Anda di halaman 1dari 10

DIA PENDENGAR BAIKKU

Keiva Wijaya, itu adalah namaku. Biasanya orang-


orang menyapaku dengan pangilan "Keke". Aku suka
kopi dan hujan, tapi aku takut sekali dengan petir. Aku
suka bermain hujan, setiap hujan datang aku selalu
berfikir, bahwa hujan itu tenang. Jika ada yang lebih
tenang dari hujan mungkin itu adalah sahabatku.

Lengakara Ayanigbrata, dia adalah sahabatku dari


SD. Biasanya aku memanggilnya dengan sebutan
"Ayaa". Dia orang yang sefrekuensi denganku, dia juga
suka semua jenis kopi, dan segala hal tentang hujan.
Bahkan kami sering ngopi dan bermain hujan bersama,
banyak sudah yang aku lewati dengan Ayaa. Ayaa tahu
bagaiaman aku, dan sebaliknya. Aku menyayangi Ayaa
seperti keluarga sendiri, Ayaa sering sekali menasehatiku
dalam berbagai hal, terutama tentang Self Harm. Dengan
hadirnya Ayaa, aku merasa kuat, tenang, damai, dan
sedikit teduh. Sering sekali Ayaa menawarkan
pundaknya sebagai tempat sandaranku, Ayaa mengerti
diriku, Ayaa paham segala hal yang terjadi padaku. Saat
raut wajahku berubah pun Ayaa pasti paham akan hal
itu.

Aku menyayangi Ayaa, hari ini dan selamanya.


Sore ini sepulang sekolah aku akan Hang Out
bareng Ayaa, Ayaa akan mengajakku ke suatu tempat
katanya. " Kei, gw tunggu di parkiran ya nanti" soraknya
sambil berjalan menuju kelas.

Aku dan Ayaa beda kelas karena jurusan yang


berbeda. Aku mengambil jurusan IPA sedangkan Ayaa
berada di kelas IPS. Saat ini aku dan Ayaa menduduki
bangku kelas 11 SMA.

Awal aku dekat kenal dengan Ayaa saat masih


duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar, saat itu ada
pertukaran murid di sekolahku, dang ternyata Ayaa
masuk ke kelasku dengan wajah murungnya. Mungkin
saja dia tidak mau ditukarkan ke kelas lain.

Sebelum mengambil tempat duduk Ayaa


memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti halnya anak
baru. "Perkenalkan nama aku Lengkara Ayanigbrata, aku
adalah pertukaran murid dari kelas 3B. Salam kenal ya
semua" ucap Ayaa.

Ayaa duduk di sampingku karena bangku di


sebelahku kosong saat itu. Dari situ lah aku kenal dan
dekat dengan Ayaa hingga saat ini.

***
Sore ini jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, bel
sekolah berdentang kuat tanda waktu pembelajaran hari
ini sudah berakhir. Semua warga di sekolahku
berhamburan keluar kelas dan menuruni tangga dengan
tergesa tak sabar akan pulang secepat mungkin.

Aku langsung berjalan dengan sedikit cepat karena


sudah berjanji dengan Ayaa di parkiran sekolah.
Ternyata Ayaa sudah menunggu ku di parkiran dengan
motor kesayangannya.

"Ayaa, udah lama nunggu ya? Maaf yaa udah


nunggu lama, soalnya tadi turun tangga rame banget"
jelas ku.

"Udah gapapa, belum lama kok gw nunggu." jawab


Ayaa.

Kami langsung berangkat karena takut kesorean.


Cukup lama keheningan antara aku dan Ayaa, aku yang
terlalu menikmati suasana sore di jalan ramai ini pun
juga ikut terdiam tidak tahu mau bicara apa dengan
Ayaa.

"Keke, ada cerita apa hari ini?" tanya Ayaa.

"Banyak, kemarin juga ada masalah di rumah. Gw


capek Ayaa, banyak banget masalah yang datang ke gw.
Gw udah coba nahan biar gak kayak kemarin lagi, tapi
masih belum bisa" jelasku pada Ayaa.
Setiap hari Ayaa selalu bertanya seperti itu, mau di
sekolah, saat libur, atau sedang Hang Out berdua
denganku. Ayaa seperti mengerti jika aku butuh rumah
untuk pulang, butuh bahu untuk bersandar, butuh telinga
untuk mendengar semua ceritaku, butuh telapak tangan
untuk mengusap air mataku yang terkadang selalu
mengalir keluar tanpa di minta.

Bahkan aku pernah berfikir.

"Apa Ayaa orang yang kuat? Orang yang tidak


punya masalah hidup seperti ku? Tapi, tidak mungkin
jika kita makhluk hidup tak memiliki masalah. Namun,
kenapa Ayaa tak pernah melihatkan sedihnya pada
dunia? Aku harap, Ayaa memang sekuat itu. Aku selalu
bertanya sendiri, jika Ayaa sedang dalam masalah berat,
pada siapa Ayaa mengadu, pada siapa Ayaa bercerita.
Setiap dengan ku, Ayaa selalu tersenyum, selalu
menghibur ku saat aku sedang sedih."

Hingga saat ini aku bersyukur bisa bertemu Ayaa,


ntah apa yang terjadi jika Ayaa tidak ada di sampingku.

Banyak yang sudah ayaa ketahui tentang masalahku,


ntah itu dengan sekolah atau pun di rumah.

Sesampainya aku dan Ayaa di suatu tempat yang


belum pernah aku kunjungi sebelumnya, tempat ini
terlihat tenang, damai, dan indah pemandangannya.
"Keke, biasanya Ayaa kesini kalau lagi sedih. Ayaa
suka liat air yang tenang seperti danau itu." ucap Ayaa
sambil menunjuk ke arah air danau.

"Keke mau cerita apa hari ini? Ada apa di hari


kemarin?" tanya Ayaa.

"Ayaa, kenapa selalu bertanya itu ke gw? Setiap


hari, setiap saat lu selalu mempertanyakan pertanyaan
yang sama." tanyaku.

"Ke, gw gak mau sahabat gw kenapa-kenapa, gak


mau sahabat gw ngerasa sendirian saat dia sedang dalam
masa terburuknya, sendiri saat merasa down itu gak enak
Ke, bisa mengidap depresi ringan nanti." jelas Ayaa.

Aku yang mendengar itu sedikit bingung.


"Bagaimana bisa Ayaa bicara seperti itu? Apa Ayaa
selalu sendiri ketika ia sedang dalam masalah?" tanyaku
dalam hati.

Ah sudahlah, Ayaa orang kuat ku lihat.

Hari ini, Ayaa mengajakku untuk Deep Talk


ternyata. Berbicara berdua dari hati ke hati, namun
sebelum itu aku sempat bercerita dengannya masalah
yang terjadi tadi malam.

"Gw tadi malam kena marah lagi, karena nilai


ulangan harian hari Rabu kemarin. Padahal gw udah
belajar semaksimal mungkin, nilai yang gw dapet juga
nilai yang paling tingga dari pada yang lain, tapi kenapa
Mama Papa gw gak pernah puas sama apa yang gw
dapet? Kenapa mereka selalu nuntut gw untuk sempurna,
bukannya di dunia ini gak ada yang semprna selain
penciptanya? Mereka nuntut gw terus bisa seperti
mereka, tapi mereka gak pernah support dan dukung gw.
Setiap kali gw jatuh, mereka hanya bisa marah dan
memperlakukan gw layaknya bukan manusia. Kalau bisa
milih Ayy, gw ga mau hidup, gw gak minta dilahirin, itu
kenapa gw selalau mencoba berbagai cara untuk
berakhir. Mengakhiri semuanya agar gw tenang, gw
capek kalau harus terus bertahan."

"Keke, gw kenal lu dari zaman SD. Gw tau lu kuat


kok, buktinya lu bisa bertahan sampai sekarang. Kalau lu
nyakitin diri sendiri, yang ada lu rugi cuman bisa buang-
buang waktu lu Ke. Lu mau mengakhiri semuanya agar
lu tenang, iya? Itu bukan cara akhir untuk menghadapi
masalah. Lu punya Tuhan tempat lu mencurahkan
semuanya, lu juga punya gw tempat cerita. Mau sampai
kapan lu ngelukain diri sendiri kayak gini, minum obat-
obatan, nyayat tangan atau yang lainnya? Bertahun-tahun
gw selalu nasehatin lu. Coba perlahan Ke untuk berubah
tidak menyakiti diri sendiri. Everything is temporary Ke.
Gak ada yang abadi di dunia, dan gak akan ada yang
sempurna. Lu terlalu berharga untuk menyerah, lu udah
bertahan sejauh ini." ucap nya dan memelukku dengan
erat di akhir perkataannya.
Aku hanya menangis saat di pertengahan Ayaa
bicara denganku, aku tak berani menatap mata Ayaa saat
itu, aku sangat terharu bagaimana cara Ayaa
memperlakukanku dengan baik. Aku tak bisa
mengucapkan apa padanya selain kata "Terima kasih".

Aku beruntung mengenalnya, 9 tahun bersamanya


bukan waktu yang singkat. Banyak yang sudah kami
lalui bersama, yang sudah kami lakukan, yang sudah
kami rasakan. Semoga aku dan Ayaa akan tetap terus
bersama hingga ajal menjemput kami.

Aku menyayangi Ayaa. Aku harap ia benar-benar


orang kuat yang seperti aku fikirkan selama ini.

Untuk Ayaa. Terima kasih untuk segala hal yang


selalu membuatku bahagia. Semoga sehat selalu dan
bahagia lah dengan skenario yang sudah Tuhan tetapkan
untuk mu.

Untuk kalian semua. Tetaplah bertahan hingga


akhir, karena sesakit apa pun kamu, se parah apa pun
kamu, dunia akan tetap terus berjalan dengan
semestinya. Kuat lah hingga akhir !!

"JANGAN KHAWATIR ATAS HIDUP YANG


KAMU JALANI, KITA SEMUA PUNYA PENULIS
YANG HEBAT DENGAN SKENARIO NYA YANG
SANGAT INDAH. TERIMA KASIH TUHAN KAU
SUDAH RANGKAI SEMUA CERITA DENGAN
BEGITU HEBAT"

- ayaa.
BIONARASI

Athaya Qolby Rachman. Gadis 17 tahun ini lahir di


Pekanbaru, 19 Agustus 2005. Saat ini ia sedang
menempuh pendidikan SMA kelas 11 di salah satu SMA
Swasta di Sumatera Barat. Menjadi Psikolog adalah
impian terbesarnya, dan menulis adalah hobi yang 4
tahun akhir ini ia dalami. Pesan Ali Bin Abi Thalib yang
membuatnya semangat untuk terus menulis, yaitu "
Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan
abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiankan
dirimu hingga akhirat nanti."

Gadis ini sangat menyukai segala hal tentang hujan


tapi tidak dengan petirnya. Kopi adalah minuman
favoritnya di kala hujan.

Hobinya adalah membaca dan mendengar apa pun.


Mendengar musik, mendengar podcast, mendengar
curhatan orang-orang terdekatnya. Dari situlah ia
terinspirasi untuk mendalami hobinya ini. Kamu bisa
mengenalnya lebih dekat di

Instagram : @athya.qlby_ // @athya.qlby

Email : athya.qlby1908@gmail.com
" PENULIS TERBAIK ADALAH IA YANG
MENJADI PEMBACA DAN PENDENGAR YANG
BAIK JUGA "

@athya.qlby_

Anda mungkin juga menyukai