Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FEBRYNA TRIHAPSARI

KELAS : XI IPS 2
CERPEN – KELOMPOK 3

Melupakan
Suasana sore ini terasa dingin, kulihat diatas sana langit berwarna gelap.
"Sepertinya akan turun hujan malam nanti", gumamku.
Aku segera membereskan alat tulisku dan bersiap untuk pulang. Hari ini aku mengikuti kelas
tambahan, karena sempat tertinggal materi di kelas sebelumnya. Sehingga aku berakhir
pulang di sore hari seperti ini. Ketika sampai dirumah, aku langsung bergegas membersihkan
diri dan merebahkan diriku.
"Hari yang cukup melelahkan", pikirku.
Seluruh badanku terasa sakit, mungkin karena sudah lama aku tidak melakukan hal-hal
seperti ini. Selama pandemi aku sangat jarang melakukan sesuatu yang menguras tenaga.
Sehingga sekarang aku jadi mudah merasa lelah saat melakukan sesuatu.
"Wah, padahal dulu ngelakuin sesuatu lebih dari ini biasa aja deh, kenapa sekarang jadi
lemah gini ya? Haha", pikirku.
Saat sedang asik berpikir, aku mendengar hujan mulai turun diluar sana.
"Ah, akhirnya hujan turun", ucapku sambil tersenyum.
Aku sangat menyukai hujan, entah mengapa suasanya begitu tenang. Tetapi dilain sisi terasa
menyesakkan juga. Entah karena tubuhku yang terlalu lelah atau suasana diluar sana yang
begitu mendukung. Aku merasa hatiku begitu sesak.
"Kebiasaan ah", kataku pada diri sendiri.
Aku tidak mengerti, mengapa saat aku merasa lelah aku selalu ingin menangis? Kenapa aku
selemah ini? Bukan apa-apa, terkadang aku membenci perasaan ini. Karena sekali saja aku
merasa sedih, aku akan selalu mengingat sesuatu yang menyakitkan dari masa lalu.
Terdengar bodoh, karena itu hanya menambah rasa sesak dihatiku. Tapi itu seperti kaset
yang rusak, karena akan terus terulang seperti itu. Aku mengingat bagaimana perlakuan
orang-orang padaku.
Aku pernah mendengar kata-kata seperti, "Jika kamu ingin diperlakukan dengan baik, maka
kamu juga harus memperlakukan seseorang dengan baik juga".
Dengan itu, aku selalu berusaha bersikap baik kepada semua orang. Walau terkadang,
mereka bersikap tidak baik padaku. Aku akan tetap bersikap baik dan memberikan senyum
pada mereka. Berusaha memaklumi semuanya. Disaat mereka memerlukan teman cerita,
aku selalu mendengarkannya. Memberi saran terbaik yang aku punya. Tetapi, aku juga ingin
didengarkan. Mengapa orang-orang disekitar tidak ada yang mau mendengarkanku? Apa
caraku bercerita terdengar membosankan? Apa caraku menjelaskan terlalu sulit dimengerti?
Raut wajah mereka terlihat tidak tertarik dengan ceritaku, bahkan terkadang mereka tidak
mendengarkan apa yang sedang aku ceritakan. Betapa sedihnya aku, maka dari itu aku tidak
pernah menceritakan masalahku pada siapapun. Aku menyimpan segala kesedihanku
sendiri. Berusaha terlihat biasa saja, menutupi semuanya dengan tawa dan senyuman.
Sampai suatu saat aku tidak sengaja mendengar sepenggal lirik suatu lagu, saat aku sedang
bermain sosmed…
Tak perlu khawatir ku hanya terluka
Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja ku menangis?
Ku tak ingin lagi membohongi diri
Ku ingin belajar menerima diri
Saat mendengar itu, aku menangis. Entah mengapa, aku teringat satu memori dengan
ibuku. Saat itu aku mengalami hari yang buruk dan menangis sendiri dikamarku, Ialu ibuku
menelepon dengan vidio call. Karena aku tidak ingin terlihat sedih dihadapan ibuku, jadi aku
dengan cepat menghapus air mataku dan menerima telepon itu. Mungkin saat itu aku tidak
terlihat seperti biasanya, karena dengan tiba-tiba ibuku bertanya.
"Kenapa? Lagi sedih ya?". Sungguh aku sedikit kaget mendengarnya.
aku langsung menjawab "Ngga kok".
"Jangan bohong, keliatan dari matanya itu mau nangis", katanya.
Dengan itu, aku tidak bisa menahan tangisku. Saat itu aku berpikir, ibuku yang saat itu
berada jauh dariku bisa mengetahui bagaimana perasaanku hanya lewat tatapan mata.
Ibuku bilang itu insting seorang ibu. Sungguh Iuar biasa, pikirku. Bahkan orang-orang yang
berada didekatku tidak pernah menyadarinya. Tapi aku bersyukur, masih ada seseorang
yang bisa memahamiku.
Aku sedikit tertawa mengingat semuanya. Setelah menangis seperti ini, aku selalu merasa
lebih baik. Mungkin ini caraku melepas segala rasa lelah dan pikiran burukku. Ku pikir tak
apa jika aku menangis seperti ini. Menangis bukan berarti kita lemah bukan? Setiap orang
pasti memiliki cara tersendiri untuk merasa lebih baik. Kita hanya perlu menerima perasaan
itu, akui saja jika kamu sedang tidak baik baik saja. Karena dengan menyimpan segala emosi
itu, pada akhirnya hanya akan menyakiti diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai