Lalu selepas entah ritual
yang keberapa sore itu, dia memberi ku sebuah buku tulis bersampul keras warna hitam dan
sebatang bollpoint pilot.

“ nanti setelah berdoa tuliskan disini, apa yang kamu lihat dan apa yang kamu rasakan,” kata ibu.

Itu kali pertama ku memulai menulis dengan penuh perasaan, dan merasa sangat nyaman, ibu
tahu itu cara terbaik untuk membawa dunia yang ada di dalam diri ku mengalir keluar, supaya
tidak meledak di dalam. Dia paham diantara ketiga anak nya, aku lah yang paling peka dan
mudah terluka. Kata ibu, perasaan adalah kelemahan ku namun juga sekaligus ke kuatanku.

n
Sejak itu aku tidak pernah berhenti untuk menulis, meumpuk buku diary yang baru setiap kali
yang lama habis dan menjadi penghuni rak dikamar, hasil bergulatku dengan perasaan dan
logika yang tidak pernah seimbang.

Itu adalah jam-jam dimana aku memenuhi jurnal atau screen komputerku dengan ratusan kata
atau lebih untuk berkomunikasi dengan diriku sendirii. Dari situ aku akan tahu mana bagian yang
rusak dan perlu diperbaiki. Itu adalah saat dimana aku berada ‘berada disini’ sepenuhnya , being
present , menghadapi kenyataan yang kurasakan dan tidak mencoba menghindar, sembunyi
atau mencari pelarian. Aku mengahadapi emosiku seada-adanya. Coba saja melakukannya
ketika sedang patah hati, the worst event of life. Tidak semudah yang dibayangkan, namun
hasilnya sepadan.

Beberapa waktu yang lalu ibu sadar hal ini terulang lagi untuk sekian kali nya, perasaannya
paling peka jika mendapati salah satu dari kami terluka lalu sedang mwncoba umtuk
menghubungi, kata-katanya terngiang di benak ku sehari yamg lalu

“mengurung diri lagi nak?”tanyanya

“hehe nggk juga bu” jawabku,menyangkal oertanyaannya yang sepenuhnya benar

“iya juga gapapa ko, sejak kecil kamu selalu begitu, kalau terluka mirip seperti anak rusa, pergi
sendiri menjauhi keramaian, mencari tempat teduh lalu duduk ‘menjilati’ luka-luka mu sendiri.
Kamu baru kembali kalau sudah sembuh, kadang sambil masih terpincang-pincang. Habis digigit
singa kata mu.”

Kalimat terakhir ibu menerbangkan ku pada diri ku lima tahun yang lalu, seorang anak over
imagination dan over thinking. Cuma ibu yang tidak pernah menganggap singa yang menggigit
ku itu bukan khayalan.

“habis kena gigit apa lagi kali ini?” Tanya ibu

“hehe, tidak di gigit apa-apa bu, tuhan hanya sedikit berlebihan kali ini.”jawab ku

“dia memang selalu begitu nak, kamu trlalu menarik untuk-NYA”

“jangan lama-lama di dalam gua ya, kalau sudah selesai menyembuhkan luka nya segera
keluar.”

n
Aku selalu butuh ruang dalam porsi cukup besar untuk diri sendiri. Ruang dimana aku bisa
mempersembahkan nyeri-nyeri ku dalam ribuan kali sujud, untuk ku berikan kepada-NYA, karena
aku sering tidak sanggup menanggungnya sendiri. Ibu menyebutnya ‘kuil’ ku, sementara sahabat
ku menyebutnya ‘gua’, yang jelas itu adalah sepetak ruang di mana aku menggunakan setiap
karunia penyembuhan yang dia titip kan, bukan untuk mengobati orang lain tapi untuk
menyembukan diri ku sendiri kare dia tahu hidup ku akan selalu bersahabat dengan luka. Di
dalam nya aku bisa melakukan apa saja yang bisa membuatku nyaman setelah bertarung
dengan singa.

Setiap jurnal, hasil jepretan kamera, yang disusul dengan untaian doa selalu membantu ku
memaknai apa yang sebenernya telah terjadi dan harus bagaimana menyikapinyaa. Aku
mengakses seniman dan penyembuh yang bersemayam di dalam diriku untuk melakukan
tugasnya untuk menentuka jalan hidup dan misteri di dalamnya.

“nak, kekacauan adalah bagian dari keseimbangan alam, dunia tidak akan selalu berjalan mulus,
akan selalu ada kebingungan dan kekacauan dan kita di dalamnya, beberapa tekunnya pun kita
beribadah dan menjalan kan tugas-tugas psikologis kita.

Mungkin hidup mu sebenernya tidak terlalu kacau, dunia ini yang memang kacau dan kita akan
terseret di dalamnya mana kala kita melekatkan diri kita kepada nya. Kekacauan adalah berkah,
karena ia awal dari terjadinya sebuah tranformasi.”

Pesan ibu suatu sore ketika kami sama-sama menikmati matahari bergerak tenggelam ditelan
senja, hingga tamat. Aku selalu merindukan senja yang serupa.

“doaku sudah ku sisipkan di dalam darah seat sebelum tali pusarmu diputus dan ari-ari tidak bisa
lagi melindungi mu. Ada sesuatu di dalam doa ku yang menghubungkan diri mu dengan sesuatu
yang tidak pernah habis dan membuatmu dapat bertahan dalam kekacauan hidup ini. Itu adalah
energy yang sama yang melindungi alam semesta.”

Itu adalahh kata yang selalu ku ingat ketika melihat senja. Bagiku senja seperti doa yang dapat
dilihat . sebuah prlindungan.

“aku masih menyayangginya bu.’’ Jwabku pada ibu suatu siang diepisode patah hati yang
kesekian kalinya. Ibu sedang membaca Koran waktu itu, di ruang tengah yang selalu sepi jika
sianng hari.

n
“kalau begitu sayangi dia nak, kirimkan saying mu, jangan dilawan nanti sakit rasanya, itrahnya
hati itu mengalir bukan tersumbat. Lahir kan karya mu dari energy yang menyertai rasa sayang
mu padanya.

Cinta yang benar itu tidak membunuh mu nak, yang membunuh mu adalah pengaharapan,.
Jangan takut untuk mencintai, tapi disaat yang sama lepaskan juga bpengharapan mu, terimalah
rasa saying mu sebagai bentuk ‘ya’ atas kemauan NYA yang menginginkan rasa itu masih ada di
dalam hati mu, tapi jangan bereaksi atasnya.”

Cangkang kerang yang ku jejerkan diatas kusen jendela semakin terlihat mengkilap,
memantulkan sinar matahari yang sebenarnya sebentar lagi bergerak ke moment terfavoritku.
Aku menunggu seja itu datang, meredakan teriknya siang dan keriuhan yang terjadi diantaranya.
Hanya beberapa menit tapi bekasya sungguh indah. Tuhan menyiptakan senja dengan formulasi
yang pas, seperti ia menciptakan aku dan menciptakanmu. Detik-detiknya mebisikkan lirih pesan
yang nyaris tidak terdengar jika aku bersedia menyimaknya dengan benar.

“bukan seberapa banyak yang kita berikan kepada-NYA, melainkan seberapa kosong kita hingga
mampu menerima dan membiarkan nya hidup di dalam diri kita.”

Mengenalmu lebih dari dua tahun lalu,membuat ku merasa bahwa kau lah yang paling dekat
dengan diri ku, aku mengenal mu sebagaimana aku mengenql diriku sendiri, mencoba meelan
rasa sakit mu, semua itu aku lakukan dan mungkin kamu tidak tau.

Aku mengenalmu dari hati bukan dari pikiran, karena aku piker aku lebih bisa meahan hati ku
yang sakit dibandingkan pikiran ku yang sakit.

Mungkin aku masih perlu waktu untuk mempelajari semua tentang diri mu, apa tidak sekalian
saja aku menjai dirimu? Karena jujur, sehari saja aku tidak mendengar kabar mu hilang sudah
semangat bergnti dengan gelisah yang hebat.

Aku sehat menurut ku, tapi gila menurut sahabat- sahabat ku. Mungkin mereka melihat bukan
dari sudut pandang yang telah aku lalui, aku sudah tenggelam terlalu dalam dengan rasa yang
setiap hari menguat.

Aku sudah tidak menerti lagi rsanya kecewa, karena Cuma satu pikirsn ku, ingin selalu melihat
diri mu bahagia, walaupun bukan dengan diri ku. Aku tak pernh memaksamu harus dengan diri
ku aku tahu aku butuh keajaiban bila memang aku bisa bersanding dengan mu.

n
Tapi ada satu yang membuatku tak bisa lepas dari mu. Bukan karena aku terlalu egois tapi
karena aku terlalu yakin bahwa diri mu adalah pendamping ku.

Aku tidak ingin kamu tahu sebenernya mengapa badan ku tak kunjung bertmbah berat, Karen
aku tidak ingin kamu merasa bersalah.

Tak apa mungkin benar aku gila, tapi dengan kegilaan ini aku bisa membuat orang terdekat ku
tersenyum bahagia.

“I love you” kata mu setelah memelukku malam itu sebelum kamu meninggalkan ku, walau hanya
sebatas ucapan. Barisan kata yang selalu ku pahat menjadi tujuan hidup ku tanpa rasa ragu
sedikit pun. Kalau saja bisa, aku ingin moment itu berhenti, membantu menjadi stalakmit dan
memfosil agar selamanya ada.

Setengah dua pagi dan aku masih mengingatmu.

Aku memilih tidak tidur karena setiap pejamku berdenyut luka akibat membara pikiranku setiap
kenangan tentang mu. Hati ku merasa kembali setiap kenangan tentang mu. Hatiku merasa
kembali ke setiap detai emosi yang ernah kita lalui bersama. Setiap ucapan “I love you” dan “aku
saying kamu” yang masih memenuhi layar monitor ku, atas nama mu.

Dan malam terlalu tenang ini melarutkan ku dalam kenangan yang sudah-sudah akan setiap
upaya ku mengakahkan jarang yang terbentang antara kita.

Lalu, saat itu, setelah diriku mengakhiri baying-bayang mu.” Kita udahan aja ya,” terucap dari
hape mu.

Bilangan dtik dimana jawaban terakhirmu itu muncul adalah detik yang tidak pernah ingi aku
hilangkan dari keseluruhan pengalaman hidup ku, adakan yang ingi menghilangkan saatsaat
dimana orang yang kita cintai ingin melakukan sesuatu, tetapi bukan untuk kita? Terlepa pada
akhirya itu benar-benar terjai atau tidak.

Aku terdiam dimana pernyataan itu terlontar seperti meriam hanya karena sumbu yang tersulut
tanpa sengaja , menghantam dinding bangunan hubungan kita yang kudirikan dengan setiap
kemampuan yang kumiliki. Sekejap yang membuat hatiku mendadak dipatahkan, tidak hanya
menjadi dua tapi ribuan kepingan yang berserakan yang membuatku tidak tahu bgaimana
caranya menyatukan.

n
Sungguh! Kalau bisa, aku ingin membencimu. Tapi bagaimana mungkin kita membenci separuh
hati kita sendiri.

Dan jarak sekali lagi memenangkan pertandingannya.

Karena aku tahu, kali ini ia berhasil mencegahku untuk sekali lagi memelukmu tanpa bicara apa-
apa, hanya agar kamu merasa degupan jantungku, agar lapisan kulitku membisikkan keyakinan
pada mu bahwa setiap ucapan ‘ aku juga saying kamu’’ yang keluar dari mulutku muncul dari
setip jenkal sel-sel yang mencintaimu.

Tapi jarak sering kali lalu. Ia tetap seperti barisan angka yang tak mau tau, bahwa dibentangnya
yang membuat dua individu terentang. Ada hati yang masih sepenuhnya menjadi milik mu.

Akhirnya aku sampai di tahap ini. Posisi yang sebenernya tak pernah ku bayangkan. Aku
terhempas begitu jauh dan jatuh terlalu dalam, ku kira langkahku sudah benar, kupikir anggapan
ku sudah benar, kupikir pula anggapan ku adalah segalanya. Aku salah, menyerah adalah
jawaban terakhir yang ku pilih, meskipun aku masih ingin memperjuangkan mu.

Aku terpaksa berhenti karena tugas ku untuk mencintaimu telah menjai bagian dsri tugasnya,
hari-hariku yang tiba tiba kosong dan berbeda ternyata cukup membawa perasaan yang trtekan.
Mungkin, ini berlebihan karena kamu taka da dalam posisi ku , kamu tak merasakan sesaknya
jadi aku.

Jika aku memiliki kemampuan membaca matamu dan mengerti isi otakmu mungkin aku tak akan
mempertahankan mu sejauh ini. Jika aku cukup cerdas menilai bahwa perhatianmu bukan
lakukan hal hal yang special, mungkin dari dulu kita tak akan saling mengenal, aku terburu-buru
mengartikan segala perhatian dan ucupan mu adaah wujud yang terselubung dari cinta.

Aku sungguh mencintai mu . mengetahui kau tak memilih ku adalah hal yang paling sulitt ku
mengerti. Aku masih belum mengerti. Mengapa semua berakhir sesakit ini ? aku sudah berusaha
semampuku untuk menjadi wanita yang dia ingin kan, menjungjung tinggi kamu sebisa ku , tapi di
mana perasaan mu? Tatapan mu dingin, sikap mu dingin, dan aku di larang menuntut ini itu,
sekarang aku hanya teman mu.temanmu.

Jika kau ingin tahu, aku kesesakan dalam status ini. Aku terkantung kantung sendirian, meminum
asam dan garam secara bersamaan, membiarkan kamu meneguk yang manis. Begitu banyak
yang ku lakukan, mengapa mata mu masih belum terbuka dan hati mu masih tertuutup ragu?

n
Sejak dulu, seharusnya aku tak pernah memperhatikan mu sedetail itu, sejak betama bertemu
seharusnya aku tak pernah mengontak mu dengan secara llugu, sejak kehadiran mu seharusnya
aku tak mengubris mu, aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa oeasaran ku. Jika di awal
aku tak mengenal mu, mungkin aku tak akan tahu rasanya melurhkan air mata ku secara
percuma Cuma. Iya , aku memang bodoh. Puas?

Semua berlalu dan semua cerita harus memiliki akhur bukan? Ini bukan akhir yang kupilih.
Seandainya aku bisa memilih cerita akkhir, aku hanya ingin mendekapmu dalam pelukan ku,
sehingga kau tahu disini aku selalu bergetar ketika mendoakanmu.

“nis?’’ panggil seseorang yang berada di depan ku.

“oh hai, udah lama nyampe nya?’’ Tanya ku dengan linglung

“dari tadi gue disini, lu kenapa si? Masih blom bisamove on?” tanyanya dengan beruntun.

‘’gue bukan belom bisa move on, gue lagi berusaha ka.’’ Jawab ku dengan memalingkan muka.

‘’liat gue nis.’’ Sergahnya dengan suara bariton milik nya.

‘’nggk mau ka.’’

‘’ kenapa? Malu nangis di depan gue?’’

‘’gue udah janji buat nepatin itu, gue nggk mau nangis lagi.’’

‘’sok tegar lo, selama 7 tahun gue kenal lo, gue tau semua sifat lo, lo itu Cuma cewe lemah nis.
Jadi stop buat pura pura kuat di depan gue, gue benci kalo lo udah mulai ngeluarin sifat sok lo
itu.’’

‘’ka, apa dulu gue pernah nyakitin orang ya? Sampe sampe gue kena karma kayak gini.”

“ lo itu cewe baik, lo itu nggk pernah sekali pun mengeluh sama tuhan tentang hidup yang lo lalui,
Cuma lo selalu pura pura baik baik aja seakan akan lo itu manusia yang paling bahagia seantero
bumi, jadi tuhan kasih sedikit karma untuk lo supaya lo selalu ingat kalo manusia bole nangis,
kecewa, dan mengeluh.’ Tutur raka.

“ ka gue mau pulang aja” pinta ku dengan lemah.

Dengan spontan arka memeluk ku dan mengusap rambut yang sudah basah oleh keringat milik
ku.

n
“ apa sama rasanya seperti pelukan ajir?’’

“ nggk akan pernah sama.”

“ kenapa?’’

“ karena lo nggk pernah nyakitin gue ka.”

“ kalo gitu lupain dia nis.’’

Aku mengikis jarak yang ada di antara kami dan berjalan menuju setapak menuju kompleks
rumah arka.

Aku tak akan pernah bisa melupakannya sampai kapan pun, tapi mungkin aku bisa sedikit
berpaling dari nya tak tahu kapan waktu akan menunjukkan hal itu akan terjadi. Tapi aku selalu
berdoa agar tidak pernah dipertemukan dengan dirinya lagi di kehidupan kemudian.

Waktu cepat berlalu tapi aku tak pernah melakukan hal yang aku sukai kembali hanya rutinitas
biasa yang aku tak enggan untuk tidak melakukannya seperti mengetik di laptop tentang
perasaan ku setiap hari, atau pun tentang perasaan yang dialam oleh orang orang yang di sekitar
ku contohnya sahabat ku yang bernama arka ya dia memang laki laki yang tak pernah menyakiti
ku sedikit pun setelah papa, dia selalu mengajarkan bagaimana cara rrusa kecil bertahan di
hutan belantara dari terkaman singan yang buas, dia juga mengajarkan ku cara melupakan
separuh dari hatiku.

Aku dan arka tak pernah saling menyukai satu sama lain dalam hal perasaan. Kami hanya
seorang anak kecil yang selalu bermain bersama hingga larut malam. sampai sekarang kita
masih selalu barmain bersama dan larut dalam hal fantasi yang kita mimpikan.

Aku dan arka memulai pertemuan kami ketika umur kami masih menginjak angka 10, ketika itu
kami sama sama sedang mengikuti kegiatan yang sama yaitu mengikuti orang tua kami berkeja.

‘’assalamualaikum tante.’’ Sapa ku terhadap bu ida yang tak lain adalah ibu kandung dari arka.

‘’ waalaikumsalam eh si cantik arkanya mana?’’

‘’di belakang tante. Lambat kalo jalan.”

‘’ ih kamu, makanya di tungguin atuh si arkanya’’

‘’ ogah tante hehe.’’ ‘’ aku masuk ya tan’’ lanjutku

n
‘’ iya masuk aja, kalo mau air dingin ada di kulkas yang kecil ya.’’

‘’ iya taaan.’’ Jawabku dengan malas

Aku menuruni tangga rumah arka dan menyusuri sedikit lorong yang menghubungkan antara
ruang tv dan kamar arka.

Seperti biasa ruangan berwarna biru muda dan sedikit terdapat koleksi ‘star wars’ di berbagai
tempat. Ya, arka memang menyukai barang itu, katanya keren.

Aku membuka laci milik arka dan berharap mendapatkan benda kotak kecil yang aku inginkan,
yaitu music box milik nya. Bukannya mendapatkan kotak kecil itu, aku malah melihat sesuatau
yang taka sing oleh mata ku.

Tak sadar aku melemparkan benda itu ke dinding bercat biru muda itu, dan mengeluarkan sedikit
benda cair asin dari mata ku.

Arka sekali lagi merik ku ke dalam pelukannya.

‘’maafin gue, masih nyimpen itu.’’ Arka memberi pernyataan yang sulit aku cerna.

Tangan ku bergemetar dengan kencang, nafasku tak bertukar dengan sempurna antar O2
dengan CO2.

‘’ ng..gk apa apa ka” jawab ku dengan sedikit terbata bata.

Aku menangis dengan kencang hingga seluruh ruangan dapat mendengar suara tangisan ku,
hanya arka yang setia mendengar suara tangisan ku yang nyaring di telinga.

‘’gue udah ingkar janji lagi sama lo ka.’’

‘’ bullshit sama janji janji lo, gue nggk pernah anggap itu jadi janji lo nis, karna gue tau lo nggk
akan bisa nepatin janji lo itu.’’ Suara arka sedikit meninggi

Aku mengakhiri tangisan ku dengan tertidur di pelukan arka, baginya aku adalah putri yang
manja yang selalu membutuhkan dadanya untuk menangis, seakan akan dia tahu kapan saja
aku akan mengangis. Ya, semua orang pun tahu kapan aku akan menangis, aku akan menangis
jika ada sesuatu yang berhubungan dengan ‘dia’.

n
Butuh waktu yang berkisar 3 jam untuk membuat mata ku terisi lagi dengan energy positive, aku
berjalan kearah dapur da mendapati seorang laki laki yang tak kalah asing dengan arka, ya itu
adalah zahir kaka kandung dari arka.

‘’sampai kapan lo cuek in perasaan gue ke lo.’’

Aku tetap mengubris pertanyaan zahir yang terlontar hanya untuk ku yang kebetulan memang
hanya ada kami berdua.

‘’ lo tau kan gue udah nggk bisa lagi percaya sama laki laki sekali pun lo kakanya arka.’’ Jawab
ku dengan tenang.

‘’ nis, gue serius sama lo.’’

Gue bahkan berniatan buat nikahin lo sekarang juga kalo lo masih ragu sama gue.’’ Tutur zahir
kepada ku.

‘’ jangan samain gue kayak mantan brengsek lo itu, lo berhak buat membuat harapan baru dari
laki laki baru lagi nis.’’ Lanjutnya.

‘’ tapi bukan sekarang hir, gue belom bisa.’’

‘’itu tandanya gue masih ada kesempatan buat nikahin lo kan.’’

‘’terlalu tinggi ekspektasi lo, gue masih kkls 12 dan gue juga mau kuliah gapai cita cita gue.’’

‘’ iya gue tau ko, just kidding.’’

‘’hmm.’’ Aku hanya membalis dehamman kecil..

‘’I will be waiting you mrs. Annisa.’’

‘’ of course sir.’’

‘’ gue belom o mom kali nis.’’ Protesnya.

‘’ gue juga sama, belom jadi ibu ibu,’’

Aku meninggalkan dapur. Dan kembali berjalan kearah pintu utama milik runah ini, memakai
sepatu dan berteriak ‘’ tan aku pulang dulu ya’’

‘’ besok main lagi ya sayang’’ jawab bu ida di balik pohon hias miliknya di halaman.

n
Rumah ku dengan rumah arka tidak jauh, ya rumah kami bersebelahan lebih tepatnya kami
adalah tetanggaan, memang sebuah keajaiban bukan, aku tak perlu berjalan jauh unuk sekedar
meminta makanan dari rumahnya atau untuk sekedar berenang dirumahnya, ya arka memiliki
kolam renang yang tak begitu luas tapi bisa menampung 5 orang untuk berenang di dalamnya.

‘’ bu aku pulang.’’

‘’ rusa kecil ibu udah pulang toh.’’ Jawab ibu dengan antusias

‘’ bu, apa dimata ibu nisa masih seperti rusa kecil, hmm?’’ Tanya ku.

‘’ya, kamu akan selalu begitu.’’

‘’ kenapa?’’

‘’ karena kamu anak ibu, ibu nggk suka anak ibu tumbuh dewasa dengan cepat, ibu terlalu
khawatir kamu akan meninggalkan ibu dengan alasan sudah dewasa.’’

‘’ibu kan tau betul kalo anak ibu nggk seperti itu.’’ Jawabku sambil memijat telapak kaki ibu.

‘’ ya ibu tahu dengan betul anak ibu seperti apa, anak ibu itu perempuan yang memiliki perasaan
yang sangat lembut.’’

‘’bu, nisa masih belom bisa melupakannya.’’ Tegas ku

‘’ ibu tahu dan ibu paham.’’

‘’ lalu?’’

‘’ tulislah pada buku keramaat mu nak tentang apa yang terjadi hari ini.’’

‘’ seperti biasa nisa hanya mengenangnya.’’

‘’ tulis lah.”

‘’ nisa ke kamar dulu ya.’’

Aku berjalan menuju kmar ku, ya dirumah hanya ada kami bertiga. Aku ibuku dan kaka ku.

Adeku sedang kerja kelompok di rumah temannya yng tak jauh dari sini.

Dan papa ku sedang keluar kota untuk menghadiri rapat penting dari perusahaan yang
memperkejakannya.

n
Aku berkutat dengan buku keramatku yang selalu menyimpan semua rahasia tentang perasaan
yang teramat dalam yang hanya beberapa orang mengetahuinya.

Hari semain gelap dan seperti biasa moment yang paling aku sukai ketika berada di dunia ini
akan terulang kembali. Itu senja sebuah ppertemuan antara sore dengan malam hari, kalian tau
apa yang paling aku sukai dari senja? Ya terkadang dia merah merekah bahagia, terkadang juga
dia hitam pekat berduka tetapi langit menerima ia apa adanya. Dia yang memberi tahu ku tentang
itu dan dari situ kesukaan ku kepada senja bertambah.

Ketika aku melihat senja bayang bayang akan perkataan bahwa egoku selalu membuat ku ingin
kembali melihatnya dalam hidupku. Namun, logika selalu berkata jangan pernah membuatnya
masuk kembali kedalam hidup ku.

Untuk hari ini cukup sampai disini. Aku harus bergegas untuk tiidur agar besok aku dapat
bertempur dengan perasaan sisi negative ku.

‘’ nak bangun, adzan shubuh sudah berkumandang’’

‘’ ya bu.’’

Aku menuruni tempoat tidurku dan melesat kearah kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Aku memulai sholat shubuhku dengan khusuk berharap setelah ini tak ada lagi masalah
menghampiriku.

Setelah sholat aku berbincang bincang sedikit dengan tuhan yang menciptakanku dan
membuatku hadir dalam keluarga ini.

Setelah sedikit berbincang bincang dengan NYA, aku melanjutkan ritual ku sebelu berangkat ke
sekolaah ku.

‘’hai’’

‘’ hai hir.’’

‘’ arka izin gamasuk katanya sakit, lo gue yang anter ya mumpung satu jalur sama kampus gue.’’

Tanpa ba bi bu aku langsung melompat menaiki motor zahir yang tak lain adalah motor arka.

n
Dijalan kami tak banyak berbincang karena suara rebut dari kendaraan kendaraan yang ada di
jalanan.

Setibanya di tempat yang kami tuju baru zahir membuka obrolan kembali.

‘’ pulang jam berapa?’’

‘’ emm jam 2’’ jawab ku dengan ragu.

‘’okay, I will pick you up again.’’

‘’ ayeee captain.’’

Zahir telah meninggalkan pagar depan sekolahku dan melesat kearah kampusnya.

Seperti biasa aku duduk semeja dengan salsa, salsa adalah teman ku yang paling pendiam
diantara yang lain, dia juga sering membuat kata kata yang indah untuk kaum kaum jomblo.

‘’tumben lo uudah dateng sall?’’ Tanya salah satu penghuni kelas 12 B yang tak lain salwa.

‘’ gue dianter sama gebetan gue hehe.’’ Jawab salsa sambil menggaruk kepalanya yang tertutup
oleh kerudungnya.

Bel masuk pun berbunyi dan kami memulai rutinitas biasa seperti murid murid di sekolah lainnya
yang tak lain adalah kegiatan belajar mengajar.

Namu kali ini sedikit berbeda Karena guru biologi kami pa rofiq sedang izin karena ada seminar
di kampusnya dahulu.

Kelas mulai ramai seperti biasa, anak laki laki mulai melakukan hal hal yang dianggap lainnya
lucu.

Aku dan teman teman dekat ku hanya melihat lelucon mereka dari arah meja kami.

‘’ nis lo udah tau?’’ Tanya putri, ratu gossip dintara kami ber8.

‘’ soal apa?’’ jawabku dengan enteng.

‘’ ajir udah ptus dari lia’’

Seketika kelas hening, dan semua menoleh kearah kami.

‘’eh nis, mau kekanting nggk?’’ ajak ami kepada ku.

n
‘’gue udah gapapa ko, jadi jangan merasa brsalah kalo ngomongin ajir di depan gue.’’ Jawab ku
dengan senyum.

Ya siapa yang tidak tahu hubungan kami berdua, hanya karena ajir adalah mantan ketua osis.
Semua orang jadi mengetahui bahwa dulu kami memiliki hubungan yang lebih dari seorang
sahabat. Ya itu dulu sekitar 5 bulan yang lalu sebelum dia lebih memilih lia yang tak lain adalah
adik kelasnya sekaligus sekretarisnya ketika ia masih menjabat sebagai ketua osis.

Tak apa aku sudah mengikhlaskannya dan aku berniat untuk membuka hati ku untuk orang lain,
zahir memang benar, bahwa aku masih pantas untuk mencintai laki laki lain dan dicintai oleh laki
laki lain, dan lagi pula aku sudah waktunya untuk focus pada pendidikan dan masa depan ku.

11 bulan kemudian.

‘’ aku masuk kelas dulu ya.’’ Pernyataan ku untuk laki laki yang sedang menggenggam tangan
ku.

‘’ belajar yang serius ya, jangan main hp waktu dosen lagi nerangin loh.’’

‘’ siap kapten.’’ Jawabku

Aku memasuki ruangan yang takk lain adalah salah satu kelas di fakultas jurusan sastra inggris.

‘’ cie yang dianterin doi sampe kelas nih yee.’’ Olok salah satu temanku.

‘’ bukan doi tapi calon suami, kan gue udah udah terima lamaran dia.’’ Jawabku dengan santai.

‘’ hah!! Demi apalo?’’ Tanya temanku yang lainnya.

‘’ demikian sekilas info hehe.’’ Jelasku dengan didampingi ketawa yang cekikikan.

Dosen kami pun memasuki kelas, kelas mendadak hening.

Sekitar 4 jam aku mendengarkan ocehan dosen kami tentang pengetahuan mengenai sastra
inggris.

Aku berjalan menuju parkiran mobil dan menemukan sosok yang aku kenal, sosok yang aku
berharap tak akan pernah aku temui kembali.

‘’nis’’ sapanya

‘’ ajir’’ jawabku

n
‘’ udah lama ya kita nggk ketemu, eh nggk taunya lo masuh univ yang sama kayak gue.’’

‘’ iya udah lama, gimana kabar lo?’’ Tanya ku dengan canggung.

‘’ baik ko, gue denger denger lo dilamar sama orang’’

‘’ iya ko lo tau’’ Tanya ku

‘’ tau lah, apa yang nggk gue tau tentang lo. Apalagi yang ngelamar lo mantan sahabat gue.’’
Tuturnya

Tiba tiba ada yang memgang pergelangan tanganku dengan erat dan menerikku untuk sedikut
mundur. Ya dia adalah calon suami kun anti, namanya Muhammad zahir kakak dari sahabat ku
arka, ya aku memang menerimanya sebagai calon suami ku 2 minggu yang lalu.

‘’ ngapain lo ngobrol sama calon istri gue?’’ introgasi zahir kepada ajir.

‘’ santai bro, gue Cuma ngobrol doing. Bukan ngerebut calon lo.’’ Jelas ajir

‘’ oh ya ngomong ngomong selamat atas lo udh diterima lamaranya sama nis, semoga lo bisa jadi
suami yang baik buat dia,gue juga mau terima kasih sm lo yang udh buat dia bisa senyum
lagi.’’lanjut ajir sambil mengulurkan tangan.

‘’ thanks bro.’’ jawab zahir dengan menjabat pergelangan tangan ajir.

Di mobil.

‘’ kamu tadi ngomong apa aja sama dia nis?’’

‘’ Cuma ngomongin lamaran kamu doang hir.’’

‘’ boong ya?’’ Selidik zahir kepada ku.

‘’demi allah deh, always posesive deh kamu.’’

‘’ bukan posesive tpi aku takut kamu balik lagi sama dia.’’

‘’ aku gamungkin balik lagi sama dia.’’ Tegas ku

‘’ emm okay, oh ya kata mama aku baju kita udah dijadi, hari ini dikirim ke rumah.’’

‘’cepet banget perasaan deh.’’

n
‘’ mama kan cari designer yang cepet pengerjaannya nis.’’

‘’ oh ya besok kamu graduate ya.’’

‘’ iya hehe, aku rencananya lulus langsung kerja di kantor papa, aku udah taro cv aku kesana dan
minggu lalu aku lolos terus interview dan keterima jadi pegawai disana.’’

‘’ enak ya mentang mentang papa kamu kerja disana kamu jadi gampang ngelamar kerja
disana.’’

‘’ nggk juga nisa, aku kan juga udah susah payah kuliah di jurusan pertambangan minyak.’’

‘’ iyaiya aku kan kidding doang.’’

Tak terasa obrolan kami terhenti karena kami sudah sampai di depan rumah ku, aku berterima
kasih ke zahir untuk tumpangan gratisnya kepada ku hehe.

‘’ aku masuk ya.’’

‘’ iya jangan lupa mandi sama sholatnya ya.’’

‘’ dada calon suami.’’

‘’dada calon istri hehe.’’

3 minggu kemudian.

Suasana gedung mulai ricuh karena para tamu undangan kebanyakan telah tiba untuk melihat
dua insan yang sudah terikat sebagai suami-isri, kerabat, sahabt, dosen maupun orang orang
yang mereka kenal pun merasakan kebahagiaan yang mereka alami hari ini.

Di pelaminan dua insan yang sama sama saling malu dan berwajah merah karena terpesona
dengan paras satu sama lain.

‘’ duduk aja kalo cape’’ perintah dari mepelai pria.

‘’ iya husband..’’ jawab sang mempelai wanita.

‘’ aku minta mama minum buat kamu.’’

Tak lama kemudian para tamu undangan berbaris rapih untuk mengucapkan kata selamat untuk
kedua mempelai.

n
‘selamat ya’ ‘ aduh udah nikah aja’ ‘ cepet cepet bikini gue keponakan ye’ atau ‘ kalo gue nikah
jangan lupa dateng ye’ kebanyakan adalah kata kata yang terlontar dari mulut para tamu
undanngan.

Tapi ada satu kata yang membuat mempelai wanita tak bisa melupakannya.

‘’ selamat atas kebahagian kalian berdua, gue minta maaf buat semua kesalahan gue ke lo nis,
dan sorry kalo ini agak private, jangan lupa cepet cepet bikin keponakan buat gue haha.’’ Ya kata
kata itu dari ajir. Laki laki yang bisa membuatnya begitu mencintai dunia sekaligus membecinya
secara bersamaan.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, para tamu undangan pun udah terlihat telah
meninggalkan gedung dimana tempat acara berlangsung.

Aku dan zahir memasuki kamar kami yang berdua, kamar kami benar benar di desain seperti
kamar para pasangan pasangan yang baru menikah.

‘’kamu yang mandi atau aku duluan?’’ Tanya zahir kepada ku.

‘’ gue duluan aja.’’ Jawabku dengan canggung.

‘’ aku sayang, bukan gue.’’ Sindir zahir terhadap ku.

Tanpa menjawab aku langsung memasuki kamar mandi untuk menghilagkan seluruh kotoran
yang ada di tubuh ku, sambil berendam dengan air hangat di dalam bathup.

Sedikit ada rasa canggung diantara aku dan zahir, mungkin karena itu adalah pertama kalinya
kami mengubah status kami dari ‘pacaran’ hingga ‘suami-istri’.

4 tahun kemudian.

‘’ baba’’ ucap belepotan dari balita yang imut dan menggemaskan ini.

Ya dia adalah pertama ku dengan zahir, jenis kelaminnya perempuan. Kami menamainya dengan
azzahra nihan. Nama yang sederhana namun kami memiliki harapan dengan nama itu.

‘’liat tuh nihan bisa panggi aku.’’ Senang zahir hinggan menciumi nihan.

n
‘’ norak ih, dia itu udh bisa nyebut semuanya ya walaupun masih agak agak belepotan sih. Tapi,
kecuali kamu doang dia belom bisa . hehe ‘’ ledekku.

‘’ tapi sekarang udh bisa tuh.’’ Bela zahir terhadap nya.

‘’ iya deh iyaa.’’ Jawabku sambil mengambil nihan dari pelukannya.

‘’ mau kemana?’’ tanyanya.

‘’ nihan mau bobo papa.’’ Jawabku dengan nada sediikit manja.

Aku menggedong nihan dan menidurkannya di tempat tidur lalu memberikan guling disekitarnya
agar dia tidak jatuh kekolong tempat tidur.

Lalu, aku melanjutkan aktivitasku untuk sholat dzhur berjama’ah dengan zahir.

Selesai shola aku mencium telapak tangan zahir yang tak lain adalah suami ku sendiri.

‘’ makasih ya udah mau buka hati kamu buat aku.’’

‘’ sama sama, makasih juga udh bantu aku untuk menjadi wanita yang lebih baik lagi.’’

Zahir mencium puncak kepala ku sambil membacakan alfatihah sebanyak tiga kali, ya dia
memang selalu begitu.

Aku bersyukur Karen tuhan ku yaitu allah telah menjauhkan aku dari laki laki yang kurang baik
dan mendekatkan ku dengan laki laki yang jauh lebih baik, ya tuhan memang selalu mempunyai
rencana yang tak akan pernah terduga oleh hambanya.

SELESAI DAN TERIMA KASIH.

n
n

Anda mungkin juga menyukai