Anda di halaman 1dari 6

Srettt…entah sudah berapa gulungan perban yang digunakan pada bulan ini

hanya untuk membalut luka sayatan di pergelangan tangan ku.

Rasa penyesalan memenuhi sanubari ku sekarang, tapi candu layaknya


mendominasi.

Mata sembab ditemani perasaan campur aduk, aku melihat pergelangan


tangan ku yang sekarang dibalut dengan perban, memikirkan alasan apa yang
harus aku berikan jika orang lain bertanya dengan kondisi tangan ku lagi.
Sejujurnya dibandingkan memikirkan masalahku, aku lebih sulit memikirkan
jawaban dari pertanyaan penasaran ketika mereka melihat kondisi tangan ku,
selama ini aku hanya menjawab pertanyaan mereka secara spontan hingga
minggu lalu aku mendengar celetukan dari seorang ibu penjual yang
mencoba menjelaskan kondisi tangan ku ke temannya menggunakan embel
embel kecelakaan motor, padahal sebelumnya sosok ibu tersebut belum
bertanya kepada ku, dan aku takut ucapan ibu itu menjadi doa.

Emaya Elinor, aku tidak terlalu mengerti arti dari nama yang kumiliki tapi
pastinya itu harapan dari orang tuaku. Harapan yang aku sendiri sangat
mengharapkannya.

Teman temanku atau bahkan orang tuaku pasti tidak akan percaya bahwa aku
salah satu dari mereka yang melakukan barcode. Bagi mereka pasti sangat
sulit untuk mempercayai hal itu karena kepribadian dan social branding yang
ku bangun adalah sebagai Aya pendengar yang baik dan selalu tertawa
dengan hal sepele, tapi aku tidak masalah dengan hal itu. Aku akan terus
membiarkan mereka mengetahui sisi baik ku saja.

Bagi sebagian besar orang barcode mungkin dikenal sebagai garis yang
sering terlihat di belakang kemasan makanan atau minuman, dan barcode
yang aku maksud disini sama hal nya dengan itu. Barcode yang aku buat di
tangan ku dengan goresan benda tajam juga berbentuk garis. Lebih jelasnya
barcode salah satu usaha dari self-harm dimana seseorang melakukan
perbuatan yang menyakiti dirinya sendiri, cara yang digunakan untuk
mengatasi pikiran yang berat atau perasaan yang sedih.

Fakta nya aku melakukan hal gila tersebut ketika aku merasa sedih dan beban
yang kupikul sangat berat.

Aku sempat berfikir untuk menceritakan masalah yang kupikul ini dengan
teman dekat ku, tapi setelah dipikir berkali kali rasanya percuma dan hampa.
Teman ku tidak akan bisa memberi aku sebuah affection atau validasi seperti
yang aku mau, dan hanya aku yang bisa melakukan hal itu.

Semua selalu terjadi begitu saja, aku dan serpihan kaca bergulat dengan
seluruh pikiranku. Tapi ego ku seperti algojo yang berusaha meyakinkanku
untuk melukai diriku sendiri. Huh, aku bahkan terkesan hipokrit sekarang.

Aku melirik jam dinding yang menunjukan pukul 23.15. Sudah seharusnya
aku tidur, aku tidak peduli memikirkan jawaban soal tangan ku ini, biar nanti
ku jawab saja kalau tangan ku di gigit gajah.
" OMG AYAAAA!!! what happened to your hand again ?!!?? "

" Tangan ku digigit harimau" jawab ku dengan muka melas seperti biasanya.
Tentu dia tidak akan percaya hal itu, tapi aku bersikeras untuk menutupi
fakta yang terjadi.

Matahari sudah tepat di atas kepala ku dan aku sangat bersyukur dengan
berita bahwa sekolah dipulangkan lebih cepat hari ini, aku jadi bisa
menghindari pertanyaan brutal dari teman sebangku ku yang terus menerus
menanyai tangan ku ini, ah bahkan aku sampai hafal dialog dengan mulut
cempreng nya itu tadi.

Omong-omong aku menemukan sebuah notes ditempelkan di belakang botol


minum ku saat aku balik dari ruang guru tadi, tentunya aku dibuat penasaran
bahkan beribu pertanyaan mungkin ada di kepalaku saat ini… aku tau itu
terdengar sangat hiperbola. Untungnya teman sebangku ku ini dengan senang
hati memberi tau ku siapa yang memberikan notes itu.

Juni, tentunya bukan nama bulan tetapi nama seseorang yang telah memberi
aku notes di botol ku. Juni dikenal sebagai Peer Counselor yang paling bisa
diandalkan di sekolah ku, tentu aku tahu hal tersebut bahkan first impression
ku kepadanya sangat baik She's so well, God bless her with a kind heart…

Tak jarang orang lain mengharapkan kehadirannya, I'm one of them

Sembari menggendong tas sekolah ku, tangan ku mengetik di telepon


genggam yang ku punya dengan kalimat yang tertulis di atas notes yang
diberikan Juni kepada ku The Things You Can See Only When You Slow
Down. Hasil penelusuran ku adalah sebuah judul buku yang ditulis oleh
Haemin Sunim. Apa maksudnya dengan ini? apakah Juni menyuruhku untuk
membaca buku yang direkomendasikan nya? tapi kenapa dia tidak bilang
secara langsung kepada ku saja?. Semua pertanyaan itu ada di kepala ku.
Dengan langkah gusar aku langsung naik mobil jemputan yang sedari tadi ku
tunggu, menuju gramedia yang menjadi tujuan utama ku. Ini semua ulah Juni,
aku dibuat mati penasaran dengan niat nya yang memberi aku judul buku itu.
Ternyata mencari buku di gramedia tidak sesusah yang aku kira, hanya butuh
waktu 15 menit dari aku menginjak kaki disini aku langsung menemukan
buku yang aku mau. " Finally" ucap ku setelah membayar buku yang kubeli
dengan card yang selalu aku bawa. Sesampai di rumah sepertinya aku akan
langsung membaca buku karya Haemin Sunim ini, whatever aku beneran
dibuat mati penasaran oleh Juni tapi berkat nya juga aku jadi tau ternyata
gramedia cocok dijadikan comfy place untuk me time.

Waktu terus berjalan tetapi diriku hanya menetap di kursi kamar ditemani
buku karya Haemin Sunim dengan segelas susu hangat yang disiapkan bibi
ku sepulang aku tadi. Nyaman, bahkan aku tidak bisa lepas dengan posisi ku.

Sepertinya aku sudah menghabiskan waktu 5 jam dengan posisi ini, terbukti
dengan matahari yang meredupkan sinarnya. Langit senja menjadi penghias
ku setelah dipukul bertubi tubi dengan beberapa kalimat milik Haemin
Sunim.

"Is it the world that's busy, or is it my mind?"


The world moves fast, but that doesn't mean we have to. Penggalan kalimat
yang sangat memojokan ku. Dunia ku sibuk tetapi aku selalu terus mengikuti
jalan sibuknya dunia ku.

Tess…
Tess…

Buku ku sekarang dipenuhi dengan tetesan air mata ku yang membendung


sedari tadi, tanpa disadari air bendungan itu menetes tanpa aba aba. Aku
terlalu jahat dengan diri ku sendiri, bahkan aku selalu melewatkan waktu
dimana seharusnya aku menghargai kehadiran diri ku.
Dengan tangan gemetar aku mengelus balutan perban di lengan ku, aku
kembali kecewa dengan diri ku sendiri. Tapi aku harap rasa kecewa ini yang
akan menarik diri ku kembali. Selama ini aku hanya ada didalam lingkaran
yang aku buat, lingkaran yang membuat ku terikat dengan rasa penyesalan
dan kekecewaan…meluapkan emosi ku dengan buruk.

The worst situation will bring out the best in you, and whatever you decide to
do, make sure it makes you happy.

Aku percaya, aku percaya bahwa diri ku akan segera keluar dari lingkaran
ini. Cara ku selama ini tidak dapat dibenarkan, tapi berkatnya aku akan
segera menemui kehadiran terhebat diri ku sendiri. Aku menyesal dan aku
kecewa, tapi aku percaya bahwa semua rasa itu jadi pecandu yang akan aku
rindukan.

Aku tidak akan pernah untuk menyayat kupu kupu ku lagi, karena dia yang
akan menerbangkan sayapnya menemani ku menuju tujuan ku. Aku punya
berjuta alasan untuk aku bertahan, sudah seharusnya aku menghargai
kehadiran ku sendiri.

Aku ditakdirkan untuk menjadi seseorang yang cukup. Terkadang aku


melakukan yang terburuk tetapi aku juga melakukan yang terbaik. Terburuk
bukan terpuruk, aku bangkit dengan menjadi yang terbaik.

Menangis bukan menunjukan bahwa aku seorang yang lemah.


Mengeluh bukan menyatakan bahwa aku akan menyerah.

Dunia ku selama ini akan baik baik saja jika aku sadar bahwa kehadiran ku
adalah hal paling berharga. Sayatan yang selalu kubuat akan pudar
dimakannya waktu, tapi ingatan ku ketika aku merusak dunia ku tidak akan
pernah pudar jikalau waktu selalu berjalan.
Aku tidak pernah sadar dengan usaha ku. Usaha ku untuk bertahan dan usaha
ku untuk membuat dunia ku bahagia. Waktu selalu berjalan dengan cepat, dan
kebahagiaan akan selalu datang mengikuti waktu.

I'm Aya and I believe that better times are coming.

𝓣𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓭𝓲𝓻𝓲 𝓴𝓾, 𝓭𝓪𝓷 𝓽𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓙𝓾𝓷𝓲.

Anda mungkin juga menyukai